Anda di halaman 1dari 88

Panduan Pen g e l o l a a n D a t a

AIR
MINUM
& PENYEHATAN
LINGKUNGAN
DI DAERAH

WASPOLA Facility
Panduan Pengelolaan Data

AIR
MINUM
& PENYEHATAN
LINGKUNGAN
DI DAERAH
PANDUAN PENGELOLAAN DATA AIR MINUM
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

Diterbitkan oleh WASPOLA Facility bekerja sama dengan KELOMPOK KERJA AIR
MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN, yang terdiri dari : Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Kesehatan, Departemen Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kementerian Perindustrian.

Pengarah
Nugroho Tri Utomo
Gary D Swisher

Editor
Sofyan Iskandar

Tim Penyusun
Udi Maadi
Nur Apriatman
Ardi Adji
Dormaringan H. Saragih
Bambang Pujiatmoko

WASPOLA Facility adalah kelanjutan dari proyek WASPOLA (1998-2003) dan WASPOLA 2 (2004-2009). Proyek ini didanai dari bantuan hibah dari
Pemerintah Australia melalui AusAID, yang dilaksanakan oleh 2 institusi, Bappenas dan Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific
(WSP-EAP) World Bank.
DAFTAR SINGKATAN
AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
AMPL-BM : Air Minum dan Penyehatah Lingkungan Berbasis Masyarakat
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Bapeprov : Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi
BPM : Badan Pemberdayaan Masyarakat
CLTS : Community Led Total Sanitation
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPU : Dinas Pekerjaan Umum
IPA : Instalasi Pemrosesan Air
IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu.
ISSDP : Indonesia Sanitation Sector Development Programme
Jaga : Jamban Keluarga
Kabag : Kepala Bagian
Kabid : Kepala Bidang
Lokalatih : Lokakarya dan Pelatihan
PAMSIMAS : Program Nasional Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
Pemkab : Pemerintah Kabupaten
Pemkot : Pemerintah Kota
Pemprov : Pemerintah Provinsi
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
POD : Pendidikan Orang Dewasa
Pokja : Kelompok Kerja
Renstra : Rencana Strategis
Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, 5 Tahun.
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah, 5 Tahun.
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, 5 Tahun.
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang, 20 Tahun.
RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, 20 Tahun.
RTL : Rencana Tindak Lanjut
SANIMAS : Sanitasi oleh Masyarakat
SK : Surat Keputusan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
TPA : Tempat Pembuangan Akhir (sampah)
WASPOLA : Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning
WSLIC-II : Water and Sanitation for Low Income Communities – II
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini berisi tentang panduan bagaimana melaku-
kan fasilitasi Pengelolaan Data AMPL dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan
AMPL. Dengan panduan ini, diharapkan diperoleh kejelasan dalam tata cara melakukan
Pengelolaan Data AMPL. Panduan ini khususnya ditujukan bagi pemerintah kabupaten/
kota dalam Pengelolaan Data AMPL di daerahnya. Namun demikian berguna juga bagi
para pelaku pembangunan AMPL yang mendukung kegiatan di tingkat kabupaten/kota.

Buku panduan ini terdiri dari lima bagian. Pertama adalah Penjelasan Umum, kedua
adalah Panduan Pengelolaan Data AMPL, ketiga adalah Panduan Pengumpulan Data
AMPL, keempat adalah Panduan Pemrosesan dan Publikasi Data AMPL, dan kelima
adalah Penutup.

Demikian, tidak ada gading yang tak retak, segala masukan akan kami terima dengan
senang hati.

Selamat membaca dan mempraktekannya.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Singkatan
Kata Pengantar
Daftar Isi

Bagian 1 Penjelasan Umum 03


1.1 Latar belakang 03
1.2 Tujuan 05
1.3 Pengguna 05
1.4 Sistematika 06

Bagian 2 Panduan Pengelolaan Data AMPL 09


2.1 Latar belakang 09
2.2 Kondisi Data dan Pendataan Data AMPL di Daerah 11
2.3 Tujuan 12
2.4 Organisasi Pengelolaan 13
2.5 Tahapan Kegiatan 15
2.6 Jadwal Pelaksanaan 18
2.7 Jenis Data 18
2.8 Periode Pendataan 18

Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data AMPL 21


3.1 Tahapan Pengumpulan Data 21
3.2 Jenis Data 30
3.3 Kuisioner dan Cara Pengisian 30
3.4 Mekanisme Pengumpulan Data 48

Bagian 4 Panduan Pemrosesan, Analisis dan Publikasi Data AMPL 53


4.1 Pemrosesan Data 53
4.2 Analisis Data 62
4.3 Pengertian Indikator 69
4.4 Publikasi Data 71

Bagian 5 Penutup 75
1 Penjelasan
Umum
1.1. Latar Belakang
Studi Pengembangan Pengelolaan Data Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang
telah dilaksanakan oleh WASPOLA sejak tahun 2006,
menemukan beberapa isu penting tentang pengelolaan
data AMPL yaitu:
1. Rendahnya kesadaran daerah akan pentingnya
pengelolaan data AMPL yang akurat
2. Adanya sistem pengelolaan data AMPL di daerah
yang kurang terintegrasi
3. Belum adanya database AMPL yang disepakati di
daerah
4. Rendahnya kapasitas daerah dalam pengelolaan
data AMPL
Studi yang dilakukan WASPOLA melalui pendekatan
diskusi terfokus dalam format lokakarya data daerah, dan
kajian literatur, merekomendasikan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Perlu kesamaan pemahaman para pelaku
pembangunan AMPL tentang pentingnya data
AMPL. Hal ini meliputi pemahaman tentang variabel

03
data yang dikumpulkan, untuk apa data dikumpulkan, apa manfaat dari
tersedianya data, apa kerugiannya kalau tidak tersedia data, institusi
yang melakukan pengumpulan data, sumber daya yang diperlukan,
bagaimana data dikumpulkan, dikelola, dan dikomunikasikan, serta
frekuensi pengumpulannya
b. Perlu adanya pemahaman tentang peran dan fungsi instansi pelaku
pembangunan AMPL dalam pengelolaan data. Data apa saja yang
dikumpulkan oleh masing-masing instansi, untuk keperluan apa data itu
dikumpulkan, bagaimana mekanisme pengumpulannya, dan bagaimana
data tersebut dapat diakses oleh para aktor pembangunan AMPL lainnya.
Dalam hal ini secara khusus perlu dipahami peranan BPS di tingkat
kabupaten dalam memperoleh data, apakah melalui pengumpulan data
primer, ataukah mendapatkan data sekunder dari instansi teknis terkait.
Sehingga ada pemahaman dalam menggunakan data sesuai dengan
keperluannya.
c. Perlu adanya penyepakatan tentang data AMPL yang minimum harus
dimiliki oleh daerah untuk kebutuhan perencanaan, serta monitoring dan
evaluasi kinerja pembangunan AMPL, untuk semua tingkatan mulai dari
provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa. Indikator MDGs dapat
dijadikan acuan untuk mengembangkan data AMPL yang minimum
harus tersedia.
d. Perlu adanya penyepakatan tentang mekanisme pengumpulan data
AMPL di daerah. Ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu Registrasi
dan Survei. Kedua metode ini perlu dipertimbangkan sesuai dengan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
e. Perlu adanya kesepakatan dalam mekanisme konsolidasi data yang
dikumpulkan oleh masing-masing instansi di daerah
f. Perlu adanya kesepakatan dalam updating (pembaharuan) data, hal ini
menyangkut frekuensi updating, mekanisme updating, instansi yang
melakukan, serta alokasi sumber daya.
g. Perlu dikembangkan media publikasi dan diseminasi data yang mudah
diakses oleh para pelaku pembangunan AMPL di daerah khususnya, dan
pihak yang lebih luas.

04
h. Untuk hal-hal di atas, diperlukan peningkatan kapasitas pengelola data
AMPL dalam hal pengelolaan data yang meliputi teknik pengumpulan
dan pemrosesan data.
i. Pihak pemerintah pusat dan provinsi perlu menyediakan insentif bagi
daerah yang telah memiliki sistem pengelolaan data yang baik.
j. Perlu dikembangkan panduan pengelolaan data yang mudah diikuti oleh
para pengelola data AMPL di daerah.
k. Pemerintah pusat dan provinsi perlu mengembangkan advokasi dan
pelatihan pengelolaan data AMPL.
Menindaklanjuti rekomendasi ini, maka disusunlah sebuah buku panduan
pengelolaan data AMPL di daerah.

1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan buku panduan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan panduan fasilitasi kepada Pokja AMPL nasional dan Pokja
AMPL Provinsi dalam kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan data
AMPL Kabupaten/kota.
2. Membantu kelompok kerja AMPL Kabupaten/Kota dalam pengelolaan
data AMPL yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan, monitoring
serta evaluasi pembangunan AMPL.

1.3. Pengguna
Pengguna langsung yang dapat memanfaatkan buku Panduan Pengelolaan
Data AMPL ini adalah:
1. Pokja AMPL Provinsi
2. Pokja AMPL Kabupaten/Kota
Selain pengguna langsung tersebut, buku panduan ini juga dapat dimanfaatkan
oleh pemangku kepentingan pembangunan AMPL lain, baik untuk digunakan
langsung ataupun sebagai panduan untuk fasilitasi.

05
1.4. Sistematika
Buku panduan pengelolaan data AMPL ini disusun dalam 5 bagian, yaitu:
BAGIAN 1 : PENJELASAN UMUM
Merupakan pengantar umum buku panduan ini. Menguraikan latar belakang
dan tujuan dari buku panduan pengelolaan data AMPL.
BAGIAN 2: PANDUAN PENGELOLAAN DATA AMPL
Menguraikan tentang organisasi dan tata laksana dalam pengelolaan data
AMPL di tingkat Kabupaten/Kota.
BAGIAN 3: PANDUAN PENGUMPULAN DATA AMPL
Menguraikan tentang proses pengumpulan data AMPL dimulai sejak menyusun
kuesioner hingga entry data.
BAGIAN 4: PANDUAN PEMROSESAN DAN PUBLIKASI DATA AMPL
Menguraikan tentang teknik-teknik pemrosesan data dan bagaimana membuat
publikasi data.
BAGIAN 5: PENUTUP

06
07
2 Panduan
Pengelolaan
Data Ampl
Daerah
2.1. Latar Belakang
Pembangunan sektor AMPL telah mulai berlangsung
sejak PELITA I. Hanya saja pembangunan tersebut
tidak disertai dengan pengelolaan data secara baik dan
terpadu. Berbagai institusi terkait AMPL memiliki data.
Misalnya Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan
Umum, atau Departemen Dalam Negeri memiliki data
masing-masing, dimana bisa muncul angka yang berbeda
untuk kategori dan kelompok sasaran sama. Kondisi ini
bisa dimaklumi mengingat setiap institusi akan lebih
fokus terhadap angka pencapaian pembangunan yang
dilaksanakan oleh institusi yang bersangkutan. Perbedaan
data juga bisa disebabkan oleh adanya perbedaan
pada penggunaan definisi, kategorisasi variabel yang
digunakan, metode pengambilan data, dan kehandalan
sumber daya manusia yang mengolah dan mengelolanya.
Berbagai jenis data AMPL yang ada di masing-masing
institusi tentunya tak bisa disatukan begitu saja. Salah
satu data yang ada dan bisa digunakan adalah data
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai
lembaga pemerintah yang berwenang mengeluarkan
data. Namun ketersediaan data AMPL di BPS saat ini

09
masih sangat terbatas. Mengapa? Karena data AMPL belum dipandang sebagai
variabel yang perlu diperlakukan secara khusus dibanding sektor lain, misalnya
survei pertanian atau survei volume penjualan beras. Data AMPL terakhir
yang digunakan diambil berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS). Data hasil SUSENAS tersebut digunakan sebagai acuan khususnya
dalam mengevaluasi pencapaian target MDGs.
SUMBER AIR BERSIH TERLINDUNGI SUMBER AIR BERSIH TAK TERLINDUNGI
Laporan MDGs Laporan MDGs
BPS BPS
Indonesia Indonesia
air kemasan
sambungan sambungan
1. 1. 1. gerobak dorong 1. (termasuk isi
pipa pipa
ulang)
sumur tak
2. hidran umum 2. sumur bor 2. air kemasan 2.
terlindungi
sumur air dari truk mata air tak
3. sumur bor 3. 3. 3.
terlindungi tangki terlindungi
sumur mata air sumur tak
4. 4. 4. 4. sungai
terlindungi terlindungi terlindungi
mata air mata air tak lain-lain (danau,
5. 5. air hujan 5. 5.
terlindungi terlindungi waduk, dll)
6. air hujan

Di dalam pendataan, perbedaan pendefinisian akan mengakibatkan hasil


yang berbeda sama sekali. Karena itu, persamaan pendefinisian menjadi hal
yang sangat penting sebelum proses pendataan berlangsung, demikian juga
standarisasi terminologi dan metodologi. Hal ini seperti yang terjadi dalam
penyajian data air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) Indonesia
selama ini. Tabel 1 memberikan contoh definisi yang berbeda pada sektor air
minum untuk membedakan sumber air yang berkategori baik dan tidak baik
antara Laporan Pemantauan MDGs di Indonesia dan BPS (SUSENAS 2002).
Definisi yang digunakan untuk sumber air tersebut juga belum tentu sesuai
dengan definisi sumber air dan sarana sanitasi yang layak (improved) dan tidak
layak (unimproved) yang saat ini digunakan untuk memantau pencapaian
MDGs sektor Permukiman dan Perumahan. Selain perbedaan antar-institusi,
ada perbedaan di masyarakat. Perbedaan itu menyangkut persepsi antara
masyarakat dan pengumpul data. Ini memungkinkan fasilitas yang sama
ditempatkan pada kelompok data yang berbeda-beda

10
Kelemahan data AMPL ini secara langsung berakibat pada lemahnya monitoring
dan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan berakibat lanjut pada
lemahnya perencanaan pembangunan AMPL. Keberadaan data yang bersumber
dari BPS saat ini sudah sangat memadai jika untuk mengukur cakupan pelayanan
AMPL pada tingkat nasional hingga provinsi, namun tidak memadai jika
dimaksudkan untuk membuat landasan perencanaan pembangunan di tingkat
kabupaten/kota. Sebagai contoh, untuk perencanaan pembangunan AMPL
di satu kabupaten, maka pemerintah kabupaten bersangkutan memerlukan
data tentang jumlah tiap sarana yang masih berfungsi dan tidak berfungsi
serta jumlah penduduk penggunanya hingga tingkat desa atau bahkan rumah
tangga. Kemudian juga perlu mengetahui kondisi di saat musim penghujan dan
musim kemarau.
Ketersediaan data yang lebih rinci tersebut tentu saja akan sangat tidak efisien
jika dilaksanakan terpusat, misalkan oleh BPS sendiri. Lebih lagi data yang
rinci tersebut juga menjadi tidak memiliki arti penting bagi pemerintah pusat
yang lebih berorientasi pada tingkat perencanaan makro. Pendataan yang rinci
untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi hasil pembangunan akan lebih
efisien jika dilaksanakan terdesentralisasi.

2.2. Kondisi Data dan Pendataan AMPL Di Daerah


Aktor atau para pelaku dalam pengelolaan data AMPL di daerah secara umum
terdiri dari dinas-dinas yang secara langsung berhubungan dengan sektor
AMPL, seperti:
zz Dinas Kesehatan yang memiliki jalur dari tingkat kabupaten, kecamatan,
sampai ke desa. Mekanisme perolehan data dilakukan melalui hasil
proses inspeksi sanitasi ditingkat desa yang dilaksanakan secara berkala
oleh kader kesehatan lingkungan di setiap desa, selanjutnya direkap oleh
petugas sanitarian di tingkat kecamatan, subdin Kesehatan lingkungan di
tingkat kabupaten dan selanjutnya diolah bidang Penyehatan Lingkungan
di tingkat propinsi.
zz Dinas Pekerjaan Umum memiliki jalur mekanisme perolehan data
melalui telaah usulan yang tertuang dalam DASK, meliputi data tentang
jumlah sistem yang terbangun, cakupan penduduk yang mendapatkan
sarana dan prasarana yang dibangun serta investasi biaya yang dibutuhkan

11
dalam setiap pembangunan.
zz Badan Pemberdayaan Masyarakat yang melakukan pengumpulan
data dalam mengisi profil desa, dimana mekanisme perolehan data
dilakukan melalui pembentukan Pokmas (Kelompok Masyarakat) yang
berada disetiap dusun, selanjutnya diolah ditingkat desa, Kecamatan,
Kabupaten, dan Propinsi
zz PDAM yang melakukan pengumpulan data pelanggan air minum yang
dilayaninya, dimana Perpamsi melakukan pengelolaan data AMPL
yang meliputi data administratif dan teknis PDAM, termasuk cakupan
pelayanan, yang dipublikasikan dalam Direktori Perpamsi
zz Bappeda yang melakukan konsolidasi data yang dikumpulkan oleh
dinas terkait, mekanisme perolehan data dilakukan melalui permintaan
dari masing-masing instansi terkait menurut bidangnya masing-masing.
Bappeda berperan sebagai koordinator integrasi data antar sektoral
dan mensinergikan pemenuhan data dasar AMPL antar pemangku
kepentingan.
zz BPS melakukan pendataan sektoral berdasarkan permintaan dan
kebutuhan. Adapun prosesnya dapat diperoleh langsung dari instansi yang
bersangkutan dan untuk data umum perolehannya melalui mekanisme
dari tingkat desa melalui profil desa, selanjutnya ke petugas BPS di tingkat
kecamatan (Mantri Statistik), kabupaten/kota dan seterusnya ke propinsi
Dari beragamnya kondisi pendataan diatas, maka dirasakan perlunya kesatuan
konsep, definisi dan metodologi pengelolaan data AMPL di daerah, untuk
mendapatkan indikator AMPL sampai wilayah terkecil agar data dapat
digunakan sebagai perencanaan, monitoring serta evaluasi capaian pelayanan
AMPL.

2.3. Tujuan
Berlandaskan kondisi tersebut di atas, maka buku ini disusun dengan tujuan
untuk dapat memberikan panduan bagi para pengelola data di tingkat kabupaten
dalam pengelolaan data sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL)
yang terpadu secara nasional dan bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pemerintah kabupaten/kota.

12
2.4. Organisasi Pengelolaan
Sektor AMPL adalah urusan beragam pemangku kepentingan dan telah
diuraikan sebelumnya bahwa pengelolaan datanya juga terjadi pada beberapa
pemangku kepentingan dengan fokus masing-masing sesuai tupoksi. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengintegrasikan dan mensinergikan urusan
sektor AMPL ini yang dimulai dari pengelolaan datanya.
Seiring dengan persoalan kelembagaan yang ada, maka untuk pengelolaan data
AMPL ini sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang memiliki fungsi koordinasi
yang baik, misalnya, lembaga yang melakukan koordinasi pengelolaan data
AMPL adalah Kelompok Kerja (Pokja) AMPL. Belajar dari pelaksanaan uji
coba yang telah dilaksanakan di Kab. Bangka dan berbagai kajian di beberapa
daerah dan kajian literatur, maka organisasi pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:

PENANGGUNGJAWAB
Ketua Pokja AMPL

KETUA PELAKSANA
Anggota Pokja

TIM PELAKSANA
Anggota Pokja

SUPERVISOR
Anggota Pokja atau yang
Dipandang Mampu

SUPERVISOR LAPANGAN
Bidan Desa/Aparat Desa

SURVEYOR/ENUMERATOR
Kader Posyandu/Karang

Organisasi Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

Pokja AMPL adalah lembaga adhoc di daerah yang dibentuk melalui SK Bupati/Walikota/Gubernur yang
anggotanya terdiri atas pemangku kepentingan, baik lembaga atau perorangan, baik pemerintah (SKPD) maupun
non pemerintah yang memiliki tupoksi, keterlibatan atau keberpihakan pada sektor AMPL.

13
Pembagian Tugas dalam Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL
Posisi Pelaksana Tugas Pekerjaan

Penanggungjawab seluruh pelaksanaan pengelolaan data


Penanggungjawab Ketua Pokja
AMPL, Mengkoordinasikan instansi terkait

Anggota Pokja Ketua pelaksana dan bertanggungjawab terhadap seluruh


Ketua Pelaksana (SKPD atau indi-
vidu) pelaksanaan

Mengikuti TOT pengumpulan data


Melakukan pelatihan kepada supervisor dan enumerator
Menyediakan dan mengatur logistik
Mengatur jadwal kegiatan dan pelaksanaannya
Melakukan batching (pengelompokan), editing (perbaikan), dan
Tim Pelaksana Anggota Pokja
coding (pengkodean)
Mengikuti pelatihan entry (pengisian) dan analisis data
Melakukan entry data
Melakukan analisis data
Menyusun buku publikasi dan pelaksanaan publikasinya

Anggota Pokja
atau yang dipan- Mengikuti TOT pengumpulan data
dang mampu Melakukan supervisi dalam pelaksanaan pengumpulan data
Supervisor
(misal: sanitarian Memeriksa kelengkapan kuesioner untuk wilayah kerjanya
atau aparat keca- sebelum diserahkan ke Tim Pelaksana
matan)

Mengikuti pelatihan pengumpulan data


Melakukan supervisi dan pendampingan kepada enumerator
Supervisor Bidan Desa atau
dalam survei
Lapangan aparat desa
Memeriksa kelengkapan kuesioner dan isiannya sebelum
diserahkan ke Supervisor

Kader Posyandu Mengikuti pelatihan pengumpulan data


Surveyor/
atau Karang Ta-
Enumerator Melakukan survei rumah tangga
runa

Organisasi pelaksanaan dan pelaksana tersebut tidaklah baku, dapat


dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing
daerah. Yang penting dari pelaksanaan ini bahwa setiap pemangku kepentingan
sepakat untuk koordinasi, sinergi dan integrasi dalam pengelolaan data AMPL.

14
2.5. Tahapan Kegiatan Bagaimana melakukan
Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan
pengelolaan data AMPL
data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:
Proses dalam melakukan pendataan AMPL adalah
1. Pertama yang harus dilakukan oleh sebagai berikut
Pemerintah Kabupaten/Kota atau Pokja
AMPL adalah melakukan serangkaian Pertemuan,
1. Membangun kesepakatan dan
komitmen semua pihak (-SKPD-
koordinasi dan
pertemuan koordinasi/ lokakarya dengan lokakarya
SKPD)
2. Menggalang dukungan pimpinan
seluruh pemangku kepentingan guna
Penetapan tim
(i) mengidentifikasi data dan pendataan pelaksana dan
1. Menetapkan Tim Pelaksana dari
unsur-unsur Pokja AMPL
persiapan
yang telah dilakukan oleh masing-masing 2. Menyiapkan sumberdaya dan
penyepakatan jadwal
pemangku kepentingan, (ii) menggali TOT
kesepakatan bersama untuk melakukan Tim Pelaksana 1. ToT pendataan lapangan kepada Tim
Pelaksana
pengelolaan data yang sinergis dan 2. Perbaikan kuesioner jika diperlukan

Pelatihan
terintegrasi, dan (iii) menggalang dukungan Aparat pendata
Pelatihan Aparat Pencacah (Enumerator)
lapangan
pimpinan daerah, baik Bupati/Walikota dan oleh Tim Pelaksana didampingi Pokja
AMPL Nasional dan WASPOLA
DPRD untuk pelaksanaan pengelolaan data Survei
AMPL yang sinergis dan terintegrasi. Rumah Tangga 1. Survei lapangan oleh Pencacah
2. Supervisi oleh Tim Pelaksana/Pokja
AMPL
2. Kedua adalah menyepakati dan menetapkan Pelatihan
Pelatihan Aparat Pencacah (Enumerator)
Tim Pelaksana dan melakukan kegiatan- Cleaning & Entry
dan Analisis data
oleh Tim Pelaksana didampingi Pokja
AMPL Nasional dan WASPOLA
kegiatan persiapan. Sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya bahwa Tim Pelaksana Cleaning &
Entry Data Cleaning dan Entry Data oleh Tim
ini haruslah multistakeholder, tidak hanya Pelaksana

dari satu SKPD saja dan idealnya dipilih dari


Pelatihan
unsur-unsur anggota Pokja AMPL. Setelah Pengolahan /
Pelatihan Pengolahan/Analisis Data
Analisis data
Tim Pelaksana terbentuk, selanjutnya Tim
Pelaksana melakukan kegiatan-kegiatan Pengolahan &
Analisis data
persiapan yang meliputi: Pengolahan/Analisis Data

zz Penyiapan sumberdaya; Penyusunan


Buku Kondisi
AMPL Penyusunan Buku Kondisi AMPL
zz Pembagian tugas;
zz Penyusunan rencana kegiatan dan jadwal
Publikasi Publikasi data, misalnya melalui diskusi
3. Ketiga adalah TOT Tim Pelaksana. Pokja Data publik atau peluncuran buku

AMPL dan WASPOLA Facility akan


memfasilitasi pelaksanaan TOT Tim

15
Pelaksana ini. Penjelasan lebih rinci kegiatan ini dapat dicermati pada
buku 4 dari Panduan ini. Selesai TOT, selanjutnya Tim Pelaksana segera
menyusun rencana persiapan pengumpulan data yang meliputi (i) revisi
kuesioner jika diperlukan, (ii) rekrutmen supervisor dan enumerator, (ii)
pengumpulan data sekunder untuk perencanaan survei, (iii) perencanaan
jadwal pelatihan enumerator dan supervisor, dan (iv) perencanaan jadwal
survei.
4. Keempat adalah pelatihan kepada aparat pendata lapangan (surveyor/
enumerator) dan supervisor pengumpulan data. Pelatihan ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh Tim Pelaksana, namun akan diberikan pendampingan
dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Segala hal yang menyangkut
materi dan modul pelatihan disiapkan secara mandiri oleh Tim Pelaksana,
karena harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lokal.
5. Kelima adalah melakukan survei rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan
setelah pelatihan selesai dan idealnya segera tanpa ada jeda waktu lama.
Survei dilaksanakan oleh Enumerator dengan supervisi dari Supervisor
lapangan. Enumerator dan Supervisor yang tidak mengikuti pelatihan
tidak boleh melakukan survei, karena akan mengurangi akurasi dan
validitas data. Tim Pelaksana harus pula melakukan supervisi untuk
menjamin validitas data sekaligus untuk memahami kondisi-kondisi
lapangan berkaitan dengan sektor AMPL.
6. Setelah semua kuesioner terkumpul di Supervisor, selanjutnya diserahkan
ke Tim Pelaksana untuk proses batching dan editing. Diperlukan petugas
khusus untuk proses batching dan editing ini, karena memerlukan
ketelitian dan ketekunan. Pelaksana supervisi di lapangan dianjurkan
terlibat sebagai petugas batching dan editing, karena menguasai
persoalan lapangan. Pada proses ini, umumnya diperlukan juga kegiatan
kunjungan secara sampel acak ke rumah tangga responden untuk
melakukan review dan evaluasi dari pelaksanaan survei melalui Focus
Group Discussion (FGD) bersama responden-enumerator-supervisor.
7. Pelatihan entry data dan cleaning data menjadi kegiatan selanjutnya
setelah batching dan editing selesai. Tim Pelaksana akan dilatih tentang
hal tersebut oleh Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Umumnya
pelatihan dapat dilaksanakan selama 2 hari efektif. Program aplikasi

16
untuk entry data dapat disiapkan oleh Pokja AMPL dan WASPOLA
Facility, atau dibuat bersama-sama dengan Tim Pelaksana.
8. Entry data dan proses cleaning data dilaksanakan secara mandiri oleh
Tim Pelaksana. Umumnya proses entry data dapat dilakukan dengan
cepat, karena relatif mudah dan tidak banyak data yang harus diinput
dengan rata-rata waktu 5-10 menit per satu buku kuesioner. Cleaning
data merupakan proses yang memerluka ketelitian dan dilakukan secara
iterasi, mulai dari proses pencermatan sepintas-keseluruhan, identifikasi
kesalahan, koreksi data, dan kemudian kembali proses berulang dengan
menggunakan kriteria dari kesalahan yang teridentifikasi maupun yang
mungkin terjadi.
9. Pelatihan berikutnya adalah tentang analisis data. Tim Pelaksana
akan diberikan pelatihan mengenai analisis data dari Pokja AMPL
dan WASPOLA Facility. Umumnya pelatihan ini bisa digabungkan
pelaksanaannya dengan pelatihan entry dan cleaning data, tergantung
ketersediaan waktu dan materi pelatihan tambahan yang dibutuhkan
oleh Tim Pelaksana.
10. Tim Pelaksana selanjutnya melakukan pemrosesan dan analisis data
secara mandiri. Diperkirakan proses analisis membutuhkan waktu sekitar
1-2 bulan.
11. Penyusunan buku publikasi kondisi AMPL Kabupaten/Kota merupakan
proses yang bisa dilaksanakan seiring dengan proses analisis data. Tim
Pelaksana menyusun buku ini secara mandiri, sementara Pokja AMPL
dan WASPOLA Facility akan membantu mereview buku sebelum
dipublikasikan.
12. Terakhir adalah melakukan publikasi tentang kondisi AMPL melalui
lokakarya atau seminar dan penerbitan buku kondisi AMPL. Seluruh
pemangku kepentingan perlu diundang dalam kegiatan ini, baik internal
dari Kabupaten/Kota, Provinsi bersangkutan maupun daerah lain untuk
berbagi pembelajaran, memperoleh masukan, serta membangun
komitmen untuk perbaikan data secara khusus, dengan perbaikan sektor
secara umum.

17
2.6. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan, dengan menyesuaikan tahapan-tahapan pelaksanaan
dalam pengelolaan data AMPL secara umum adalah sebagai berikut:
Jadwal Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pertemuan Koordinasi dan Lokakarya

Penetapan Tim Pelaksana

Persiapan

TOT Pada Tim Pelaksana

Persiapan Pengumpulan Data

Pelatihan Pencacah

Survey Lapangan

Pelatihan Cleaning & Entry Data

Cleaning & Entry Data

Pelatihan Pengolahan & Analisis

Analisis Data

Penyusunan Buku AMPL

Publikasi Buku

Jadwal tersebut tentu saja dapat berubah menyesuaikan dengan kesiapan dan
ketersediaan sumber daya yang ada di masing-masing daerah.

2.7. Jenis Data


Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk
sektor AMPL yang meliputi:
a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana
b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana
c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana
d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

2.8. Periode Pendataan


Jenis-jenis data di atas, atau data apapun yang telah dikumpulkan, akan sangat
kehilangan arti dan manfaatnya jika tidak dilakukan pembaharuan secara
periodik. Data yang hanya pada satu saat hanya akan sangat bermanfaat saat

18
itu pula. Perubahan dan perkembangan kondisi lapangan tidak akan diketahui
jika tidak dilakukan pendataan ulang.
Dianjurkan untuk pendataan ulang dilakukan dengan definisi dan prosedur
yang sama, meskipun seringkali diperlukan perubahan definisi oleh karena
perubahan standar pelayanan AMPL ataupun akibat perubahan kebutuhan
variabel. Pada kondisi diperlukannya perubahan definisi, maka harus diberikan
penjelasan pada data yang baru tentang perubahan-perubahan definisi
yang dilakukan. Demikian pula jika terjadi perubahan sampling frame pada
pengumpulan data yang menggunakan metode survei, maka perubahan-
perubahan tersebut juga harus dijelaskan secara rinci untuk menghindari
kesalahan atau bias pada saat analisis dan penyimpulan.
Tidak ada periode yang baku dalam pendataan ulang. Pertimbangan yang
umum digunakan dalam melakukan pendataan ulang umumnya adalah
persoalan sumberdaya, baik manusia, waktu dan terutama sekali pembiayaan.
Untuk pendataan akses layanan AMPL ini, berlandaskan cepatnya perubahan
yang terjadi di lapangan dan faktor permbiayaan, maka idealnya dilakukan
sebagai berikut:
Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan
0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar
3 (tiga) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel Data update untuk monitoring
dengan jumlah lebih kecil dan evaluasi
5 (lima) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data update lengkap

Namun apabila sumberdaya tidak memungkinkan, maka pendataan ulang


dapat dilakukan dengan periode berikut:
Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan
0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar
5 (lima) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel Data update untuk monitoring
dengan jumlah lebih kecil dan evaluasi
10 (sepuluh) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data update lengkap

19
3 Panduan
Pengumpulan
Data Ampl
Daerah
3.1. Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan
data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:TOT
pengumpulan data adalah kegiatan pertama yang
dilakukan setelah Tim Pelaksana ditetapkan.
TOT ini dilaksanakan selama minimal 2 hari efektif
dengan pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility.
Materi-materi dalam pelatihan meliputi :
zz Konsep pengelolaan data AMPL
zz Kuesioner dan cara-cara pengisian
zz Mekanisme pengumpulan data
zz Cara-cara wawancara
zz Simulasi survei
zz Simulasi pelatihan

21
Panduan pengelolaan data

ToT Tim Pelaksana pengelolaan


data Evaluasi kuesioner

Tidak Perbaikan

Ya

Penyusunan modul pelatihan Supervisor


dan Enumerator Perbaikan kuesioner

Rekrutmen Supervisor dan B


Enumerator

22
A B

Pelatihan Supervisor dan


Enumerator

Pembagian blok survei dan


jumlah kuesioner

Daftar blok survei dan jumlah Perbanyakan kuesioner


kuesioner

Sosialisasi ke masyarakat

Survei rumah tangga oleh


Enumerator

Penyerahan kuesioner kepada


Supervisor

Pemeriksaan dan editing oleh


Supervisor D

C
23
C D

Ya
Lengkap dan benar?

Tidak

Konfirmasi langsung ke Enumerator

Pemeriksaan dan editing oleh Ya


Supervisor Lengkap dan benar?

Tidak

Data valid dan akurat?


Tidak Survey ulang dengan pendampingan

Ya

Data lapangan
(Kuesioner Terisi)

Batching dan Editing

Alur Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

24
No Kegiatan Lokasi Pelaksana Output
TOT Tim Pelaksana Pelatih: Pokja AMPL & WASPOLA
1 Pengelolaan Data Studio Peserta: Pokja AMPL daerah (Tim Draft final panduan survei
AMPL Pelaksana)
Evaluasi & Revisi
2 Studio Tim Pelaksana Final kuesioner
kuesioner
Data nama & luas wilayah, jumlah
Studio &
3 Perencanaan survei Tim Pelaksana rumah tangga & penduduk Jadwal
Lapangan
survei
Penyusunan modul
Modul pelatihan Supervisor &
4 pelatihan Supervisor Studio Tim Pelaksana
Enumerator
& Enumerator
Rekrutmen Supervisor Studio &
5 Tim Pelaksana Daftar Supervisor & Enumerator
& Enumerator Lapangan
Perbanyakan Kuesioner sejumlah yang dibutuhkan
6 Studio Tim Pelaksana
kuesioner untuk survei
Pelatih: Tim Pelaksana
Pelatihan Supervisor & Kelas & Supervisor & Enumerator siap melak-
7 Peserta: Supervisor & Enumera-
Enumerator Lapangan sanakan survei
tor
Blok survei dengan petugas
Pembagian blok
8 Studio Tim Pelaksana Supervisor, Enumerator dan jumlah
survei dan kuesioner
kuesionernya
Sosialisasi kepada
Calon Responden/Masyarakat terin-
9 masyarakat/ calon Lapangan Tim Pelaksana & Supervisor
formasi tentang survei
responden
Survei lapangan
(Rumah Tangga)
10 Lapangan Supervisor & Enumerator Kuesioner terisi lengkap dan akurat
oleh Enumerator &
Supervisor
Pemeriksaan
11 kuesioner oleh Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat
Supervisor
Pengecekan acak
12 Responden oleh Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat
Supervisor
Survei ulang
oleh Enumerator
13 didampingi Lapangan Enumerator & Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat
Supervisor (jika
dibutuhkan)
Batching & Editing
(selengkapnya Kuesioner terurut dan sudah memiliki
14 Studio Tim Pelaksana
lihat pada tahapan kode rumah tangga
pemrosesan data)

Perencanaan survei adalah kegiatan selanjutnya dari Tim Pelaksana, yaitu


membuat rencana-rencana pelaksanaan survei yang meliputi:
zz Pembagian tugas antar anggota tim pelaksana, diantaranya tugas-tugas
logistik, supervisor dan pelatih.
zz Pengumpulan data sekunder untuk dasar perencanaan survei.
25
zz Menyusun rencana pelaksanaan survei, diantaranya pembagian blok
survei, jumlah surveyor/enumerator, jadwal pelatihan dan jadwal
pelaksanaan survei.
zz Menyusun rencana pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/
Enumerator.
Penyusunan modul pelatihan untuk Supervisor dan Enumerator menjadi
kegiatan selanjutnya Tim Pelaksana. Penyusunan modul harus disesuaikan
dengan kondisi dan karakteristik daerah, serta rencana pelatihan yang telah
disusun.
Rekrutmen Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator dilakukan setelah
perencanaan survei selesai paralel dengan proses penyusunan modul pelatihan.
Dalam perencanaan survei sudah harus ditetapkan siapa yang akan ditugaskan
sebagai Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator. Bidan Desa dan Kader
Posyandu adalah yang paling potensial untuk tugas ini.
Pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator adalah
langkah selanjutnya. Pelatihan dilaksanakan minimal 2 hari efektif dengan
pelatih seluruhnya dari Tim Pelaksana yang akan didampingi tim pelatih dari
Pokja AMPL-WASPOLA Facility. Materi-materi dalam pelatihan meliputi:
zz Mekanisme pengumpulan data
zz Kuesioner dan cara-cara pengisian
zz Cara-cara wawancara
zz Simulasi survei
zz Praktek lapangan
Pada saat pelatihan, sangat penting untuk menjelaskan tentang tugas dan
kewajiban masing-masing Supervisor dan Enumerator. Tugas-tugas dan
kewajiban tersebut, namun tidak hanya terbatas pada hal-hal berikut:
Supervisor:
zz Wajib mengikuti pelatihan bagi Supervisor baru atau refreshing bagi
Supervisor lama sebelum bertugas
zz Menyiapkan base camp untuk tim sebagai tempat kerja, koordinasi, dan

26
pengendalian
zz Menyiapkan peta lokasi survei
zz Membuat pembagian wilayah survei dan surveyornya
zz Membuat daftar buku kuesioner dan surveyor pemegangnya
zz Menyiapkan logistik: kuesioner, peralatan dan perlengkapan survei
zz Bertanggungjawab terhadap administrasi dan keuangan tim dan membuat
laporannya
zz Memeriksa isi kuesioner dan kebenarannya dan mengumpulkannya dari
seluruh enumerator/surveyor anggota timnya.
zz Jika ada kuesioner yang meragukan, supervisor harus menanyakan
kepada enumerator/surveyor dan melakukan pengecekan lapangan jika
diperlukan.
zz Melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak.
zz Mengisi pengesahan lembar Supervisor pada setiap kuesioner setelah
pemeriksaan dan pengecekan selesai.
zz Melakukan pendampingan survei jika diperlukan.
zz Menyerahkan seluruh kuesioner hasil survei kepada Tim Pelaksana atau
petugas yang ditunjuk.
Enumerator:
zz Wajib mengikuti pelatihan bagi Enumerator baru atau refreshing bagi
Enumerator lama sebelum bertugas.
zz Melakukan survei/wawancara rumah tangga kepada setiap Rumah
Tangga (RT) untuk wilayah surveinya.
zz Bertanggungjawab terhadap kelengkapan dan kebenaran data/isian
seluruh kuesioner hasil surveinya.
zz Menyerahkan kuesioner hasil surveinya kepada Supervisor.
zz Meminta bantuan kepada Supervisor apabila ada kesulitan melakukan
wawancara dengan Responden.

27
Setelah pelatihan, segera dilakukan sosialisasi ke masyarakat tentang akan
dilaksanakannya survei AMPL. Sosialisasi dapat dilakukan sendiri oleh Tim
Pelaksana dengan dibantu oleh Supervisor atau dapat pula dibantu oleh aparat
kecamatan dan desa/ kelurahan. Setelah sosialisasi dan masyarakat mengetahui
tentang adanya survei, maka survei lapangan dengan melakukan wawancara ke
rumah tangga dapat dilakukan. Pada pelaksanaan survei/wawancara, beberapa
hal yang perlu diperhatikan antara lain:
zz Buat suasana santai & kekeluargaan
zz Jelaskan maksud dan tujuan
zz Konsentrasi dan kesiapan responden
zz Lakukan Pengumpulan Informasi
zz Sikap pewawancara:
−− Berpakaian rapi/sesuai
−− Rendah hati dan rasa hormat
−− Ramah dan langsung kepada pertanyaan, tidak bertele-tele atau
berbelit-belit
−− Pendengar yang baik
−− Tidak meremehkan/tidak berprasangka
zz Perhatikan waktu pertemuan (durasi), karena jika terlalu lama akan
membuat responden jengkel dan menjawab dengan asal.
zz Ucapkan terima kasih dan perjanjian kembali bila masih diperlukan
zz Mencatat proses wawancara
−− Lama/durasi
−− Sikap dan penerimaan responden
zz Merapikan kembali hasil wawancara dengan lengkap
zz Melaporkan hasilnya kepada supervisor
zz Mendiskusikan hasil dengan sesama pewawancara
zz Mencari dan mengembangkan cara baru agar lebih efektif

28
zz Melaporkan hal-hal yang tidak diharapkan
−− Gangguan keamanan
−− intimidasi
Enumerator harus memeriksa kembali buku kuesioner yang telah selesai dan
mengisi daftar isian tentang survei pada halaman cover, yaitu nama, tanggal
dan jam mulai, dan tanggal dan jam selesai, serta tanda tangan. Apabila telah
selesai, kuesioner selanjutnya diserahkan kepada Supervisor.
Kuesioner yang telah terisi dari hasil survei para Enumerator selanjutnya
dikumpulkan ke Supervisor dan dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan
editing jika diperlukan. Supervisor harus memeriksan setiap jawaban pada
setiap kuesioner dan jika ditemukan ketidak wajaran atau isian yang kosong
atau tidak jelas segera melakukan crosscheck kepada Enumerator dan bahkan
seringkali perlu dilakukan pengecekan ulang ke lapangan bersama Enumerator.
Selain melakukan pemeriksaan terhadap seluruh isian jawaban pada setiap
kuesioner, Supervisor juga perlu melakukan pengecekan lapangan secara
sampel acak untuk memeriksa akurasi dan validitas Enumerator. Kadang-
kadang ada Enumerator yang melakukan kesalahan berulang atau bersifat
sistematis, sehingga kontrol Supervisor sangat penting untuk dilakukan.
Supervisor harus mengisi daftar isian tentang pemeriksaan buku kuesioner
pada buku kuesioner yang telah selesai diperiksa pada halaman cover, yaitu
nama, tanggal dan mulai pemeriksaan, tanggal dan mulai selesai, serta tanda
tangan. Apabila dilakukan pengecekan lapangan secara sampel acak, juga
harus melengkapi daftar isian pada bagian pengecekan lapangan dengan item
isian yang sama.
Setelah seluruh buku kuesioner diperiksa, Supervisor selanjutnya
menyerahkannya kepada Tim Pelaksana atau petugas yang ditunjuk. Kegiatan
selanjutnya adalah proses batching dan editing oleh Tim Pelaksana yang
penjelasannya dapat dicermati pada buku 3 Panduan Pemrosesan, Analisis dan
Publikasi Data.

29
3.2. Jenis Data
Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk
sektor AMPL yang meliputi :
a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana
b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana
c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana
d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

3.3. Kuesioner dan Cara Pengisian


3.3.1. Kuesioner
Format kuesioner untuk rumah tangga dapat dilihat pada lampiran.
Format kuesioner disusun berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan bersama
dengan Pokja AMPL Kabupaten Bangka. Dengan format kuesioner tersebut
sudah teruji bahwa survei dan pemrosesan datanya dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Namun, pada buku ini juga disajikan bentuk/format dan
cara-cara pembuatan kuesioner sebagai bahan pertimbangan.
Bentuk atau format kuesioner bisa berupa:
zz Tabel
zz Checklist
zz Kalimat pertanyaan berurut
Masing-masing penggunaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemudahan pada saat survei dan pemrosesan nantinya. Juga penggunaannya
dapat berupa kombinasi dari ketiga bentuk tersebut, tidak harus kaku dengan
satu bentuk saja.
Cara-cara pembuatan pertanyaan dalam kuesioner yang perlu diperhatikan
adalah:
zz Relevansi Pertanyaan; pertanyaan dalam kuesioner harus dibatasi pada
yang relevan langsung dengan tujuan studi dan yang relevan dengan
calon responden.

30
zz Pertanyaan Sensitif; pertanyaan yang sensitif harus dihindari, kecuali
memang relevan dengan tujuan studi, misalnya tentang perilaku sex,
kelompok minoritas dan lain-lain yang mengundang kemarahan atau
kekesalan responden.
zz Pertanyaan Mengarahkan; pertanyaan yang mengarahkan sehingga
responden akan menjawab tertentu harus dihindarkan. Pertanyaan harus
disusun dengan kalimat yang netral, sehingga responden terbuka dan
bisa menjawab sesuai dengan pendapat atau pengetahuannya. Sebagai
contoh pertanyaan berikut: Presiden pada pidato kenegaraan 16 Agustus
lalu menyampaikan bahwa kita telah berhasil dalam pembangunan,
apakah anda setuju bahwa pembangunan di Indonesia telah berhasil ?
zz Pertanyaan Berganda; pertanyaan yang menanyakan beberapa hal tidak
boleh digunakan, jadi pertanyaan haruslah tunggal tentang suatu masalah.
Misalnya: apakah anda BAB di jamban, sementara jika sedang di kebun
BAB di tanah dengan menggali? Pertanyaan seperti ini akan menyulitkan
responden dalam menjawab dan nantinya juga akan menyulitkan dalam
analisisnya.
zz Pertanyaan Menakut-nakuti; pertanyaan yang sifatnya menakut-nakuti
dan akhirnya menyulitkan responden dalam menjawab tidak boleh
dipergunakan. Misalnya: Di kampung ini ada orang yang suka menghasut
dan mengancam, tolong sebutkan dengan jujur siapa sajakah orang-
orang tersebut?
Bentuk pertanyaan ada tiga, yaitu (i) pertanyaan tertutup, (ii) pertanyaan terbuka
dan (iii) kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan dengan jawaban tertutup, yaitu jawaban-
jawabannya sudah tertentu dan disediakan dalam kuesioner, meskipun masih
berupa pilihan-pilihan. Pertanyaan dengan jawaban tertutup ini memiliki
beberapa keuntungan dan kerugian, yaitu:

31
Keuntungan dan Kerugian Pertanyaan Tertutup
Keuntungan Kerugian
Jawaban bersifat standar dan bisa Responden memberikan jawaban tebakan, meskipun dia
diperbandingkan antar responden. tidak memahami permasalahan/pertanyaan.
Jawaban mudah dilakukan coding, bahkan Responden frustasi dan asal menjawab atau tidak
sudah dapat dibuatkan coding sejak pembuatan menjawab, karena tidak tersedia jawaban yang sesuai
kuesioner. dengan keinginannya.
Responden bingung karena terlalu banyak tersedia
Jawaban mudah dianalisis dan diformulasikan.
alternatif jawaban.
Ada kemungkinan tidak diketahui perbedaan pendapat
Responden lebih mudah dan yakin dalam
antara responden dan peneliti, karena semua alternatif
memberikan jawaban.
jawaban disusun oleh peneliti.
Jawaban relatif lebih lengkap, karena sudah
dipersiapkan.

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan dengan jawaban terbuka, yaitu


jawabannya belum disediakan oleh peneliti dalam kuesioner. Responden benar-
benar bebas sepenuhnya untuk memberikan jawaban dan jawabannya ditulis
sesuai dengan apa yang dinyatakan responden pada kuesioner. Keuntungan
dan kerugian dari bentuk pertanyaan terbuka antara lain:
Keuntungan dan Kerugian Pertanyaan Terbuka
Keuntungan Kerugian
Jawaban sesuai dengan aspirasi, pengalaman Jawaban sangat beragam, sehingga akan menyulitkan
dan pengetahuan responden dalam coding
Kemungkinan adanya jawaban baru yang Proses wawancara akan lama dan sulit, sehingga
belum diketahui peneliti sebelumnya memerlukan kualifikasi pewawancara handal
Sangat tepat untuk jenis pertanyaan mengapa
dan bagaimana

3.3.2. Panduan Pengisian Kuesioner


Ketentuan Penting
Berikut ini beberapa ketentuan penting dalam survei ini:
1. Rumah Tangga; setiap satu rumah tangga adalah unik yang akan
diidentifikasi dari ID dan nama kepala rumah tangganya. Oleh karena itu
untuk satu rumah tangga hanya boleh ada di dalam satu buku kuesioner
saja. Misalnya oleh karena suatu alasan ada satu rumah tangga yang
disurvei belum lengkap datanya, maka survei ulang di lain hari terhadap
rumah tangga tersebut tetap harus menggunakan buku kuesioner yang
sama dengan melanjutkan pertanyaan/isian yang belum selesai.

32
2. Buku Kuesioner; setiap satu set buku kuesioner adalah satu kesatuan
yang tidak boleh dipisah-pisahkan halamannya. Hal ini berkaitan dengan
kondisi no 1 di atas, yaitu untuk menjamin bahwa data tiap Rumah
Tangga tidak saling silang dan atau tidak tunggal lagi.
Cara Pengisian Kuesioner dan Definisi-Definisi
Secara umum cara-cara dalam pengisian kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Gunakan huruf cetak/kapital/besar untuk jawaban/isian yang
membutuhkan tulisan atau angka.
2. Gunakan tanda silang “X” untuk jawaban/isian yang berbentuk kotak
3. Berikan catatan di ruang yang kosong di halaman kuesioner yang sama
jika ada hal-hal yang perlu diperhatikan, misalnya kesulitan dalam
klasifikasi atau responden ragu-ragu atau lainnya.
Sedangkan cara-cara pengisian untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner dan
definisi-definisi yang digunakan dalam survei ini adalah sebagai berikut:
a. Cover
QC--………. : isi dengan angka/nomor urut mulai dari 1, kemudian 2 dan
seterusnya untuk buku kuesioner berikutnya. Penomoran buku kuesioner ini
sebaiknya dilakukan sejak sebelum buku kuesioner dibagikan ke supervisor
lapangan dan enumerator oleh Tim Pelaksana. Hal ini penting untuk menjamin
terdatanya buku kuesioner yang tidak terpakai atau hilang atau salah.
WAKTU PELAKSANAAN SURVEI
MULAI SELESAI
HARI :
TANGGAL :
JAM :

NAMA SURVEYOR :
TANDA TANGAN :

33
Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Jam - Mulai : isi dengan jam/waktu saat memulai survei untuk buku kuesioner ini
Hari - Selesai : isi dengan hari saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini
Tanggal - Selesai : isi dengan tanggal saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini.
Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini
Nama Surveyor : isi dengan nama lengkap surveyor
Tanda Tangan : bubuhkan tanda tangan surveyor

WAKTU PELAKSANAAN SUPERVISI


DIPERIKSA PENGECEKAN LAPANGAN
MULAI SELESAI MULAI SELESAI
HARI
TANGGAL
JAM

NAMA SUPERVISOR :
TANDA TANGAN :

Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai memeriksa buku kuesioner ini
Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai memeriksa buku kuesioner ini
Jam - Mulai : isi dengan jam saat memulai memeriksa buku kuesioner ini
Hari - Selesai : isi dengan hari saat selesai memeriksa buku kuesioner ini
Tanggal - Selesai : isi dengan tanggal saat selesai memeriksa buku kuesioner ini
Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat selesai memeriksa buku kuesioner ini

Kolom ‘Pengecekan Lapangan’


Jika tidak dilakukan pengecekan lapangan cukup beri tanda silang untuk
seluruh isian/jawaban. Sedangkan jika dilakukan pengecekan lapangan, maka
cara pengisiannya sebagai berikut:

34
Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Jam - Mulai : isi dengan jam/waktu saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Hari - Selesai : isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Tanggal - Selesai : isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku
kuesioner ini
Nama Supervisor : isi dengan nama lengkap supervisor
Tanda Tangan : bubuhkan tanda tangan supervisor

LOKASI
RUKUN TETANGGA (RT) :
RUKUN WARGA (RW) :
DUSUN/LINGKUNGAN :
DESA/KELURAHAN :
KECAMATAN :

RUKUN TETANGGA (RT) : isi dengan nomor RT


RUKUN WARGA (RW) : isi dengan nomor RW
DUKUH/DUSUN : isi dengan nama Dukuh/Dusun
DESA/KELURAHAN : isi dengan nama Desa/Kelurahan

Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman


QRT--…………. : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC
DATA RUMAH TANGGA DAN PERMUKIMAN QRT-……………
Jml Anggota
Status Kepemilikan
Rumah Tangga
Nama Kepala Nama Alamat Luas
ID Luas Rumah Milik
Rumah Tangga Responden Lengkap Perem- Pekarangan Milik Menum-
Laki-laki Sewa Pemerin-
puan Sendiri pang
tah
1 .......m2 .......m2
2 .......m2 .......m2
3 .......m2 .......m2
4 .......m2 .......m2
5 .......m2 .......m2

35
zz ID : isi dengan nomor urut mulai dari 1 untuk tiap buku kuesioner.
Perhatikan bahwa tiap buku kuesioner selalu mulai dengan nomor urut
1, tidak merupakan kelanjutan buku kuesioner sebelumnya.
zz Nama Kepala Rumah Tangga : isi dengan nama Kepala Rumah Tangga.
zz Definisi Rumah Tangga di sini mengikuti definisi yang digunakan BPS.
Ada 2 jenis Rumah Tangga, yaitu (i) Rumah Tangga Biasa, dan (ii) Rumah
Tangga Khusus. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/rumah, dan
biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan
dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi
satu.
Rumah Tangga Biasa ada bermacam-macam bentuk, diantaranya:
zz orang yang tinggal bersama istri dan anaknya;
zz orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan dan mengurus
makannya sendiri;
zz keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan/rumah, tetapi makannya
dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu
segmen;
zz Rumah Tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang
pemondoknya kurang dari 10 orang;
zz pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan dan sejenisnya
yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta art lainnya, makan
dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya;
zz masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian
bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri.
Rumah Tangga Khusus adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti
asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan
kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga, dan
kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10
orang atau lebih.

36
Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga
yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau
orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga tersebut.
zz Nama Responden: isi dengan nama orang yang memberikan jawaban
pada saat survei/wawancara dilakukan.
zz Alamat : isi dengan alamat rumah tangga dengan selengkapnya (sebisa
mungkin), baik no rumah, nama jalan, RT, RW, Dusun/Dukuh hingga
Desa/kelurahan.
zz Jumlah Anggota RT : isi dengan jumlah anggota rumah tangga, termasuk
dalam kategori anggota rumah tangga adalah seluruh orang yang
tinggal di rumah tersebut, meskipun merupakan satu kesatuan keluarga
tersendiri. Misalnya anak dengan menantu dan cucunya, kalau tinggal
di rumah tersebut maka seluruhnya termasuk dalam kategori anggota
rumah tangga bersangkutan. Perhatikan: Kepala Rumah Tangga juga
dihitung sebagai anggota rumah tangga.
zz Disebut anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat
tinggal di suatu rumahtangga, baik yang sedang berada di rumah pada
waktu pencacahan maupun yang sementara tidak berada di rumah.
Tamu yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih dan tamu
yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat
tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga.
zz Bukan anggota rumah tangga jika anggota rumah tangga tersebut
bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian
kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan
rumah 6 bulan atau lebih.
zz Luas Rumah : isi dengan angka luas rumah/bangunan dalam satuan
meter persegi (m2).
zz Luas Pekarangan : isi dengan angka luas pekarangan/lahan (luas
rumah+halaman) dalam satuan meter persegi (m2).
zz Status Kepemilikan : beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang
digunakan adalah:
zz Milik Sendiri: Sertifikat rumah dan pekarangan adalah atas nama kepala

37
rumah tangga bersangkutan.
−− Sewa: Rumah Tangga tersebut tinggal di rumah dan pekarangan
tersebut atas perjanjian sewa atau kontrak untuk jangka waktu
tertentu.
−− Menumpang: Rumah Tangga tersebut tinggal di rumah dan
pekarangan yang bukan miliknya sendiri dan tanpa ada perjanjian
sewa atau kontrak dengan pemilik rumah dan pekarangan tersebut.
Pemilik rumah bisa orang tua, saudara, teman, lembaga tempat kerja
atau lainnya.
−− Milik Pemerintah: Rumah Tangga tersebut tinggal di rumah dan
pekarangan yang statusnya milik pemerintah, misalnya rumah dinas.
b. Akses dan Sarana Sumber Air Minum Rumah Tangga Pada Musim Penghujan
Dan Kemarau
QAM_HK--……… : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC
Musim Penghujan
MUSIM PENGHUJAN

Status
Pompa Sumur Sumur Mata
Kepemilikan

Penampungan Air Minum


Tangan Gali Bor Air

Kolam/Empang/Kolong
Sarana

ID Nama Kepala Rumah Tangga


Leding/Perpipaan

Punya Tetangga
Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Sarana Umum

Sungai/Irigasi
Air Kemasan

Milik Sendiri
Terlindungi

Terlindungi

Terlindungi

Terlindungi

Danau
1

Penting!
Perhatikan bahwa tabel isian kuesioner ini adalah untuk masa musim
penghujan.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan

38
Permukiman.
zz Air Kemasan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Air Kemasan adalah
air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam
kemasan botol (500 ml, 600 ml, 1 liter, 1 ½ liter, atau 19 liter) dan
kemasan gelas; seperti antara lain air kemasan merk Aqua, Moya, 2 Tang,
dan VIT dan air minum isi ulang.
zz Leding/Perpipaan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Leding/
Perpipaan adalah air minum yang diperoleh dari sistem perpipaan yang
dikelola oleh PAM, PDAM, BPAM, maupun instansi swasta lainnya atau
dari hidran umum atau truk tangki air.
zz Pompa Tangan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi sumur Pompa
Tangan yang Terlindungi adalah seperti gambar berikut dan yang dan
jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun
milik tetangga) lebih dari 10 meter.

180 cm

15 cm 180 cm
15 cm
210 cm

zz Sedangkan sumur Pompa Tangan yang Tidak Terlindungi adalah yang


emplasemen/pelataran sekitar pompa tidak disemen/diberi pasangan
yang kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban
terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) kurang dari 10 meter.
zz Sumur Gali: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Sumur Gali yang
Terlindungi adalah seperti gambar berikut dan jaraknya terhadap bidang
resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) lebih dari
10 meter.

39
80 cm

100 cm 300 cm

Sedangkan sumur gali yang Tidak Terlindungi adalah yang emplasemen/


pelataran sekitar bibir sumur tidak disemen/diberi pasangan yang kedap
resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri
ataupun milik tetangga) kurang dari 10 meter, seperti gambar berikut :

zz Sumur Bor: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Sumur Bor yang
Terlindungi adalah sumur bor yang menggunakan pompa listrik untuk
menaikkan airnya, dengan sumber airnya berasal dari air tanah pada

40
kedalaman di atas 25 meter. Emplasemen/pelataran di sekitar pipa hisap
disemen/diberi pasangan kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang
resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) lebih dari
10 meter.
zz Sedangkan Sumur Bor yang Tidak Terlindungi adalah Sumur Bor yang
emplasemen/pelataran di sekitar sumur bor tidak disemen/diberi
pasangan yang kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan
jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) kurang dari 10
meter.
zz Mata Air: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Mata Air yang Terlindungi
adalah yang memiliki bangunan pelindung/broncaptering seperti gambar
berikut:

Sedangkan Mata Air yang Tidak Terlindungi adalah mata air yang tidak
dilengkapi dengan bangunan pelindung. Misalnya dengan cara menampung
langsung dari keluarnya air atau hanya dengan pancuran bambu/kayu.
zz Penampungan Air Hujan (PAH): beri tanda silang yang sesuai. Definisi
PAH adalah seperti gambar berikut:

41
Talang air

Bak Penampung
Air Hujan

Kran Air

zz Status Kepemilikan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang


digunakan adalah:
−− Milik Sendiri: Jika sarana yang digunakan adalah milik sendiri.
−− Milik Tetangga: Jika sarana yang digunakan adalah milik tetangga,
baik dengan tujuan untuk digunakan sendiri oleh pemilik atau untuk
bersama dengan tetangganya.
−− Sarana Umum: Jika sarana yang digunakan adalah yang dibangun
oleh pemerintah atau donatur atau bersama-sama dari beberapa
rumah tangga dengan tujuan untuk digunakan bersama.
zz Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Kolam/Empang/Tebat: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
Musim Kemarau
MUSIM KEMARAU
Pompa Status
Sumur Gali Sumur Bor Mata Air
Penampuangan Air Hujan

Tangan Kepemilikan Sarana

Kolam/Empang/Kolong
Leding/Perpipaan

Punya Tetangga
Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Tdk Terlindungi

Sarana Umum

Sungai/Irigasi
Air Kemasan

Milik Sendiri
Terlindungi

Terlindungi

Terlindungi

Terlindungi

Danau

42
Penting:
Perhatikan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner ini sama
dengan pada lembar kuesioner musim penghujan sebelumnya, namun sekali
lagi mohon diperhatikan bahwa lembar ini untuk kondisi pada musim kemarau.
Cara pengisian maupun definisi-definisinya adalah sama dengan pada lembar
kuesioner musim penghujan sebelumnya.
c. Akses dan Sarana Pembuangan Tinja & Urine, Akses dan Sarana
Pembuangan Limbah Cair (Selain Tinja & Urine), Serta Akses dan Sarana
Pembuangan Sampah Rumah Tangga
QJLCS--……… : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC

AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN TINJA DAN URINE

Status
Kepemilikan
Sarana

Nama Kepala
Sistem Saluran Limbah

ID

Kebun/Lahan Terbuka
Rumah Tangga
Punya Tetangga

Sarana Umum

Kolam/Sawah

Sungai/Irigasi
Tangki Septik

Milik Sendiri

MCK Umum

Lainnya
Cubluk

Definisi: yang dimaksud limbah cair tinja dan urine adalah hanya jenis limbah
rumah tangga yang berupa tinja dan urine, yang merupakan pembuangan
langsung dari jamban/kloset.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.

43
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan
Permukiman.
zz Sistem Saluran Limbah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi sistem
saluran limbah adalah sistem saluran limbah (riol) skala kota/kawasan yang
dibangun dan dikelola oleh Pemda (PDAM) untuk sarana pembuangan
tinja dan urine. Rumah Tangga yang menggunakan pelayanan ini tidak
lagi menggunakan tangki septik di halamannya.
zz Tangki Septik: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang menggunakan tangki septik untuk sarana pembuangan tinjanya.
Disebut Tangki Septik jika seluruh permukaan dindingnya (atas-samping-
bawah) merupakan dinding yang kedap resapan seperti gambar berikut :

Pipa

Bak Ventila

Lap.
Pipa

Pasangan

zz Cubluk: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang menggunakan cubluk untuk sarana pembuangan tinja dan urinenya
seperti gambar berikut. Meskipun dinding pembuangannya telah
diberi pasangan bata dan disemen sehingga kedap, namun jika bagian
bawahnya tidak, maka termasuk kategori cubluk.
zz Status Kepemilikan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang
digunakan adalah:
zz Milik Sendiri: Jika sarana yang digunakan adalah milik sendiri.

44
Pelat
Jongkok

Pipa
Penghubung

Bak
Lubang Jamban Kontrol
dengan Tutup

Lubang
Menara

Cubluk
Lapisan
Tanah

Lubang
Penampung
Kotoran

zz Milik Tetangga: Jika sarana yang digunakan adalah milik tetangga, baik
dengan tujuan untuk digunakan sendiri oleh pemilik atau untuk bersama
dengan tetangganya.
zz Sarana Umum: Jika sarana yang digunakan adalah yang dibangun oleh
pemerintah atau donatur atau bersama-sama dari beberapa rumah tangga
dengan tujuan untuk digunakan bersama.
zz MCK Umum: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang menggunakan MCK umum (komunal) untuk sarana pembuangan
tinja dan urinenya.
zz Kolam/Sawah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.
zz Kebun/Lahan Terbuka: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan lahan terbuka seperti halaman atau
pekarangan atau kebun atau tanah kosong untuk sarana pembuangan
tinja dan urinenya, baik dengan digali kemudian ditutup maupun tidak.
zz Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang
menggunakan sarana pembuangan tinja dan urinenya tidak termasuk
kategori-kategori tersebut di atas, misalnya danau, pantai, got atau
lainnya.

45
Akses dan Sarana Pembuangan Limbah Cair Bukan Tinja dan Urine
AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN LIMBAH CAIR BUKAN TINJA & URINE

Sistem Saluran Saluran Terbuka/ Kebun/Lahan


Sungai/Irigasi Kolam/Empang Danau/Kolong Lainnya
Limbah Got Terbuka

Definisi: yang dimaksud limbah cair bukan tinja dan urine adalah seluruh jenis
limbah rumah tangga yang bukan tinja dan urine, termasuk dalam kategori ini
adalah buangan bekas mandi, cuci dan memasak.
zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan
Permukiman.
zz Sistem Saluran Limbah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan sistem saluran limbah (riol) skala kota/
kawasan yang dibangun dan dikelola oleh Pemda (PDAM).
zz Saluran Terbuka/Got: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang menggunakan saluran terbuka/got di sekitar rumah
untuk sarana pembuangan limbah cairnya.
zz Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang menggunakan sungai atau saluran irigasi untuk sarana
pembuangan limbah cairnya.
zz Kolam/empang: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang menggunakan kolam atau empang atau sawah di sekitar
rumah untuk sarana pembuangan limbah cairnya.
zz Kebun/Lahan Terbuka: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

46
rumah tangga yang menggunakan kebun atau halaman atau pekarangan
atau tanah kosong di sekitar rumah untuk sarana pembuangan limbah
cairnya, dan umumnya dibiarkan tergenang.
zz Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang
menggunakan danau atau waduk untuk sarana pembuangan limbah
cairnya.
zz Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang
menggunakan sarana pembuangan limbah cairnya tidak termasuk
kategori-kategori tersebut di atas, misalnya pantai atau lainnya.
Akses dan Sarana Pembuangan Sampah
AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH

TPS Diangkut TPS Tidak Lahan Terbuka Sungai/ Kolam/ Danau/ Lainnya
Petugas Diangkut Saluran Empang Kolong
Petugas Diolah Ditimbun & Ditimbun & Dibakar
Dibiarkan Ditutup Tanah

zz ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi
Rumah Tangga dan Permukiman.
zz Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah
Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan
Permukiman.
zz Diangkut Petugas: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang buangan sampahnya (limbah padat) diambil oleh petugas,
dan juga termasuk yang dilakukan sendiri oleh anggota rumah tangga,
untuk dibuang di tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat
pembuangan akhir (TPA).
zz Tidak Diangkut Petugas: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

47
rumah tangga yang buangan sampahnya (limbah padat) di tempat
penampungan sementara (TPS) dan tidak diambil oleh Petugas.
zz Diolah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang
melakukan pemilahan dan pemrosesan terhadap sampahnya, misalnya
dengan melakukan komposting atau lainnya.
zz Ditimbun& Dibiarkan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah
rumah tangga yang membuang sampahnya ke dalam lobang dan
kemudian dibiarkan tetap terbuka.
zz Ditimbun & Ditutup Tanah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi
adalah rumah tangga yang membuang sampahnya ke dalam lobang dan
kemudian ditimbun dengan tanah (sanitary landfill).
zz Dibakar: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga
yang membuang sampahnya dengan dibakar atau ditimbun dahulu
kemudian dibakar.
zz Sungai/Saluran: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang membuang sampahnya ke sungai atau saluran irigasi atau
saluran terbuka di sekitar rumah.
zz Kolam/Empang: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah
tangga yang membuang sampahnya ke kolam atau empang atau sawah.
zz Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang
membuang sampahnya ke danau atau waduk.
zz Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang
membuang sampahnya tidak termasuk kategori-kategori tersebut di atas,
misalnya pantai atau laut atau lainnya.

3.4. Mekanisme Pengumpulan Data


Pada dasarnya mekanisme pengumpulan data dalam buku panduan ini akan
mendorong aktor-aktor di atas untuk tetap meneruskan kegiatan pendataan
yang telah dilakukannya. Tetapi dengan tambahan variabel data yang
diperlukan oleh sektor AMPL dalam rangka monitoring, yang mengacu kepada
Joint Monitoring Program UNICEF-WHO-Pemerintah.
Ada dua cara yang dilakukan dalam pengumpulan data:

48
1. Registrasi, yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada pada suatu
instansi atau lembaga, baik yang dilakukan secara rutin atau insidentil
oleh instansi atau lembaga bersangkutan. Misalnya tentang data
pelanggan PDAM dan konsumsi air per bulannya.
2. Survei, yaitu dengan mengumpulkan data langsung dari lapangan
dengan menggunakan kuesioner atau cheklist. Ada 2 jenis survei yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Sensus
b. Sampling
Kedua cara tersebut dapat dipilih salah satu atau dilakukan keduanya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kendala yang dihadapi. Misalnya kebutuhan akan jenis
data atau variabel data tertentu, kemudian juga mempertimbangkan kendala-
kendala waktu, biaya dan kerumitan pengelolaan pengumpulannya.

3.4.1. Registrasi
Yang dilakukan adalah pencatatan jenis sarana yang digunakan oleh penduduk
di seluruh kabupaten dengan cara melakukan pendataan berdasarkan catatan
yang ada pada tingkat Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dukuh/Dusun.
Pencatatan dimulai dari tingkat RT, kemudian Rukun Warga atau Dusun.
Dari tingkat RW data dikumpulkan di tingkat Desa. Dari tingkat Desa data
dikumpulkan di tingkat kecamatan. Dari tingkat kecamatan data dikumpulkan
di tingkat kabupaten. Sebagai contoh dapat dilihat alur proses dibawah ini.

3.4.2. Survei
Survei dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Sensus dan Sampling.
Metode sensus adalah dengan melakukan survei kepada seluruh rumah tangga
(populasi) yang ada, sementara sampling dengan melakukan survei terhadap
beberapa rumah tangga sampel yang diasumsikan dapat mewakili kondisi
seluruh rumah tangga (populasi). Untuk sensus tentu saja tidak diperlukan
penjelasan lagi, sementara untuk sampling ada beberapa pilihan yang bisa
dipilih dari beberapa teknik sampling di bawah ini.
Metode pengambilan sampel terdiri dari dua, yaitu probability sampling dan
non-probability sampling. Menurut Berenson (2006: 243), non-probability
sampling berguna apabila yang dipertimbangkan masalah biaya, kecepatan

49
dan kemudahan. Namun, jika membutuhkan keakuratan yang tinggi sebaiknya
menggunakan probability sampling. Non-probability sampling mengakibatkan
penyimpangan (bias) yang tinggi dan cenderung tidak dapat mewakili populasi
yang sedang diteliti.
a. Sensus
Sesuai dengan metode sensus, maka setiap rumah tangga akan diwawancara
dengan menggunakan buku kuesioner. Guna menjamin reliabilitas dan validitas
data, maka sebaiknya pelaksanaan wawancara dilakukan oleh seorang petugas
survei untuk satu batas wilayah RW atau Dukuh atau Dusun.
b. Sampling
Kerangka Sampling
Ada 3 satuan sampling yang akan dilakukan, jika survei cakupan pelayanan
AMPL ini dilakukan melalui survei sampel. Satuan sampel pertama adalah
wilayah administrasi desa atau kelurahan. Satuan sampel kedua adalah RW/
Dukuh yang ada di dalam setiap desa/ kelurahan, sedang yang ketiga adalah
Rumah Tangga.
Pada batas wilayah Kabupaten/Kota, daftar desa atau kelurahan mudah
di dapat, baik dari Pemerintah Kabupaten/Kota sendiri ataupun dari BPS.
Disarankan untuk menggunakan data yang bersumber dari BPS mengingat
masing-masing desa/kelurahan di seluruh Indonesia telah memiliki nomor
identitas (ID) yang unik. Terjadi kemungkinan ada desa/ kelurahan yang belum
masuk dalam daftar data BPS, yang biasanya desa/kelurahan tersebut adalah
hasil pemekaran terbaru. Dalam kasus demikian, maka desa/kelurahan baru
tersebut perlu diberikan ID baru dengan tetap menggunakan kaidah-kaidah
yang dipergunakan BPS. Demikian pula untuk daftar RW untuk tiap satuan
sampel desa/kelurahan akan mudah diperoleh dari kantor desa/kelurahan
bersangkutan. Sementara untuk satuan sampel RT/KK daftarnya dapat diperoleh
dari kantor RW atau RT (Rukun Tetangga) bersangkutan.
Untuk satuan sampel desa/kelurahan dilakukan pemilahan antara desa/
kelurahan perkotaan (urban) dan perdesaan (rural). Pemilahan ini relatif mudah
dilakukan karena sudah tersedia data yang terpisah antara desa perkotaan
dan perdesaan yang dipublikasikan oleh BPS. Dengan demikian daftar desa

50
sesuai kategori tersebut untuk tiap Kabupaten/kota bisa dibuat. Pemilahan ini
mengikuti metode stratified random sampling, sehingga untuk desa perkotaan
adalah populasi pertama (N1) sedang untuk desa perdesaan adalah populasi
kedua (N2).
Penarikan Sample
Pertama adalah penarikan sample untuk desa/kelurahan sejumlah ‘n’ desa/
kelurahan sample yang dilakukan dengan metode Systematic Sampling. Dari ‘n’
sample tersebut selanjutnya dilakukan penarikan sample untuk desa perkotaan
‘n1’ dan desa perdesaan ‘n2’ dengan metode Probability Proportional to Size.
Kedua adalah penarikan sample untuk RW/Dukuh sejumlah ‘nrw’ yang
dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap desa/kelurahan
sample.
Ketiga adalah penarikan sample untuk rumah tangga sejumlah ‘nrt’ yang
dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap RW/Dukuh
sample.
Jumlah Sample
Penentuan jumlah sample desa yang akan disurvei di tiap Kabupaten/Kota
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

dimana
:

51
4 Panduan
Pemrosesan,
Analisis dan
Publikasi
Data
4.1. Pemrosesan Data
Secara umum kegiatan pemrosesan data mencakup
tahap-tahap proses kerja sebagai berikut:
a. Receiving dan Batching
b. Editing dan Coding
c. Pembuatan program entry data
d. Entry Data
e. Cleaning Data
Panduan ini akan membahas kegiatan mulai dari receiving
dan batching sampai dengan tabulasi. Proses kegiatan
ini harus dapat dilakukan di daerah.
Skema proses kerja yang akan dibahas adalah seperti
pada diagram di bawah ini.

53
Kuesioner dari Surveyor

Receiving & Batching

Editing & Coding Pembuatan Program Aplikasi


Entry Data

Entry Data Pelatihan Entry Data

Cleaning Data

Alur Kerja Pemrosesan Data

4.1.1. Receiving dan Batching


Tahap receiving dan batching merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam proses pemrosesan data. Semakin baik receiving dan batching dilakukan,
semakin baik dan cepat pula entry data diselesaikan. Petugas yang menangani
tahap ini seyogyanya merupakan staf yang mempunyai kemampuan mengatur
tata cara dokumentasi dengan baik. Secara umum ada beberapa hal yang harus
dilakukan petugas receiving dan batching yaitu:
zz Mengecek kelengkapan jumlah kuesioner apakah sudah sesuai dengan
target sampel atau belum.
zz Melakukan batching (pengelompokkan) kuesioner sesuai dengan
kerangka sampling/dusun/desa.
zz Membuat laporan receiving dan batching yang berisi keterangan
54
mengenai berapa jumlah kuesioner yang sudah diterima, jumlah rumah
tangga pada setiap batch, serta jumlah kuesioner yang belum masuk dan
yang tidak digunakan karena lebih atau rusak.
Batching dilakukan dengan mengelompokkan kuesioner dalam satu desa.
Agar mudah dilacak, maka batching diberi nomor urut, nama desa, jumlah
rumahtangga dan nama editor/supervisor sebagaimana format di bawah.
Nomor batch terdiri dari 5 digit, yaitu 3 digit pertama merupakan kode desa
dan 2 digit terakhir adalah nomor urut batch.
Setelah tahap receiving dan batching selesai dilakukan, maka dokumen
selanjutnya diserahkan kepada petugas lainnya untuk dilakukan editing-coding.
Contoh kartu/lembar identitas setiap batch dapat dilihat pada contoh di bawah
ini.

No Batch : 008 05

Nama Desa :

Jumlah Rumah Tangga :

Nama Editor/Supervisor:
..................................
Tgl. Pengeditan:
Mulai:........................
Selesai.......................

Nama Pengentri:
..................................
Tgl. Pengentrian:
Mulai: .......................
Selesai: ........................

4.1.2. Editing dan Coding


Proses editing (penyuntingan) dan coding (penyandian) adalah proses
pengecekan kuesioner yang telah selesai proses batching dengan memperhatikan
kesepakatan-kesepakatan atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Pada tahap

55
ini, satu kelompok dokumen (satu batch) sebaiknya diserahkan kepada satu
orang petugas agar mudah untuk dikontrol. Usahakan agar tidak ada dokumen
dalam satu batch dikerjakan oleh dua orang yang berbeda sehingga kesalahan-
kesalahan sistematik yang dilakukan pencacah di lapangan dapat terdeteksi.
Dokumen yang salah harus segera dilaporkan kepada pengawas untuk
selanjutnya dilakukan pengecekan lapangan.
Editing adalah melakukan perubahan atau perbaikan terhadap data/isian dalam
kuesioner yang sudah terkumpul dan telah selesai dilakukan batching. Proses
editing ini harus dilakukan dengan memeriksa seluruh data/isian satu per satu
dengan teliti dari mulai awal hingga data/isian terakhir pada kuesioner. Proses
editing ini sangat penting, karena dengan editing yang baik akan menghemat
waktu dan sumberdaya untuk proses-proses selanjutnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan editing adalah:
zz Perbaikan isian harus menggunakan pensil hitam. Isian yang salah tidak
boleh dihapus, cukup dicoret yang salah dan tulis isian yang benar
didekatnya.
zz Kuesioner diusahakan tetap bersih dan tidak lecek.
Cara melakukan editing adalah sebagai berikut:
zz Pengecekan kewajaran isian/jawaban.
zz Pengecekan konsistensi antara jawaban satu dengan jawaban yang lain/
bersesuaian.
zz Pengecekan isian yang meragukan. Apabila ada, laporkan ke pengawas/
supervisor agar segera dilakukan pengecekan lapangan.
Contoh dalam melakukan editing kuesioner, misalnya:
Isian atau jawaban pada kuesioner untuk luas rumah dan luas pekarangan
seringkali masih dalam bentuk perkalian, misalnya untuk luas rumah 8x10
m2 dan luas pekarangan 15x30 m2. Isian tersebut perlu dibuat angka akhir
dalam meter persegi, sesuai dengan pertanyaan dan data yang akan di entry
nanti. Dengan demikian di kolom isian luas rumah dan luas halaman harus
dibuatkan angka akhir, yaitu 80 meter persegi untuk luas rumah dan 450 meter
persegi untuk luas pekarangan.

56
Angka akhir luas dalam meter persegi tersebut diisikan pada tempat semestinya,
namun jika sudah terisi dalam bentuk perkalian bisa langsung ditulis dengan
memberikan tanda ‘=’ di sebelah angka perkalian. Ingat, angka perkalian asli
pada lembar kuesioner tidak boleh di hapus.
Coding adalah mengubah data/isian dalam kuesioner kedalam data numeric
sehingga bisa dilakukan proses pemrosesan dengan komputer. Coding hanya
dilakukan terhadap data-data nominal atau ordinal, sementara data numeric
tidak perlu. Misalnya, data sumber air minum rumah tangga, maka dapat
dibuatkan coding:
−− Ledeng atau perpipaan dengan kode “1”
−− Air Kemasan dengan kode “2”
−− Air Sumur Terlindungi dengan kode “3”
−− Air Sumur Tidak Terlindungi dengan kode “4”, dst.
Ada kemungkinan pertanyaan dalam kuesioner tidak terjawab karena
responden tidak tahu atau tidak mau/tidak bisa menjawab, sehingga data/isian
pada kuesioner kosong atau terjawab tidak tahu. Terhadap kondisi ini, maka
coding yang umumnya dipergunakan adalah dengan memberikan nilai:
−− Tidak Tahu dengan kode “88”
−− Kosong atau tidak terjawab dengan kode “99”
Data kategori missing juga biasanya diberikan kode “99”. Data missing adalah
data pada kuesioner yang tidak konsisten dengan data sebelumnya, yang hal
ini sering terjadi pada pertanyaan lompat (skip).
Supervisor perlu memberikan perhatian terhadap kode ini, karena ada beberapa
kemungkinan:
1. Memang benar jawaban responden, maka tidak perlu dilakukan koreksi.
2. Jumlahnya terlalu banyak dan menunjukkan adanya kesalahan entry,
maka harus dilakukan koreksi dengan memeriksa kembali kecocokannya
dengan kuesioner.
3. Jumlahnya terlalu banyak dan menunjukkan adanya kesalahan coding,
maka harus dilakukan koreksi dengan melakukan coding ulang.

57
Sedikit lebih sulit adalah coding untuk jenis pertanyaan dengan jawaban
terbuka, misalnya jenis makanan apakah yang anda suka? Maka jawabannya/
datanya bisa sangat beragam untuk setiap orang. Pada kondisi demikian, maka
pertama kali harus dilakukan identifikasi jawaban dari seluruh kuesioner,
kemudian dibuatkan pengelompokannya dan selanjutnya setiap kelompok
diberikan kode yang unik. Oleh karena itu, pada survei dengan jumlah sampel
yang besar, pertanyaan dengan jawaban terbuka sudah seharusnya sangat
dihindari.
Setelah coding ditetapkan, maka harus dibuat satu buku/catatan khusus
tentang coding. Buku/catatan ini sangat penting, karena menjadi acuan dalam
pembuatan program aplikasi data entry dan cleaning data. Sebagai contoh
sederhana dari buku coding misalnya:

Contoh Sederhana Buku Coding


Kolom Variabel Nama Variabel Kode

Ledeng/Perpipaan= 1, Air Kemasan= 2, Sumur Gali Terlindungi= 3,


8 Var_AMH sumber air minum pada musim penghujan
Dst.

Ledeng/Perpipaan= 1, Air Kemasan= 2, Sumur Gali Terlindungi= 3,


9 Var_AMK sumber air minum pada musim kemarau
Dst.

10 Var_JB pembuangan limbah tinja dan urine Tangki Septik= 1, Cubluk= 2, Kebun= 3, Dst.

4.1.3. Pembuatan Program Entry Data


Proses entry (Input data) adalah proses memindahkan isian kuesioner kedalam
media elektronik (komputer). Banyak alternatif software yang dapat digunakan
untuk membuat program aplikasi entry data, misalnya software Dbase, Exel,
MS-Access, SPSS Entry, Cobol, Fortran, Foxpro, Foxbase, Visual Basic, PHP My
SQL, ISSA, CSPro, dan lain sebagainya.
Pembuatan program aplikasi untuk entry data harus sesuai dengan kuesioner.
Bahkan, jika memungkinkan layout atau tampilan di layar monitor diusahakan
sama persis dengan kuesioner. Dengan layout yang sama persis tersebut akan
sangat besar meminimalisasi kesalahan entry oleh petugas entry.

58
4.1.4. Pelatihan Entry Data dan Entry Data
Setelah program aplikasi data di-install pada komputer, maka sebelum dilakukan
entry data sebaiknya dilakukan pelatihan khusus kepada para calon petugas
entry data. Pelatihan ini sangat penting agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
operasi pada saat nanti pelaksanaan entry data, karena program aplikasi ini
dibuat secara khusus.
Pelatihan biasanya sudah memadai dengan durasi 1 hari pelatihan untuk model
pengelolaan data AMPL dalam panduan ini, dengan materi pokok tentang
pengetahuan dasar dan cara pengoperasian dari software yang digunakan,
penjelasan cara-cara melakukan entry data dari kuesioner dan praktek langsung
dengan kuesioner yang sudah terisi.
Setelah pelatihan, kemudian petugas entry data baru diperbolehkan untuk
melakukan entry data. Sangat penting bagi petugas entry data untuk melakukan
pemeriksaan terhadap kuesioner dengan teliti sebelum mulai melakukan entry
data. Kuesioner-kuesioner yang tidak atau sulit terbaca sebaiknya dikonsultasikan
dengan supervisor/editor, sehingga tidak terjadi kesalahan baca kuesioner

59
yang berakibat kesalahan data setelah dilakukan entry. Bagaimanapun, editing
pada data digital yang sudah dilakukan entry akan lebih sulit dan memerlukan
prosedur yang lebih panjang dari pada editing pada kuesioner langsung.

Setiap petugas data entry harus membuat atau mengisikan data yang telah
di-input pada lembar/kartu batching sebagaimana dijelaskan dalam bagian
batching. Kartu katalog data entry ini untuk mengenali jika ada kesalahan-
kesalahan sistematis yang dilakukan oleh petugas entry, sehingga pemeriksaan
kesalahan bisa difokuskan, tidak perlu melakukan pemeriksaan terhadap
seluruh data.

4.1.5. Data Cleaning


Proses data cleaning secara digital merupakan proses terakhir untuk memperoleh
data mentah akhir yang siap untuk dilakukan pemrosesan selanjutnya yang
sifatnya terkomputerisasi. Data cleaning adalah proses pemeriksaan data untuk
menemukan data yang tidak akurat, tidak lengkap atau tidak masuk akal dan
kemudian melakukan koreksinya untuk memperoleh data dengan kualitas baik.
Pemeriksaan yang dilakukan bisa sangat beragam tergantung kompleksitas
data, mulai dari pemeriksaan salah ketik/huruf, kewajaran, kelengkapan dan
lain-lain.

60
Secara umum proses data cleaning dilakukan melalui 3 proses:
1. Pemeriksaan menyeluruh dan identifikasi kesalahan.
2. Validasi
3. Perbaikan atau koreksi.
Proses pemeriksaan secara menyeluruh bisa dilakukan dengan menggunakan
kriteria-kriteria, misalnya kriteria kewajaran, kelebihan atau kekurangan huruf,
format penulisan, data tidak masuk akal dan lain-lain. Untuk data AMPL yang
menjadi materi dalam buku ini, kriteria-kriteria yang digunakan bisa dilakukan
dengan cepat dan relatif mudah, jumlah atribut data tidak banyak, misalnya
dengan menggunakan kriteria-kriteria:
−− Data = 0 (nol)
−− Data = Null (kosong/tidak berisi)
−− Ketidak wajaran, misalnya data Kepala Rumah Tangga > 1
−− Kode 88 atau 99 yang terlalu banyak
Setiap tipe kesalahan yang ditemukan harus dicatat/dibukukan untuk menjadi
acuan selanjutnya dalam pengoperasiannya dan langkah-langkah koreksi yang
diperlukan.
Setiap record data yang salah tersebut kemudian harus dicatat/dibukukan dan
dilakukan validasi dengan mencocokkan kembali ke kuesioner. Jika kuesioner
isiannya memang demikian, maka harus dilakukan pengecekan ulang ke
lapangan. Di sinilah sangat penting untuk melakukan editing dan coding sejak
awal pada kuesioner, sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dan sumberdaya
dalam pemrosesan data.
Setelah validasi dan diketahui koreksi data yang harus dilakukan, kemudian
dilakukan perubahan/perbaikan ke record data yang salah. Jika kesalahannya
seragam, umumnya dapat dilakukan otomatisasi koreksi melalui modifikasi
atau pembuatan sub program aplikasi, sehingga dapat menghemat waktu.

61
4.2. Analisis Data
4.2.1. Pendahuluan
Analisis data merupakan upaya untuk menemukan fakta atau memberikan arti
pada gambaran yang direpresentasikan oleh indikator yang berbentuk angka.
Hal penting yang diperlukan dalam analisis data adalah:
1. Kemampuan dalam membaca data dan menghubungkan berbagai
fakta sebagai suatu hubungan sebab akibat ataupun simultan. Latihan
dan pengalaman akan sangat membantu setiap orang untuk dapat
meningkatkan kemampuannya sebagai seorang analis.
2. Tersedianya data dan informasi yang mendukung. Argumentasi seseorang
akan menjadi kuat dan tidak terbantahkan jika argumentasi tersebut
memang sesuai dengan fakta yang ada yang digambarkan oleh data dan
informasi. Tanpa data dan informasi berarti tidak ada bukti atau alasan
kuat yang bisa dijadikan sebagai landasan ataupun input suatu kebijakan.
Data dan informasi bisa dianalisis jika memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
1. Merupakan sejumlah/sederet angka yang mewakili jangka waktu tertentu
(indikator deret waktu) sehingga memungkinkan melihat perubahan dari
waktu ke waktu.
2. Merupakan sejumlah/sederet angka yang mewakili beberapa daerah
tertentu (indikator antar daerah) atau sub-kelompok tertentu dalam
masyarakat sehingga memungkinkan melihat perbedaan (kesenjangan)
antar daerah atau sub kelompok dalam masyarakat.
3. Merupakan sejumlah/sederet angka yang mewakili beberapa daerah
tertentu atau sub-kelompok tertentu dalam masyarakat untuk jangka
waktu tertentu (indikator antar daerah/sub kelompok antar waktu)
sehingga memungkinkan melihat perbedaan (kesenjangan) antar daerah
atau sub-kelompok dalam masyarakat dan perubahannya dari waktu ke
waktu.
Sebelum melakukan analisis data, sebelumnya perlu diketahui berbagai skala
pengukuran. Karakteristik atau atribut dari suatu individu atau rumah tangga
merupakan informasi yang dicatat dan dikumpulkan dalam suatu survei.

62
Pengumpulan data dan informasi tersebut dilakukan melalui pertanyaan yang
dihimpun dalam kuesioner. Pada dasarnya pertanyaan tersebut merupakan
variabel yang pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda
sesuai dengan sifat dari variabel yang dikumpulkan.
Dalam melakukan analisis, teknik analisis yang digunakan pada dasarnya
tergantung pada tujuan analisis atau studi serta kerangka konseptual atau
kerangka pikir yang mendasarinya. Kebanyakan teknik analisis yang dikaitkan
beberapa variabel dibuat dengan banyak melakukan manipulasi matematika
(penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan atau
pengakaran dengan pangkat tertentu) sehingga dapat diterapkan pada variabel
yang pengukurannya berdasarkan dimensi jarak yaitu variabel dengan skala
pengukuran interval dan rasio. Namun demikian, terdapat beberapa teknik
analisis yang mengkaitkan beberapa variabel yang skala pengukurannya
nominal, ordinal, atau gabungan antara data kategori (nominal atau ordinal)
dan data interval. Adalah sangat penting untuk mengetahui teknik analisis
yang sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam analisis yang dibuat
berdasarkan kerangka konseptual atau kerangka pikir.

4.2.2. Penyajian data


Berbagai data dan Indikator dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti:
1. Statistik Deskriptif (Tabel, Grafik, Peta, Ukuran Pemusatan, Indeks, dsb).
2. Parameter estimasi model-model statistik (Ekonometrik, Sosiometrik, dsb)

4.2.3. Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel


Di dalam suatu penelitian dengan menggunakan data kuantitatif dan
menganalisa dengan statistik, biasanya sebelum proses pemrosesan data
dilakukan suatu perencanaan tabulasi untuk mempermudah peneliti
membayangkan hubungan antara data yang akan dikumpulkan dan teori yang
mendasari penelitian mereka. Perencanaan tabulasi juga berguna untuk staf
pengolah data dan pengguna data yang akan melakukan analisis lebih lanjut
tentang data yang diperoleh.
Di dalam suatu sensus atau survei pertanian contohnya, perencanaan tabulasi
memberikan garis besar presentasi informasi yang didapat dari sensus
maupun survei tersebut (FAO 1995). Selain itu perencanaan tabulasi juga

63
dapat mempengaruhi pilihan software dan hardware yang digunakan untuk
pemrosesan data. Instrumen utama yang digunakan untuk perencanaan
tabulasi tersebut adalah dummy tables. Menurut Curran dan Takata (2000)
seorang peneliti wajib melakukan penjajakan dengan menggunakan dummy
tables dalam penelitian mereka. Selain wajib dilakukan dalam suatu metode
penelitian, dummy tables juga berguna untuk:
zz Memastikan kalau data yang dikumpulkan dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan di dalam suatu penelitian
zz Memberikan gambaran yang jelas tentang struktur tabel yang akan
digunakan
zz Memberikan gambaran bagi pimpinan sesuatu yang konkrit untuk
dijadikan alat untuk bertindak, dan
zz Menghemat waktu pada tahapan berikutnya dimana peneliti akan
terburu-buru karena dikejar deadline
Tabel adalah bentuk penyajian data yang paling umum dan paling banyak
digunakan. Penyajian data dalam bentuk tabel dapat digunakan untuk
mempermudah dalam analisis perbandingan.

4.2.4. Penyajian Data Dalam Bentuk Grafik/Diagram


Penyajian data dalam bentuk grafik sangat membantu dalam memvisualisasikan
suatu fenomena. Berbagai penyajian data dalam bentuk grafik dapat disajikan
dalam grafik garis, batang maupun pie chart.
Grafik Garis

Rata-rata pengeluaran perbulan, Tahun 2000-2005

64
Grafik garis biasanya digunakan dalam analisis deret waktu. Pada grafik
garis terdapat sumbu mendatar (x) dan sumbu horizontal (y) serta garis yang
menunjukkan gerakan data. Sumbu (y) umumnya menunjukkan angka atau
indikator yang sedang dianalisis, sementara (x) menunjukkan variabel tertentu
(misalnya tahun, triwulan atau bulan). Contoh dibawah ini menunjukkan
Grafik rata-rata pengeluaran per bulan (data fiktif).
Diagram Batang dan Pie-Chart
Penyajian data dalam bentuk diagram batang cukup fleksibel. Diagram batang
dapat menggambarkan perbandingan antar daerah/ antar kelompok masyarakat
tertentu atau perbandingan lainnya. Contoh diagram batang dibawah

Perbandingan rata-rata pengeluaran di Perkotaan dan Perdesaan

menunjukkan perbedaan pengeluaran antara perkotaan dan perdesaan (data


fiktif):

4.2.5. Ukuran Pemusatan (Ukuran Nilai Sentral)


Pengertian dan Jenis-Jenis Ukuran Nilai Sentral
a. Rata-rata hitung
b. Median
c. Modus

65
Rata-Rata Hitung
1. Rata-rata hitung data tidak berkelompok

dengan:
= rata-rata hitung
= jumlah observasi
= nilai masing-masing unit observasi
2. Rata-rata hitung data berkelompok

dengan:
= frekuensi kelas ke i
= jumlah kelas
= nilai tengah kelas ke i
3. Rata-rata hitung tertimbang

dengan:
= rata-rata hitung tertimbang
= jumlah unit observasi
= nilai penimbang ke i

66
Median
1. Median data tidak berkelompok

2. Median data berkelompok

dengan:
Md = median
Bd = tepi bawah kelas median
Id = interval kelas median
n = jumlah frekuensi
F(d-1)= frek. kumulatif sebelum kelas median
fd = frekuensi kelas median

67
Modus
1. Modus data tidak berkelompok
Frekuensi terbesar
2. Modus data berkelompok

dengan:
M0 = modus
B0 = tepi bawah kelas modus
I0 = interval kelas modus
f0 = frekuensi kelas modus
f-1= frek. kelas sebelum kelas modus
f1= frek. kelas sesudah kelas modus

Penyajian Data Dalam Bentuk Peta


Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak
di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada
skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala
dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya
(bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan
ditampilkan pada peta.
Penyajian dalam bentuk peta, atau Sistem Informasi Geografis (Geographic
Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG, merupakan sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan
data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). Secara umum pengertian SIG
sebagai berikut: ”Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara
efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,

68
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan
data dalam suatu informasi berbasis geografis”.
SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun
pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis
komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang
besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling
berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai
data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan
akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan
data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan
lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.
Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi,
kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya.

4.3. Pengertian Indikator


Istilah indikator banyak digunakan dalam menggambarkan kondisi atau
kecenderungan sesuatu fenomena/keadaan, serta mengidentifikasikan
69
hubungan antara berbagai elemen. Sebagai contoh misalnya, kalau kita
sebut indikator pembangunan, maka hal itu mempunyai pengertian yang
memberikan gambaran atau perkembangan tentang pembangunan. Dalam
prakteknya, penggunaan indikator harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu. Menurut Utomo (1990) dalam Petunjuk Teknis Penghitungan Indikator
Keberhasilan Pembangunan DKI Jakarta, indikator harus memenuhi 5 (lima)
persyaratan berikut:
a. Valid (Sahih)
Indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur oleh
indikator tersebut.
b. Objektif
Untuk hal yang sama, suatu indikator harus memberi hasil yang sama pula
walaupun dipakai oleh orang yang berbeda. Indikator yang digunakan
harus dapat diandalkan dan dipercaya dengan menggunakan tolak ukur
yang objektif.
c. Sensitif (Peka)
Indikator harus dapat mendeteksi perubahan-perubahan walaupun kecil.
d. Spesifik
Indikator mengukur perubahan situasi yang dimaksud.
e. Data tersedia
Kelangsungan penyediaan data untuk penghitungan indikator harus
terjamin.
Dalam penyusunan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu
program, maka perlu digunakan acuan yang berorientasi pada tujuan dan
sasaran dari suatu program. Indikator yang digunakan harus dapat mengukur
perubahan yang terjadi menuju ke tujuan dan pencapaian target antara
dan target akhir. Disamping itu seleksi yang ketat perlu diterapkan dalam
penyusunan indikator, sehingga dari ratusan indikator hanya dipilih indikator-
indikator yang mempunyai relevansi tinggi dengan perubahan yang akan
dinilai, kemudian dengan pengumpulan datanya, pemrosesannya, serta analisis
dan interpretasinya.
Mengingat begitu banyak ragam informasi atau keterangan yang dipergunakan
dalam penyusunan indikator, maka di dalam penyusunannya, sering sekali

70
indikator dipilah-pilah seperti halnya dalam penyusunan laporan kinerja, yang
mencakup:
a. Indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, dan
sebagainya.
b. Indikator proses, yaitu segala besaran yang menunjukkan upaya yang
dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran.
a. Indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik dan/atau non fisik.
a. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
a. Indikator manfaat (benefits), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
a. Indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif pada setiap indikator berdasarkan asumsi yang
telah ditetapkan.

4.4. Publikasi Data


Maksud dari diseminasi data adalah menyebarluaskan hasil suatu kegiatan
penelitian atau kajian-kajian ilmiah yang berupa informasi. Hasil analisis data
dapat dipresentasikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan, dan jumlah variabel yang digunakan.
Tujuan utama menyajikan hasil analisis adalah untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain, sehingga dapat dicerna atau dipahami dengan mudah.
Biasanya tampilan hasil analisis berupa visual dalam beberapa format, seperti
grafik, peta, tabel, dan gambar/foto, prototipe.
Grafik, untuk melihat hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap
yang lainnya.
Tabel, untuk melihat hubungan atau pengaruh hasil penelitian yang mempunyai
lebih dari tiga variabel dan juga jumlah sampel yang cukup banyak. Gambar/
foto untuk melihat hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap yang

71
lainnya. Prototipe (contoh nyata), untuk melihat hubungan atau pengaruh dari
satu variabel terhadap yang lainnya di bidang rancang bangun, umumnya lebih
menarik, karena dapat diketahui dengan pasti bentuk dari hasil analisis yang
disampaikan

4.4.1. Media penyajian


zz Buku-buku publikasi (leaflet, booklet, pamflet, katalog, poster)
−− Leaflet adalah surat selebaran
−− Booklet adalah buku kecil, brosur
−− Pamflet adalah surat selebaran
−− Katalog adalah daftar buku-buku, barang-barang dagangan
−− Poster adalah pengumuman, iklan dsb yang dipasang di tempat umum
zz Media komputer (disket, optical disc, CD ROM )
−− Disket adalah media computer berupa piringan
−− Optical disc adalah media komputer berupa piringan yang berhubungan
dengan mata
−− CD ROM adalah media komputer berupa piringan yang berfungsi
hanya bisa dibaca saja
−− Cyber media, informasi yang dapat diakses langsung secara online

4.4.2. Cakupan penyajian


zz Nasional
zz Provinsi
zz Kabupaten/Kota
zz Kecamatan
zz Desa

72
4.4.3. Cara diseminasi
zz Press release adalah penyebarluasan informasi di depan wartawan, jejaring
AMPL dan lembaga lainnya
zz Seminar adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah dibawah
pimpinan seorang ketua
zz Executive summary adalah ringkasan, ikhtisar, rekapitulasi untuk kalangan
pemerintah, kementrian terkait
zz Sosialisasi adalah upaya untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga dikenal,
dipahami, dihayati oleh masyarakat

73
5 Penutup
Demikianlah, secara garis besar Panduan Pengelolaan
Data AMPL, yang kami susun berdasarkan pengalaman
mendampingi Kabupaten Bangka dalam penyempurnaan
pengelolaan Data AMPL daerah mereka.
Mudah mudahan buku panduan ini bermanfaat bagi siapa
saja yang berminat untuk menyempurnakan pengelolaan
Data AMPL, sehingga upaya tahap selanjutnya dalam
menyusun dokumen perencanaan pembangunan AMPL
telah menggunakan data yang valid, sehinga diharapkan
tercapailah efektifitas pemanfaatan sumber daya
pembangunan.
Sebagai penutup apabila pembaca ingin melakukan
kontak lebih lanjut tentang pengelolaan Data AMPL,
dapat berhubungan dengan :

Pokja AMPL WASPOLA Facility


Jl. RP. Soeroso No. 50 Jl. Lembang No. 11A
Menteng, Jakarta Pusat Menteng, Jakarta Pusat
Tlp. 021-31904113 Tlp. 021-31907811
Web: www.ampl.or.id Web: www.waspola.org
Email: pokja@ampl.or.id Email: waspola1@cbn.net.id

75
Lampiran

76
Lampiran 1. Kuesioner Rumah Tangga

DS. Data Survey, Surveyor dan Supervisor


WAKTU PELAKSANAAN SURVEI
MULAI SELESAI
HARI :
TANGGAL :
JAM :

NAMA SURVEYOR :
TANDA TANGAN :

DU. Data Umum


LOKASI
RUKUN TETANGGA (RT) :
RUKUN WARGA (RW) :
DUSUN/LINGKUNGAN :
DESA/KELURAHAN :
KECAMATAN :

WAKTU PELAKSANAAN SUPERVISI


DIPERIKSA PENGECEKAN LAPANGAN
MULAI SELESAI MULAI SELESAI
HARI
TANGGAL
JAM

NAMA SUPERVISOR :
TANDA TANGAN :

77
DATA RUMAH TANGGA DAN PERMUKIMAN QRT-……………
Jml Anggota
Status Kepemilikan
Rumah Tangga
Nama Kepala Nama Alamat Luas
ID Luas Rumah Milik
Rumah Tangga Responden Lengkap Perem- Pekarangan Milik Menum-
Laki-laki Sewa Pemerin-
puan Sendiri pang
tah
1 .......m2 .......m2
2 .......m2 .......m2
3 .......m2 .......m2
4 .......m2 .......m2
5 .......m2 .......m2
6 .......m2 .......m2
7 .......m2 .......m2
8 .......m2 .......m2
9 .......m2 .......m2
10 .......m2 .......m2
11 .......m2 .......m2
12 .......m2 .......m2
13 .......m2 .......m2
14 .......m2 .......m2
15 .......m2 .......m2
16 .......m2 .......m2
17 .......m2 .......m2
18 .......m2 .......m2
19 .......m2 .......m2
20 .......m2 .......m2
21 .......m2 .......m2
22 .......m2 .......m2
23 .......m2 .......m2
24 .......m2 .......m2
25 .......m2 .......m2

Keterangan
1. Rumah Tangga : Mohon dicermati definisi rumah tangga pada buku panduan
2. Anggota Rumah Tangga : seluruh orang, termasuk kepala rumah tangga, yang tinggal atau menjadi bagian
dari rumah tangga bersangkutan
3. Luas rumah : luas bangunan rumah tinggal yang ditempati oleh rumah tangga bersangkutan
4. Luas pekarangan : luas tanah/lahan yang ditempati oleh rumah tangga bersangkutan, diukur dari
batas-batas dengan pekarangan/lahan tetangga

78
9
8
7
6
5
4
3
2
1

25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
ID
Lampiran 2:

Nama Kepala Rumah Tangga


Air Kemasan

Leding/Perpipaan

Terlindungi
Pompa
Tangan

Tdk Terlindungi

Terlindungi
Gali
Sumur

Tdk Terlindungi

Terlindungi
Bor
Sumur

Tdk Terlindungi

Terlindungi
Air
Mata

Tdk Terlindungi
MUSIM PENGHUJAN

Penampungan Air Minum

Milik Sendiri
Status

Sarana

Punya Tetangga
Kepemilikan

Sarana Umum

Sungai/Irigasi

Kolam/Empang/Kolong

Danau
Akses Dan Sarana Sumber Air Minum Rumah Tangga Pada Musim Penghujan

79
Lampiran 3:
Akses Dan Sarana Pembuangan Tinja & Urine, Akses Dan Sarana Pembuangan
Limbah Cair (Selain Tinja & Urine), Serta Akses Dan Sarana Pembuangan
Sampah Rumah Tangga

AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN


AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN TINJA DAN URINE AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH
LIMBAH CAIR BUKAN TINJA & URINE

Status
Kepemilikan Lahan Terbuka
Sarana
Nama Kepala

TPS Tidak Diangkut Petugas

Ditimbun & Ditutup Tanah


ID Rumah
Sistem Saluran Limbah

Sistem Saluran Limbah


Kebun/Lahan Terbuka

Kebun/Lahan Terbuka

TPS Diangkut Petugas

Ditimbun & Dibiarkan


Tangga

Saluran Terbuka/Got
Punya Tetangga

Kolam/Empang

Kolam/Empang
Sungai/Saluran
Danau/Kolong

Danau/Kolong
Sarana Umum

Kolam/Sawah

Sungai/Irigasi

Sungai/Irigasi
Tangki Septik

Milik Sendiri

MCK Umum

Dibakar
Lainnya

Lainnya

Lainnya
Cubluk

Diolah
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

80
WASPOLA Facility

Jl. Lembang No. 11A


Menteng, Jakarta Pusat
Tlp. 021-31907811
Web: www.waspola.org
Email: waspola1@cbn.net.id

Anda mungkin juga menyukai