KOMPOSISI DARAH
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).
Sumber:
Proses Hematopoeisis
Hematopoeisis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Proses ini
terjadi pada masa prenatal (masih dalam kandungan) dan post natal (setelah lahir)
Pada prenatal, proses pembentukan terjadi di yolk sac (kantung kuning telur) kemudian fase
selanjutnya di hati dan limfa pada fase lanjut di sumsum tulang.
1. Periode Mesoblastik
Sel darah dibuat dari jaringan mesenkim dimana mula-mula sel tersebut dibentuk
dalam paru – paru darah (bloods islands) dari kuning telur (yolk sac) yang berkembang
pada kehamilan 2 minggu. Pembuatan darah intravascular dalam yolk sac dapat dilihat
pada embrio sebesar 20mm dan menghilang pada embrio berumur 9 minggu (0 – 2
bulan)
2. Periode Hepatik
Sel darah dibuat oleh jaringan mesenkim yang banyak ditemukan dalam jaringan hati.
Hal ini terjadi pada kehamilan 8 minggu dan dalam periode ini tampak sel eritrosit
yang definitive, juga sel leukosit dan megakariosit.
3. Periode Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu dan terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup
dan terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi
terutama dihasilkan sel – sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama
limfosit T.
Orang dewasa rongga tulang yang diisi sumsum tulang terbatas pada tulang punggung
(vertebra), tusuk rusuk, tulang dada (sternum) tulang pinggul, tengkorak, tulang panjang
femur dan humerus
Trombopoesis
proses pembentukan dan perkembangan dari trombosit
1. thrombin suatu komponen kaskade pembekuan yang memiliki peran sangat penting
dalam peristiwa homostatis
1a. thrombin merangsang fibrinogen menjadi fibrin (benang-benang).
1b. thrombin mengaktifkan faktor yang mengestabilkan jala fibrin bekuan.
1c. thrombin meningkatkan aktivitas lebih banyak prothrombin menjadi thrombin
melalaui umpan balik positif.
1d. thrombin meningkatkan agregasi menjadi trombosit.
2. Menjadi umpan balik positif agregat trombosit meyeksresikan PF3 yang merangsang
kaskade pembekuan sehingga terjadi aktivasi thrombin.
■ Trombosit darah memainkan peran penting dalam hemostasis, trombosis dan koagulasi
darah
■ Jumlah trombosit mulai dari 140.000-450.000 juta / ul
■ Rentang hidup: 8 hingga 12 hari
■ Fungsi: Trombosit berpartisipasi dalam formasi steker trombosit dan bekuan fibrin yang
stabil (adhesi dan agregasi).
Pluripotential stem cell CFU-Meg Megakaryoblast
Proliferation
CSF-Mega
Megakaryocyte maturation Platelet shading
Thrombopoietin (TP)
Sumber : Hoffbrand, AV. (2006). Essential Haematology. Alih bahasa Darmawan I. Jakarta
: Kapita selekta
Asam Amino
Vitamin
Mineral
Hormon
Dan Faktor-faktor perangsang hematopietik
Yang pertama ada asam amino yang mempengaruhi pembentukan sel darah asam amino
sendiri berfungsi sebagai pengurai protein-protein dari makanan yang kita dapat.
Dalam proses pembentukan darah Vitamin yang digunakan dalam membentuk pembentukan
darah ialah antara lain vitamin C, vitamin B dll.
Fungsi dari vitamin C sendiri ialah untuk menghasikan zat yang disebut kolagen. Kolagen
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang rawan, tulang dll.
Fungsi dari vitamin B sendiri ialah untuk membantu proses metabolisme, meningkatka
energy, dan meningkatkan fungsi otak.
MINERAL YANG DI BUTUH KAN OLEH PEMBENTUKAN DARAH
Untuk Mineral dalam pembentukan sel darah yang berperan ialah Cobalt, Magnesium, dan
Zn.
Fungsi Cobalt sendiri ialah membantu dalam pembentukan hemoglobin yang mengandung
besi metalloprotein yang ditemukan dalam sel darah merah yang digunakan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
Fungsi Magnesium sendiri ialah menjaga kesehatan tulang, menjaga kesehatan jantung dan
meningkatkan kebugaran tubuh.
Fungsi dari Zinc sendiri ialah memperkuat sistem kekebalan tubuh, membantu pertumbuhan
sel dan mengurai karbohidrat.
Hormon yang digunakan dalam pembentukan darah yang juga merupakan faktor perangsang
hematopietik salah satunya adalah Erythropoietin dimana hormon ini di bentuk di ginjal
yang dimana khusus untuk merangsang pertumbuhan prekursor eritoid.
Growth hormone berfungsi untuk pertumbuhan tulang, otot dan organ serta mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan tubuh.
Sumber: Buku Hematologi Klinik Ringkas Prof Dr. I Made Bakta Hal 6-7, etc 2013.
Metabolisme Eritrosit
o Aspek Penting Metabolisme Sel darah merah
Sel darah merah (SDM) sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber
energinya; membrannya mengandung pengangkut glukosa berafinitas
tinggi.
Glikolisis, yang menghasilkan laktat adalah tempat produksi ATP.
Tidak terjadi pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif karena tidak
terdapat mitokondria di SDM.
SDM memiliki beragam pengangkut yang mempertahankan
keseimbangan ion dan air.
Pembentukan 2,3-bisfosfogliserat oleh reaksi-reaksi yang berkaitan erat
dengan glikolisis penting dalam mengatur kemampuan HB mengangkut
oksigen.
Jalur pentosa fosfat beroperasi di dalam SDM (jalur ini memetabolisme
sekitar 5-10% fluks total glukosa) dan menghasilkan NADPH; anemia
hemolitik akibat defisiensi aktivitas glukosa 6-fosfat dehidrogenase
sering dijumpai
Glutation tereduksi (GSH) penting dalam metabolisme SDM, dan salah
satu fungsinya adalah untuk mengimbangi efek peroksida yang
berpotensi toksik; SDM dapat membentuk GSH dan memerlukan
NADPH untuk mengembalikan glutation teroksidasi (G-S-S-G) menjadi
bentuk tereduksi
Besi pada Hb harus dipertahankan dalam keadaan fero; besi feri direduksi
menjadi besi fero oleh kerja suatu sistem methemoglobin reduktase
dependen-NADH yang melibatkan sitokrom b5 reduktase dan sitokrom
b5.
Sintesis glikogen, asam lemak, protein, dan asam nuklear tidak terjadi di
dalam SDM; namun, beberapa lipid (mis. kolesterol) di dalam membran
sel darah merah dapat bertukar dengan lipid plasma yang sepadan.
SDM mengandung enzim-enzim metabolisme nukleotida tertentu (mis.
adenosin deaminase, pirimidin nukleotidase, dan adenilil kinase);
defesiensi pada enzim-enzim ini berperan pada beberapa kasus anemia
hemolitik.
Jika SDM mencapai akhir masa hidupnya, globin akan diuraikan menjadi
asam-asam amino (yang digunakan kembali di tubuh), besi akan
disebabkan dari heme dan digunakan kembali, dan komponen tetrapirol
heme akan diubah menjadi bilirubin yang terutama diekskresikan ke
usus besar melalui empedu.
REFERENSI
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
B. Leukosit
Struktur dan Metabolisme Leukosit.
Sel darah putih atau leukosit, menjadi pelindung sebagai kunci dan yang bertahan kuat
melawan invasi patogen. Jenis yang paling banyak sel darah putih, disebut neutrofil,
mencerna dan menghancurkan bakteri serta jamur, proses yang dikenal sebagai
fagositosis. parasit besar yang difagositosis oleh eosinofil. Monosit yang bersirkulasi
dan bermigrasi dari aliran darah ke jaringan yang sakit, di mana monosit berdiferensiasi
menjadi makrofag fagositik. Granulosit seperti basofil dan sel mast membebaskan
efektor tersimpan yang menarik leukosit tambahan untuk tempat infeksi dan
menggerakkan respon inflamasi.
C. Trombosit
Struktur dan metabolisme Trombosit
Sumber :
- Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem – edisi 6,
(diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Hoffbrand, AV. (2006). Essential Haematology. Alih bahasa Darmawan I. Jakarta : Kapita
selekta
7. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan lab hematologi?
Pemeriksaan laboratorium hematologic
1. Darah rutin
•Hemoglobin (Hb),Hematokrit (Ht), jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, jumlah trombosit
•Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Indeks eritrosit (MCV,MCH,MCHC)
3. Pemeriksaan khusus
•Hitung retikulosit
•Coomb Test
•Analisa hemoglobin
a. Hemoglobin
•Cara sianmethemoglobin
WHO
b. Hematokrit
c. Jumlah leukosit
•Cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop
d. Jenis Leukosit
•Persentase relatif ->hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.
•Jumlah absolut ->nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).
Cara hitung :
•Manual dengan membaca pada sediaan hapus darah tepi. Bila pada hitung jenis leukosit,
didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/μl perlu
dikoreksi.
e. Indeks Trombosit
Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari hematokrit dan jumlah eritrosit
•Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah didalam plasma dalam waktu
•Nilai normal
•Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria
0-10 mm/jam
•Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria
0-10 mm/jam.
Sumber
Kuliah dr. Tri Ariguntar W, Sp.PK; 12 September 2018 ‘Pemeriksaan Laboratorium Pada
Anemia’
• Apabila seorang pasien memiliki tanda dan gejala yang mengarah ke penyakit terkait
hematologi:
anemia.
9. Apa saja zat gizi essensial yang berperan dalam proses hematopoeisis?
10. Jelaskan bagaimana hasil interpretasi dari hasil lab dalam skenario?
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya
dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus
eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker,
asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5
gram/dL.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan
fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol,
parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
Proses hemostasis
- Reaksi Primer
1. Vasokontriksi
Vasokontriksi segera pada pembuluh darah yang terlulka dan kontriksir reflex pada
arteri kecil dan arteriol di sekitarnya menyebabkan perlambatan awal aliran darah ke
darah ke daerah perlukan. Jika terdapat kerusakan yang luas,reaksi vaskuler ini
mencegah keluarnya darah. Aliran darah yang berkurang kemungkinan aktivasi kontak
pada thrombosis dan factor koagulasi. Zat amine vasoaktif dan trombosan A2 yang
dilepaskan dari trombosit, serta fibrinopeptida yang dilepaskan selama pembentukan
fibrin juga mempunyai aktivasi vasokontriksi.
a. Adhesi trombosit
Trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka. Mikrofibril subendotel
mengikat multimer VWF yang lebih besar, yang berikatan dengan kompleks Ib
membran trombosit. Di bawah pengaruh tekanan shear stress, trombosit bergerak
sepanjang permukaan pembuluh darah sampai GPIa/Iia (integrin alfa2beta1) mengikat
kolagen dan menghentikan translokasi. Setelah adhesi, trombosit menjadi lebih sferis
dan menonjolkan pseudopodia2 panjang, yang memperkuat interaksi antar trombosit
kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb / IIIa (integrin alfaIIb beta3) yang mengikat
fibrinogen untuk menghasilkan agregasi trombosit. Kompleks reseptor Iib / IIIa juga
membentuk tempat pengikatan sekunder dengan vWF yg menyebabkan adhesi lebih
lanjut.
VWF terlibat dalam adhesi trombosit pada dinding pembuluh darah dan pada trombosit
lain (agregasi). VWF juga membawa faktor VIII dan dulu dikenal sebagai antigen yang
terkait dengan faktor VIII (VIII-rag). Faktor ini adalah molekul multimerik besar yang
komplek yang tersusun atas beberapa rantai subunit yang bervariasi dari dimer sampai
multimer yg terikat dengan ikatan disulfida. VWF dikode oleh suatu gen pada
kromosom 12 dan disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. VWF disimpan dalam
badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula alfa yg spesifik untuk
trombosit. Pelepasan VWF dari sel endotel terjadi dibawah pengaruh beberapa hormon.
c. Agregasi trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang
beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan trombosit membengkak
dan mendorong membran trombosit pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu
sama lain. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut yang melepaskan
lebih banyak ADP dan tromboksan A2 yg menyebabkan agregasi trombosit sekunder.
Proses umpan balik positif ini menyebabkan terbentuknya masa trombosit yang cukup
besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel
d. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah respon hemostatik yang normal terhadap kerusakan vaskular.
Plasminogen (suatu proenzim beta-globulin dalam darah dan cairan jaringan)
diubah menjadi plasmin (suatu protease serin) oleh activator-aktivator, baik dinding
pembuluh darah (aktivasi intrinsik) atau dari jaringan (aktivasi ekstrinsik). Jalur
yang terpenting terjadi setelah pelepasan aktivator plasminogen jaringan (tPA) dari
sel endotel. tPA adalah protease serin yang mengikat fibrin. Proses ini
meningkatkan kemampuannya untuk mengubah plasminogen yg terikat pada
trombus menjadi plasmin. Kerja tPA yang bergantung pada fibrin ini sangat
membatasi pembentukan plasmin oleh tPA pada bekuan fibrin. Pelepasan tPA
terjadi setelah stimulus seperti trauma, olahraga, atau stres emosional. Protein C
aktif merangsang fibrinolisis dengan menghancurkan inhibitor tPA dalam plasma.
Di sisi lain, trombin menghambat fibrinolisis dengan mengaktifkan inhibitor
fibrinolisis.
- Reaksi Tersier
- Faktor I = fibrinogen #
- faktor II = protrombin #o
- faktor III = tromboplastin
- faktor IV = kalsium
- faktor V = proakselerin (faktor labil) #
- VI angka ini tidak dipakai.
- faktor VII = prokonvertin (faktor stabil) #o
- faktor VIII = faktor anti hemolitik
- faktor IX = komponen tromboplastin plasma (faktor
- Christmas)
- faktor X = faktor Stuart--Power o#
- faktor XI = anteseden tromboplastin plasma
- faktor XII = faktor Hageman
- faktor XIII = faktor stabilisator fibrin #o
- keterangan : # disintesis di dalam hati
- o sintesis tergantung kepada vitamin K
- Faktor V dan VIII cepat menjadi nonaktif di dalam darah
- simpan.
Penjelasan dari gambar. Jalur koagulasi darah yang dimulai oleh faktor jaringan
(tissue factor, TF) pada permukaan sel. Jika plasma berkontak dengan TF, faktor VII
berikatan dengan TF. Kompleks TF dan VII aktif (VIIa) mengaktifkan X dan IX. X dan IX
merupakan inhibitor jalur TF (TFPI) adalah suatu penghambat pentingnya TF/VIIa.
Kompleks VIIa –Ixa memperkuat produksi Xa dari X. Pembentukan trombin dari
protrombin oleh kerja kompleks Xa-Va menyebabkan terbentuknya fibrin. Trombin juga
mengaktifkan XI (garis terputus-putus), V, dan XIII. Trombin melepaskan VIII dari
pembawanya faktor von Willebrand (VWF), meningkatkan secara kuat pembentukan VIIIa-
IXa dan karenanya meningkatkan Xa-Va. Warna hijau pucat (serin protease), warna
(kofaktor).
Tabel 1.1. Faktor-faktor Pembekuan Darah
*Kata faktor VI tidak lagi digunakan. Apa yang dulu dianggap sebagai faktor VI ternyata bentuk
aktif dari factor V.
Urutan koagulasi dipisahkan menjadi beberapa bagian , yaitu Jalur Ekstrinsik dan
Jalur Intrinsik. Jalur ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya dan melalui jalu intrinsic yang berawal di dalam
darah sendiri.
Pada kedua jalur tersebut, baik ekstrinsik maupun intrinsik, berbagai protein plasma
yang berbeda yang disebut faktor-faktor pembekuan darahmemegang peran utama. Sebagian
besar protein-protein ini adalah bentuk inaktif enzim proteolitik (enzim yang mampu
memecah rantai panjang molekul protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang
disebut peptida. Bila berubah menjadi aktif, kerja enzimatiknya akan menimbulkan proses
pembekuan berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.
Jalur Ekstrinsik
1. Pelepasan faktor jaringan. Jaringan yang cedera melepaskan beberapa faktor yang
disebut faktor jaringanatau tromboplastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri atas
fosfolipid dari membrane jaringan ditambah kompleks lipoproteinyang terutama
berfungsi sebagai enzim proteolitik.
2. Aktivasi Faktor X–peranan Faktor VII dan Faktor Jaringan. Kompleks lipoprotein dan
factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan, bersamaan dengan
hadirnya ion kalsium, faktor ini bekerja sebagai enzim terhadap Faktor X untuk
membentuk Faktor X yang teraktivasi (Xa).
3. Efek Xa dalam membentuk activator protrombin –peranan Faktor V. Faktor X yang
teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid jaringan yang merupakan bagian dari
faktor jaringan, atau dengan fosfolipid tambahan yang dilepaskan dari trombosit, juga
dengan Faktor V, untuk membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protrombin.
Dalam beberapa detik, dengan adanya ion kalsium, senyawa itu memecah protrombin
menjadi thrombin, dan berlangsunglah proses pembekuan, yaitu trombin menyebabkan
polimerisasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam waktu
10-15 detik berikutnya; Faktor V yang teraktivasi sangat mempercepat protease,
sedangkan fosfolipid trombosit bekerja sebagai alat pengangkut yang mempercepat
proses tersebut. Terutama umpan balik positif trombin, yang bekerja melalui Faktor V,
untuk mempercepat proses seluruhnya.
Jalur Intrinsik
1. Darah yang terkena trauma menyebabkan (1) pengaktifan Faktor XII dan (2) pelepasan
fosfolipid trombosit.
2. Pengaktifan Faktor XI. Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
Faktor XI dan juga mengaktifkannya. Ini merupakan langkah kedua dalam jalur
intrinsic. Reaksi ini juga memerlukan kininogen HMW (berat molekul tinggi, dan
dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan Faktor IX oleh Faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi
bekerja secara enzimatik terhadap Faktor IX dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan Faktor X –peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja
sama dengan Faktor VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor 3 dari
trombosit yang cedera, mengaktifkan Faktor X. Jelaslah bahwa bila Faktor VIII atau
trombosit kurang persendiaannya, langkah ini akan terhambat.
5. Kerja Faktor X teraktivasi dalam pembentukan activator prothrombin –peran Faktor V.
langkah dalam jalur intrinsic pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam jalur
ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan Faktor V dan trombosit
atau fosfolipid jaringan untuk membentuk suatu kompleks yang disebut activator
prothrombin. Activator prothrombin dalam beberapa detik memulai pemecahan
prothrombin menjadi trombin, dan dengan demikian proses pembekuan selanjutnya
dapat berlangsung, yaitu trombin menyebabkan polimerisasi molekul-molekul
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
Proses Fibrinolisis
Sistem koagulasi di dalam tubuh seharusnya memiliki keseinbangan dinamis. Ketika bekuan
fibrin terus menerus di bentuk, maka harus ada proses untuk meleburnya kembali. Fibrin
yang dibentuk pada proses koagulasi secara perlahan-lahan dihancurkan melalui mekanisme
bertahap analog dengan sistem koagulasi. Dalam keadaan normal fibrinolisis diperlukan
untuk rekanalisasi pembuluh yang tersumbat dan supaya pembentukan sumbat dibatasi.
Fibrinolisis terjadi oleh plasmin yang bersifat enzim proteolitik (serin protease) yang
memecah fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut fragmen X-selain memecah fibrin,
plasmin juga memecah fibrinogen dan menghasilkan fragmen yang sama. Pemecahan
fragmen X selanjutnya menghasilkan fragmen Y & D. Fragmen ini disebut fibrin/fibrinogen
degradation product (FDP). Aktifitas plasminogen juga berlangsung dengan perantaraan
activator plasminogen yang berasal dari berbagai jaringan diantaranya pembuluh darah.
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah factor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif
trombin (factor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan factor X(Xa) di jalur umum dari pembekuan.
Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan factor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh,
seperti otak dan paru-paru. Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik
yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ektrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembentukan darah.
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative labil dan panas, yang hadir dalam
plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin
mengkatalisis pembekuan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif
autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan
berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Faktor VI
Tidak lagi digunakan. Apa yang dulu dianggap sebagai faktor VI ternyata bentuk aktif dari faktor V.
Faktor VII
Faktor VIII
Faktor IX
Komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor antihemofilia B. Fungsi sebagai sistem intrinsik.
Faktor X
Faktor XI
Faktor XII
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau ruptur, dinding pembuluh darah yang
rusak itu menyebabkan otot polos dinding pembuluh berkontraksi sehingga dengan segera
aliran darah darah pembuluh yang ruptur berkurang. Kontraksi terjadi akibat dari (1) spasme
miogenik lokal, (2) faktor autokoid lokal yang berasal dari jaringan yang terkena trauma dan
platelet darah, dan (3) berbagai refleks saraf. Refleks saraf dicetuskan oleh impuls saraf
nyeri atau oleh impuls-impuls sensorik lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan
yang berdekatan. Namun, akibat kontraksi miogenik setempat pada pembuluh darah.
Kontraksi ini terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah
yang lebih kecil, platelet mengakibatkan sebagian besar vasokonstriksi dengan melepaskan
sebuah substansi vasokonstriktor, tromboksan A2.
Semakin berat kerusakan yang terjadi, semakin hebat spasmenya. Spasme pembuluh
lokal ini dapat berlangsung beberapa menit bahkan beberapa jam, dan selama itu
berlangsung proses pembentukan sumbat platelet dan pembekuan darah.
Sumber: Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 12th edition, Hal: 447