Anda di halaman 1dari 12

Paediatrica Indonesiana

p-ISSN 0030-9311; e-ISSN 2338-476X; Vol.61, No.1(2021). p.12-9; DOI: 10.14238/pi61.1.2021.12-9

Artikel asli

Faktor risiko stunting


pada anak Indonesia usia 1 sampai 60 bulan
Rizki Aryo Wicaksono1, Karina Sugih Arto1, Erna Mutiara2,
Melda Deliana1, Munar Lubis1, Jose Rizal Latief Batubara3

Abstrak DOI: 10.14238/pi61.1.2021.12-9 ].


Latar Belakang Provinsi Aceh di Indonesia memiliki
prevalensi stunting yang tinggi. Mengidentifikasi
faktor risiko stunting dapat membantu upaya Keywords: stunting; diagram tumbuh kembang anak
pencegahan. Diagram Pertumbuhan Anak Indonesia; faktor risiko
Indonesia adalah alat khusus untuk mendiagnosis
stunting pada populasi anak Indonesia.
Tujuan Untuk mengetahui faktor risiko stunting

S
pada anak usia 1-60 bulan menggunakan Diagram tunting mencerminkan gangguan
Pertumbuhan Anak Indonesia.
Metode Studi observasional analitik dengan desain pertumbuhan linier karena kondisi fisik
case control ini dilakukan di Kabupaten Lawe Alas, yang buruk atau malnutrisi kronis dari
Aceh Tenggara, Indonesia untuk membandingkan periode pra-kelahiran hingga pasca-
keterpaparan faktor risiko sebelumnya antara anak
stunting (kasus) dan anak tidak stunting (kontrol) dari kelahiran. 1,2 Stunting dapat berkontribusi
Januari-April 2018. Subjek penelitian adalah anak pada perlambatan pertumbuhan mental,
usia 1-60 bulan dan direkrut secara consecutive penurunan fungsi kognitif, dan kapasitas
sampling.
Hasil Subjek penelitian terdiri dari 97 kasus dan 97 belajar yang buruk di sekolah.2 Stunting
kontrol dengan jumlah 194 subjek, faktor risiko internal ditentukan oleh indeks panjang-untuk-usia
stunting adalah panjang lahir pendek (OR 2,87; 95% CI (LAZ) atau tinggi-untuk-usia (HAZ), dengan
1,24-6,61; P = 0,011), asupan kalori yang tidak memadai
(OR 2,37; 95% CI 1,32 hingga 4,27; P = 0,004), ASI skor-Z kurang dari -2 standar deviasi (SD),
noneksklusif (OR 3,64; 95% CI 2.01 hingga 6.61; P dalam Standar Pertumbuhan WHO 2006.3
<0,001), diare kronis (OR 6,56; 95% CI 3.33 sampai
13.01; P <0,001) dan saluran pernapasan bagian atas
infeksi(ATAU 3.47; 95%CI 1.89 to 6.35; P<0.001)
Faktor resiko eksternal dari stunting adalah sanitasi
yang tidak baik.(Atau2.98;95%CI1.62 to 5.48;
P<0.001

air yang tidak ditingkatkan sumber (ATAU 2.71; utama stunting pada masa kecil [Paediatr
95%CI 1.50 to 4.88; P=0.001), pendapatan keluarga indones.2021;61;12-9;
rendah(ATAU 2.49; 95%CI 1.38 to 4.49; P=0.002),
Dari Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
tingkat pendidikan ayah rendah(OR 2.98; 95%CI 1.62 Universitas Sumatera Utara1 dan Fakultas Kesehatan
to 5.48; P<0.001), tingkat pendidikan ibu rendah( Masyarakat, Universitas Sumatera Utara2, Sumatera Utara, dan
2.64; 95%CI 1.38 to5 .04; P=0.003),dan tinggal di Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
rumah tangga dengan >4 anggota keluarga(ATAU 1.23; Indonesia, Jakarta3, Indonesia.
95%CI 0.69 to 2.17; P=0.469). Analisis regresi
menunjukkan bahwa faktor risiko stunting yang dominan Penulis korespondensi: Rizki Aryo Wicaksono. Departemen
adalah diare kronis ( 5.41; 95%CI 2.20 to 13.29; Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Jln. T. Mansur No. 66
P<0.001). KesimpulanRiwayat diare kronis dan Kampus USU Medan 20154. Telp. (061) 8211045; Fax. (061)
pemberian ASI noneksklusif merupakan faktor risiko
Paediatr Indones, Vol. 61, No.1, January 2021
•1
82162624; Surel:
rizkiaryowicaksono@gmail.com.

Dikirimkan 5 Agustus 2020. Diterima 24 Januari 2021.

2 • Paediatr Indones, Vol. 61, No. 1, Januar1


2021
Rizki Aryo Wicaksono dkk .: Faktor risiko stunting pada anak Indonesia usia 1 hingga 60

Namun, Standar Pertumbuhan WHO 2006 tidak selalu kelainan kromosom, kondisi yang dapat mempengaruhi
berlaku untuk semua populasi untuk menilai pertumbuhan linier, atau mereka yang menerima terapi steroid
pertumbuhan anak karena perbedaan ras, demografi, jangka panjang dikeluarkan. Data subjek dikumpulkan dari
dan pola pertumbuhan di antara negara-negara di pengukuran antropometri dan wawancara menggunakan
dunia.4,5 Diagram Pertumbuhan Anak Indonesia kuesioner. Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Riset
dirancang dengan mengacu pada pertumbuhan anak Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan
RSUD H. Adam Malik.
khusus di Indonesia.6
Data sosial demografi yang dikumpulkan
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),
adalah jenis kelamin, usia, usia kehamilan, dan
sekitar 151 juta (22%) balita pada tahun 2017
berat lahir. Variabel bebas penelitian ini
mengalami stunting. Lebih dari separuh anak
meliputi lama lahir, asupan kalori harian,
stunting berasal dari Asia.7 Di Indonesia, prevalensi
riwayat menyusui, riwayat diare kronis,
stunting adalah 30,8% pada tahun 2018, menurut
riwayat infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riset
kondisi sanitasi, kondisi sumber air,
Kesehatan Dasar; Riskesdas), 8 yang digolongkan
tinggi oleh WHO .7 Prevalensi stunting di Kabupaten pendapatan orang tua, tingkat pendidikan ayah
Aceh Tenggara dari penelitian kami sebelumnya dan ibu, dan jumlah. anggota keluarga yang
adalah 36,2% menurut Diagram Pertumbuhan Anak tinggal dalam rumah tangga. Asupan kalori
Indonesia dan 46,8% menurut Standar harian dianggap tidak mencukupi jika total
9 kalori yang dipanggil dalam 24 jam
Pertumbuhan WHO 2006 .
sebelumnya tidak mencapai tunjangan diet
Stunting pada anak Indonesia memerlukan
strategi preventif, seperti intervensi dini yang disarankan (RDA) untuk usia subjek .16
terhadap faktor risiko. Dengan demikian, Pemberian ASI dianggap eksklusif jika subjek hanya diberi
identifikasi faktor risiko diperlukan untuk ASI dalam 6 bulan pertama kehidupan (kecuali untuk obat-
strategi intervensi yang lebih baik. Faktor risiko obatan, vitamin, atau suplemen mineral).17 Sanitasi
stunting dapat diklasifikasikan sebagai internal dianggap lebih baik untuk rumah tangga
atau eksternal.2 Faktor risiko internal meliputi dengan toilet pribadi dan tangki septik mereka
malnutrisi kronis, retardasi pertumbuhan sendiri. Sumber air dianggap lebih baik jika
intrauterine (IUGR), ASI noneksklusif, dan sumber air bersih, dalam wadah tertutup, dan
infeksi kronis.2,10-12 Faktor eksternal meliputi minimal berjarak 10 meter dari tempat
sanitasi yang tidak baik, sumber air yang tidak sampah. 18 Penghasilan orang tua diklasifikasikan
memadai rendahnya tingkat sosial ekonomi berdasarkan upah minimum bulanan di Kabupaten Aceh,
orang tua, dan banyaknya anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah tangga.12-15 Sedikit yaitu Rupiah (Rp) 2.700.000 pada tahun 2018.19 Tingkat
yang diketahui tentang faktor risiko stunting di pendidikan orang tua tergolong rendah jika di bawah SMA
Kabupaten Aceh Tenggara, oleh karena itu, kami (SMA, SMK, SMA Islam, SMK Islam di Indonesia).20 Diare
bertujuan untuk menilai faktor risiko dominan kronis didefinisikan sebagai tiga atau lebih buang air
yang mempengaruhi prevalensi stunting dengan besar dalam waktu 24 jam dan perubahan konsistensi
menggunakan metode Growth Diagrams of yang terjadi dalam 7 hari atau lebih.21 Infeksi Saluran
Indonesian Children. Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai infeksi
yang mempengaruhi satu bagian saluran pernapasan
yang terjadi dalam waktu 14 hari.22
Metode Berat anak kecil yang belum mampu berdiri diukur
menggunakan timbangan bayi Seca 725, sedangkan bobot
Kami melakukan studi analitik observasional dengan anak yang mampu berdiri diukur dengan timbangan tapak
desain case-control di Lawe Alas, Kabupaten Aceh Seca 803. Bayi hanya mengenakan pakaian dalam selama
Tenggara antara bulan Januari dan April 2018 untuk pengukuran berat badan. Panjang / tinggi tubuh subjek
membandingkan keterpaparan faktor risiko diukur dengan skala bayi Seca 334 untuk mereka yang
berusia di bawah 2 tahun, atau microtoise Seca 206 untuk
sebelumnya antara anak-anak stunting (kasus) dan
anak-anak di atas 2 tahun. Subjeknya adalah
anak-anak non-stunting (kontrol). Subjek penelitian
terdiri dari 97 kasus dan 97 kontrol, dengan jumlah
keseluruhan 194 subjek adalah anak usia 1 sampai 60
bulan yang dipilih secara consecutive sampling. Anak-
anak dengan keganasan, penyakit autoimun, tulang
atau
bertelanjang kaki sementara panjang / tinggi tubuh
Faktor risiko yang signifikan dalam analisis
diukur. Data antropometri diplot Growth Diagrams of
bivariat dianalisis lebih lanjut dengan analisis
Indonesian Children untuk menentukan status stunting
model regresi logistik ganda, seperti pada Tabel 2
subjek.6,9
Tabel 3. Riwayat diare kronis (OR 5,41; 95% CI 2,20-
Untuk mengetahui faktor risiko stunting, terlebih
13,29) dan riwayat pemberian ASI noneksklusif (OR
dahulu dilakukan analisis bivariat antara faktor risiko
4,54; 95% CI 1,84-11,16) merupakan faktor risiko
potensial dan proporsi stunting. Uji chi-square digunakan
utama terjadinya stunting.
untuk menganalisis kemungkinan korelasi antara faktor
risiko dan proporsi stunting pada masing-masing kelompok.
Variabel dengan nilai P <0,25 dimasukkan dalam analisis
multivariat dengan model regresi logistik ganda. Variabel Diskusi
dianggap signifikan untuk nilai P <0,05 (interval
kepercayaan 95%). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa proporsi
stunting lebih rendah secara signifikan menggunakan
Growth Diagrams of Indonesian Children
Hasil dibandingkan dengan 2006 WHO Growth Standards
(36,2% menjadi 46,8%, masing-masing; P <0,001) .9
Sebanyak 194 subjek dilibatkan. Karakteristik mata Selanjutnya, sebuah penelitian melaporkan bahwa
pelajaran ditunjukkan pada Tabel 1. Analisis bivariat anak laki-laki Indonesia (SD 1,47) dan perempuan
menunjukkan faktor risiko internal yang signifikan (SD 1,43) lebih rendah tinggi badannya
sebagai berikut: panjang lahir pendek (OR 2,87; 95% dibandingkan dengan anak-anak Amerika . .6 The
CI 1,24 hingga 6,61), asupan kalori harian yang tidak Growth Diagrams of Indonesian Children memiliki
memadai (OR 2,37, 95% CI). 1,32 hingga 4,27), diare spesifisitas yang baik (98,66%) untuk mendiagnosis
kronis (OR 6,56; 95% CI 3,33 hingga 13,01), riwayat stunting pada populasi anak Indonesia.9
infeksi saluran pernapasan akut (OR 3,47; 95% CI 1,89 Status gizi dalam 1.000 hari pertama kehidupan
hingga 6,35), dan ASI noneksklusif (OR 2,37; 95% CI mempengaruhi kualitas hidup di masa depan.
1,32 hingga 4,20). Faktor risiko eksternal yang Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) adalah
signifikan adalah sebagai berikut: sanitasi yang tidak cerminan dari malnutrisi ibu. 1,2 IUGR dapat
layak (OR 2,98; 95% CI 1,62 hingga 5,48), sumber air menyebabkan penurunan panjang lahir, dan
yang tidak layak (OR 2,71; 95% CI 1,50 hingga 4,88), menempatkan anak pada risiko stunting lebih lanjut.
total pendapatan orang tua rendah (OR 2,49; 95% CI Sebuah penelitian di Bogor, Jawa Barat, melaporkan
1,38 hingga 4,49), tingkat pendidikan ayah yang bahwa panjang lahir <48 cm merupakan faktor risiko
rendah (OR 2,98; 95% CI 1,62 hingga 5,48), dan
tingkat pendidikan ibu yang rendah (OR 2,64; 95% CI stunting.23 Sejalan dengan temuan mereka, kami
1,38 hingga 5,04). Hasil analisis bivariat faktor risiko mencatat bahwa 22,7% (OR 2,87, 95% CI 1,24 hingga
yang mungkin terjadi dan proporsi stunting disajikan 6,61) dari subjek stunting memiliki riwayat lama lahir
pada Tabel 2. pendek.
Sebuah penelitian di Iran melaporkan bahwa
konsumsi rendah produk susu sapi dan kacang-kacangan
dikaitkan dengan stunting pada anak-anak di bawah 5
Table 1. Karakteristik subjek penelitian tahun.24 Penelitian sebelumnya juga melaporkan
Karakteristik (N=194) hubungan antara status gizi anak dan asupan protein,
Jenis kelamin, n (%) lemak, seng, dan karbohidrat harian dalam kalori.
Laki-laki 101 (52.1) penelitian kami, 69,1% dari subjek yang stunting
Perempuan 93 (47.9) memiliki asupan kalori harian yang tidak memadai. Sejak
Usia median (kisaran), bulan 18 (1.0-60.0) penarikan makanan 24 jam dilakukan untuk
Berat median (kisaran),kg 9.2 (2.6-21.0) mengumpulkan data asupan kalori harian, tingkat
Tinggi / panjang rata-rata (SD), cm 78.16 (12.6) pendidikan orang tua, memori, dan survei itu sendiri
mungkin telah menyebabkan bias. Karena itu, kami tidak
Berat lahir rata-rata (kisaran), 2,700 (2100.0-3900.0)
gram mencoba menjelaskan detail tentang makro atau
mikronutrien yang ada.
Panjang lahir median (kisaran), cm 48 (45.0-51.0)
Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi bayi dalam enam
bulan pertama kehidupan, seperti berkurangnya frekuensi diare
atau gejala gastrointestinal lainnya serta peningkatan kekebalan
tubuh. Manfaat tersebut telah dikaitkan dengan komposisi ASI

14 • Paediatr Indones, Vol. 61, No. 1, Januar1


2021
termasuklaktoferin,

Paediatr Indones, Vol. 61, No.1, January 2021


• 15
Table 2. Analisis kemungkinan faktor risiko dan proporsi stunting berdasarkan Diagram Pertumbuhan Anak Indonesia (N = 194)

Diagram Pertumbuhan Anak Indonesia Total


Faktor resiko yang mungkin OR (95%CI) P nilai
Pendek, n(%) Tidak Pendek, N
n(%)
Panjang lahir pendek
Ya 22 (22.7) 9 (9.3) 31 2.87 0.011
Tidak 75 (77.3) 88 (90.7) 163 (1.24 to 6.61)
Total asupan kalori harian
Tidak memadai 67 (69.1) 47 (48.5) 114 2.37 0.004
Memadai 30 (30.9) 50 (51.5) 80 (1.32 to 4.27)
Asi Ekslusif
Tidak 68 (70.1) 38 (39.2) 106 3.64 <0.001
Ya 29 (29.9) 59 (60.8) 88 (2.01 to 6.61)
Diare kronis
Ya 53 (54.6) 15 (15.5) 68 6.56 <0.001
Tidak 44 (45.4) 82 (84.5) 126 (3.33 to 13.01)
Sejarah ISPA
Ya 53 (54.6) 25 (25.8) 78 3.47 <0.001
Tidak 44 (45.4) 72 (74.2) 116 (1.89 to 6.35)
Kebersihan
Tidak berkembang 73 (75.3) 49 (50.5) 122 2.98 <0.001
Berkembang 24 (24.7) 48 (49.5) 72 (1.62 to 5.48)
Sumber air
Tidak berkembang 68 (70.1) 45 (46.4) 113 2.71 0.001
Berkembang 29 (29.9) 52 (53.6) 81 (1.50 to 4.88)
Pendapatan total orang tua
Rendah 68 (70.1) 47 (48.5) 115 2.49 0.002
Tinggi 29 (29.9) 50 (51.5) 79 (1.38 to 4.49)
Pendidikan ayah
Rendah 73(75.3) 49 (50.5) 122 2.98 <0.001
Tinggi 24 (24.7) 48 (49.5) 72 (1.62 to 5.48)
Pendidikan ibu
Rendah 78 (80.4) 59 (60.8) 137 2.64 0.003
Tinggi 19 (19.6) 38 (39.2) 57 (1.38 to 5.04)
Anggota keluarga
> 4 orang 45 (46.4) 40 (41.2) 85 1.3 0.469
≤ 4 orang 52 (53.6) 57 (58.8) 109 (0.69 to 2.17)

Tabel 3. Analisis regresi logistik ganda untuk faktor risiko stunting


Faktor risiko OR 95%CI P nilai
Panjang lahir pendek 2.35 0.88 to 6.26 0.087
Total asupan kalori harian tidak memadai 1.75 0.73 to 4.17 0.205
Riwayat pemberian ASI noneksklusif 4.54 1.84 to 11.16 0.001
Riwayat diare kronis 5.41 2.20 to 13.29 <0.001
Sejarah ISPA 1.56 0.66 to 3.68 0.306
Sanitasi yang tidak membaik 2.03 0.50 to 8.24 0.321
Sumber air yang tidak diperbaiki 1.51 0.42 to 5.31 0.525
Pendapatan orang tua rendah 0.54 0.11 to 2.49 0.430
Tingkat pendidikan ayah yang rendah 0.84 0.23 to 3.03 0.794
Tingkat pendidikan ibu yang rendah 0.78 0.27 to 2.27 0.653
imunoglobulin, dan produk sekretori lainnya yang
sumber.
tidak ditemukan dalam susu sapi .26 Pemberian ASI
noneksklusif berkorelasi dengan proporsi stunting di Jumlah pendapatan keluarga dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Keluarga
Sri Lanka dan Jawa Tengah .27,28 Temuan ini sesuai
berpenghasilan rendah cenderung mengalami
dengan temuan kami: 70,1% (OR 3,64; 95% CI penurunan kualitas, kuantitas, dan variasi makanan,
2,01 hingga 6,61) subjek yang stunting tidak seperti yang dilaporkan dalam penelitian di Ethiopia
disusui secara eksklusif. dan Madagaskar yang menunjukkan hubungan antara
Anak-anak di negara berkembang sering stunting dan kemiskinan..40,41 Sebuah penelitian di
menderita infeksi, yang merupakan penyebab utama Indonesia yang dilakukan di Provinsi Maluku Utara
kematian. Kondisi lingkungan diperparah dengan melaporkan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan
sanitasi yang buruk dan padat penduduk. 29 Selain itu, rendah memiliki risiko 43,1 kali lebih tinggi mengalami
infeksi dan malnutrisi memiliki hubungan dua arah. Anak- stunting daripada anak-anak dari keluarga berpenghasilan
anak dengan infeksi yang sering lebih rentan terhadap menengah..42 Kami juga mencatat bahwa subjek yang total
malnutrisi dan anak-anak dengan malnutrisi lebih rentan pendapatan orangtuanya di bawah upah minimum bulanan yang
terhadap penyakit infeksi. .30,31 Diare kronis dan ISPA ditetapkan oleh Kabupaten Aceh memiliki risiko stunting 2,49 (95% CI
merupakan jenis infeksi yang paling banyak 1,38 hingga 4,49) kali lebih tinggi daripada anak yang pendapatan total
ditemukan pada anak-anak Indonesia di bawah usia orang tuanya di atas upah minimum.
lima tahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa Aceh informasi yang kurang memadai tentang gizi tumbuh kembang anak,
menempati urutan ketiga tertinggi untuk prevalensi termasuk kebutuhan gizi. Kami menemukan bahwa tingkat pendidikan
ISPA pada anak.32 Dalam penelitian kami, riwayat ayah dan ibu yang rendah meningkatkan risiko stunting, seperti yang
diare merupakan faktor risiko stunting yang paling ditemukan dalam sebuah penelitian.43 Lebih lanjut, penelitian
dominan pada anak balita (OR 6,56; 95% CI 3,33- sebelumnya mencatat bahwa upaya peningkatan
13,01). Penelitian di AS, Brasil, dan Somalia juga pengetahuan ibu menurunkan proporsi stunting.14 Selain
menemukan bahwa diare kronis merupakan faktor rendahnya pendidikan dan pendapatan orang tua,
banyaknya anggota rumah tangga yang tinggal bersama
risiko stunting yang signifikan. 29,33,34 Selain diare
dapat memperburuk masalah gizi anak yang tidak
dan ISPA, tuberkulosis dan infeksi cacing sering
mencukupi. Di Ethiopia, anak yang tinggal dengan 8-10
terjadi di negara berkembang.32 Namun, kami tidak anggota rumah tangga memiliki risiko 4,44 kali lebih tinggi
memasukkan infeksi ini dalam survei kami karena dan anak yang tinggal dengan 5-7 anggota rumah tangga
kesulitan dalam diagnosis. memiliki risiko 2,97 kali lebih tinggi daripada anak yang
Faktor risiko eksternal seperti sanitasi dan sumber tinggal dengan 2-4 anggota rumah tangga.15 Sebaliknya,
air bersih juga menjadi kunci pencegahan stunting. kami menemukan bahwa risiko stunting tidak berbeda antara
Seperti disebutkan, sanitasi yang buruk dikaitkan anak yang tinggal dengan> 4 anggota rumah tangga dengan
yang tinggal dengan ≤4 anggota rumah tangga. Hasil ini
dengan infeksi pada anak-anak.35 Menurut teori
mungkin dipengaruhi oleh program Keluarga Berencana yang
Cumming, kondisi air, sanitasi, dan kebersihan
telah dilaksanakan dengan baik di Desa Lawe Alas. Dengan
(WASH) yang buruk mempengaruhi pertumbuhan demikian, mayoritas keluarga di Lawe Alas memiliki ≤4
anak.36 Air bersih diartikan sebagai sumber air yang anggota keluarga rumah tangga.
memenuhi kriteria fisik, mikrobiologis, kimiawi,
dan radioaktif. Meski demikian, indikator Keterbatasan penelitian kami adalah kurangnya data status
gizi keluarga dan infeksi parasit pada anak, sehingga kami
sederhana sumber air bersih adalah tidak memiliki
tidak memasukkan faktor risiko tersebut dalam penelitian.
warna dan rasa. Sanitasi yang lebih baik terdiri dari
Kami merekomendasikan studi multisenter dengan ukuran
memiliki akses ke fasilitas untuk pembuangan sampel yang lebih besar dilakukan di masa mendatang.
limbah manusia (feses dan urin) yang aman dan Kesimpulannya, faktor risiko utama stunting yang dominan di
memiliki kemampuan untuk menjaga kondisi Lawe Alas, Aceh Tenggara adalah diare kronis dan pemberian
higienis..18,36 Kebersihan tangan juga berperan dalam ASI noneksklusif. Analisis multivariat menunjukkan bahwa
mencegah penularan patogen.37,38 Sebuah studi anak dengan riwayat diare kronis dan riwayat ASI noneksklusif
menemukan bahwa sanitasi yang buruk dan sumber memiliki 5,41
air yang tidak layak memiliki hubungan yang
signifikan dengan stunting.39 Demikian pula, 75,3%
subjek stunting memiliki sanitasi yang tidak layak dan
70,1% subjek stunting memiliki air yang tidak layak.
kali dan risiko stunting 4,54 kali lebih tinggi.. 9. Wicaksono RA, Arto KS, Saragih RAC, Deliana M,
Lubis M, Batubara JRL. Comparison of growth
diagrams of Indonesian children to 2006 World Health
Konflik kepentingan Organization growth standards in diagnosis stunting.
Paediatr Indones.
Tidak ada yang diumumkan.

Pengakuan Pendanaan

Penulis tidak menerima hibah khusus dari lembaga pendanaan


mana pun di sektor publik, komersial, atau nirlaba.

Referensi
1. Pulungan AB. Exploring the big picture of
stunting: Indonesian perspective. In: 15th pediatric
update exploring the big picture of childhood stunting:
Indonesian perspective. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2016. p. 3-7.
2. Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome
in developing countries. Paediatr Int Child
Health. 2014;34:250-65. DOI:
10.1179/2046905514Y.0000000158.
3. World Health Organization. Nutrition Landscape Information
System (NLiS) Country Profile Indicators Interpretation
Guide 2nd Ed. Geneva: World Health Organization;
2019. p. 2-6.
4. Khadilkar V. The growing controversy about growth
charts: WHO or regional?. Int J Pediatr Endocrinol.
2013;(Suppl 1):6. DOI: 10.1186/1687-9856-2013-S1-
O6.
5. Pulungan AB, Julia M, Batubara JRL, Hemanussen M.
Indonesian national synthetic growth charts. Acta Scientific
Paediatr. 2018;1:20-34.
6. Batubara JRL, Alisjahbana A, Gerver- Jansen AJGM,
Alisjahbana B, Sadjimin T, Tasli Y, et al. Growth
diagrams of Indonesian children: the nationwide survey of
2005. Paediatr Indones. 2006;46:118-26. DOI:
10.14238/pi46.3.2006.
7. World Health Organization. Levels and Trends in
Child Malnutrition. Geneva: World Health
Organization; 2019. Available online:
http://www.who.int/nutgrowthdb/2018- jme-
brochure.pdf?ua=1 (accessed on 4 March 2020).
8. Kemenkes RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) Indonesia tahun 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes
RI; 2018. p. 5-10.
2020;60:95-101. DOI: 10.14238/pi60.2.2020.97-101.
10. Caulfield LE, Richard SA, Rivera JA, Musgrove P,
Black RE. Stunting, wasting, and micronutrient
deficiency disorders. In: Jamison DT, Breman JG,
Measham AR, Alleyne G, Claeson M, Evans DB, editors.
Disease control priorities in developing countries. 2nd ed.
New York: Oxford University Press; 2006. p. 551-67.
11. Black RE, Victora CG, Walker SP, Bhutta ZA,
Christian P, de Onis M, et al. Maternal and child
undernutrition and overweight in low-income and
middle-income countries. The Lancet. 2013; 382:
427-51.. DOI: 10.1016/S0140- 6736(13)60937-X.
12. Millward DJ. Nutrition, infection and stunting: the
roles of deficiencies of individual nutrients and
foods, and of inflammation, as determinants of
reduced linear growth of children. Nutr Res Rev.
2017;31:50-72. DOI: 10.1017/ S0954422416000238.
13. Vilcins D, Sly PD, Jagals P. Environmental risk
factors associated with child stunting: a systematic
teview of the literature. Ann Glob Health. 2018;84:551-
62. DOI: 10.9204/ aogh.2361.
14. Semba RD, de Pee S, Sun K, Sari M, Akhter N,
Bloem MW. Effect of parental formal education on
risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a
cross-sectional study. Lancet. 2008;371:322-8. DOI:
10.1016/S0140-6736(08)60169-5.
15. Fikadu T, Assegid S, Dube L. Factors associated with
stunting among children of age 24 to 59 months in
Meskan district, Gurage Zone, South Ethiopia: a case-
control study. BMC Public Health. 2014;14:800. DOI:
10.1186/1471-2458-14- 800.
16. Sjarif DR. Prinsip asuhan nutrisi pada anak. In: Sjarif
DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS, editors. Buku ajar
nutrisi dan penyakit metabolik. 1st ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2011. p. 36-48.
17. Kusumawati E, Rahardjo S, Sari HP. Model
pengendalian faktor risiko stunting pada anak usia di
bawah tiga tahun. J Kesehat Masy Nas. 2015;9:249-56.
DOI: 10.21109/kesmas. v9i3.572
18. World Health Organization. Sanitation and
Hygiene in East Asia: Towards the Targets of the
Millennium Development Goals and Beyond.
Geneve; 2013. Available online:
https://iris.wpro.who.int/bitstream/hand
le/10665.1/7940/9789290616122_eng.pdf (accessed on
15 March 2020).
19. Gubernur Aceh. Penetapan upah minimum provinsi
aceh tahun 2018. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 67;
2017. Available online:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/
Details/103465/pergub-prov-nad-no-98-tahun-2018
(accessed on 15 March 2020). Undernutrition as an underlying cause of child deaths
20. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik associated with diarrhea, pneumonia, malaria, and measles.
Indonesia. Sistem pendidikan nasional. Undang- Am J Clin Nutr. 2004;80:193-8. DOI:
Undang Republik Indonesia Nomor 20; 2003. 10.1093/ajcn/80.1.193.
Available online:
http://simkeu.kemdikbud.go.id/index.php/peraturan1/8-uu-
undang-undang/12-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional (accessed on 4 April 2020).
21. Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. In: Juffrie
M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani
NS, editors. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. 1st ed.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010. p. 121-36.
22. Wantania JM, Naning R, Wahani A. Infeksi respiratori
akut. In: Raharjoe NN, Supriyatno B, Darmawan BS,
editors. Buku ajar respirologi. 1st ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2013. p. 268-77.
23. Indriani D, Dewi YLR, Mutri B, Qadrijati I. Prenatal
factors associated with the risk of stunting: a multilevel
analysis evidence from Nganjuk, East Java. J Matern
Child Health. 2018;3:294-300. DOI:
10.26911/thejmch.2018.03.04.07.
24. Esfarjani F, Roustaee R, Mohammadi-Nasrabadi F,
Esmailzadeh A. Major dietary patterns in relation to
stunting among children in Tehran, Iran. J Health
Popul Nutr. 2013;31:202-10. DOI:
10.3329/jhpn.v31i2.16384
25. Azmy U, Mundiastuti L. Konsumsi zat gizi pada balita
stunting dan non-stunting di Kabupaten Bangkalan.
Amerta Nutr. 2018;2:292-8. DOI:
10.20473/amnt.v2i3.2018.292-298.
26. Nasreddine LM, Kassis AN, Ayoub JJ, Naja FA, Hwalla
NC. Nutritional status and dietary intakes of children
amid the nutrition transition: the case of the Eastern
Mediterranean Region. Nutr Res. 2018;57:12-27.
DOI: 10.1016/j. nutres.2018.04.016.
27. Sujendran S, Senarath U, Joseph J. Prevalence of
stunting among children aged 6 to 36 months, in the
eastern province of Sri Lanka. J Nutr Disorders Ther.
2015;5:1-6. DOI: 10.4172/2161-0509.1000154.
28. Lestari ED, Hasanah F, Nugroho NA. Correlation
between non-exclusive breastfeeding and low birth
weight to stunting in children. Paediatr Indones.
2018;58:123-7. DOI: 10.14238/pi58.3.2018.123-7.
29. Kinyoki DK, Manda SO, Moloney GM, Odundo EO,
Berkley JA, Noor AM, et al. Modelling the ecological
comorbidity of acute respiratory infection, diarrhoea
and stunting among children under the age of 5 years in
Somalia. Int Stat Rev. 2017;85:164-76. DOI:
10.1111/insr.12206.
30. Caulfield LE, de Onis M, Blossner M, Black RE.
31. Guerrant RL, Schorling JB, McAuliffe JF, de 40. Shine S, Tadesse F, Shiferew Z, Mideksa L, Seifu
Souza MA. Diarrhea as a cause and an effect of W. Prevalence and associated factors of stunting among
malnutrition: diarrhea prevents catch-up growth and 6-59 months children in pastoral community of Korahay
malnutrition increases diarrhea frequency and Zone, Somali Regional State, Ethiopia 2016. J Nutr
duration. Am J Trop Med Hyg. 1992;47:28–35. DOI: Disorders Ther. 2017;7:1. DOI: 10.4172/2161-
10.4269/ajtmh.1992.47.28 0509.1000208.
32. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 41. Remonja CR, Rakotoarison R, Rakotonirainy NH,
Kemenkes RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) Indonesia tahun 2013. Jakarta:
Kemenkes RI; 2013. p. 209-22.
33. Checkley W, Buckley G, Gilman RH, Assis AMO,
Guerrant RL, Morris SS, et al. Multi-country
analysis of the effects of diarrhoea on childhood
stunting. Int J Epidemiol. 2008;37:816-30. DOI:
10.1093/ije/dyn099.
34. Moore SR, Lima NL, Soares AM, Oria RB,
Pinkerton RC, Barrett LJ, et al. Prolonged episodes
of acute diarrhea reduce growth and increase risk of
persistent diarrhea in children. Gastroenterology.
2010;139:1156-64. DOI: 10.1053/j.
gastro.2010.05.076.
35. Keusch GT, Rosenberg IH, Denno DM, Duggan C,
Guerrant RL, Lavery JV, et al. Implications of
acquired environmental enteric dysfunction for
growth and stunting in infants and children living in
low- and middle-income countries. Food Nutr Bull.
2013;34:357-64. DOI: 10.1177/156482651303400308.
36. Cumming O, Cairncross S. Can water, sanitation and
hygiene help eliminate stunting? Current
evidence and policy implications. Matern Child
Nutr. 2016;12(Suppl. 1):91-105. DOI:
10.1111/mcn.12258.
37. Sinatrya AK, Muniroh L. Hubungan faktor water,
sanitation, and hygiene (WASH) dengan stunting
di wilayah kerja puskesmas Kotakulon, Kabupaten
Bodowoso. Amerta Nutr. 2019;3:164-70. DOI:
10.20473/amnt.v3i3.2019.164-170.
38. Humphrey JH, Mbuya MNN, Ntozini R,
Moulton LH, Stoltzfus RJ, Tavengwa NV, et al.
Independent and combined effects of improved
water sanitation, and hygiene, and improved
complimentary feeding, on child stunting and
anaemia in rural Zimbabwe: a cluster-randomised
trial. Lancet Glob Health. 2019;7:e132-47. DOI:
10.1016/S2214- 109X(18)30374-7.
39. Rah JH, Cronin AA, Badgaiyan B, Aguayo VM,
Coates S, Ahmed S. Household sanitation and
personal hygiene practices are associated with
child stunting in rural India: a cross-sectional
analysis of surveys. BMJ Open. 2015;5:e005180.
DOI: 10.1136/bmjopen-2014-005180.
Mangahasimbola RT, Randrianarisoa AB, Jambou R,
among under-fives in North Maluku province of Indonesia.
et al. The importance of public health, poverty
BMC Pediatr. 2009;9:64. DOI: 10.1186/1471-2431-9-64.
reduction programs and women’s empowerment in the
43. Titaley CR, Ariawan I, Hapsari D, Muasyaroh A, Dibley
reduction of child stunting in rural areas of Moramanga
MJ. Determinants of the stunting of children under two
and Morondava, Madagascar. PloS One.
years old in Indonesia: a multilevel analysis of the 2013
2017;12:e0186493. DOI: 10.1371/
Indonesia Basic Health Survey. Nutrients. 2019;11:1106.
journal.pone.0186493.
DOI: 10.3390/ nu11051106.
42. Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe SJ, Jacobs J, Dibley
MJ. Prevalence and risk factors for stunting and severe
stunting

Anda mungkin juga menyukai