Anda di halaman 1dari 29

FARMASI KLINIK

“PROJECT KONSELING PENYAKIT GAGAL GINJAL

DOSEN : Apt., Maman Rusmana,M.Farm

Nama : Nur Aisyah Nasaruddin

NIM : 2043700056

Kelas : Apoteker Pagi B

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
menganugerahkan nikmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Projek “Farmasi klinik” dengan judul “project konseling penyakit gagal
ginjal” tepat pada waktunya. Tugas Projek ini disusun guna memenuhi persyaratan penilaian
pada mata kuliah Farmasi klinik di semester 1 Program Studi Profesi Apoteker, Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang.................................................................................................4

B. Rumusan masalah...........................................................................................6

C. Tujuan konseling.............................................................................................6

D. Manfaat manfaat konseling.............................................................................6

BAB II Tinjauan pustaka

1. Definisi gagal ginjal.........................................................................................7

2. Klasifikasi gagal ginjal....................................................................................7

3. Penyebab/etiologi gagal ginjal.........................................................................8

4. Patofisiologi gagal ginjal................................................................................10

5. Manifestasi klinik...........................................................................................14

6. Pengobatan gagal ginjal..................................................................................14

7. Hemodiliasis ..................................................................................................15

8. Soal pretest dan posttest..................................................................................17

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Metode penelitian...........................................................................................18

2. Tabel hasil dan pembahasan...........................................................................19-26

BAB IV Penutup

1. Kesimpulan .....................................................................................................27

3
2. Saran ...............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sehat 2025 mempunyai Misi antara lain memelihara dan

meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang

bermutu, merata danterjangkau. Hal ini sesuai dengan paradigma sehat yang

berdasarkan sistem pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yang harus

dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan, sehingga

masyarakat memiliki derajat kesehatan yang optimal. Upaya mencapai Visi dan

Misi Indonesia sehat 2025 sampai saat ini masih mengalami berbagai kendala hal

ini dikarenakan masih tingginya masalah-masalah penyakit degeneratif. Beberapa

dari penyakit tersebut adalah Penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau Cronik

Kidney Disease (CKD) (Depkes RI, 2013).

Ginjal memegang banyak peranan penting bagi tubuh kita, selain peranan

utamanya dalam produksi urin, ginjal juga berperan dalam menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh kita, pengaturan status asam-basa (pH darah),

pembentukan sel darah merah, pengaturan tekanan darah hingga pembentukan

vitami D aktif. Pada ginjal gagal kronik, akan mengalami penurunan dalam

melaksanakan fungsinya, maka fungsi-fungsi di atas juga akan terganggu, urin

tidak dapat diproduksi dan dikeluarkan, keseimbangan cairan terganggu yang

dapat menyebabkan tubuh bengkak dan sesak napas, racun-racun akan

4
menumpuk, tekanan darah dapat tak terkendali, anemia yang akan memperberat

kerja jantung hingga gangguan pembentukan tulang. Komplikasi di atas akan

mempengaruhi fungsi organ lain mulai dari jantung, hati, pencernaan hingga otak

yang akan meningkatkan risiko morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas

(kematian) (Echder T, Schriner RW, 2012).

Hemodialisa (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh

penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang disebut dialiser.

Frekuensi tindakan HD bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang

tersisa, rata–rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama

pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali

tindakan terapi (Brunner dan Suddath, 2002; Yang et al., 2011). Proses

hemodialisa membutuhkan waktu selama 4 – 5 jam umumnya akan menimbulkan

stres ! sik, pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan keluar keringat

dingin akibat tekanan darah yang menurun (Gallieni et al., 2008; Orlic et al.,

2010). Terapi HD juga akan mempengaruhi keadaan psikologis pasien. Pasien

akan mengalami gangguan proses berpikir dan konsentrasi serta gangguan dalam

berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya

kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi HD. Kualitas hidup pasien

GGK yang menjalani terapi HD sangat dipengaruhi oleh beberapa masalah yang

terjadi sebagai dampak dari terapi HD dan juga dipengaruhi oleh gaya hidup

pasien (Suhud, 2005).

Konseling merupakan metode pendekatan individual untuk membantu pasien

menghadapi masalah dalam menjalani HD dan dapat memikirkan mengatasi

masalahnya sendiri serta melakukan upaya yang dapat dilakukan dengan usaha

sendiri (Notoatmodjo, 2010). Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagi

5
bahan pembelajaran bagi pasien untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat

berpengaruh pada pemahaman dirinya terhadap penyakit dan program pengobatan

yang sedang dijalani.

B. Rumusan masalah

Bagaimana peningkatan pengaruh konseling terhadap peningkatan pengetahuan self

care management pada pasien gagal ginjal dengan hemodialisa ?

C. Tujuan:

diberikan konseling Agar pasien dapat mengetahui tentang penyakit gagal ginjal

D. Manfaat

Pasien gagal ginjal mengetahui tentang penyakit gagal ginjal melalui kegiatan

konseling.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka

1. Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana

memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis 14 atau

transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal

adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal

(Rahman,dkk, 2013).

2. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik (Corwin,2001)

Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR

(Glomerulo Filtration Rate). Stadium-stadium gagal ginjal kronis didasarkan

pada tingkat GFR yang tersisa. Dan mencakup:

a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari

normal.

b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari

normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan

sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.

7
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.

Tabel 1. Klasifikasi GGK

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73 m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau

normal
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 60 – 89

ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 30 – 59

sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 15 – 29

berat
5 Gagal ginjal < 15 atau

dialisis
(Sumber : Sudoyo, 2006)

Beberapa penyebab penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:

a. Glomerulonefritis

8
Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.

Glomerulonefritis terbagi menjadi dua, yaitu glomerulonefritis akut dan

glomerulonefritis kronis. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon

imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A).

Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus.

Inflamsi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga merupakan

akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau glomerulonefritis akut (Sloane,

2004).

b. Pielonefritis kronis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.

Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan

menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal.

Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal,

atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis (Sloane, 2004).

c. Batu ginjal

Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam kalsium,

magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir bersama

urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan menyebabkan

rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke selangkangan

(Sloane, 2004).

d. Penyakit polikistik ginjal

Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan

9
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan

parenkim ginjal normal akibat penekanan (Price dan Wilson, 2012).

e. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)

Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan

salah satu penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama.

Lebig dari sepertiga dari semua pasien baru yang masuk dalam program

ESRD (End Stage Renal Disease) menderita gagal ginjal. Diabetes mellitus

menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati

diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal

pada diabetes mellitus (Price dan

William, 2012).

4. Patofisiologi

Patofisiologi GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awalnya tergantung

dari penyakit yang mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi

adalah sama. Pada diabetes melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh

darah sehingga terjadi nefropati diabetik, dimana terjadi peningkatan

tekanan glomerular sehingga terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi

glomerular. Semua itu akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang

mengarah pada glomerulosklerosis (Sudoyo, 2009). Tingginya tekanan

darah juga menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah yang tinggi

10
menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi

penurunan filtrasi (Rahman,dkk, 2013).

Pada pasien GGK, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam

tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu

keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake

natrium yang akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan

volume cairan ekstrasel. Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis

air dari lumen tubulus menuju kapiler peritubular sehingga dapat terjadi

hipertensi .Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan

merusak pembuluh darah ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal

mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari

hipertensi (Rahman, 2013).

Gangguan fungsi ginjal dapat berdampak pada kondisi klinis pasien,

diantaranya adalah:

a. Sindroma uremia (Irwan ,2016)

Ginjal merupakan organ dengan daya kompensasi tinggi. Jaringan

ginjal sehat akan mengambil alih tugas dan pekerjaan jaringan ginjal yang

sakit dengan mengkat perfusi darah ke ginjal dan flitrasi. Bila jaringan

ginjal yang rusak mencapai 77-85%, maka daya kompensasi tidak lagi

mencukupi sehingga timbul uremia yaitu penumpukan zat-zat yang tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal yang sakit. Gejala sindroma uremia adalah:

1) Gastrointestinal, yang ditandai dengan nafsu makan menurun, mual,

muntah, mulut kering, rasa pahit, perdarahan ephitel. Manifestasi uremia

11
pada saluran pencernaan adalah mual, muntah, anoreksia, dan penurunan

berat badan. Keadaan anoreksia, mudah lelah, dan penurunan asupan

protein menyebabkan malnutrisi pada penderita. Penurunan asupan protein

juga memengaruhi kerapuhan kapiler dan mengakibatkan penurunan

fungsi imun serta kesembuhan luka (Price dan William, 2012).

2) Kulit kering, mengalami atrofi, dan gatal. Manifestasi sindrom uremia

pada kulit adalah gambaran kulit menyerupai lilin dan berwarna kuning

akibat gabungan antara retensi pigmen urokrom dan pucat karena anemia,

pruritus akibat deposit garam Ca++ atau PTH dengan kadar yang tinggi,

perubahan warna rambut, dan deposit urea yang berwarna keputihan

(Price dan William, 2012).

3) Pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, pembesaran jantung, payah

jantung, pericarditis

4) Anemia dan asidosis

5) Pada sistem neurologi yaitu apatis, neuropati perifer, depresi, prekoma.

b. Anemia

Anemia merupakan salah satu gejala komplikasi akibat dari penyakit

gagal ginjal kronik. Mekanisme yang dikemukakan sebagai penyebab anemia

pada gagal ginjal kronis, yaitu: defisiensi eritropoietin (Epo), pemendekan

panjang hidup eritrosit, metabolik toksik yang merupakan inhibitor

eritropoesis, dan kecenderungan berdarah karena trombopati. (Pranawa,1993).

c. Hiperkalemia

12
Kelebihan kalium atau hiperkalemia biasanya akibat dari disfungsi ginjal

sementara atau permanen. Kelebihan ini sering terjadi dalam kaitannya dengan

gagal ginjal. Kelebihan ini juga dapat terjadi sementara (dengan fungsi ginjal

normal) setelah trauma jaringan mayor atau setelah tranfusi cepat darah yang

disimpan di bank darah (Tambayong, 2016).

Kalium serum akan meningkat karena penyerapan kalium yang

meningkat, penurunan eksternal ginjal, kematian sel dan pelepasan kalium

serta keadaan yang menimbulkan hipoaldosteronisme. Pada hiperkalemia

terpenting pada klinik gagal ginjal akut (ARF). Tidak bijaksana untuk

melakukan operasi, kecuali bila kalium dapat dibuang terlebih dahulu.

Hemodialisis atau dialysis peritoneum merupakan pilihan terbaik (Sabiston,

1995).

d. Hipokalemia

Hipokalemia adalah konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5

mEq/1. Dapat terjadi akibat penurunan asupan dalam diet, peningkatan

pengeluaran kalium dari ginjal, usus, atau lewat keringat, atau perpindahan

kalium dari kompartemen ekstrasel ke intrasel. Pada hypokalemia yang lebih

parah, muncul gejala kelemahan, keletihan, mual dan muntah, dan konstipasi

(Corwin, 2009).

Hipokalemia biasanya berhubungan dengan penurunan kalium total tubuh.

Diantara penyebab terlazimnya adalah penggunaan diuretik menahun dan

disini hipokalemia plasma dapat menunjukkan adanya kekurangan kalium total

tubuh yang besar. Penyebab lain dari hipokalemia meliputi pengeluaran

13
gastrointestinalis akibat muntah dan diare, serta pengeluaran ginjal akibat

asidosis tubulus ginjal (Sabiston, 1995).

Ada beberapa penyebab kekurangan kalium serum diantaranya adalah

kekurangan masukan, penggunaan diuretik pembuang-kalium, prosedur bedah

gastrointestinal dengan pengisapan nasogastrik dan penggantian yang tidak

tepat, sekresi gastrointestinal berlebihan, hiperadosteronisme, malnutrisi, dan

trauma atau luka bakar. Hipokalemia menyebabkan penurunan kemampuan

tubulus ginjal untuk mengkonsentrasikan sisa, yang menimbulkan peningkatan

kehilangan air (Tambayong, 2016).

5. Manifestasi Klinik

Pasien GGK stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73

m2) biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini masih

belum ditemukan gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya, gejala-gejala

tersebut dapat ditemukan pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan GFR < 30

mL/menit/1,73 m2) bersamaan dengan poliuria, hematuria, dan edema. Selain

itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan limbah nitrogen

di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa dalam

tubuh yang pada keadaan lanjut akanmenyebabkan gangguan fungsi pada

semua sistem organ tubuh (Rahman,dkk, 2013).

6. Pengobatan gagal ginjal

Pengobatan gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan

konservatif dan terapi penggantian ginjal. Penanganan gagal ginjal secara konservatif

terdiri dari tindakan untuk menghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan

14
keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Sedangkan penanganan

dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis intermiten atau transplantasi ginjal

yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal ginjal.

Dialisis sebagai terapi pengganti ginjal telah menyelamatkan nyawa jutaan

individu pada pasien End Stage Renal Disease (ESRD). Kemajuan dalam memahami

penyakit gagal ginjal dan komplikasinya telah mengakibatkan perkembangan

intervensi terhadap penyakit gagal ginjal kronik sehingga dapat memperlambat

progesifitas dan memperbaiki komplikasi penyakit. Dengan dialisis telah

memperpanjang masa hidup dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Menurut National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse

tahun 2006 hemodialisis merupakan terapi yang paling sering digunakan pada

penderita gagal ginjal kronis.

7. HEMODIALISI

Hemodialisi adalah suatu proses pembersihan darah dengan

mengunakan ginjal buatan (dialyzer), dari zat-zat yang konsentrasinya

berlebihan di dalam tubuh. Zat-zat tersebut dapat berupa zat yang terlarut

dalam darah, seperti toksin ureum dan kalium, atau zat pelarutnya yaitu air

atau serum darah(Imam Pranoto, 2010).

Proses pembersihan ini hanya bisa dilakukan diluar tubuh, sehingga

memerlukan suatu jalan masuk ke dalam aliran darah, yang disebut sebagai

vascular access point (Imam Pranoto, 2010).

Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi hemodialisi dapat disebabkan oleh karena penyakit yang

mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik tersebut atau oleh karena proses selama

menjalani hemodialisa itu sendiri. Sementara itu dapat terjadi pula komplikasi akut

15
dimana komplikasi terjadi selama proses hemodialisa berlangsung (Rahardjo dkk.,

2006). Imam Pranoto (2010) menjabarkan komplikasi hemodialisis sebagai berikut:

a. Komplikasi yang sering terjadi

1.) Hipotensi

Merupakan komplikasi akut hemodialisa yang paling sering terjadi, dimana

insidennya mencapai 15-30%. Dapat disebabkan oleh karena penurunan

volume plasma, disfungsi otonom, vasodilatasi karena energy panas, dan obat

anti hipertensi.

2.) Kram otot

Terjadi pada 20% pasien yang menjalankan hemodialisa, dimana penyebabnya

idiopatik, namun diduga karena kontraksi akut yang dipicu oleh peningkatan

volume ekstraseluler.

b. Komplikasi yang jarang terjadi

1.) Dialysis disequilibrium syndrome (DDS)

Ditandai dengan mual dan muntah, yang juga disertai sakit kepala, sakit dada,

sakit punggung. Hal ini terjadi karena perubahan yang mendadak dari

konsentrasi elektrolit dan pH di system saraf pusat.

2.) Aritmia dan angina

Disebabkan oleh karena adanya perubahan dalam konsentrasi

16
potassium, hipotensi, penyakit jantung.

3.) Perdarahan

Dipengaruhi oleh trombositopenia yang disebabkan oleh karena sindrom

uremia, efek samping penggunaan antikoagulan heparin yang lama, dan

pemberian agen anti-hipertensi.

4.) Hipertensi

Disebabkan oleh karena kelebihan cairan, obat-obat hipotensi, kecemasan

meningkat, dan DDS.

SOAL PRE TEST DAN POST TEST

No Pernyataan Pilihan Jawaban


Benar Salah
1 Penyakit gagal ginjal adalah penyakit menular
2 Penyebab terjadinya gagal ginjal adalah penurunan fungsi dari ginjal
3 Penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan gagal ginjal adalah

darah tinggi dan diabetes


4 Pemeriksaan fungsi ginjal adalah dengan pemeriksaan darah dan air

kencing
5 Gejala penyakit gagal ginjal adalah terjadi penurunan kadar hemoglobin,

perubahan jumlah air kencing, bengkak kaki dan sesak


6 Bila ditemukan gejala gagal ginjal, maka sebaiknya kontrol gula darah

pada penyakit diabetes, kontrol tekanan darah pada penderita darah


tinggi dan atur pola makan
7 Orang dengan penyakit gagal ginjal boleh minum sebanyak mungkin
8 Orang dengan penyakit gagal ginjal boleh makan makanan yang asin
9 Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh orang dengan penyakit gagal

ginjal dalam perawatan mandiri


10 Orang dengan penyakit gagal ginjal harus rutin cuci darah sesuai

pengobatan dari dokter

17
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Metode penelitian

Penelitian pada tugas project ini menggunakan metode Pre-test dan Pos –test.

Pre-test dilakukan dengan mengukur tingkat kepatuhan responden sebelum

pemberian informasi atau pemahaman mengenai penyakit gagal ginjal kemudian

Post-test dilakukan dengan mengukur tingkat kepatuhan responden sesudah

pemberian informasi atau pemahaman mengenai penyakit Gagal ginjal. Pre-test dan

Pos dijadikan tolak ukur untuk menentukan apakah pasien responden memahami

tentang gagal ginjal.Jumlah responden yang digunakan dalam tugas project kali ini

adalah sebanyak 26 orang, pemberian materi atau informasi dilakukan secara online

menggunakan aplikasi Zoom Meting, sedangkan untuk pengisian kuesioner

dilakukan dengan menggunakan Google Form.

2. Pembahasan

Berikut adalah data diri 26 responden yang menjawab kuesioner dengan menggunakan

google form:

Tabel 7: Data diri Responden

Data Responden Pembahasan


Umur Dari diagram di samping

didapatkan hasil bahwa

dari 26 responden, umur

19 tahun sebanyak 1 orang

(3,8) umur 20 sebanyak 2

orang (7,7%) umur 22

sebanyak 4 orang (15,4%)

18
umur 24 sebanyak 7 orang

(26,9%)umur 23 1 orang

(3,8%) umur 24 sebanyak

4 orang (15,4%) umur 25-

41 tahun sebanyak 7

orang.

Dari kelompok umur

disamping didapatkan

hasil bahwa kelompok

umur yang paling banyak

22-24 tahun.
Jenis kelamin Responden Dari kelompok umur

disamping di dapatkan

hasil bahwa jenis kelamin

laki-laki dan perempuan

sama banyaknya. Laki-

laki diperoleh hasil (50%)

dan perempuan juga

(50%).
Berikut adalah hasil pretest dan dan postest pada 26 responden yang menjawab kuesioner

dengan menggunakan google form:

Hasil Pretest dan Posttest Pembahasan


1. Penyakit gagal ginjal adalah penyakit menular Dari hasil pre test dan post test

di dapatkan hasil bahwa sebelum

dilakukan konseling masih banyak

responden sekitar 7,7% yang

19
menjawab bahwa penyakit gagal

ginjal itu penyakit yang menular.

Sedangka setelah dilakukan konseling

responden lebih banyak yang

menjawab jika gagal ginjal

merupakan penyakit yang TIDAK

menular sekitar (96,2%). Terjadi

Peningkatan pemahaman para

responden terkait penyakit gagal

ginjal setelah dilakukan konseling.


Pretest:

Posttest:

2. Penyebab terjadinya gagal ginjal adalah penurunan Diperoleh hasil pretest bahwa
fungsi dari ginjal Penyebab terjadinya gagal ginjal

adalah penurunan fungsi dari ginjal,


Pretest:
dan sekitar (88%) menyatakan YA

dan (11,5%) menyatakan TIDAK.

Selain itu hasil prosttest

menyatakan bahwa 26 responden

(100%) menyatakan YA Penyebab

terjadinya gagal ginjal adalah

penurunan fungsi dari ginjal Pada

pertanyaan ini terjadi peningkatan

pemahaman responden terkait

20
penyakit ginjal.

Postest:

3. Penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan Pada pretest Penyakit jangka panjang
gagal ginjal adalah darah tinggi dan diabetes ? yang dapat menyebabkan gagal ginjal
Pretest:
adalah darah tinggi dan diabetes ?

dilihat banyak responden sebanyak

(92,9%) menjawab TIDAK dan (7,1%)

menjawab YA. Pada Posttest dengan

pertanyaan serupa terjadi peningkatan

signifikan tingkat pemahaman

responden meningkat yakni 84,6 %

yang menjawab YA dari yang

sebelumnya hanya 7,1% yang


Posttest:
mengetahui jika Penyakit jangka

panjang yang dapat menyebabkan gagal

ginjal adalah darah tinggi dan diabetes.

4. Pemeriksaan fungsi ginjal adalah dengan pemeriksaan Pada hasil pretest Pemeriksaan fungsi
darah dan air kencing ginjal adalah dengan pemeriksaan darah

dan air kencing?

21
Pretest Didapatkan hasil dari pretest sebanyak

80,8% yang menjawab YA, dan 19,2%

yang menjawab tidak. Sedangkan hasil

dari posttest didapatkan peningkatan

pengetahuan dari responden yakni yang

Postest
menjawab YA sebanyak 96,2%.

5. Gejala penyakit gagal ginjal adalah terjadi penurunan Dari Hasil pertest Gejala penyakit
kadar hemoglobin, perubahan jumlah air kencing, gagal ginjal adalah terjadi penurunan

bengkak kaki dan sesak kadar hemoglobin, perubahan jumlah air

Pretest: kencing, bengkak kaki dan sesak?

73,1% yang menjawab YA, dan

yang menjawab TIDAK sebanyak

26,9%. Dan setelah dilakukan

konseling, hasil posttest mengalami

peningkatan, dimana responden

yang menjawab YA sebanyak

88,5%, dan yang menjawab tidak

sebanyak 11,5%. Peningkatan dari

22
hasil ini dikarnakan terjadi karna

Posttest: pengetahuan para responden

terhadap penyakit gagal ginjal juga

meningkat.

6. Bila ditemukan gejala gagal ginjal, maka sebaiknya Pada pretest: Bila ditemukan gejala gagal
kontrol gula darah pada penyakit diabetes, kontrol ginjal, maka sebaiknya kontrol gula darah

tekanan darah pada penderita darah pada penyakit diabetes, kontrol tekanan

darah pada penderita darah ?

Pretest Pada pretest 92,3% responden menjawab

YA, dan 7,7% yang menjawab TIDAK.

Sedangkan hasil posttest mengalami

peningkatan hasil yakni sebanyak 96,2%

yang menjawab YA.

Postest

7. Orang dengan penyakit gagal ginjal boleh minum Pada pretst Orang dengan penyakit gagal
sebanyak mungkin ginjal boleh minum sebanyak mungkin ?

Didapatkan hasil 65,4 % yang

menjawab YA, dan 34,6% yang

menjawab TIDAK. Sedangkan pada

23
Pretest posttest didapatkan peningkatan hasil

dimana 92,9% yang menjawab TIDAK

dan 7,1% yang menjawab YA. Hasil ini

didapatkan karna adanya tambahan

pengetahuan para responden setelah

dilakukan konseling mengenai penyakit

gagal ginjal.

Post test

8. Orang dengan penyakit gagal ginjal boleh makan Berdasarkan pertanyaan pretest Orang
makanan yang asin dengan penyakit gagal ginjal boleh makan
Pretest
makanan yang asin ?

Didapatkan hasil sebanyak 57,7% yang

menjawab TIDAK dan 42,3% yang

menjawab YA, Sedangkan hasil terhadap

posttest mengalami peningkatan dimana

yang menjawab YA sebanyak 11,5%

Posttest sedangkan 88,5% yang menjawab

TIDAK. Pada penderita gagal ginjal, tidak

boleh mmakan makanan yang asin.

24
9. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh orang dengan Pada pretest Dukungan keluarga sangat
penyakit gagal ginjal dalam perawatan mandiri ?
diperlukan oleh orang dengan penyakit
Pretest
gagal ginjal dalam perawatan mandiri ?

Didapatkan hasil 92,3% yang

menjawab YA, sedangkan yang

menjawab TIDAK sebanyak 7,7%.

Sedangkan hasil posttest didapatkan

100% yang menjawab YA. Dimana

dukungan keluarga terhadap penderita

penyakit ginjal memang sangat

penting.

Posttest

10. Orang dengan penyakit gagal ginjal harus rutin cuci Pada pretest Orang dengan penyakit gagal ginjal
darah sesuai pengobatan dari dokter ? harus rutin cuci darah sesuai pengobatan dari

pretest dokter ? didapatkan hasil 88,5% yang menjawab

Ya sedangkan 11,5% yang menjawab TIDAK.

Pada post test pemahaman dari respondent

meningkat setelah dilakukan konseling sehingga

hasil yang didapatkan pada posttest juga menigkat

25
yakni yang menjawab YA 92,3% Sedangkan yang

menjawab tidak sebanyak 7,7%. Dimana pasien

gagal ginjal memang harus melakukan cuci darah

secara rutin seperti anjuran dokter.

posttest

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tugas project ini terjadi peningkatan pemahaman respondent terhadap

penyakit gagal ginjal, hal tersebut mungkin saja terjadi karena sebelum diadakan

posttest respondent diberikan informasi atau materi terkait penyakit gagal ginjal,

setelah diberikan materi respondent juga jadi lebih mengetahui pentingnya dukungan

dari keluarga dalam menjalani perawatan.

B. Saran

Perlunya kesadaran diri untuk lebih menjaga kesehatan tubuh, dan perlunya

pemahaman tentang pencegahan,pengobatan terkait suatu penyakit, terutama penyakit

gagal ginjal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, D Niken. (2011). Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal . Mitra

Yogyakarta : Cendekia Press.

Colvy, Jack. (2010). Tips Cerdas Mengenali dan Mencegah Gagal Ginjal. Yogyakarta:

DAFA Publishing.

Corwin, JE., 2001. Buku Saku Patofisologi. EGC, Jakarta

Echder T, Schriner RW. (2012). Cardiovascular Abnormalites in Autosomal Dominant

Polistic Kidney Disease. Nat Rev Nephrol.

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Budi Utama.

Padila, (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuhamedika.

Pranawa.1993. Anemia pada Gagal Ginjal Kronik. Jurnal. Seksi ginjal dan hipertensi FK

UNAIR-RSUD Dr Soetomo. Surabaya.

Price, S.A., dan Wilson, L. M. 2012, Pathofisiologi Konsep Klinik ProsesProses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Rahman, dkk,. (2013). Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien

di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi ke-3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah bagian Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD/RS. Dr.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC : Jakarta.

Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam FK UI

28
29

Anda mungkin juga menyukai