DISUSUN OLEH :
DENI PURNASARI
(G3A020093)
2021
MANAJEMEN PENGELOLAAN KLIEN PADA Ny. S DENGAN
DIAGNOSA STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG RAJAWALI
3A RSUP Dr. KARIADI KOTA SEMARANG
TU PP
PUK
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 79 Tahun
Tanggal Lahir : 25 Oktober 1941
No RM : 495421
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Tegowanu, Semarang
Diagnosa Medis : SNH
Kelas Ruangan : kelas III
2. Identitas Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Tegowanu, Semarang
Hubungan dengan klien : Suami
B. RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S datang ke RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang melalui ruang IGD.
Klien diantar oleh keluarganya, setibanya di rumah sakit dilakukan assesment
awal dengan menanyakan keluhan klien, klien mengatakan tangan kanan
terasa berat, kesemutan, kepala terasa pusing sejak kemarin pagi, mual dan
tidak muntah. Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien composmentis
dengan skore GCS 15 (E4M6V5). Klien ditempatkan di ruang Rajawali 3A
dan diantar menggunakan brangkar pada pukul 12.00 WIB.
Saat dilakukan pengkajian diruangan pukul 12.10 WIB klien
mengatakan tangan kanan terasa berat, kesemutan, kepala pusing, perut terasa
mual tapi tidak muntah, keluhan dirasakan sejak kemarin pagi, akhirnya
keluarga membawa Ny. S ke RSUP Dr. Kariadi Kota Semarang. Keluarga
klien mengatakan Ny. S sebelumnya pernah dirawat di RS karena tekanan
darah tinggi. Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan DM sudah
10 tahun dan jarang dikontrol ke pelayanan kesehatan. Selama klien di rumah
klien nafsu makan baik namun hanya ada keluhan mual saja. Setelah
dilakukan observasi dan pengkajian mengenai keluhan klien, didapatkan data
keadaan umum klien lemah, tangan kanan terasa berat, kesemutan, kepala
pusing serta mual namun tidak muntah. Kemudian dilakukan pemeriksaan
fisik salah satunya yaitu pengukuran tanda-tanda vital pada Ny. S didapatkan
hasil TD : 140/70 mmHg, N : 75 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 37,5 0 C, BB : 54
kg, TB : 155 cm. Pemeriksaan fisik selanjutnya yaitu akral hangat, terjadi
hemiperase dextra dengan hasil pemeriksaan kekuatan otot untuk tangan
kanan 0, untuk ekstremitas lain 5. Rencana tindakan yang dilakukan cek
darah lengkap, klien mendapat therapi infus RL 20 tpm.
Injeksi :
Omeprazole 40 mg/12 j (10.30)
Mecobalamin 500 mg/24j (10.30)
Citicoline 500 mg/ 12 j (10.30)
P.O :
Amlodipin 10 mg/24 j ( 10.30)
Aspilet 80 mg/24 jam (10.30)
Hasil pemeriksaan darah rutin :
GDS : 170 mg/dL
Hemoglobin : 12.9 g/dL
Hematokrit : 38.7 %
Jumlah trombosit : 328 /uL
Ureum : 25.7 mg/dL
Jumlah leukosit : 7.6 /uL
Hasil pemeriksaan MSCT scan kepala tanpa kontras
Kesan :
Infark di frontal sinistra, angina atrophy, tak tampak TIK meningkat saat
ini.
Dilakukan identifikasi klien dengan menggunakan The Morse Fall
Scale (MFS) untuk mengukur resiko jatuh pada klien. Skore penilaian yang
didapatkan adalah 35 klien termasuk dalam kategori klien dengan resiko jatuh
sedang. Skining kebutuhan ADL pada Ny. S dilakukan dengan indeks barthel
dan didapatkan skore 15 yang berarti bahwa dalam memenuhi kebutuhan
ADLnya klien masuk dalam kategori - ketergantungan ringan.
Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan, minuman, suhu
maupun obat-obatan. Pengkajian status cairan didapatkan klien minum
sebanyak 1000 cc/ hari dan makan 3 kali/ hari sebanyak 1 porsi makan
makanan nasi sayur tempe tahu buahnya pisag pada saat sebelum di RS. Pada
saat di RS klien minum sebanyak 1000 cc/hari, makan ½ porsi saja.
Pengkajian eliminasi didapatkan klien BAK 4x/hari dengan menggunakan
pispot dan belum BAB selama 2 hari.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas diagnosa keperawatan yang
pertama muncul pada kasus ini adalah resiko penurunan perfusi serebral b.d
pendarahan intraserebral. Data subjektif pada diagnosa ini adalah klien tangan
kanan terasa berat sejak 2 hari yang lalu, kesemutan. Data objektif yang
mendukung diagnosa ini adalah klien tampak lemah, terjadi hemiperase
dextra, kekuatan otot tangan kanan 0, hasil MSCT scan kepala polos : infark
di frontal sinistra, aging atrophy, dan tak tampak peningkatan TIK saat ini.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
menunjukkan tidak terjadi penurunan perfusi serebral dengan kriteria hasil :
TIK tidak meningkat, vital sign dalam batas normal. Intervensi yang
dilakukan adalah monitor TTV, pantau adanya peningkatan TIK, posisikan
kepala lebih tinggi 30-450. diagnosa ini belum teratasi pada hari ke 2 dan
implementasi asuhan keperawatan dilanjutkan selama 3 hari. Pada hari ke 3
diagnosa ini dapat teratasi yang ditandai dengan tidak ada peningkatan TIK,
tanda-tanda vital dalam batas normal, TD : 120/90mmHg, N : 89 x/menit, RR
: 20x/menit, S : 37,00C.
Diagnosa keperawatan yang muncul ke dua pada Ny. S adalah
intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot ekstermitas kanan. Data subjektif
pada diagnosa ini adalah klien mengatakan tangan kanan terasa berat dan
kesemutan sejak 2 hari yang lalu, pusing dan badan lemas. Data objektif yang
mendukung diagnosa ini adalah terjadi hemiperase dextra pada klien, dari
pengkajian kekuatan otot terjadi kelemahan otot pada ekstremitas bagian
kanan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : mampu melakukan
aktivitas sehari-hari (ADLs), tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu
berpindah dengan atau tanpa bantuan alat. Intervensi yang dilakukan adalah
tentukan penyebab keletihan, pantau vital sign saat beraktvitas dan tidak
beraktivitas, bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas. Diagnosa ini dapat
teratasi pada hari ke 3 yang ditandai dengan klien dapat berpindah dengan
alat bantu kursi roda, klien dapat melakukan ADLs dengan bantuan keluarga.
Diagnosis sekunder 15 0
Normal 0 0
Agitasi/ konfusi 15 0
Status Mental
Dimensia 15 0
RT
Tingkat resiko :
Resiko Tinggi (RT) : 45 atau lebih
Resiko Sedang (RS) : 25 sampai 44
Resiko Ringan (RR) : 0 sampai 24
Berdasakan hasil pengkajian resiko jatuh pada NY. S didapatkan
hasil skor 20 (resiko rendah) , tetapi apabila diperlukan intervensi
pencegahan resiko jatuh pada Ny. S yaitu :
Memberikan obat
3 menit
peroral
Menulis laporan
10 menit
kondisi klien
Melakukan operan
10 menit
jaga
TOTAL 56 menit
22-01- Melakukan operan 10 menit
jaga
Menanyakan
5 menit
keluhan
Melakukan
5 menit
pemeriksaan TTV
2020 Injeksi perhari 5 menit
Mengganti infus 5 menit
Menulis laporan
10 menit
kondisi klien
Melakukan operan
15 menit
jaga
TOTAL 55 menit
6. Kebutuhan SDM
Jumlah Klasifikasi pasien
Pasien
Parsial
Pagi Sore Malam
1 0,27 0,15 0,10
Kebutuhan tenaga perawat yang diperlukan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada klien adalah 1 perawat untuk setiap shiftnya.
7. Kebututan Logistik pada Pasien
Jumlah pembiayaan:
Total Harga
No. Tindakan Logistik Total Biaya
penggunaan Satuan
1. konsultasi 2 7.500 15.000
ahli gizi
2. CT scan 1 565.500 565.500
kepala
3. Biaya cucian 1 8.500 8.500
linen
4. Akomodasi 1 55.000 55.000
rawat inap
5. Pemcampura 1 20.000 20.000
n obat suntik
6. Asuhan 1 35.000 35.000
keperawatan
7. Visite dokter 3 35.000 105.000
spesialis
rawat inap
8. Alkes Spuit 5cc stera 4 1108,8 4435,2
Spuit 3 cc stera 6 780 4680
Spuit 10 cc stera 2 1557,6 3115,2
Alkohol swab 10 120 1200
Citicolin 250 inj 8 4.080 32.640
Omeprazol inj 2 2.471 4.942
Mecobalamin inj 500 mg 2 7.286 14.572
Amlodipin 10 mg 2 111 222
Aqua P.I 25 ml 2 3.432 6.864
Ringer laktat 500 ml 6 9.155 54.930
Film Dry start DT 2B 1 56.100 56.100
Lancet V medick 2 780 1.560
Omeprazol 20 mg (tablet) 2 328 656
Miniaspi 80 mg 1 301 301
Glimepirid 2 mg 1 248 248
3. Laboratorium Pemeriksaan labolatorium 3 16.000
Dan (GDS)
Pemeriksaan Reager GDS (CITO) 3 9.600 28.800
Diagnostik a. Hematologi paket 1 48.000 48.000
4. Ruang a. Tempat Tidur 3 55.000 165.000
Perawatan : b. Ac
Kelas 3 c. Meja
d. Kasur
e. Sprei
f. Bantal
g. Sarung Bantal
h. Selimut
i. Tiang Infus
j. Hanscrub
k. Tempat Sampah
l. Lemari
m. Penerangan
lampu+listrik
n. Air
o. Kamar Mandi/WC
p. Gayung
q. Pispot
Tindakan Tingkat ketergantungan 3 40.000 120.000
6. medis dan pasien
Keperawatan
Total Biaya Rp 1.423.195
9. Discharge Planning
a. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
juga ikut dilibatkan sebab keluarga merupakan bagian dari unit
perawatan agar transisi dari ruang Nakula 2 ke rumah dapat efektif.
Beberapa elemen dari pengkajian discharge planning diantaranya
adalah :
1) Data Kesehatan
Diagnosa klien stroke non hemoragik, klien dengan keluhan tangan
kanan terasa berat dan kesemutan sejak 2 hari yang lalu, lemas,
serta pusing. Masalah keperawatan yang muncul adalah resiko
penurunan perfusi serebral dan intoleransi aktivitas.
2) Pemberi Perawatan
Pemberi perawatan selanjutnya adalah oleh keluarga di rumah.
3) Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
Sumber dana yang digunakan klien dan keluarga selama menjalani
perawatan di rumah sakit adalah BPJS.
Discharge Planning antara lain:
1. Jika pasien berusia > 60 tahun
2. Jika pasien membutuhkan perawatan lama
3. Jika pasien mengidap penyakit kronis
4. Jika pasien memerlukan tindakan tindak lanjut
dirumah
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang masih menjadi masalah pada klien saat
ini adalah nyeri akut dan hambatan berjalan
c. Perencanaaan : Hasil yang diharapkan
Perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk
persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
1. Medication (obat)
Sebelum pasien pulang dijelaskan obat apa saja yang akan dibawa
pulang dan dosis obatnya. Obat pulang pada Ny. S yaitu:
Omeprazole 40 mg/12 j, Mecobalamin 500 mg/24j, Citicoline 500
mg/ 12 j, Amlodipin 10 mg/24 j, dan Aspilet 80 mg/24 jam.
2. Environment (Lingkungan)
Perawat memastikan bahwa lingkungan tempat tinggal pasien aman
dan terdapat tempat pelayanan kesehatan, agar ketika klien
memubutuhkan pelayanan kesehatan segera pasien bisa ke tempat
pelayanan terdekat seperti puskesmas.
3. Treatrment (pengobatan)
Perawat menjelaskan gambaran tindakan medis atau keperawatan
yang akan diperoleh klien ketika sudah pulang nantinya, pasien
harus kontrol dengan dokter penanggung jawab klien saat dirumah
sakit.
4. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Sebelum pulang perawat menjelaskan dosis obat, memotivasi
untuk melakukan relaksasi nafas dalam jika nyeri muncul.
5. Outpatient referral
6. Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
7. Diet
Untuk mempertahankan ataupun meningkatkan asupan nutrisi
klien, Ny. S diberikan diet khusus yaitu diet rendah garam dan
rendah gula.
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang diberikan telah didokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary).
e. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning penting dalam membuat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.
Evaluasi selanjutnya akan dinilai oleh DPJP apakah klien sudah bisa
pulang atau belum
10. Survei Kepuasan Pasien
Kepuasan klien terhadap pelayanan di ruang Rajawali 3A dinilai dari
hasil kuisioner yang diberikan kepada klien dan keluarga. Kepuasan
pasien dan keluarga diberikan pada pasien yang akan pulang dan itu
merupakan salah satu hak pasien. Klien dan keluarga menyampaikan
bahwa mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
perawat di ruang Rajawali 3A. Berikut merupakan hasil pengkajian
tingkat kepuasan klien dan keluarga menggunakan kuisioner tingkat
kepuasan:
No Pernyataan Ya Tidak
.
1. Perawat memperkenalkan diri kepada saya √
2. Perawat melakukan komunikasi sebelum √
melakukan tindakan kepada saya dan saya
paham
3. perawat menjelaskan hak dan kewajiban saya √
sebagai pasien
4. perawat mengorientasikan fasilitas ruang √
perawatan
5. Saya merasa puas selama dirawat diruang ini √
6. Perawat selalu tersenyum, sopan dan ramah √
dalam melayani saya di ruangan
7. Perawat melayani saya dengan sabar √
8. Perawat terampil dalam melaksanakan tindakan √
9. Perawat berpenampilan bersih dan rapi √
10. Perawat membantu memenuhi kebutuhan saya, √
apabila saya membutuhkan (mandi, makan,
minum obat, BAB dan BAK)
11. Perawat merespon dengan cepat saat saya √
membutuhkan bantuan
12. Perawat tanggap terhadap keluhan saya √
13. Perawat mendampingi saya saat dokter √
melakukan pemeriksaan
14. Perawat memanggil nama saya dengan benar dan √
mengecek gelang pasien
15. Selama dirawat, perawat mengawasi atau √
memantau keadaan saya secara teratur
16. Perawat meminta persetujuan kepada saya atau √
keluarga sebelum melakukan tindakan
Keterangan : pasien merasa puas dengan pelayanan perawatan
selama di rawat inap yang telah di berikan perawat di ruang Nakula 2.
11. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dilakukan oleh pasien dengan tenaga
medis seperti dokter spesialis, perawat. Komunikasi klien Ny. S dengan
dokter spesialis dilakukan pada saat visit dokter, saat itu dokter
menjelaskan kondisi klien dan proses terapi yang dijalani, keluarga klien
juga bertanya beberapa hal tentang kondisi klien. Komunikasi klien dan
perawat dilakukan setiap hari, saat operan ataupun saat klien
membutuhkan bantuan perawat untuk memenuhi kebutuhannya.
12. Hambatan dan Pendukung Proses Keperawatan Secara Manajerial
a. Hambatan
Tidak ada hambatan dalam proses keperawatan secara manajerial.
Komunikasi yang dilakukan oleh perawat ke pasien sudah sesuai dan
mudah dimengerti oleh pasien. Pemberian obat sudah sesuai waktu
dan dosis yang diberikan sudah diatur oleh pihak farmasi. Untuk
penanda tangananan discharge planning pada saat pertama masuk
sudah ditanda tangani oleh pasien / keluarga. Untuk setiap tindakan
dari perawat selalu meminta persetujuan dari pasien.
Interdisiplin, pengaturan jadwal, persiapan kepasien waktu yang
tidak tepat, perhitungan SDM karena adanya alasan ketidak sesuaian
jumlah perawat dan pasien
b. Pendukung
Advice yang sudah diberikan oleh dokter segera dijalankan.
13. Hambatan/Tantangan, Faktor Pendukung Dan Solusi Penyelesaian
Dalam Pengelolaan Pasien
a. Hambatan:
1. Defisiensi pengetahuan klien tentang penyakit, antrian panjang
ketika ke radiologi.
2. Pasien yang berasa diruangan Rajawali 3A adalah pasien yang
menggunakan jaminan kesehatan dimana orang-orang yang
menggunakan jaminan kesehtan memiliki vinannsial menengah
kebawah yang berpendidikan SD-SMP, sulit untuk
menyampaikan informasi dan kemungkinan pasien juga sulit
untuk menerima informasi. Jadi perawat harus menggunakan
bahasa yang mudah di pahami oleh pasien.
b. Pendukung
1) Tenaga medis yang siap membantu dalam pemenuhan ADL klien
2) Keluarga pasien lain yang ikut membantu
3) Klien dan keluarga mengungkapkan semua keluhan yang dirasakan
sehingga pengobatan yang diberikan sesuai dengan kondisi klien.
4) Perawatan yang diberikan pada klien sudah sesuai dengan SOP
yang ada.
5) Pemberian obat-obatan baik injeksi maupun oral sudah sesuai
dengan prinsip pemberian obat dengan prinsip 6 benar.
c. Solusi
Komunikasi efektif antar tenaga medis dan keluarga yaitu untuk
pendampingan klien sehingga mengurangi resiko lebih lanjut pada
klien. Memberikan edukasi tentang penyakit yang di alami,
mengajarkan ROM pada klien agar tidak terjadi kekakuan otot dan
kelemahan ekstremitas, edukasi untuk selalu mengontrol rutin tekanan
darah dan gula darah agar tidak terjadi kembali penyakit yang dialami
sekarang.