Anda di halaman 1dari 8

CUCI TANGAN

Pembimbing : Trimelia Suprihatiningsih Sp

Kelompok IV :

1. Ahmad Faqih Fawaid 6. Irma Susrini


2. Kasbulloh 7. Aryanti
3. Apri Lianto 8. Luciana Rahmawati
4. Safitri Dewi 9. Rachmawati Nur K
5. Eka Mailina Indriati 10. Selvy Kurnia

S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
A. Pengertian cuci tangan

Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan


dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005)
mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan
tindakan keperawatan misalnya:memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi yang
di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan
kesehatan.Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan
sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter,2000).
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari
penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci
tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan
(Schaffer,et.al., 2000).
Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung
lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang
ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga
dari infeksi.Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci
tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.

B. Tujuan cuci tangan


Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk:
1. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan,
2. Mencegah infeksi silang (cross infection),
3. Menjaga kondisi steril,
4. Melindungi diri dan pasien dari infeksi,
5. Memberikan perasaan segar dan bersih.

C. Indikasi cuci tangan


Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :
Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan
kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan, Sebelum melakukan asuhan
keperawatan langsung, Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka Setelah
tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada
tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh,
sekresi atau ekresi, Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi
dengan mikroorganisme virulen atau secara epidemiologis merupakan
mikroorganisme penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung
sekresi Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi
atau kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau
epidemiologis. Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi Setelah
melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius.

D. Keuntungan mencuci tangan


Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan Dapat
mengurangi infeksi nosocomial, Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga
tangan lebih bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan Dari segi praktis,
ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak dapat
menyebabkan infeksi nosokomial.

E. Macam- macam cuci tangan dan cara cuci tangan


Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci
tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing)
dan cuci tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk
melakukan cuci tangan tersebut dapat dibedakan berbagai cara:
1. Tehnik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan
penyakit. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap
wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit.
a) Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah:
1) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan
2) Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi
nyaman.
3) Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.
4) Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
5) Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari
6) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan
7) Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara
bergantian kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian
8) Membersihkan tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga
tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah.
9) Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari, karena jari yang
telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
10) Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam
keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci
tangan yaitu mengeringkan tangan dengan hand towel

2. Tehnik mencuci tangan aseptic


Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan
aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik.Mencuci tangan dengan
larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien
yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah
aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama
dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa,
hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah
mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.

3. Tehnik mencuci tangan steril


Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci
hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak
cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-
iritasi, spektrum luas, kerja cepat),sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari
plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala,handuk steril, pakaian di
ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu. Prosedur kerja cara mencuci
tangan steril adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan
dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasan
2. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat
3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau control dengan kaki dan
sesuaikan air untuk suhu yang nyaman.
4. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan
tangan atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur.
5. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok
tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku.
6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau
pengikir. Membuang pengikir setelah selesai digunakan
7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial.
8. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku tangan sebanyak
15 kali gerakan. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan
permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu jari 10 kali
gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan. Menyikat samping dan
belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian sikat punggung
tangan sebanyak 10 kali gerakan. Seluruh penyikatan harus selesai
sedikitnya 2-3 menit (AORN, 1999 sebagaimana dikutip oleh Perry&
Potter, 2000).
9. Bilas sikat secara seksama. Bagi lengan dalam tiga bagian. Kemudian
menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan gerakan
sirkular selama 10 kali gerakan; menyikat bagian tengah dan atas lengan
bawah dengan cara yang sama setelah selesai menyikat buang sikat yang
telah dipakai. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari
sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku.
10. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.
11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air
dengan pedal kaki. Lalu keringkan dengan handuk steril untuk satu tangan
secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan
gerakan melingkar.
12. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan
menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.
13. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh. Perawat
memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak objek apa pun.

4. Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cuci tangan steril


Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air mengalir
berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke siku. Jadi mempertahankan tangan tetap
tinggi sehingga memungkinkan air mengalirdari area yang kurang ke yang paling
terkontaminasi. Bila perawat ingin menggunakan sarung tangan steril di area
reguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan dengan handuk
steril. Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan dua kali sesuai
prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada situasi ini perawat dapat
menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringan dimulai dari area
yang paling bersih ke area yang kurang bersih.Pengeringan mencegah kulit
kering dan memudahkan penggunaan sarung tangan (perry & potter, 2005).

5. Perilaku cuci tangan tenaga kesehatan


Perilaku adalah aktivitas manusia yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Maka dari itu perilaku manusia adalah semua
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon. Bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dapat dibedakan menjadi dua yaitu
perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior).
Perilaku tertutup (convert behavior) merupakan respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku
terbuka (overt behavior) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003),
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviocauses) dan faktor diluar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung (enabling
factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci
tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat. Dari hasil pengamatan oleh Musadad, et.al.
(1993) ditulis dalam CDK (Cermin Dunia Kedokteran) yaitu dokter maupun
perawat sebagian besar tidak melaksanakan cuci tangan. Yang terlihat pada
waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kali atau pergantian
dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan
setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti
ini dapat memicu terjadinya Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated
Infections (HAIs) yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada
petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga
maupun dari petugas kepada pasien (Depkes RI, 2009). Salah satu tahap
kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah hand hygiene (kebersihan tangan) karena kegagalan dalam menjaga
kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan
mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan
kesehatan (Menkes dalam Depkes RI, 2009).

6. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat


Lankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, & Peterson (2003) bahwa faktor
yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianya tempat
cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek
bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhadap standar.
Hasil penelitian Tohamik (2003) adalah kurangnya kesadaran perawat dan
fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk cuci tangan. Kepatuhan
cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas. Menurut Saefudin, et.al. (2006),
tingkat kepatuhan untuk melakukan KU (Kewaspadaan Universal), khususnya
berkaitan dengan HIV / AIDS,dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin,
jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial
(sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B, ketegangan dalam kerja, rasa takut
dan persepsi terhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (kesepakatan
untuk membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari
rekan kerja dan adanya pelatihan). Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh
Smet (1994), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan
factor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa
karakteristik. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki
seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit
(Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia).Karakteristik
perawat meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan
tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40863/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai