Bab 2
Bab 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu peramal tunggal
paling baik tentang keluar masuknya karyawan (Mangkunegara, 2009).
d. Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu
upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.
Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin
menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke
S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister
Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah et. al., 1999).
e. Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang
tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia,
yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan
pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya
diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara
maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat (1993) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori.
8
KLASIFIKASI PASIEN
Minimal Parsial Total
Pag Siang Mala Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
i m
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
c. Metode DEPKES
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan
menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes
RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-
masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah
tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus, rata-rata
pasien per hari, jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien,
jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari dan jam kerja
efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
11
Contoh Perhitungan :
Jumlah jam
Rata-rata jumlah Jumlah jam perawatan
No Kategori*
pasien/ hari perawat/ hari** ruangan/ hari (c
x d)
A B C d E
1 Askep Minimal 7 2,00 14,00
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak 11 4,15 45,65
berat
4 Askep 1 6,16 6,16
maksimal
Jumlah 26 87,37
Keterangan :
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
Bagan 2.4
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing
Kepala Ruangan
Pasien Pasien
Pasien
- Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode
primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan
komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas
yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat
primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas
setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan
16
Bagan 2.6
Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing
Kepala Ruangan
18) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan kepala
group
d. Timbang Terima
- Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam,
2011).
- Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh dinas berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
- Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal – hal apa yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab
shift yang selanjutnya meliputi:
Kondisi atau keadaan pasien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu–buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-
sama langsung melihat keadaan
- Prosedur
Persiapan
o Sarana Prasarana
Saat timbang terima perawat menyiapkan status
pasien
Perawat telah menyiapkan buku catatan dan
peralatan tulis
o Perawat
Kedua kelompok dalam keadaan siap
27
Situation
Background
Riwayat Keperawatan
Assesment:
KU; TTV; DX Keperawatan (poin
yang penting)
Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi
f. Ronde Keperawatan
35
- Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, di
samping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsulen, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2009).
- Karakteristik :
Pasien dilibatkan secara langsung
Pasien merupakan fokus kegiatan
Perawat associate, perawat primer dan konsulen
melakukan diskusi bersama
Konsulen memfasilitasi kreatifitas
Konsulen membantu mengembangkan kemampuan
perawat associate, perawat primer untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.
- Tujuan
Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada
pasien melalui pendekatan berpikir kritis
Tujuan Khusus
Memudahkan cara berpikir kritis dan sistematis
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
- Memudahkan pemikiran tentang keperawatan
yang berasal dari masalah pasien
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi
rencana asuhan masalah pasien
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Peran
36
PP
Tahap Pra Ronde
Penetapan Pasien
2. PersiapanPasien :
Informed Concent
HasilPengkajian / Validasi data
Tahap Pelaksanaan
di Nurse Station 3. Penyajian Masalah
Apa diagnosis keperawatan?
Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?
- Pengertian
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai
salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/
alur yang sistematis sehingga penggunaan obat benar – benar
dapat dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik
secara material maupun secara non material dapat dieliminir
(Nursalam, 2009).
- Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama
dalam pemberian obat
b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara
hukum maupun secara moral
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan
efesien
d. Menyeragamkan pengelolaan obat
e. Mengamankan obat – obat yang dikelola
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat
klien, dosis, waktu, dan cara
- Teknik Pengelolaan
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
pada pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
pada staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
3) Penerimaan Obat :
- Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar serah terima obat
- Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol dan
diketahui oleh keluarga/pasien dalam buku masuk
39
Pasien/Keluarga
Surat
persetujuan
sentralisasi Farmasi/Apoteker
obat dari
perawat
Lembar Pasien/Keluarga
serah
terima obat
PP/Perawat Yang Menerima
Pasien/Keluarga
Bagan 2.14.
Alur Supervisi Keperawatan
Sumber: Nursalam (2009)
Tujuan
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis,
dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang
lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan
dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat
Manfaat
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang
digunakan intuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan
melakukan perawatan rumah (Spath, 2003).
Prinsip
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang.
Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu di kaji
dan di evaluasi
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat
pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah
yang tumbul di rumah dapat segera diantisipasi
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif,
perencanaan pulang merupakan pelayanan multi disiplin
dan setiap tim harus saling bekerja sama
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan
fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan di
lakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan
45
Bagan 2.4
Alur Discharge Planning
(Sumber : Alur Discharge Planning (Nursalam, 2015)
Perencanaan pulang
Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas
31 Lap piring 1: ¼
32 Lap kerja 1: ½
33 Masker 1: ½
34 Popok bayi 1:15
35 Baju bayi 1:8
36 Duk 1: 1/3
37 Duk bolong 1: 1/3
Tabel 2.6.
Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap
Menurut DEPKES (2001)
No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat
1 Formulir pengkajian awal 1:1
49
Kewajiban Pasien:
Pasien, dan keluarga tau penaggung jawab pasien berkewajiban :
a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib di Rumah Sakit
b. Memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang penyakit
yang diderita kepada dokter dan para medis
c. Mematuhi segala petunjuk dokter, para medis, bidan yang
merawat
d. Pasien dan atau penanggung jawabnya wajib melunasi semua
biaya pelayanan pengobatan
e. Wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati bersama pihak
Rumah Sakit sebelum dan selama menjalani pengobatan
54
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 1999). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat
dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan
membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para
pekerjanya.
1. Manfaat Pengorganisasian
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
c) Pendelegasian wewenang
d) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f) Mendelegasikan wewenang
58
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan
jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen
pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen
yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan
pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari
pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan
yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam
jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua
pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam
setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff
keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi
oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan
akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang
diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk
59
2.2.4 Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam
keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000),
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan
sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam
Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu:
1. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan
karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan
dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan
inisiatif.
2. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
60
2.2.5 Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan
terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang
ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja
61
13) Penyuluhan
14) Rehabilitasi
c. Model Praktik
1) Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat professional (Ners) mempunyai wewenang dan
tanggun jawab melaksanakan praktik keperawatan di
rumah sakit dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu,
perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk
praktik keperawatan profesional, seperti proses dan
prosedur registrasi dan legislasi keperawatan.
2) Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada
pelaksanaan pelayanan/asuhan keperawatan sebagai
lanjutan dari pelayanan rumah sakit. Kegiatan ini
dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat professional yang
melakukan praktik keperawatan berkelompok
3) Praktik Keperawatan Berkelompok
Beberapa perawat profesinal membuka praktik
keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik
keperawatan ini dihadapi oleh masyarakat dan dipandang
perlu dimasa depan. Lama rawat pasien dirumah sakit
perlu dipersingkat karena biaya perawatan dirumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat.
4) Praktik Keperawatan Individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit.
Perawat profesional senior dan berpengalaman secara
sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam
jam praktik tertentu untuk memberikan asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan. Praktik keperawatan
ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan
66
Audit keperawatan
Kepala Ruangan