Anda di halaman 1dari 39

1. Jelaskan komposisi darah, jenis-jenis sel darah dan fungsinya?

KOMPOSISI DARAH

Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).

1. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)


Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak,
kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat
sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ
pengeluaran.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:


a) Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotic
b) Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibody
c) Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.

2. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)


Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:

1) Sel Darah Merah (Eritrosit)


Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani
yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit
merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah
biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah
dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke
seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.
Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan
protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi,
sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah
ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.
Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya
disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan
pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan
tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang
terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak
dibandingkan jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki
dewasa terdapat 25 trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3)
darah trdapat 5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah
per milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah
menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak
dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan
kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum
merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang
memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi
dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini
sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan
sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.

2) Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun
jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa
setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah,
sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak
seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam
sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
gambar leukosit
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk
tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:


a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
Ø Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya
bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan
berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa
penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di
dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang biak
serta menghancurkannya.
Ø Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%.
Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh
cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah
tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi
dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Ø Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya
sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi
dengan larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat
fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang
disebut heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Ø Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir
bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30%
penyusun sel darah putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti
satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.
Ø Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat
atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam
tubuh, maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing.
Akibatnya tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk
menghancurkan antigen. Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi
antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain.
Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat dianggap sebagai antigen untuk orang
lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga
berlaku sebaliknya.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis).
Fagosit terdiri dari dua macam:
1) Neutrofil, terdapat dalam darah
2) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam
jaringan atau rongga tubuh
b) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:
1) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar
leher)
2) B Limfosit (B Sel)

Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh


melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang
masuk ke dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah
tetapi melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh
tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein
yang dapat memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya
kemampuan ini dapat mencengah terjadinya serangan virus.

3. Trombosit (Keping Darah)


Trombosit adalah sel darah yang berperan penting dalam hemostasis.
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah
terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000
disebut trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Trombosit hanya mampu bertahan sekitar 10 hari. Meskipun demikian trombosit
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar.
Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah.
Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung
di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K
yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya,
trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-
benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak
keluar lagi.

FUNGSI SEL-SEL DARAH


Darah memiliki beberapa sel yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Plasma Darah
Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari-sari makanan ke seluruh sel-sel tubuh
dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme ke alat pengeluaran
2. Sel Darah Merah
Fungsi utama sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah mengangkut
hemoglobin, yang selanjutnya mengangkut oksigen dari paru ke jaringan
3. Sel Darah Putih
Fungsi sel darah putih ialah sebagian besar diangkut secara khusus ke daerah yang
terinfeksi dan mengalami peradangan yang serius, dengan demikian menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius.
4. Keping-keping Darah (Trombosit)
1. Transport zat-zat kimia penting dalam proses pembekuan darah.

2. Perlindungan sementara dari kebocoran pembuluh darah.

3. Kontraksi aktif setelah terbentuknya bekuan darah.

Sumber:

- Sherwood, Lauralee. 2002.Fisiologi Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

- Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 12th edition

- Hematologi & Tranfusi.2014.Jakarta : Penerbit Buku Erlangga

2. Jelaskan bagaimana proses hematopoesis?

Proses Hematopoeisis

Hematopoeisis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah. Proses ini
terjadi pada masa prenatal (masih dalam kandungan) dan post natal (setelah lahir)

Pada prenatal, proses pembentukan terjadi di yolk sac (kantung kuning telur) kemudian fase
selanjutnya di hati dan limfa pada fase lanjut di sumsum tulang.

Hematopoeisis prenatal dibagi menjadi 3 fase :

1. Periode Mesoblastik
Sel darah dibuat dari jaringan mesenkim dimana mula-mula sel tersebut dibentuk
dalam paru – paru darah (bloods islands) dari kuning telur (yolk sac) yang berkembang
pada kehamilan 2 minggu. Pembuatan darah intravascular dalam yolk sac dapat dilihat
pada embrio sebesar 20mm dan menghilang pada embrio berumur 9 minggu (0 – 2
bulan)
2. Periode Hepatik
Sel darah dibuat oleh jaringan mesenkim yang banyak ditemukan dalam jaringan hati.
Hal ini terjadi pada kehamilan 8 minggu dan dalam periode ini tampak sel eritrosit
yang definitive, juga sel leukosit dan megakariosit.
3. Periode Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu dan terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup
dan terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi
terutama dihasilkan sel – sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama
limfosit T.

Pada post natal (setelah lahir)

Orang dewasa rongga tulang yang diisi sumsum tulang terbatas pada tulang punggung
(vertebra), tusuk rusuk, tulang dada (sternum) tulang pinggul, tengkorak, tulang panjang
femur dan humerus

Referensi : Essential Haematology. A.V. Hoffbrand. P.A.H. Moss. 6th edition.

3. Jelaskan bagaimana proses granulopoeisis?


Granulopoises
Granulosit dan monosit darah di bentuk dalam sumsum tulang dari suatua sel precursor
Bersama Pada seri granulpoises sel-sel progenitor mieloblast promielosit dan mielosit
membentuk suatu kumpulan sel proliferatif atau mitotik sedangkan metamielosit batang dan
granulosit segmen membentuk kompertemen pematangan pasca mitosis.
Sejumlah besar neutrophil batang dan segmen di tahan dalam sumsum tulang sebagai
“kumpulan cadangan” atau kompertemen penyimpangan sumsum tulang pada keadaan
normal mengandung lebih banyak sel mieloid di bandingkan sel eritroid dengan rasio 2:1
sampai 12:1 proporsi terbesarnya adalah neutrofil dan metamielosit. Pada keadaan stabil
atau normal kompartemen penyimpanan sumsum tulang mengandung 10-15 kali jumlah
grnulosit yang di temukan dalam darah tepi.
Setelah penglepasannya dari sumsum tulang, granulosit menghabiskan 6-10 jam dlam
sirkulasi sebelum pindah ked lam jaringan tempat merekamelaksanakan fungsi fagositnya.
Dalam aliran darah terdapat dua kumpulan yang biasanya hamper sama besar kumpulan
yang bersirkulasi (circulating pool termasuk dalm hitungan sel darah ) dan kumpulan yang
menepi (marginating pool tidak termasuk dalam hitungan sel darah) sel-sel ini
menghabiskan sekitar 4-5 hari dalam jaringan sebelum di hancurkan selama tindakan
pertahanan atau sebagai penuaan.

4. Jelaskan bagaimana proses trombopoeisis?

Trombopoesis
proses pembentukan dan perkembangan dari trombosit

1. thrombin suatu komponen kaskade pembekuan yang memiliki peran sangat penting
dalam peristiwa homostatis
1a. thrombin merangsang fibrinogen menjadi fibrin (benang-benang).
1b. thrombin mengaktifkan faktor yang mengestabilkan jala fibrin bekuan.
1c. thrombin meningkatkan aktivitas lebih banyak prothrombin menjadi thrombin
melalaui umpan balik positif.
1d. thrombin meningkatkan agregasi menjadi trombosit.
2. Menjadi umpan balik positif agregat trombosit meyeksresikan PF3 yang merangsang
kaskade pembekuan sehingga terjadi aktivasi thrombin.

■ Trombosit darah memainkan peran penting dalam hemostasis, trombosis dan koagulasi
darah
■ Jumlah trombosit mulai dari 140.000-450.000 juta / ul
■ Rentang hidup: 8 hingga 12 hari
■ Fungsi: Trombosit berpartisipasi dalam formasi steker trombosit dan bekuan fibrin yang
stabil (adhesi dan agregasi).
Pluripotential stem cell  CFU-Meg  Megakaryoblast

Proliferation

CSF-Mega
 Megakaryocyte maturation  Platelet shading

Thrombopoietin (TP)
Sumber : Hoffbrand, AV. (2006). Essential Haematology. Alih bahasa Darmawan I. Jakarta
: Kapita selekta

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hematopoeisis?

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan hematopoiesis

 Asam Amino
 Vitamin
 Mineral
 Hormon
 Dan Faktor-faktor perangsang hematopietik

Yang pertama ada asam amino yang mempengaruhi pembentukan sel darah asam amino
sendiri berfungsi sebagai pengurai protein-protein dari makanan yang kita dapat.

VITAMIN YANG DI BUTUHKAN DALAM PEMBENTUKAN DARAH

Dalam proses pembentukan darah Vitamin yang digunakan dalam membentuk pembentukan
darah ialah antara lain vitamin C, vitamin B dll.

Fungsi dari vitamin C sendiri ialah untuk menghasikan zat yang disebut kolagen. Kolagen
sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang rawan, tulang dll.

Fungsi dari vitamin B sendiri ialah untuk membantu proses metabolisme, meningkatka
energy, dan meningkatkan fungsi otak.
MINERAL YANG DI BUTUH KAN OLEH PEMBENTUKAN DARAH

Untuk Mineral dalam pembentukan sel darah yang berperan ialah Cobalt, Magnesium, dan
Zn.

Fungsi Cobalt sendiri ialah membantu dalam pembentukan hemoglobin yang mengandung
besi metalloprotein yang ditemukan dalam sel darah merah yang digunakan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Fungsi Magnesium sendiri ialah menjaga kesehatan tulang, menjaga kesehatan jantung dan
meningkatkan kebugaran tubuh.

Fungsi dari Zinc sendiri ialah memperkuat sistem kekebalan tubuh, membantu pertumbuhan
sel dan mengurai karbohidrat.

HORMON & FAKTOR PERANGSANG HEMATOPIETIK

Hormon yang digunakan dalam pembentukan darah yang juga merupakan faktor perangsang
hematopietik salah satunya adalah Erythropoietin dimana hormon ini di bentuk di ginjal
yang dimana khusus untuk merangsang pertumbuhan prekursor eritoid.

Lalu ada Endrogen yang berfungsi untuk menstimulasi eritropoesis.

Estrogen yang berfungsi menimbulkan inhibisi eritropoesis.

Growth hormone berfungsi untuk pertumbuhan tulang, otot dan organ serta mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan tubuh.

Sumber: Buku Hematologi Klinik Ringkas Prof Dr. I Made Bakta Hal 6-7, etc 2013.

6. Bagaimana struktur dan metabolisme dari eritrosit, leukosit, trombosit?


A. Eritrosit
 Struktur Eritrosit
o Tiga sifat anatomik eritrosit berperan dalam efisiensi pengangkutan O2.
Pertama, eritrosit adalah sel datar berbentuk-cakram yang mencekung di bagian
tengah di kedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan
lubang (yaitu, eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan garis tengah 8 mm
ketebalan 2 mm di tepi luar, dan ketebalan 1 mm di bagian tengah). Bentuk
bikonkaf ini menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk difusi oksigen
dari plasma melewati membran masuk ke eritosit dibandingkan dengan bentuk
sel bulat dengan volume yang sama. Juga, ketipisan sel memungkinkan oksigen
untuk berdifusi secara cepat antara bagian-bagian eksterior dan interior sel.
Sifat struktural kedua yang mempermudah fungsi transpor SDM adalah
kelenturan membrannya. Sel darah merah, berdiameter normal 8 mm, dapat
berubah bentuk secara luar biasa ketika mengalir satu per satu melewati kapiler
yang garis tengahnya sesempit 3 mm. Karena sangat lentur, eritrosit dapat
mengalir melalui kapiler sempit yang berkelok-kelok untuk menyalurkan O2 di
tingkat jaringan tanpa mengalami ruptur selama proses berlangsung. Sifat
anatomik ketiga dan yang terpenting yang memungkinkan SDM mengangkut
O2 adalah adanya hemoglobin di dalamnya.

 Metabolisme Eritrosit
o Aspek Penting Metabolisme Sel darah merah
 Sel darah merah (SDM) sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber
energinya; membrannya mengandung pengangkut glukosa berafinitas
tinggi.
 Glikolisis, yang menghasilkan laktat adalah tempat produksi ATP.
 Tidak terjadi pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif karena tidak
terdapat mitokondria di SDM.
 SDM memiliki beragam pengangkut yang mempertahankan
keseimbangan ion dan air.
 Pembentukan 2,3-bisfosfogliserat oleh reaksi-reaksi yang berkaitan erat
dengan glikolisis penting dalam mengatur kemampuan HB mengangkut
oksigen.
 Jalur pentosa fosfat beroperasi di dalam SDM (jalur ini memetabolisme
sekitar 5-10% fluks total glukosa) dan menghasilkan NADPH; anemia
hemolitik akibat defisiensi aktivitas glukosa 6-fosfat dehidrogenase
sering dijumpai
 Glutation tereduksi (GSH) penting dalam metabolisme SDM, dan salah
satu fungsinya adalah untuk mengimbangi efek peroksida yang
berpotensi toksik; SDM dapat membentuk GSH dan memerlukan
NADPH untuk mengembalikan glutation teroksidasi (G-S-S-G) menjadi
bentuk tereduksi
 Besi pada Hb harus dipertahankan dalam keadaan fero; besi feri direduksi
menjadi besi fero oleh kerja suatu sistem methemoglobin reduktase
dependen-NADH yang melibatkan sitokrom b5 reduktase dan sitokrom
b5.
 Sintesis glikogen, asam lemak, protein, dan asam nuklear tidak terjadi di
dalam SDM; namun, beberapa lipid (mis. kolesterol) di dalam membran
sel darah merah dapat bertukar dengan lipid plasma yang sepadan.
 SDM mengandung enzim-enzim metabolisme nukleotida tertentu (mis.
adenosin deaminase, pirimidin nukleotidase, dan adenilil kinase);
defesiensi pada enzim-enzim ini berperan pada beberapa kasus anemia
hemolitik.
 Jika SDM mencapai akhir masa hidupnya, globin akan diuraikan menjadi
asam-asam amino (yang digunakan kembali di tubuh), besi akan
disebabkan dari heme dan digunakan kembali, dan komponen tetrapirol
heme akan diubah menjadi bilirubin yang terutama diekskresikan ke
usus besar melalui empedu.

REFERENSI

Murray, RK. 2014. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: EGC

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

B. Leukosit
Struktur dan Metabolisme Leukosit.
Sel darah putih atau leukosit, menjadi pelindung sebagai kunci dan yang bertahan kuat
melawan invasi patogen. Jenis yang paling banyak sel darah putih, disebut neutrofil,
mencerna dan menghancurkan bakteri serta jamur, proses yang dikenal sebagai
fagositosis. parasit besar yang difagositosis oleh eosinofil. Monosit yang bersirkulasi
dan bermigrasi dari aliran darah ke jaringan yang sakit, di mana monosit berdiferensiasi
menjadi makrofag fagositik. Granulosit seperti basofil dan sel mast membebaskan
efektor tersimpan yang menarik leukosit tambahan untuk tempat infeksi dan
menggerakkan respon inflamasi.

C. Trombosit
Struktur dan metabolisme Trombosit
Sumber :
- Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem – edisi 6,
(diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
- Hoffbrand, AV. (2006). Essential Haematology. Alih bahasa Darmawan I. Jakarta : Kapita
selekta
7. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan lab hematologi?
Pemeriksaan laboratorium hematologic

Jenis-jenis pemeriksaan hematologi

1. Darah rutin

•Hemoglobin (Hb),Hematokrit (Ht), jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, jumlah trombosit

2. Darah perifer lengkap (DPL) atau complete blood count (CBC)

•Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit dan hitung jenis
leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Indeks eritrosit (MCV,MCH,MCHC)

•Laju Endap Darah (LED)

3. Pemeriksaan khusus

•Hitung retikulosit

•Coomb Test

•Evaluasi sumsum tulang (BMP)

•Gambaran darah tepi

•Tes resistensi osmotik

•Analisa hemoglobin

Tes Darah Rutin

a. Hemoglobin

Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara

•Kolorimeterik visual cara Sahli

•Cara sianmethemoglobin

•Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan

untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium oleh

WHO

b. Hematokrit

Nilai hematokrit : volume semua eritrosit dalam 100 ml darah

•Hematokrit menunjukkan kadar eritrosit, bukan masa eritrosit total


•Cara menentukan

•Manual : Mikrohematokrit dan makrohematokrit

•Otomatik : dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit

c. Jumlah leukosit

Dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi.

•Cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop

•Cara semi automatic

d. Jenis Leukosit

Hitung jenis leukosit

•Persentase relatif ->hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.

•Jumlah absolut ->nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Cara hitung :

•Manual dengan membaca pada sediaan hapus darah tepi. Bila pada hitung jenis leukosit,
didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/μl perlu
dikoreksi.

e. Indeks Trombosit

1. Mean Corpuscular Volume (MCV)

Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari hematokrit dan jumlah eritrosit

2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Menunjukkan rata-rata berat Hb didalam 1 eritrosit (pg Hb/RBC)

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)


- Mengukur rata-rata kadar Hb didalam semua eritrosit

f. Laju Endap Darah (LED)/ Eryhtrocyte Sedimentation Rate (ESR)

•Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah didalam plasma dalam waktu

1 jam (satuan : mm)

•Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu


tahap pembentukan rouleaux (10 menit), tahap pengendapan (40 menit) dan tahap
pemadatan (10 menit).

•Nilai normal

•Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria
0-10 mm/jam

•Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria

0-10 mm/jam.

Sumber

Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin


Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.

Kuliah dr. Tri Ariguntar W, Sp.PK; 12 September 2018 ‘Pemeriksaan Laboratorium Pada
Anemia’

8. Apa indikasi dilakukannya pemeriksaan lab hematologi?

Indikasi pemeriksaan lab hematologi

• Apabila seorang pasien memiliki tanda dan gejala yang mengarah ke penyakit terkait
hematologi:

anemia.

a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)


b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah
kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

c. anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.

d. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

e. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

f. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tandatanda infeksi.

9. Apa saja zat gizi essensial yang berperan dalam proses hematopoeisis?

Zat-zat gizi esensial yang berhubungan dengan Hematopoeisis


Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah,
yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga
memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan
hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah
merah). Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan
berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan
tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.
a. Besi (Fe)
Besi merupakan salah satu elemen penting dalam metabolisme tubuh, terutama
dalam pembentukan sel darah merah (eritripoiesis). Selain itu juga terlibat dalam
berbagai proses di dalam sel (intraseluler) pada semua jaringan tubuh. Mitokondria
mengandung suatu system pengangkutan electron dari susbstrat dalam sel ke mol O2
bersamaan dengan pembentukan ATP. Dalam system ini turut serta sejumlah komponen
besi yang memindahkan atom. Kegagalan system ini dapat terjadi bila pemasokan
(suplai) O2 ke jaringan kurang dan mengakibatkan produksi energi berkurang. Dalam
proses pembentukan energi ini terlibat enzim sitokrom.
Hemoglobin mempunyai berat molekul 64.500 terdiri dari 4 golongan heme yang
masing-masing mengikat 1 atom besi dan dihubungkan dengan 4 rantai polipeptid dan
dapat mengikat 4 mol oksigen. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang
sangat sempurna.
Besi juga terlibat dalam bermacam-macam tingkatan proses metabolic seperti
reaksi hidrolisasi yang berhubungan dengan detoksifikasi obat, sintesis steroid, DNA,
metabolisme katekolamin dan pembentukan kolagen. Bila sel mengambil besi lebih dari
yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme khusus maka keleebihan ini akan
merangsang sintesis feritiin dan sejumlah kecil disimpan dalam sel. Komponen besi
yang disimpan dalam feritin dan hemosiderin terutama ditemukan dalam system
retikuloendotelial (RES) ;hati, limpa dan sum-sum tulang, tapi juga ditemukan dalam
sel parenkim. Inilah sebabnya mengapa besi di dalam serum meningkat pada penyakit
hepatitis.
Jumlah besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 g tergantung dari
jenis kelamin, berat badan dan hemoglobin. Besi di dalam tubuh terdapat dalam
hemoglobin sebanyak 1,5-3,0 g dan sisa lainnya terdapat dalam plasma dan jaringan. Di
dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut transferin sebanyak 3-4 g.
Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu status esensial (non-available) dan bukan
esensial (available). Disebut esensial karena tidak dapat dipakai untuk pembentukan
hemoglobin maupun keperluan lainnya. Dalam mioglobin terdapat enzim sitokrom,
katalase, dan peroksidase dalam jumlah lebih kurang 0,3 g sedangkan yang esensial
ditemukan dalam bentuk feritin dan hemosiderin siap untuk dipakai baik untuk
pembentukan sel darah merah maupun keperluan lainnya dalm sel retikuloendotelial
hati dan sumsum tulang.
Besi diabsorbsi terutama di dalam duodenum dalam bentuk fero dan dalam
suasana asam. Absorbsi besi ini dipengaruhi oleh factor endogen, eksogen dan usus
sendiri. Faktor endogen mengatur jumlah besi yang akan diabsorbsi dan tergantung dari
jumlah cadangan besi di dalam tubuh, aktivitas eritopoiesis dan kadar Hb. Bila
cadangan besi berkurang atau aktivitas eritropoiesis meningkat, atau kadar Hb rendah,
maka jumlah besi yang diabsorbsi akan meningkat dan sebaliknya bila cadangan besi
cukup, aktivitas eritropoiesis kurang atau Hb normal akan mengurangi absorbsi besi.
Faktor eksogen ditentukan oleh komposisi, sumber, sifat kimia dan cara proses
makanan. Sumber hwani lebih mudah diabsorbsi daripada sumber nabati dan vit C
mempermudah absorbsi karena mereduksi besi dari bentuk feri menjadi bentuk fero
yang lebih mudah diabsorbsi. Sebaliknya kasium, fosfor, dan asam fitat menghambat
absorbsi karena dengan besi membentuk suatu persenyawaan yang tidak larut. Faktor
usus juga berpengaruh karena asam klorida lambung mempermudah absorbsi untuk
melepaskan besi dari kompleks feri sedang secret pancreas menghambat absorbsi besi.
Pada pankreatitis dan sirosis hepatic, absorbsi besi bertambah karena sekresi pankreas
berkurang.
Jumlah besi yang dibutuhkan setiap hari tergantung dari umur, jenis kelamin dan
berat badan. Laki-laki dewasa normal memerlukan 1-2 mg besi setiap hari, sedangkan
anak dalam masa pertumbuhan dan wanita dalam masa menstruasi perlu penambahan
0,5-1 mg dari kebutuhan normal lelaki dewasa. Wanita hamil dan yang menyusui
memerlukan rata-rata 3-4 mg besi setiap hari. Berbeda dengan mineral lainnya, tubuh
tidak dapat mengatur keseimbangan besi melalui ekskresi. Besi dikeluarkan dari tubuh
relative konstan berkisar antara 0,5-1,0 mg setiap hari melalui rambut, kuku, keringat,
air kemih, dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan. Lain halnya
dengan wanita yang sedang meenstruasi setiap hari kehilangan besi 0,5-1,0 mg atau 40-
80 ml darah dan wanita yang sedang menyusui sebanyak 1,0 mg sehari. Wanita yang
melahirkan dengan perdarahan normal akan kehilangan besi 500-550mg.
b. Vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin
corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion kobalt
di bagian tengahnya. Vitamin B12 disintesis secara eksklusif oleh mikroorganisme.
Dengan demikian, vitamin B12 tidak terdapat dalam tanaman kecuali bila tanaman
tersebut terkontaminasi vitamin B12 tetapi tersimpan pada binatang di dalam hati
temapat vitamin B12 ditemukan dalam bentuk metilkobalamin, adenosilkobalamin, dan
hidroksikobalamin.
Absorbsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-tempat
reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12, suatu glikoprotein
yang sangat spesifik yaitu faktor intrinsik yang disekresi sel-sel parietal pada mukosa
lambung. Setelah diserap vitamin B12 terikat dengan protein plasma, transkobalamin II
untuk pengangkutan ke dalam jaringan. Vitamin B12 disimpan dalam hati terikat
dengan transkobalamin I.
Koenzim vitamin B12 yang aktif adalah metilkobalamin dan
deoksiadenosilkobalamin. Metilkobalamin merupakan koenzim dalam konversi
Homosistein menjadi metionin dan juga konversi Metil tetrahidro folat menjadi
tetrafidrofolat. Deoksiadenosilkobalamin adalah koenzim untuk konversi metilmalonil
Ko A menjadi suksinil Ko A.
Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia megaloblastik.
Karena defisiensi vitamin B12 akan mengganggu reaksi metionin sintase . anemia
terjadi akibat terganggunya sintesis DNA yang mempengaruhi pembentukan nukleus
pada ertrosit yang baru . Keadaan ini disebabkan oleh gangguan sintesis purin dan
pirimidin yang terjadi akibat defisiensi tetrahidrofolat. Homosistinuria dan metilmalonat
asiduria juga terjadi .Kelainan neurologik yang berhubungan dengan defisiensi vitamin
B12 dapat terjadi sekunder akibat defisiensi relatif metionin.
c. Asam folat
Nama generiknya adalah folasin . Asam folat ini terdiri dari basa pteridin yang
terikat dengan satu molekul masing-masing asam P- aminobenzoat acid (PABA ) dan
asam glutamat. Tetrahidrofolat merupakan bentuk asam folat yang aktif. Makanan yang
mengandung asam folat akan dipecah oleh enzim-enzim usus spesifik menjadi
monoglutamil folat agar bisa diabsorbsi . kemudian oleh adanya enzim folat reduktase
sebagian besar derivat folat akan direduksi menjadi tetrahidrofolat dala sel intestinal
yang menggunakan NADPH sebagai donor ekuivalen pereduksi.
Tetrahidrofolat ini merupakan pembawa unit-unit satu karbon yang aktif dalam
berbagai reaksi oksidasi yaitu metil, metilen, metenil, formil dan formimino.Semuanya
bisa dikonversikan.
Serin merupakan sumber utama unit satu karbon dalam bentuk gugus metilen
yang secara reversible beralih kepada tetrahidrofolat hingga terbentuk glisin dan N5,
N10–metilen–H4folat yang mempunyai peranan sentral dalam metabolisme unit satu
karbon. Senyawa di atas dapat direduksi menjadi N5–metil–H4folat yang memiliki
peranan penting dalam metilasi homosistein menjadi metionin dengan melibatkan
metilkobalamin sebagai kofaktor. Defisiensi atau kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik karena terganggunya sintesis DNA dan
pembentukan eritrosit.
Sumber : Bakta, I.M., 2007 Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

10. Jelaskan bagaimana hasil interpretasi dari hasil lab dalam skenario?

hasil interpretasi dari hasil lab sesuai skenario!

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya
dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus
eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker,
asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5
gram/dL.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis,


polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral,
dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000
sel/mm3.

Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan
fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol,
parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)

11. Bagaimana proses hemostasis?

Proses hemostasis

- Reaksi Primer
1. Vasokontriksi
Vasokontriksi segera pada pembuluh darah yang terlulka dan kontriksir reflex pada
arteri kecil dan arteriol di sekitarnya menyebabkan perlambatan awal aliran darah ke
darah ke daerah perlukan. Jika terdapat kerusakan yang luas,reaksi vaskuler ini
mencegah keluarnya darah. Aliran darah yang berkurang kemungkinan aktivasi kontak
pada thrombosis dan factor koagulasi. Zat amine vasoaktif dan trombosan A2 yang
dilepaskan dari trombosit, serta fibrinopeptida yang dilepaskan selama pembentukan
fibrin juga mempunyai aktivasi vasokontriksi.

2. Reaksi trombosit dan pembentukan sumbat hemostasis primer


Setelah timbul kerusakan pada lapisan endotel, terjadi pelekatan awal trombosit pada
jarringan ikat terpajan, yang diperkuat oleh VWF. Kolagen yang terpajan dan
thrombin yang dihasilkan pada lokasi cidera menyebabkan trombosit melepaskan isi
landin yang menyebabkan pembentukan tromboksan A2. ADP yang dilepaskan
menyebabkan trmbosit membengkak dan beragregasi. Trombosit lain dari darah yang
bersirkulasi ditarik ke daerah cidera. Agregasi trombosit yang berkelanjutan ini
menyebabkan membesarnya sumbat hemostasis yang menutupi daerah jaringan ikat
yang terpajan. Reaksi hemostasis primer yang tidak stabil yang dihasilkan oleh reaksi
trombosit ini dalam beberapa menit pertama setelah cidera untuk mengendalikan
peredaran darah untuk sementara .
- Reaksi skunder

a. Adhesi trombosit
Trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka. Mikrofibril subendotel
mengikat multimer VWF yang lebih besar, yang berikatan dengan kompleks Ib
membran trombosit. Di bawah pengaruh tekanan shear stress, trombosit bergerak
sepanjang permukaan pembuluh darah sampai GPIa/Iia (integrin alfa2beta1) mengikat
kolagen dan menghentikan translokasi. Setelah adhesi, trombosit menjadi lebih sferis
dan menonjolkan pseudopodia2 panjang, yang memperkuat interaksi antar trombosit
kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb / IIIa (integrin alfaIIb beta3) yang mengikat
fibrinogen untuk menghasilkan agregasi trombosit. Kompleks reseptor Iib / IIIa juga
membentuk tempat pengikatan sekunder dengan vWF yg menyebabkan adhesi lebih
lanjut.

VWF terlibat dalam adhesi trombosit pada dinding pembuluh darah dan pada trombosit
lain (agregasi). VWF juga membawa faktor VIII dan dulu dikenal sebagai antigen yang
terkait dengan faktor VIII (VIII-rag). Faktor ini adalah molekul multimerik besar yang
komplek yang tersusun atas beberapa rantai subunit yang bervariasi dari dimer sampai
multimer yg terikat dengan ikatan disulfida. VWF dikode oleh suatu gen pada
kromosom 12 dan disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. VWF disimpan dalam
badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula alfa yg spesifik untuk
trombosit. Pelepasan VWF dari sel endotel terjadi dibawah pengaruh beberapa hormon.

b. Reaksi pelepasan trombosit


Pemanjangan kolagen atau kerja trombin menyebabkan sekresi isi granula trombosit,
yang meliputi ADP, serotonin, fibrinogen, enzim lisosom, beta – tromboglobulin dan
faktor penetral heparin. Kolagen dan trombin mengaktifkan sintesis prostaglandin
trombosit. Terjadi pelepasan diasilgliserol ( yang mengaktifkan fosforilasi protein
melalui protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang menyebabkan pelepasan ion
kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan pembentukan suatu senyawa yang
labil yaitu tromboksan A2, yang menurunkan kadar cAMP dlm trombosit serta
mencetuskan reaksi pelepasan. Tromboksan A2 tidak hanya memperkuat agregasi
trombosit, tetapi juga mempunyai aktivitas vasokontriksi yang kuat. Reaksi pelepasan
dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit. Salah satu zat
berfungsi demikian adalah prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh sel endotel
vaskular. Prostasiklin merupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat dan mencegah
deposisi trombosit pada endotel vaskular normal.

c. Agregasi trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang
beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan trombosit membengkak
dan mendorong membran trombosit pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu
sama lain. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut yang melepaskan
lebih banyak ADP dan tromboksan A2 yg menyebabkan agregasi trombosit sekunder.
Proses umpan balik positif ini menyebabkan terbentuknya masa trombosit yang cukup
besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel

d. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah respon hemostatik yang normal terhadap kerusakan vaskular.
Plasminogen (suatu proenzim beta-globulin dalam darah dan cairan jaringan)
diubah menjadi plasmin (suatu protease serin) oleh activator-aktivator, baik dinding
pembuluh darah (aktivasi intrinsik) atau dari jaringan (aktivasi ekstrinsik). Jalur
yang terpenting terjadi setelah pelepasan aktivator plasminogen jaringan (tPA) dari
sel endotel. tPA adalah protease serin yang mengikat fibrin. Proses ini
meningkatkan kemampuannya untuk mengubah plasminogen yg terikat pada
trombus menjadi plasmin. Kerja tPA yang bergantung pada fibrin ini sangat
membatasi pembentukan plasmin oleh tPA pada bekuan fibrin. Pelepasan tPA
terjadi setelah stimulus seperti trauma, olahraga, atau stres emosional. Protein C
aktif merangsang fibrinolisis dengan menghancurkan inhibitor tPA dalam plasma.
Di sisi lain, trombin menghambat fibrinolisis dengan mengaktifkan inhibitor
fibrinolisis.

- Reaksi Tersier
- Faktor I = fibrinogen #
- faktor II = protrombin #o
- faktor III = tromboplastin
- faktor IV = kalsium
- faktor V = proakselerin (faktor labil) #
- VI angka ini tidak dipakai.
- faktor VII = prokonvertin (faktor stabil) #o
- faktor VIII = faktor anti hemolitik
- faktor IX = komponen tromboplastin plasma (faktor
- Christmas)
- faktor X = faktor Stuart--Power o#
- faktor XI = anteseden tromboplastin plasma
- faktor XII = faktor Hageman
- faktor XIII = faktor stabilisator fibrin #o
- keterangan : # disintesis di dalam hati
- o sintesis tergantung kepada vitamin K
- Faktor V dan VIII cepat menjadi nonaktif di dalam darah
- simpan.

(Hoffbrand AV.2005.Kapita Selekta Hematologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran


EGC)
12. Bagaimana proses terjadinya koagulasi?
Proses Koagulasi (pembekuan) darah melibatkan suatu sistem amplifikasi biologis
sehingga bahan pemicu yang relatif sedikit secara berurutan mengaktifkan melalui
proteolisis, suatu rangkaian protein prekursor di dalam darah (enzim-enzim faktor koagulasi)
yang berujung pada pembentukan trombin. Hal ini mengubah fibrinogen yang larut dalam
plasma menjadi fibrin. Fibrin menangkap trombosit untuk membuat agregasi pada tempat
cedera vaskular dan mengubah sumbatan trombosit primer yang tidak stabil menjadi
sumbatan hemostatik yang padat, definitif dan stabil.

Penjelasan dari gambar. Jalur koagulasi darah yang dimulai oleh faktor jaringan
(tissue factor, TF) pada permukaan sel. Jika plasma berkontak dengan TF, faktor VII
berikatan dengan TF. Kompleks TF dan VII aktif (VIIa) mengaktifkan X dan IX. X dan IX
merupakan inhibitor jalur TF (TFPI) adalah suatu penghambat pentingnya TF/VIIa.
Kompleks VIIa –Ixa memperkuat produksi Xa dari X. Pembentukan trombin dari
protrombin oleh kerja kompleks Xa-Va menyebabkan terbentuknya fibrin. Trombin juga
mengaktifkan XI (garis terputus-putus), V, dan XIII. Trombin melepaskan VIII dari
pembawanya faktor von Willebrand (VWF), meningkatkan secara kuat pembentukan VIIIa-
IXa dan karenanya meningkatkan Xa-Va. Warna hijau pucat (serin protease), warna
(kofaktor).
Tabel 1.1. Faktor-faktor Pembekuan Darah

*Kata faktor VI tidak lagi digunakan. Apa yang dulu dianggap sebagai faktor VI ternyata bentuk
aktif dari factor V.

Urutan koagulasi dipisahkan menjadi beberapa bagian , yaitu Jalur Ekstrinsik dan
Jalur Intrinsik. Jalur ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya dan melalui jalu intrinsic yang berawal di dalam
darah sendiri.

Pada kedua jalur tersebut, baik ekstrinsik maupun intrinsik, berbagai protein plasma
yang berbeda yang disebut faktor-faktor pembekuan darahmemegang peran utama. Sebagian
besar protein-protein ini adalah bentuk inaktif enzim proteolitik (enzim yang mampu
memecah rantai panjang molekul protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang
disebut peptida. Bila berubah menjadi aktif, kerja enzimatiknya akan menimbulkan proses
pembekuan berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.
Jalur Ekstrinsik

Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator prothrombin dimulai dengan


dinding pembuluh darah atau jaringan ekstravaskular yang rusak yang kontak dengan darah.
Kejadian ini menimbulkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pelepasan faktor jaringan. Jaringan yang cedera melepaskan beberapa faktor yang
disebut faktor jaringanatau tromboplastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri atas
fosfolipid dari membrane jaringan ditambah kompleks lipoproteinyang terutama
berfungsi sebagai enzim proteolitik.
2. Aktivasi Faktor X–peranan Faktor VII dan Faktor Jaringan. Kompleks lipoprotein dan
factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan, bersamaan dengan
hadirnya ion kalsium, faktor ini bekerja sebagai enzim terhadap Faktor X untuk
membentuk Faktor X yang teraktivasi (Xa).
3. Efek Xa dalam membentuk activator protrombin –peranan Faktor V. Faktor X yang
teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid jaringan yang merupakan bagian dari
faktor jaringan, atau dengan fosfolipid tambahan yang dilepaskan dari trombosit, juga
dengan Faktor V, untuk membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protrombin.
Dalam beberapa detik, dengan adanya ion kalsium, senyawa itu memecah protrombin
menjadi thrombin, dan berlangsunglah proses pembekuan, yaitu trombin menyebabkan
polimerisasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam waktu
10-15 detik berikutnya; Faktor V yang teraktivasi sangat mempercepat protease,
sedangkan fosfolipid trombosit bekerja sebagai alat pengangkut yang mempercepat
proses tersebut. Terutama umpan balik positif trombin, yang bekerja melalui Faktor V,
untuk mempercepat proses seluruhnya.
Jalur Intrinsik

Mekanisme kedua untuk memulai pembentukan activator prothrombin, dan dengan


demikian juga untuk memulai proses pembekuan, dimulai dengan terjadinya trauma
terhadap terhadap darah atau darah berkontak dengan kolagen pembuluh darah. Kemudian
proses belangsung melalui serangkaian reaksi kaskade, sebagai berikut:

1. Darah yang terkena trauma menyebabkan (1) pengaktifan Faktor XII dan (2) pelepasan
fosfolipid trombosit.
2. Pengaktifan Faktor XI. Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
Faktor XI dan juga mengaktifkannya. Ini merupakan langkah kedua dalam jalur
intrinsic. Reaksi ini juga memerlukan kininogen HMW (berat molekul tinggi, dan
dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan Faktor IX oleh Faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi
bekerja secara enzimatik terhadap Faktor IX dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan Faktor X –peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja
sama dengan Faktor VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor 3 dari
trombosit yang cedera, mengaktifkan Faktor X. Jelaslah bahwa bila Faktor VIII atau
trombosit kurang persendiaannya, langkah ini akan terhambat.
5. Kerja Faktor X teraktivasi dalam pembentukan activator prothrombin –peran Faktor V.
langkah dalam jalur intrinsic pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam jalur
ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan Faktor V dan trombosit
atau fosfolipid jaringan untuk membentuk suatu kompleks yang disebut activator
prothrombin. Activator prothrombin dalam beberapa detik memulai pemecahan
prothrombin menjadi trombin, dan dengan demikian proses pembekuan selanjutnya
dapat berlangsung, yaitu trombin menyebabkan polimerisasi molekul-molekul
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.

13. Bagaimana proses fibrinolisis?

Proses Fibrinolisis

Sistem koagulasi di dalam tubuh seharusnya memiliki keseinbangan dinamis. Ketika bekuan
fibrin terus menerus di bentuk, maka harus ada proses untuk meleburnya kembali. Fibrin
yang dibentuk pada proses koagulasi secara perlahan-lahan dihancurkan melalui mekanisme
bertahap analog dengan sistem koagulasi. Dalam keadaan normal fibrinolisis diperlukan
untuk rekanalisasi pembuluh yang tersumbat dan supaya pembentukan sumbat dibatasi.
Fibrinolisis terjadi oleh plasmin yang bersifat enzim proteolitik (serin protease) yang
memecah fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut fragmen X-selain memecah fibrin,
plasmin juga memecah fibrinogen dan menghasilkan fragmen yang sama. Pemecahan
fragmen X selanjutnya menghasilkan fragmen Y & D. Fragmen ini disebut fibrin/fibrinogen
degradation product (FDP). Aktifitas plasminogen juga berlangsung dengan perantaraan
activator plasminogen yang berasal dari berbagai jaringan diantaranya pembuluh darah.

Fungsi mekanisme fibrinolisis :

• Pembatasan pembentukan fibrin didaerah luka

• Penghancurann fibrin didalam sumbat hemostasis

Sumber : Boedhianto,F.X. 1986. Patologi Klinik. Universitas Airlangga. Surabaya

14. Apa saja faktor yang berperan dari pembekuan darah?

Faktor yang Berperan dari pembekuan darah :

Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah
pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.

Faktor II

Prothrombin: sebuah factor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif
trombin (factor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan factor X(Xa) di jalur umum dari pembekuan.
Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan factor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh,
seperti otak dan paru-paru. Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik
yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ektrinsik. Disebut juga faktor jaringan.

Faktor IV

Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembentukan darah.

Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relative labil dan panas, yang hadir dalam
plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin
mengkatalisis pembekuan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif
autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan
berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.

Faktor VI

Tidak lagi digunakan. Apa yang dulu dianggap sebagai faktor VI ternyata bentuk aktif dari faktor V.

Faktor VII

Prokonvertin, faktor stabil. Fungsi sebagai sistem intrinsik.

Faktor VIII

Faktor antihemofilia/AHF, faktor antihemofilia A, globulin antihemofilia/AHG. Fungsi sebagai sistem


ekstrinsik.

Faktor IX

Komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor antihemofilia B. Fungsi sebagai sistem intrinsik.

Faktor X

Faktor stuart-power. Fungsi sebagai sistem dan ekstrinsik.

Faktor XI

Anteseden tromboplastin plasma, faktor antihemofilia C. Fungsi sebagai sistem intrinsik.

Faktor XII

Faktor Hageman. Fungsi sebagai sistem intrinsik.


Faktor XIII

Faktor stabilisasi fibrin. Fungsi sebagai penghubung silang filament fibril.

15. Bagaimana sistem vaskuler terjadi?

Fase Vaskular ( Konstriksi Pembuluh Darah)

Segera setelah pembuluh darah terpotong atau ruptur, dinding pembuluh darah yang
rusak itu menyebabkan otot polos dinding pembuluh berkontraksi sehingga dengan segera
aliran darah darah pembuluh yang ruptur berkurang. Kontraksi terjadi akibat dari (1) spasme
miogenik lokal, (2) faktor autokoid lokal yang berasal dari jaringan yang terkena trauma dan
platelet darah, dan (3) berbagai refleks saraf. Refleks saraf dicetuskan oleh impuls saraf
nyeri atau oleh impuls-impuls sensorik lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan
yang berdekatan. Namun, akibat kontraksi miogenik setempat pada pembuluh darah.
Kontraksi ini terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah. Untuk pembuluh darah
yang lebih kecil, platelet mengakibatkan sebagian besar vasokonstriksi dengan melepaskan
sebuah substansi vasokonstriktor, tromboksan A2.
Semakin berat kerusakan yang terjadi, semakin hebat spasmenya. Spasme pembuluh
lokal ini dapat berlangsung beberapa menit bahkan beberapa jam, dan selama itu
berlangsung proses pembentukan sumbat platelet dan pembekuan darah.

Sumber: Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 12th edition, Hal: 447

Anda mungkin juga menyukai