Anda di halaman 1dari 13

PENYAKIT POTENSIAL WABAH

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh:

Kelompok 8

Nabila Alfath Eka Putri (P21345119054)

Salwa Anwar (P21345119077)

Sinta Agustina (P21345119082)

Muhammad Egi Kurniawan (P21345119050)

Kelas: 2 D3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah paper ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah paper ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Penyelidikan Epidemiologi yang membahas mengenai Penyakit wabah, kriteria KLB Penyakit
Menular dan Keracunan Makanan, Public Health Emergency of International Concern.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah paper ini.
Saya sadar makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jakarta, Febuari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 Pembahasan......................................................................................................................9

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16

3.2 Saran...............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya
peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-
langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat
dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.
Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman
penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para
petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Penyakit yang disebabkan oleh makanan merupakan salah satu penyebab kesakitandan
kematian di Indonesia. Makanan diketahui sebagai jalur penyebaran pathogen dan toksin yang
diproduksi oleh mikroba patogen. Mikroorganisme dalam bahan pangan/makanan dapat bersifat
menguntungkan maupun merugikan. Berbagai mikroorganisme tertentu bersifat memperbaiki
kandungan gizi, daya guna maupun daya simpan makanan, disamping mengakibatkan rusaknya
susunan fisik/kimia, juga menghasilkan racun/toksin.
Peristiwa tentang keracunan makanan sering terjadi terutama pada penyelenggaraan
makanan untuk orang banyak (seperti penyelenggaraan makanan di perusahaan/hotel/catering
maupun pesta ataupun perhelatan lainnya). Peristiwa keracunan makanan seringkali terjadi
ketika makanan tersebut dimasak dalam skala besar. Data peristiwa keracunan makanan dari
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular menunjukkan bahwa 30,0% dari kasus-
kasus keracunan di Indonesia disebabkan oleh makanan yang dihasilkan oleh jasa catering.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyakit Potensial Wabah


Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010, Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Menurut Pasal 3 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010, “Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan
wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.”
Menurut Pasal 4 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1501/MENKES/PER/X/2010, Penyakit Potensial Wabah adalah sebagai berikut:
Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
c. Demam Berdarah Dengue
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
j. Avian Influenza H5N1
k. Antraks
l. Leptospirosis
m.Hepatitis
n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
o. Meningitis

6
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
dan penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menularkan wabah ditetapkan oleh Mentri.
2.2 Kriteria kerja KLB Penyakit Menular dan Keracunan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010,
suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.
Klasifikasi kejadian luar biasa
(KLB) Menurut Bustan (2002), Klasifikasi Kejadian Luar Biasa dibagi berdasarkan
penyebab dan sumbernya, yakni sebagai berikut:
1. Berdasarkan Penyebab
a. Toxin

7
 Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella
 Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum
 Endotoxin
b. Infeksi
 Virus
 Bakteri
 Protozoa
 Cacing
c. Toxin Biologis
 Racun jamur
 Alfatoxin
 Plankton
 Racun ikan
 Racun tumbuh-tumbuhan
d. Toxin Kimia
 Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida, nitrit,
pestisida.
 Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan
seperti:Salmonella, Shigella, hepatitis.
b. Bersumber dari kegiatan manusia Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek,
penyemprotan pencemaran lingkungan.
c. Bersumber dari binatang Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak) Misalnya: Salmonella, Staphylococcus,
Streptococcus
e. Bersumber dari udara Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat Misalnya: Salmonella

8
g. Bersumber dari makanan dan minuman Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan
dalam kaleng.
Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa
Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Notoatmojo
(2003), faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa adalah:
1. Herd Immunity yang rendah Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/
wabah adalah herd immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah
kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal
ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu. Makin tinggi tingkat kekebalan
seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut.
2. Patogenesitas Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organism, tetapi
mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi
dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar. Kontaminasi
yang umumnya terjadi pada kasus keracunan makanan disebabkan oleh:
 Bakteri Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Listeria, Clostridium
botulinum (botulinum) dan Shigella.
 Norovirus dan rotavirus.
 Parasit Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, dan Giardia.
2.3 Public Health Emergency of International Concern
Penyakit Infeksi Emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi
untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat cepat, baik
dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis
yang baru (re-emerging infectious disease).Termasuk kelompok PIE adalah penyakit yang
pernah terjadi di suatu daerah di masa lalu, kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun
kemudian dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi adalah penyakit
lama yang muncul dalam bentuk klinis yang baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal.

9
Penyakit Infeksi Emerging mendapat perhatian khusus dan menjadi masalah kesehatan
masyarakat serius. Kekhawatiran akan PIE tidak hanya karena dapat menimbulkan kematian,
tetapi juga karena dapat membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar dalam era globalisasi,
saat seluruh dunia saling terhubung. Sebagai contoh, perkiraan biaya langsung yang ditimbulkan
saat SARS menjadi pandemi di Kanada dan negara-negara Asia adalah sekitar 50 miliar dolar
AS. Dampak PIE semakin besar bila terjadi di negara berkembang yang relatif memiliki sumber
daya lebih terbatas dengan ketahanan sistem kesehatan masyarakat yang tidak sekuat negara
maju. Ilustrasi dampak kerugian tersebut dapat dilihat dalam video animasi berikut ini:
Ruang lingkup Penyakit Infeksi Emerging terbagi menjadi tiga yaitu Penyakit Virus
Emerging (Penyakit virus Ebola, Penyakit virus Hanta, Penyakit kaki tangan dan mulut, Penyakit
virus Nipah, Penyakit virus MERS, Demam berdarah Crimean-Congo, Demam Rift Valley,
Poliomyelitis dan Penyakit virus baru). Penyakit Bakteri Emerging (Botulisme, Bruselosis,
Listeriosis, Melioidosis, Pes, Demam semak). Dan Penyakit Parasitik Emerging
(Toksoplasmosis, Penyakit parasit baru).
Penyakit Infeksi Emerging sangat tinggi berpotensi menyebar atau biasa disebut dengan
epidemi, pandemi dan bisa berstatus sebagai PHEIC/KKMMD. Untuk lebih jelasnya kita perlu
mengetaui apa yang dimaksud dengan epidemi, pandemi dan PHEIC/KKMMD. Epidemi adalah
kenaikan kejadian suatu penyakit yang berlangsung cepat dan dalam jumlah insidens yang di
perkirakan. Pandemi adalah penyebaran luas (mendunia) penyakit baru karena agen biologis.
Sedangkan PHEIC/KKMMD merupakan kependekan dari Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD), artinya masalah kesehatan masyarakat global yang memerlukan kerjasama
internasional sesuai ketetapan dalam IHR 2005 (International Health Regulation / Peraturan
Kesehatan Internasional). PHEIC/KKMMD adalah kejadian luar biasa yang mengancam
kesehatan masyarakat negara lainnya melalui penyebaran global dan penanggulangannya
memerlukan respons internasional yang terkoordinir dimana Negara perlu melaporkan setiap
kejadian yang berpotensi menjadi PHEIC yang ditetapkan oleh Dirjen WHO.
Untuk lebih memahami perbedaan epidemi, pandemi dan PHEIC/KKMD berikut
penjelasan yang membedakannya. Untuk epidemi dapat dibedakan menjadi dua jenis epidemi
yaitu Common sources (exposure epidemics) yaitu karena adanya satu sumber penularan, dan
Propagated sources (progressive epidemics) yaitu karena adanya banyak sumber penularan

10
akibat person to person transmission. Pembedaan ini dapat diikuti jika kegiatan surveilans benar-
benar dilakukan secara berkesinambungan dan terpadu. (Baca: Hasil evaluasi surveilans
influenza berat di Indonesia).
Karakteristik pandemi merupakan penyakit baru (tersering: zoonosis, penyakit akibat
virus), penyebaran tingkat global, dan sebagian besar masyarakat tidak mempunyai kekebalan.
Sedangkan karakteristik PHEIC/KKMMD adalah mengakibatkan kejadian serius terhadap
kesehatan masyarakat, kejadian yang tidak biasa/tidak diperkirakan, berisiko menyebar secara
internasional, dan berisiko terhadap pembatasan perjalanan/perdagangan internasional.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

12
DAFTAR PUSTAKA

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/berita-bulletin/waspada-penyebaran-penyakit-infeksi-emer
ging
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/files/JSH/JSH%20V10N2.pdf
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2
010

13

Anda mungkin juga menyukai