Anda di halaman 1dari 2

Hal yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian terhadap heat exchanger

adalah untuk mengatasi masalah dalam manajemen waste heat dalam bidang industri, dan
adanya ketidakoptimalan penggunaan flat-plate heat exchanger pada sistem
Thermoelectric Generator (TEG) dalam bidang otomotif. Terdapat 2 masalah utama yang
tidak dapat dihindari jika menggunakan model heat exchanger tersebut, yaitu keseragaman
suhu yang tidak optimal dan backpressure yang tidak diinginkan. Untuk memaksimalkan
kinerja TEG dalam bidang otomotif, dibutuhkan daerah yang cukup luas untuk memasang
system TEMs (thermoelectric modules), dan flat-plate heat exchange tidak dapat
memenuhi syarat tersebut. Solusi yang ditawarkan oleh penulis adalah penggunaan Heat
exchanger dengan bentuk hexagonal, dimana bentuknya memungkinkan pemasang TEMs
jauh lebih banyak dibandingkan bentuk plat.

Dalam sistem TEG, digunakan Bi2Te3 sebagai material TEMs. Dalam sistem TEG
dengan hexagonal heat exchanger, terdapat 30 TEMs (5 di setiap sisi) yang berbatasan
langsung dengan cooling unit. Cara kerja dari system TEG adalah dengan memanfaatkan
perbedaan temperature, dimana panas buang disediakan oleh hot-air blower menuju ke
hexagonal heat exchanger dan water tank akan memompa air ke cooling unit sebagai
daerah yang dingin, sehingga terjadi perbedaan temperatur yang signifikan, dan dihasilkan
energi listik. Semakin tinggi perbedaan temperatur, maka semakin besar pula energi
listrik yang dihasilkan.

Heat exchanger adalah sistem yang digunakan untuk mentransfer panas antara 2 atau
lebih fluida. Dalam system TEG, keberadaan Heat exchanger sangat penting karena
berperan sebagai hot source. Penggunaan hexagonal heat exchanger dalam teknologi ini
memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan TEG yang berbasis flat-plate heat
exchanger, yaitu dalam hal keseragaman suhu dan rendahnya backpressure yang
dihasilkan. Material kuningan yang digunakan juga memiliki keunggulan jika
dibandingkan stainless steel, yaitu konduksi panas yang lebih baik, dan perbedaan
temperature antara TEMs yang lebih besar, sehingga output yang dihasilkan lebih
maksimal.

Tidak terdapat masalah yang berarti selama penelitian terhadap heat exchanger
bentuk hexagonal ini, masalah yang timbul hanya terdapat pada analisis pengaruh
variable-variabel tertentu sebelum pengaplikasiannya, seperti pengaruh dari material yang
digunakan, backpressure (berbanding terbalik dengan laju aliran gas dan suhu
permukaan), coolant temperature (penggunaan air es dapat memaksimalkan perbedaan
temperature antar TEM tanpa meningkatkan konsumsi daya), dan clamping pressure
(berbanding terbalik dengan thermal insulator)

Anda mungkin juga menyukai