LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
A.1.1 Definisi
A.1.2 Klasifikasi
DM) dan keua, menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi. 1,2
perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik sehingga masih
reversibel.5
serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversibel.
- Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini sudah irreversible. Kerusakan serabut
saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan proses
perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal paling banyak
Neuropati difus
Neuropati fokal
- Neuropati kranial
- Radikulopati/pleksopati
- Entrapment neuropathy
secara umum dibagi atas 3 sistem yaitu sistem motorik, sensorik dan
terkena lesi bisa kecil atau besar, lokasi proksimal atau distal, fokal
A.1.3 Diagnosis
progresif dan fungsi motorik (lebih jarang) yang berlangsung pada bagian
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban tidak ada keluhan
neuropati. 1
motorik; 2). Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit
filamen mono Sammes-Weinstein); 3). Fungsi serabut saraf kecil dengan tes
sensasi suhu; 4). Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan
maksimum-minimum)
beratnya DM. 1
Faktor Metabolik
sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf merusak sel saraf melalui mekanisme
yang belum jelas. Salah satu kemungkinannya ialah akibat dari akumulasi
untuk mengurangi radikal bebas dan penurunan produksi nitric oxide (NO). 1
products (AGEs). AGEs ini sangat toksis dan merusak semua protein tubuh,
termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya AGEs dan sorbitol, maka sintesis dan
terjadilah ND. Kerusakan aksonal metabolik awal masih dapat kembali pulih
dengan kendali glikemik yang optimal, tetapi bila kerusakan metabolik ini
Kelainan Vaskular
species (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan endotel vaskular dan
dan demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut. Kejadian neuropati yang
didasari oleh kelainan vaskular masih bisa dicegah dengan modifikasi faktor
A.1.5 Patofisiologi
dirusak oleh radikal bebasi dan lemak, menghasilkan AGE yang kemudian
merusak jaringan saraf yang sensitif. Selain itu, glikosilasi enzim antioksidan
Glukosa di dalam sel saraf diubah menjadi sorbitol dan polyol lain oleh
enzim aldose reductase. Polyol tidak dapat berdifusi secara pasif ke luar sel,
masuk ke dalam sel dalam jumlah banyak. Selain itu, sorbitol juga dikonversi
AGE. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf menurunkan aktivitas
Na/K ATP ase. Jalur sorbitol, sebagai salah satu mekanisme patogenesis pada
neuropati perifer. Dari: Head KA. Peripheral neuropathy: pathogenic
penting dalam mengontrol aktivitas Na/K ATP ase. Radikal superoksida yang
Na/K ATP ase. Selain itu penurunan kerja NO juga mengakibatkan penurunan
neuropati porfiria dan difteri. Gangguan sensorik lebih menonjol terjadi pada
dan pada umumnya lebih berat, kemudian baru mengenai otot-otot tangan dan
lengan. Pada kasus ringan hanya mengenai kaki saja. Kelemahan dapat
ringannya kerusakan serabut saraf. Atrofi juga akan berlanjut karena otot-otot
pada derajat lesi. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kecepatan hantar saraf
tepi. Gangguan sensorik lebih banyak mengenai bagian distal tungkai dan
lengan, dapat mengenai semua jenis perasaan atau terbatas pada rasa raba dan
nyeri saja. Mungkin pula terdapat kehilangan rasa tekan, getar, rasa
proksimal dan melibatkan sensasi rasa panas dan nyeri. Parestesi dan disestesi
sering mengenai tangan dan kaki, kadang-kadang seperti rasa geli, rasa arus
listrik dan rasa seperti disuntik patirasa pada saat akan dilakukan pencabutan
gigi. Bentuk lain adalah rasa nyeri sengat dan rasa tusuk. Parastesi dan
disestesi ini sering terjadi pada polineuropati alkohol dan diabetes melitus 2
tungkai istirahat dan membaik bila tungkai digerakkan, sering ditemukan pada
dan kongenital. Manifestasi lain adalah pupil yang kurang reaktif, produksi air
mata dan air liur yang berkurang, dan mungkin pula ada impotensi, kelemahan
sfingter uretra dan anus. Dilatasi esofagus dan kolon dapat dijumpai pada
distonia vesika urinaria. Pada tahap lanjut akan terjadi retensi urin. 2
A.1.6 Jenis Neuropati
Polineuropati
defisiensi, dan reaksi imuno-alergik. Bila gangguan hanya mengenai akar saraf
spinalis maka disebut poliradikulopati dan bila saraf spinalis juga ikut
Gangguan fungsi saraf tepi terutama bagian distal tungkai dan lengan,
sensibilitas berupa gambaran kaus kaki dan sarung tangan (glove and stocking
pattern). Tungkai terkena terlebih dahulu. Gangguan saraf otak dapat terjadi
pada polineuropati yang berat seperti kelumpuhan nervus fasialis bilateral dan
Bare). 2
Mononeuropati
Lesi bersifat fokal pada saraf tepi atau lesi bersifat fokal majemuk
Pada kasus yang jarang, neuropati mungkin merupakan tanda awal suatu
Bentuk ini paling sering dijumpai, keluhan dapat dimulai dari yang
paling ringan sampai dengan yang plaing berat. Ada rasa tebal atau
penderita pada waktu malam hari, terutama pada waktu penderita sedang tidur.
Kadang-kadang penderita mengeluh sukar berjinjit dan sulit berdiri dari posisi
jongkok. 2
2. Neuropati autonom
kemih disebabkan oleh karena mukosanya kurang peka lagi. Impotensi lebih
sering dijumpai dan gejala ini semakin nyata apabila neuropati bentuk lain
hanya keluar banyak di sekitar wajah, leher dan dada bagian atas (gustatory
3. Mononeuropati
mononeuropati terjadi secara cepat dan biasanya lebih cepat pula membaik.
Yang sering terkena adalah nervi kraniales. Apabila beberapa saraf terkena
mononeuropati multikompleks. 2
A.1.8 Prognosis
neuropati diabetika. Pada NIDDM prognosis tentu lebih baik daripada tipe
IDDM. Lama dan beratnya diabetes melitus serta lama dan beratnya keluhan
neuropati yang dialami, dan apakah sudah mengenai saraf autonom, semuanya
A.2.1 Definisi
darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh
komplikasi jangka panjang yang mengenai pembuluh darah, ginjal, mata dan
saraf 1,3,4,7
A.2.2 Epidemiologi
tubuh , terutama mata, ginjal syaraf, jantung dan pembuluh darah. Sebelumnya
WHO 1980 berkata bahwa DM merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan
akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau
tahun 1965 oleh WHO telah terjadi pada 1980 dan kemudian diperbaharui
pada 1985 dan 1994. Sedangkan pada tahun 1997 , ADA (American Diabetes
melakukan revisi kosensus tersebut pada tahun 1998, 2002 dan 2006 dengan
ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang
urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena
banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas
Papyrus Ebers di mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit
diabetes dari kata diahere yang berarti siphon atau tabung untuk mengalirkan
cairan dari satu tempat ke tempat lain. Dia menggambarkan penyakit itu
sebagai melelehnya daging dan tungkai ke dalam urin. Cendekiawan India dan
China pada abad 3 sampai dengan 6 masehi juga menemukan penyakit ini,
malah dengan mengatakan bahwa urin pasien – pasien ini rasanya manis.
Tahun 1674 Willis melukiskan urin tadi seperti digelingmangi madu dan gula.
Oleh karena sejak itu nama penyakit itu ditambah dengan melitus (melitus =
madu). Ibnu sina pertama kali melukiskan gangren diabetik pada tahun 1000.
Pada tahun 1889 Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes
pada anjing yang diambil pankreasnya. Kemudian pada abad 20, tepatnya
tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh seorang ahlu
glukosa darah, komplikasi akut menjadi jarang timbul, hingga umur pasien
diabetes umunya jadi lebih panjang. Timbul persoalan baru yaitu komplikasi
A.2.3 Diagnosis
dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam
dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosi DM, pemeriksaan yang
demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh
mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji
1. Usia ≥ 45 tahun
2. Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) > 23kg/m² , yang
Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram, atau riwayat
DM-gestasional
Menderita polycyctic ovarial syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. 3
tidak dianjurkan mengingat biaya yang mahal, serta pada umumnya tidak
diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi mereka yang diketemukan adanya
GDPT, sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Populasi
dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah
5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT akan berkembang menjadi DM, 1/3
tetap TGT dan 1/3 lainnya kembali normal. Adanya TGT sering berkaitan
ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan primer dan sekunder dapat segera
diterapkan. 3
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
Data Group, diabetes melitus dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe primer dan tipe
Mellitus (IDDM). Sedangkan tipe sekunder disebut juga dengan Non Insulin
DM tipe 2, hal ini sebenarnya merupakan suatu kesimpulan yang terlalu cepat
diambil, karena diabetes tipe ini merupakan suatu kelainan yang sangat
suatu gambaran lain yaitu DM tipe 1 tidak jarang terjadi pada orang dewasa. Ia
dapat terjadi pada semua umur dan kekerapan akan meningkat secara
orang dewasa 14% menggunakan insulin dan diantara mereka 83% telah
memakai insulin, sedang yang dengan anti GAD negatif hanya 6% yang
kemudian memakai insulin. Memang diabetes tipe 1 pada orang dewasa pada
mulanya tidak akan memberikan gambaran klinis yang spesifik sehingga akan
gemuk sebagai diabetes, dan untuk kelompok seperti ini dapat ditegakkan
atau tipe2. Misalnya, seseorang dengan diabetes tipe 2 dan berat badan kurang,
selama ini memakai insulin seringkali dianggap sebagai tipe 1. Atau seorang
anak atau remaja yang baru diketahui diabetes dan berasal dari keluarga
Orang ini biasanya masuk ke dalam diabetes tipe 2 dan sebaiknya tidak
Dibawah ini ada beberapa karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan
DM tipe 1:
Mudah terjadi ketoasidosis
Onset akut
Biasanya kurus
Istilah tipe 1 sering digunakan sabagai sinonim diabetes tergantung insulin (IDDM,
insulin yang berat akibat destruksi autoimun sel-sel beta dalam pulau-pulau
DM tipe 2 :
Onset lambat
disertai defisiensi insulin relatif dan disfungsi sel beta. Sebanyak 95% dari pasien
mellitus tipe ini sering terjadi pada dewasa tua (45-64 tahun) 8,5
A.2.5 Patofisiologi
baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu badan juga memerlukan
energi supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin
berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal
dari bahan bakar makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari
menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino, dan lemak menjadi menjadi asam lemak. Ketiga zat
makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh
di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan
bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di
dalam sel, zat makanan terutama glukosa di bakar melalui proses kimia yang
rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif, insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk sel untuk
darah normal. 3
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
ada dana reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri
pintu masuk sel tetap tidak dapat terbuka hingga glukosa tidak dapat masuk sel
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
insulin tidak ada (DM tipe 1) atau bila insulin itu kerjanya tidak baik seperti
dalam keadaan resistensi insulin (DM tipe 2) maka glukosa tak dapat masuk
sel dengan akibat glukosa akan tetapi berada di dalam pembuluh darah yang
artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan
akan jadi lemah karena tidak ada sumber enegi di dalam sel. 6
A.2.7 Patogenesis
ada reaksi otoimun. Pada individu yang rentan (susceptible) terhadap diabetes
tipe 1, terdapat adanya ICA (Islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya
oleh karena beberapa faktor pencetus seperti infeksi virus diantaranya virus
cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain-lain hingga timbul peradangan pada
sel beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen sel beta.
Yang diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan delta
tetap utuh. 3
tinggi prevalensinya adalah suku bangsa India Pima, keturunan Spanyol dan
Asia. 3
insulin (disingkat RI) yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin
untuk mengkompensasi RI itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama
kelamaan sel beta akan tidak sanggup lagi mengkompensasi RI hingga kadar
glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun , saat itulah
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi
mengsekresi insulin, suatu keadaan menyerupai diabetes tipe 1. Kadar glukosa
resistance. 7
juga. Hal itu memang benar. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup.
Diperlukan faktor lain yang di sebut faktor risiko atau faktor pencetus
misalnya, adanya infeksi virus (pada DM tipe 1), kegemukan pola makan yang
salah, minum obat-obatan yang bisa menaikan kadar glukosa darah. Proses
A.2.9 Komplikasi
progresif dan gagal ginjal, dan komplikasi yang terakhir dapat juga terjadi
neuropati sensorik simetris perifer dimana dapat timbul ulserasi dan kolaps
A.2.10 Terapi
Terapi tradisional
Karena tidak ada obat khusus yang tersedia untuk neuropati, peran
riwayat keturunan, yang dalam beberapa kasus berarti bahwa keluarga yang
yang diperoleh dari studi tentang riwayat keluarga. Karena CMT dapat
dominan, dan X-linked sifat resesif, dokter harus sangat mengenal bagaimana
Orthotics yang tepat dan bracing mungkin berguna bagi banyak pasien.
Namun, dalam pengalaman, operasi kaki sering tidak diperlukan. Oprasi kaki
untuk memperbaiki kaki, untuk derajat parah pes cavus dan hammertoes, dapat
meningkatkan berjalan dan mengurangi rasa sakit lebih titik-titik tekanan dan
mencegah bisul plantar. Pasien harus diberikan tujuan yang realistis untuk
operasi, karena jelas itu bukan obat mujarab untuk manifestasi lain seperti
neuron. asam askorbat dosis tinggi meningkatkan neuropati dari model tikus
askorbat dosis tinggi untuk mengobati pasien CMTIA saat ini sedang
A.2.11 KESIMPULAN
Diabetes adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan
kada glukosa darah disebabkan oleh karena adanya penurunan sekresi insulin.
Pada DM tipe 1 penurunan sekresi itu disebabkan oleh karena kerusakan sel
beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada DM tipe 2 penurunan sekresi itu
disebabkan oleh resistensi insulin di samping faktor usia dan genetik. 3,1
A.3.1 Definisi
adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang
(perifer berarti jauh dari pusat). Gejala dan tanda neuropati perifer cukup
sering ditemukan pada pasien usia lanjut, dan seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses penuaan. Namun, sering ditemukan berbagai kondisi yang
menjadi penyebab neuropati perifer pada usia tua, antara lain diabetes
obat-obatan dalam jangka waktu lama seperti obat anti kejang atau
kemoterapi. Selain itu, juga terdapat penyebab idiopatik neuropati perifer pada
usia tua, yaitu polineuropati aksonal kronik, dimana keadaan ini sering
dijumpai. 9
Selain itu beberapa studi yang dilakukan hanya mencakup gejala neuropati
tertentu, seperti prevalensi neuropati sensorik, otonom atau neuropati pada
terbaru dari subjek usia lanjut yang tidak bekerja dilaporkan angka kejadian
hidup yang bermakna dan berdampak pada gangguan keseimbangan dan jatuh.
Hal ini akan membatasi fungsi fisik mereka dan menyebabkan mereka lebih
A.3.2 Epidemiologi
belum memuaskan, dan banyak menemui kendala. Salah satu masalah utama
dalam studi ini adalah ketidak sepakatan mengenai definisi operasional yang
2,4%), dan Sisilia Italia (semua penduduk dewasa berbagai usia, 7%). 15
populasi usia 75-84 tahun, dan 13% pada populasi usia lebih dari 85 tahun. 16
A.3.3 Etiologi
adalah lepra. Etiologi lain yang bisa ditemukan pada usia lanjut antara lain
infeksi HIV.17
A.3.4 Patofisiologi
dirusak oleh radikal bebasi dan lemak, menghasilkan AGE yang kemudian
merusak jaringan saraf yang sensitif. Selain itu, glikosilasi enzim antioksidan
Glukosa di dalam sel saraf diubah menjadi sorbitol dan polyol lain oleh
enzim aldose reductase. Polyol tidak dapat berdifusi secara pasif ke luar sel,
masuk ke dalam sel dalam jumlah banyak. Selain itu, sorbitol juga dikonversi
AGE. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf menurunkan aktivitas
perifer.18
A.3.5 Diagnosis
gejala dan tanda yang berhubungan dengan disfungsi saraf perifer. Biasanya pasien
Gejala positif mencerminkan aktivitas spontan serabut saraf yang tidak adekuat,
Gejala negatif meliputi kelemahan, fatigue, dan wasting, sementara gejala positif
mencakup kram, kedutan otot, dan myokimia. 9,10,12,16 Kelemahan biasanya belum
mungkin muncul pada awal proses penyakit. Gejala negatif seperti hipestesia dan
abnormalitas melangkah. Gejala lain yang juga sering adalah kesulitan membedakan
rasa panas atau dingin dan keseimbangan yang semakin memburuk terutama saat
Gejala positif mencakup rasa terbakar atau tertusuk, rasa geli/kesemutan. Gejala
yang mungkin melibatkan sistem saraf otonom mencakup rasa haus, kembung,
paparan toksik dari bahan kimia), riwayat seksual (kemungkinan HIV atau hepatitis
C), konsumsi alkohol, kebiasaan makan, dan merokok. Sedangkan dari riwayat
Pengobatan yang pernah dikonsumsi pasien juga perlu dijelaskan untuk menentukan
9,10,16,18
Pemeriksaan sensorik perlu dilakukan sesuai anatomi saraf perifer dan pola
penyakit. Pemeriksaan ini terbagi tipe serabut saraf ukuran besar atau kecil.
Penilaian serabut saraf besar mencakup sensasi getar, posisi sendi, dan rasa raba
ringan. Sedangkan penilaian serabut kecil mencakup uji pin-prick dan sensasi suhu.
9,12
Tes Romberg juga bermanfaat menilai fungsi serabut besar. Dalam melakukan
pleksopati. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi area yang mengalami kelainan dan
dibandingkan dengan area kontralateral yang simetris. Selain itu juga dibandingkan
dengan area lain yang normal, dan dikaitkan dengan dermatom saraf. 9,10,12,16
kerusakan lower motor neuron. Hiporefleks atau arefleks sering ditemukan pada
neuropati serabut saraf yang besar, namun pada neuropati serabut saraf kecil
dan tergantung dari klinis pada pasien. American Academy of Neurology (AAN)
gula darah puasa, elektrolit untuk menilai fungsi ginjal dan hati, pemeriksaan darah
tepi lengkap, kadar vitamin B12 serum, laju endap darah, uji fungsi tiroid, dan
pemeriksaan anti GM1. Selanjutnya, pada pasien sindrom Guillain Barre, uji anti
logam berat, seperti uji kadar arsenik dan tembaga dalam urin. Prosedur ini perlu
hantaran saraf dan needle Electromyography. Kedua uji tersebut merupakan standar
motorik atau sensorik, beratnya kelainan neuropati, dan distribusi kelainan. Selain
itu uji elektrodiagnostik dapat menilai kelainan dari anatomi, apakah suatu
menilai konduksi pada segmen proksimal seperti saraf femoralis atau cauda equina,
patologik, dan beratnya kerusakan saraf. Namun pemeriksaan ini menjadi kurang
neuropati progresif akut/ sub akut, asimetrik dan multifokal. AAN menganjurkan
pemeriksaan ini pada diagnosis penyakit inflamasi seperti vaskulitis, sarkoidosis, dan
CIDP. Selain itu uji ini bisa dilakukan pada penyakit infeksi seperti lepra. 23,24
A.3.6 Kesimpulan
Gejala dan tanda neuropati perifer cukup sering ditemukan pada pasien usia
lanjut. Berbagai kondisi pada usia tua seperti diabetes, alkoholisme, defisiesi nutrisi,
perifer secara komprehensif dan efisien, diperlukan pendekatan yang sistematis dan
logis, terutama pada neuropati perifer yang dapat diobati. Aplikasi elektrodiagnostik
yang non invasif cukup memuaskan untuk menegakkan diagnosis, walaupun dalam
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
Diabetes Melitus
Komplikasi
1. Retinopati
2. Nefropati
3. Neuropati
Variabel Luar:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status Pendidikan
4. Berat Badan
5. Tekanan Darah
6. Kadar gula darah
7. Status Gizi
Keterangan :
: Variabel di teliti