Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER

MENULIS KARYA ILMIAH

Disusun Oleh:
Nama : Zulaikha Okta Putri
NIM : K1217083
Kelas : A

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
KETERAMPILAN BERBAHASA
MENULIS KARYA ILMIAH

1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling kompleks
karena tidak sekadar menyalin kata/kalimat, melainkan bertujuan untuk menuangkan
gagasan, ide, atau pendapat dalam bentuk tulisan agar mudah ditangkap oleh
pembaca. Hal ini didasari pada pengertian dari beberapa ahli, yaitu (a) Sesungguhnya
semua hasil atau produk kerja pikir dan kerja perasaan yang berupa: ide, gagasan,
pendapat, saran, kesimpulan, dan sebagainya yang disampaikan baik secara lisan
maupun secara tertulis kepada orang lain adalah sebagai kerja menulis. (Murtono.
2010); (b) Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
(informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. (Dalman. 2016); (c) Keterampilan menulis adalah
kemampuan mengekspresikan pikiran melalui lambang-lambang tulisan.
Keterampilan menulis ini termasuk ke dalam jenis keterampilan aktif, karena penulis
aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan kepada pembaca. (Sari,
dkk. 2014: (1) 541); (d) Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang berisfat
aktif-produktif. Keterampilan ini dipandang menduduki hierarki yang paling rumit
dan kompleks di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Mengapa?
Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat;
melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, ide,
dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap
oleh pembacanya. (Mulyati, 2015); (e) Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. (Tarigan, 1986); dan (f) “Writing is a language
skill that is used to communicate indirectly”.(Saddhono, 2016: 109)
2. Tujuan dan Fungsi Menulis
Menulis memiliki beberapa tujuan, yakni untuk memberi informasi kepada
pembaca, untuk menghibur pembaca, serta hingga dapat mengubah pendangan
pembaca melalui sebuah karangan. Tujuan tersebut didasarkan pada pendapat
menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis terdiri atas (1) Mengubah keyakinan
pembaca; (2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca; (3) Merangsang
proses berpikir pembaca; (4) Menyenangkan atau menghibur pembaca; (5)
Memberitahu pembaca; dan (6) Memotivasi pembaca. Hugo Hartig dalam (Tarigan,
2008:26), mengklasifikasi tujuan menulis menjadi tujuh bagian, antara lain: (a)
assignment purpose (tujuan Penugasan) yaitu menulis dengan tujuan karena
ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (b) altruistic purpose (tujuan altruistik) yaitu
tujuan ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah seperti mendorong pembaca
memahami, menghargai perasaan, dan lain-lainnya dengan melalui karya seseorang;
(c) persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu membujuk atau meyakinkan pembaca
akan kebenaran topik yang diutarakan oleh penulis; (d) informational purpose (tujuan
informasional) yaitu bertujuan memberi informasi kepada para pembaca; (e) self-
expressive purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu bertujuan memperkenalkan atau
menyatakan diri seorang pengarang kepada pembaca; (f) creative purpose (tujuan
kreatif) yaitu bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan kesenian; dan (g) problem
solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu penulis ingin memecahkan
masalah dengan cara menjelaskan, menjelajahi, meneliti secara cermat pikiran dan
gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima pembaca.
Suatu hal bila memiliki tujuan, maka juga memiliki fungsi, sama halnya dengan
menulis. Menulis memiliki beberapa fungsi, antara lain mengekspresikan diri,
menjalin interaksi dengan yang lain, mengedukasi serta menyampaikan informasi.
Pernyataan tersebut didasarkan menurut Yunus (2014: 1-2) yaitu menulis memiliki
sejumlah fungsi, antara lain (1) fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran,
sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku
harian; (2) fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain (3) fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial; (4) fungsi
informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan; dan (5)
fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan. Fungi
edukasi pada menulis juga telah dituturkan oleh Listiyorini dalam Ariningsih (2012:
48) mengemukakan keterampilan menulis dan penguasaan bahasa dapat diperoleh
melalui berbagai latihan dan praktik yang terus menerus.

3. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang menyampaikan informasi yang sama dengan
informasi yang diterima pembaca. Melalui penguasaan kalimat efektif, seseorang
mampu menyampaikan pendapat atau amanat dalam bentuk kalimat yang efektif
sesuai dengan konteks. Oktaria, dkk. (2017: 170). Kalimat efektif adalah kalimat
yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis
saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan
daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007). Kalimat efektif adalah kalimat yang
benar dan jelas sehingga denganmudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah,
Arsjad, dan Ridwan:2001)
Kalimat efektif memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya yaitu memakai diksi
yang tepat, mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP), taat
kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku, melakukan
penekanan ide pokok, mengacu kepada penghematan penggunaan kata, memakai
kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai, memakai variasi struktur kalimat, serta
memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis. Dan juga terdapat ahli yang mengatakan bahwa ciri-ciri kalimat efektif
terdiri atas kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan, kehematan
dalam mempergunakan kata, dan kevariasian dalam struktur kalimat. (Keraf, 2006:
34-48).
4. Penalaran Induktif dan Deduktif
Penalaran adalah merupakan cara seseorang menggunakan nalarnya dalam
menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan
dikemukakannya kepada orang lain. Hal ini juga dituturkan oleh Keraf dan Moeliono
(dalam Suparno, 2006: 141-143) mengemukakan bahwa penalaran (reasoning) adalah
proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden,
ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan.
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sifat yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat
khusus. Proses perubahannya disebut induksi. Penalaran ini berupa generalisasi,
analogi, hubungan sebab – akibat. Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir
yang bertolak dari sesuatu yang umum menuju hal-hal yang khusus untuk mencapai
kesimpulan. Penalaran ini menggunakan silogisme dan entinem sebagai alat
penalarnya.

5. Paragraf yang Efektif


Paragraf adalah satu kesatuan pikiran suatu kesatuan yang lebih luas daripada
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan
menjadi jelas oleh uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama
secara lebih jelas.(Nurdjan, 2016) Paragraf memiliki tiga bagian yang terdiri dari
kalimat utama yang biasanya terdapat pada awal paragraf, kalimat penjelas atau
pendukung terletak pada tengah-tengah pargraf, dan kesimpulan yang terletak di akhir
pargraf.
Paragraf yang baik dan efektif memiliki paling tidak 3 syarat. Pertama,
ketunggalan yaitu paragraf yang memiliki satu gagasan utama. Kedua, koherensi
yaitu paragraf yang di dalamnya tidak hanya berisi kalimat-kalimat tidak terpadu,
namun antar kalimat memiliki satu kesatuan yang berhubungan dan memiliki timbal
balik sehingga pembaca mudah mengikuti alur bacaan. Ketiga, pemenuhan kualitas
yaitu hal yang terdapat di dalam paragraf tersebut memiliki kelengkapan yang dapat
menunjang kejelasan terhadap gagasan utama. (Bander, 1978 dan Leggget, 1978).

6. Ragam Tulisan
Menulis diklasifikasikan menjadi lima ragam, yaitu deskripsi, eksposisi, narasi,
argumentasi, dan persuasi. Brooks dan Warren mengklasifikasikan ragam tulisan
berdasarkan bentuk, terdiri atas (a) eksposisi yang mencakup definisi, dan analisis;
(b) deskripsi yang mencakup deskripsi ekspositori, dan deskripsi literer; (c) narasi
yang mencakup urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan, dan pusat minat; (d)
argumentasi yang mencakup induksi, dan deduksi. Sedangkan Keraf(1989: 6) juga
menuturkan bahwa ragam tulisan didasarkan pada tujuan umum, berdasarkan hal
tersebut menulis dapat dibedakan menjadi lima, antara lain (1) deskripsi yaitu bentuk
karangan yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan kebenarannya secara detail,
(2) eksposisi yaitu karangan yang bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan
sesuatu secara umum, (3) argumentasi yaitu karangan yang berisi mengenai
pemaparan pendapat, gagasan untuk membangun suatu kesimpulan, (4) narasi yaitu
karangan yang menyajikan serangkaian kisah atau peristiwa atau urutan kejadian, (5)
persuasi yaitu karangan dengan tujuan untuk membujuk atau mempengaruhi
pembaca.

7. Manfaat Menulis
Manfaat menulis menurut Horiston (Darmadi, 1996:3) antara lain (a) kegiatan
menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide
dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita; (b) kegiatan menulis
dapat memunculkan ide baru; (c) kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki; (d)
kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang; (e)
kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa
masalah sekaligus; (f) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan
memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Selain itu, penggunaan media pembelajaran menulis bagi mahasiswa BIPA untuk
memahami budaya lokal yang diberikan pengajar bermacam-macam, di antaranya
media film, musik lokal, gambar, dan media demonstrasi ketika pembelajaran di kelas
juga merupakan salah satu menfaat menulis. (Mawadati, 2017: 77) Pembelajaran
sastra menumbuhkan kemapuan dalam berkomunikasi dan peduli akan budaya
bangsa. Sastra media belajar bahasa dan budaya yang membangun pola pikir dan
karakter bangsa. Sastra, bahasa dan budaya tercipta dari kebutuhan dan kebiasaan
masyarakat yang didasari pengalaman nyata dengan imajinasi. Sastra, bahasa dan
budaya data yang akurat dalam menggambarkan kondisi sosial masyarakat sekitar.
(Rondiyah, 2017: 145)

8. Pengertian Karya Ilmiah


Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan, yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh
masyarakat keilmuan. Hal ini didasarkan pada artikel Ilmiah adalah sebuah karya
tulis yang isinya mengungkapkan suatu pembahasan yang lengkap dan secara ilmiah
ditulis oleh seorang penulis. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan
sistematis kepada para pembaca. (Sismulyasih, 2015. 4(1): 65). Karya ilmiah
merupakan karya tulis yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan teknologi
dan karya seni. (Tanjung, 2005: 1)

9. Konsep Dasar Karya Ilmiah


Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan, terdiri dari dua tingkatan, yaitu tingkat
abstrak dan tingkat empiris. Tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran, sementara
tingkatan empiris berkaitan dengan pengamatan. Dalam prosesnya, pemikiran ilmiah
selalu memulai dengan pendekatan ilmiah yang terdiri atas pendekatan deduktif dan
pendekatan induktif. Pendekatan induktif adalah pengalaman atau pengamatan
seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan konsep memodifikasi hasil hipotesis 
menjadi teori dan bermuara di tingkat abstrak. Pendekatan deduktif merupakan titik
tolak penalaran serta perenungan di tingkat abstrak.

10. Karakteristik Karya Ilmiah


Pusbindiklat Peneliti LIPI (2012) merumuskan enam kaidah karya tulis ilmiah
yang mencakup: (1) Logis: keruntutan penjelasan dari data dan informasi yang sesuai
dengan logiks pemikiran kebenaran ilmu; (2) Objektif: mengarah pada kesesuaian
antara data dan informasi yang disajikan dengan fakta. Untuk itu, data dan informasi
yang disajikan dalam karya ilmiah perlu didukung dengan pembuktian berupa teori
atau fakta yang telah teruji keabsahannya; (3) Sistematis: penyajian data dan
informasi yang diperoleh dari hasil kajian harus mengikuti urutan pola piker yang
teratur, konsisten, dan berkelanjutan; (4) Andal: data dan informasi yang disajikan
dalam karya ilmiah harus teruji kebenarannya (faktual). Untuk menghasilkan data dan
informasi yang andal dibutuhkan perencanaan dan penggunaan metode pengumpulan
data yang tepat; (5) Desain: penulisan karya ilmiah perlu didahului dengan tahap
perencanaan dan perancangan awal. Hal ini perlu dilakukan agar kegiatan
pengumpulan data dan informasi dapat terlaksana sesuai dengan metode dan
rancangan yang tepat; (6) Akumulatif: informasi yang sidajikan dalam sebuah karya
ilmiah berupa hasil pengkajian dari berbagai sumber tercepaya yang terjamin
kebenaran dan keberadaanya.

11. Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah


Kode etik adalah seperangkat norma yang perlu diperhatikan dalam penulisan
karya ilmiah. Norma ini berkaitan dengan pengutipan, perujukan, perizinan terhdap
bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data atau informasi.
Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang
lazim disebut plagiasi. Plagiasi merupakan tindak kecurangan yang berupa
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diakui sebagai hasil tulisan atau
pemikiran sendiri.
Merujuk dan mengutip merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari. Kegiatan
ini justru dianjurkan karena perujukan dan pengutipan akan membantu
pengembangan ilmu. Dalam menggunakan bahan dari suatu sumber, penulis wajib
meminta izin kepada pemilik bahan tersebut. Permintaan izin dilakukan secra tertulis.
Jika pemilik bahan tidak dapat dijangkau, maka penulis harus menyebutkan
sumbernya dengan menjelaskan informasi mengenai cara pengambilan bahan (secara
utuh, diambil sebagian, dimodifikasi atau dikembangkan).
Perujukan dan pengutipan informasi berupa teori atau data yang dipublikasikan
melalui dokumen ilmiah (cetak atau noncetak), bahkan sumber nonilmiah, perlu
dilengkapi dengan keterangan identitas sumber. (Suyono, 2015: 5)

12. Kesalahan dalam Penulisan Karya Ilmiah


Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi selama proses penulisan sebuah
karya ilmiah. Kesalahan tersebut dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak.
Kesalahan yang dilakukan dalam proses maupun pelaporan hasil penelitian dapat
termasuk kategori pelanggaran dan mendapatkan sanksi tegas. Kesalahan tersebut,
yakni: (1) pemalsuan hasil penelitian (Fabrication), (2) pemalsuan data penelitian
(Falsification), (3) pencurian proses atau hasil (Plagiasi), (4) pemerasan tenaga
peneliti dan pembantu peneliti (Exploitation), (5) perbuatan tidak adil (Injustice)
sesama peneliti, (6) kecerobohan yang disengaja (Intended Careless), dan (7)
penduplikasian (Duplication)
13. Tahap-Tahap Penulisan
Penulisan karya ilmiah dilakukan memalui beberapa tahapan, antara lain:; (1)
merumuskan masalah; (2) menyusun hipotesis; (3) menyusun rencana penelitian; (4)
melakukan observasi dan pengamatan; (5) menganalisis data; (6) membahas hasil
penelitian; (7) menarik simpulan. Pernyataan tersebut didasarkan pada pendapat Drs.
Zainal Arifin, M. Pd. yang mengatakan dalam bukunya yang berjudul Penelitian
Pendidikan (2011) langkah-langkah dalam penelitian, antara lain: (1)
mengidentifikasi dan memilih masalah; (2) melakukan kajian pustaka; (3)
merumuskan masalah; (4) merumuskan asumsi dan hipotesis; (4) merumuskan tujuan
penelitian; (5) menjelaskan manfaat hasil penelitian; (6) menentukan variabel
penelitian; (7) menyusun desain penelitian; (8) menentukan populasi dan sampel; (9)
menyusun instrumen penelitian; (10) mengumpulkan data; (11) mengolah data; (12)
membahas hasil penelitian; (13) menarik simpulan, implikasi, dan saran; (14)
menyusun laporan. Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa, langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam penelitian ilmiah, yaitu (a) melakukan observasi dan
menetapkan masalah dan tujuan, (b) menyusun hipotesis, (c) menyusun rencana
penelitian, (d) menganalisis dan menginterpretasi data, (e) melaksanakan pengamatan
dan pengumpulan data, (f) melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang
direncanakan, dan (g) merumuskan simpulan dan/ atau teori. (Nazir,1985: 47-48)

14. Syarat Karya Ilmiah


Di dalam Jurnal Pendidikan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan (2008: 6)
dikemukakan bahwa persyaratan karya tulis ilmiah adalah karya tulis ilmiah
menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam
pada situasi spesifik; karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan,; karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan; karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan
secara terkendali. Konseptual, dan procedural; karya tulis ilmiah mengandung
pendangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis; dan
karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran factual sehingga tidak akan
memancing pertanyaan yang bernada.

15. Jenis Karya Ilmiah


Secara garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Karya Ilmiah
Pendidikan dan Karya Ilmiah Penelitian (Arifin, 2006:15). Karya Ilmiah
Pendidikan, terdiri atas: (a) paper (Karya Tulis): adalah karya ilmiah berisi
ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu
ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya (Djuroto dan Supriyadi,
2002:24); (b) Praskripsi: adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari
suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh
dosen kepada mahasiswanya (Djuroto dan Supriyadi, 2002:24) ; (c) skripsi: Penulis
hanya mengacu dan menggunakan tori-teori tersebut dalam bentuk kerangka
pemikiran yang sama untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesisnya;
(d) Tesis: Penulis mengacu dan menggunakan teori-teori yang telah ada tersebut dan
mengembangkannya sendiri dalam bentuk kerangka pemikiran untuk menjawab
masalah penelitian atau menguji hipoteisnya; (e) disertasi: disusun berdasarkan
kerangka pemikiran baru yang mengacu kepada teori-teori lain yang telah ditemukan
sebelumnya, namun kerangka pemikiran tersebut diformulasikan sendiri oleh
penulisnya (original). Sedangkan, karya ilmiah penelitian terdiri atas: (1) makalah
seminar. Makalah seminar meliputi naskah seminar yaitu naskah seminar yakni karya
ilmiah yang beisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan
disampaikan dalam forum seminar, dan naskah bersambung: bentuk tulisan
bersambung ini juga mempunyai judul dengan pokok bahasan (topik) yang sama,
hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat
pengumpulan dan penelitian dalam waktu yang berbeda; serta (2) laporan hasil
penelitian yaitu laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara dan
penulisannya dilakukan secara relatif singkat. Dan juga jurnal penelitian adalah buku
yang terdiri atas karya ilmiah yang isinya berupa hasil penelitian dan resensi buku.

16. Manfaat Karya Ilmiah


Ada delapan kegunaan menulis, antara lain: (a) penulis dapat mengenali
kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai
dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu,
penulis harus berfikir menggali pengetahuan dan pengalamannya; (b) penulis dapat
terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa
bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk
mengembangkan berbagai gagasannya; (c) penulis dapat lebih banyak menyerap,
mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan
menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta
yang berhubungan; (d) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan
secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis
dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar; (e) penulis akan dapat
meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif; (f) dengan menulis
sesuatu diatas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu
dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; (g) dengan
menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu
sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar penyadap informasi dari orang lain; (h)
dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir serta
berbahasa secara tertib dan teratur (Sabarti dkk. dalam Suriamiharja dkk., 1996: 4-5).
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suriamiharja, dkk. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Almack, J.G. 1930. research and Thesis Writing. New York: Harcourt, Brace & Co.
Arifin, Zaenal. 1998. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
___________. 2006. Dasar‐dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Grasindo.
Ariningsih, Nur Endah, Sumarwati & Saddhono, Kundharu. 2012. Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengarangnya.
1(1): 48.
Arsjad, G, Maidar. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Brook, Cleanth, Warren, Robeth Penn. 1979. Modern Rhetoric. New York: Harcourt
Brace Javanoich, Inc.
Brotowidjojo, Mukkayat. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika
Presindo
Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
_______. 2016. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers
Darmadi, K. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi.
Djuroto, Totok, dan Bambang Suprijadi. 2005. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.
Fuad, Muhammad, dkk. 2009. Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah.
Yogyakarta: Ardana Media
Ismayani, R. Mekar. 2013. Kreativitas dalam Pembelajaran Literasi Teks Sastra.
Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2(2): 79-
80.  https://doi.org/10.22460/semantik.2.2.67-86
Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
___________. 2006. Komposisi. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi
Kusmana, Suherli. 2016. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Jawa
Barat: Pusbindiklat Peneliti-LIPI.
Mawadati, Asqina, Andayani & Saddhono, Kundharu. 2017. Penggunaan Media
Pembelajaran Menulis bagi Mahasiswa BIPA untuk Memahami Budaya Lokal.
Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni. 18(1): 77.
http://dx.doi.org/10.24036/komposisi.v18i1.7730
Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Murtono. 2010. Menuju Kemahiran Berbahasa Indonesia (Langkah Maju Menulis
Karya Ilmiah). Surakarta: UNS Press
Musfah, Jejen. 2016. Tips Menulis Karya Ilmiah: Makalah, Penelitian, Skripsi, tesis,
dan Disertasi. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nurdjan, Sukirman, Firman, dan Mirnawati. 2016. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Makassar: Aksara Timur.
Oktaria, Dinari, Andayani & Saddhono, Kundharu. 2017. Penguasaan Kalimat
Efektif sebagai Kunci Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi. Jurnal
Metalingua. 15(2): 170.  http://dx.doi.org/10.26499/metalingua.v15i2.63
Rondiyah, Arifa Ainun, Wardani, Nugraheni E. & Saddhono, Kundharu. 2017.
Pembelajaran Sastra melalui Bahasa dan Budaya untuk Meningkatkan
Pendidikan Karakter Kebangsaan di Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
1(1): 145.
Saddhono, Kundharu. 2016. The Arguments Writing Skill with Multicultural
Awareness in Indonesian Language for Foreign Learners. International
Scientific Researches Journal. 72(4): 109. 10.21506/j.ponte.2016.4.30
Sari, Noita Artika, Kundharu Saddhono, & Suyitno. 2014. Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Field Trip Pada Siswa SMP. Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 1(3): 541.
Sismulyasih, Nugraheti. 2015. Peningkatan Keterampilan Menulis Manuskrip Jurnal
Ilmiah Menggunakan Strategi Teaching Pada Mahasiswa PGSD Unnes. Jurnal
Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau. 4(1): 65.
http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v4i1.2724
Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka
Suyanto, Jihad, Asep. 2009. Betapa Mudah Menyusun Tulisan ilmiah. Yogyakarta:
Erlangga
Suyono, Rizka Amaliah, Dewi Ariani dan Ariva Luciandika. 2015. Cerdas Menulis
Karya Ilmiah. Malang: Gunung Samudera.
Tanjung, Bahdin Nur & Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : (Proposal,
Skripsi, danTesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah.
Jakarta: Kencana.
Tarigan. & Guntur, H. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.
Bandung: angkasa
Yunus, Muhammad. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai