2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur selalu penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia yang telah diberikannya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Hukum Lingkungan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang terlibat dan membantu penulis hingga makalah ini tersajikan, sebagai berikut, Ibu Dra.
Yusna Melianti, MH sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Lingkungan, kedua
orangtua yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dan semua pihak yang telah
membantu penulis hingga makalah ini tersajikan.
Penulis juga sangat menyadari bahwasannya tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan serta adanya kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu penulis memohon maaf
dan penulis membutuhkan saran serta kritik dari ibu dosen serta pembaca untuk
kesempurnaan tugas ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 8
B. Saran ................................................................................................................ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu Hak Asasi
Manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Mengkaitkan
antara hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan kewajiban untuk memelihara
fungsi lingkungan hidup serta kewajiban untuk mengendalikan lingkungan hidup, dapat
dimaknai bahwa adanya keseimbangan dan keselarasan antara hak dan kewajiban masyarakat
atas lingkungan hidup. Lingkungan hidup tidak akan menjadi baik dan sehat ketika
masyarakat tidak memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta berupaya untuk
mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Untuk itu perlu peran dan
partisipasi masyarakat agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga sehingga hak atas
lingkungan yang sehat dapat dimiliki secara optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak dan kewajiban masyarakat serta larangan atas lingkungan hidup?
2. Bagaimana peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban masyarakat serta larangan atas lingkungan
hidup
2. Untuk mengetahui peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup
D. Manfaat Penyusunan
1. Sebagai pemenuhan tugas rutin mata kuliah Hukum Lingkungan.
2. Untuk menambah wawasan pembaca terkait materi hukum lingkungan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi manusia
sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.”
1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari
hak asasi manusia
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi,
akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup.
4. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Pengaturan hak atas lingkungan hidup telah dirumuskan sejak era Undang-undang Nomor
4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (disingkat
UULH). Dalam Pasal 5 ayat (1) UULH dinyatakan “hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”. Pengaturan mengenai hak atas lingkungan hidup ini juga dirumuskan dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (disingkat UUPLH).
Padal Pasal 5 ayat (1) UUPLH, hak tersebut dipertegas menjadi “hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
2
Pengaturan hak atas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
32 Tahun 2009 diikuti pengaturan kewajiban terhadap lingkungan hidup. Pasal 67 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Ketentuan Pasal 67 memuat dua kewajiban bagi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup, yaitu (1) kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup, dan (2) kewajiban mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Mengkaitkan antara hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan kewajiban
untuk memelihara fungsi lingkungan hidup serta kewajiban untuk mengendalikan lingkungan
hidup, dapat dimaknai bahwa adanya keseimbangan dan keselarasan antara hak dan
kewajiban masyarakat atas lingkungan hidup. Lingkungan hidup tidak akan menjadi baik dan
sehat ketika masyarakat tidak memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta berupaya
untuk mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban terhadap lingkungan hidup ini, maka
masyarakat tidak boleh diam atau pasif terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Oleh
3
karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009, masyarakat harus berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
1. Peran Masyarakat
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, maka salah satu cara
yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dalam pasal 70 adalah dengan
mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Pasal ini menguraikan beberapa peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat,
diantaranya pengawasan sosial, memberikan saran pendapat, usul, keberatan, pengaduan serta
menyampaikan informasi dan atau laporan. Selain itu suatu proses yang melibatkan
masyarakat umumnya dikenal sebagai peran serta masyarakat, yaitu proses komunikasi dua
arah yang berlangsung terus-menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara
penuh atas suatu proses kegiatan, dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang
dianalis.
Dari sudut terminologi peran serta masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara
melakukan interaksi antara dua kelompok, kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan
dalam proses pengambilan keputusan (non-elite) dan kelompok yang selama ini melakukan
pengambilan keputusan (elite). Banyak yang memandang peran serta masyarakat semata-
mata sebagai penyampaian informasi (public information), penyuluhan, bahkan sekedar alat
public relation agar kegiatan tersebut dapat berjalan tanpa hambatan. Karenanya, peran serta
masyarakat tidak saja digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga digunakan
sebagai tujuan.
Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pengambil
keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan beserta anggota masyarakat
lainnya yang mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana
keputusan terakhir tetap berada di tangan pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam konteks
peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pembuat keputusan dan anggota masyarakat
merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-sama membahas
masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas keputusan. Selain itu
penyertaan masyarakat akan juga memberikan informasi yang berharga kepada para
4
pengambil keputusan, peran serta masyarakat juga akan mereduksi kemungkinan penolakan
masyarakat untuk menerima keputusan.
Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap perencanaan adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang
berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
lingkungan (Canter, 1977). Proses peran serta masyarakat haruslah terbuka untuk umum,
peran serta masyarakat akan mempengaruhi kredibilitas badan yang bersangkutan. Dengan
cara mendokumentasikan perbuatan keputusan badan negara ini, sehingga mampu
menyediakan sarana yang memuaskan jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu
melakukan pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat keputusan
tersebut. Yang pada akhirnya akan dapat memaksa adanya tanggung jawab dari badan negara
tersebut atas kegiatan yang dilakukannya. Perlunya peran serta msyarakat telah pula
diungkapkan oleh Prof.Koesnadi Hardjasoemantri (1990) bahwa selain itu memberikan
informasi yang berharga kepada para pengambil keputusan, peran serta masyarakat akan
mereduksi kemungkinan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan.
2. Partisipasi Masyarakat
Menurut Rahardjo partisipasi adalah upaya peran serta masyarakat dalam suatu
kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi
merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan. Pada dasarnya
partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
partisipasi yang bersifat swakarsa, yaitu keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar
kesadaran dan kemauan sendiri.
partisipasi yang bersifat simobilisasikan, yaitu partisipasi yang dimobilisasikan
memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.
Selain itu partisipasi juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan, perhatian, dan
sumbangan yang diberikan oleh kelompok yang berpatisipasi (masyarakat). Untuk
menumbuhkan dan menggerakkan semangat partisipasi, diperlukan prasyarat yang dapat
membangkitkan tenaga sosial dalam masyarakat. Pasaribu dan Simanjuntak mengemukakan
bahwa prasyarat tersebut adalah sebagai berikut:
5
1) Rasa senasib, sepenanggungan, ketergantungan dan ketertibaan; jika dalam suatu
masyarakat terdapat perasaan ini, maka dalam masyarakat ikut dapat diharapkan
timbul partisipasi yang tinggi.
2) Keterikatan tujuan hidup; keterikatan rasa saja tidak membawa kekuatan untuk
berpartisipasi. Bila tujuan jelas maka ketepatan hati, tahan uji dan kemauan keras
akan timbul dalam mencapai tujuan.
3) Kemahiran menyesuaikan; kemahiran menyesuaikan diri dalam keadaan sangat
penting untuk menimbulkan partisipasi.
4) Adanya prakarsawan; adanya orang yang memprakarsai perubahan, merupakan
memprasyarat lahirnya partisipasi.
5) Iklim partisipasi; partisipasi yang bagaimanapun tidak akan lahir tanpa lebih dahulu
menciptakan iklim, tetapi bila iklimnya sudah ada, maka sangat mudah partisipasi
tumbuh.
1) Tahap pembuatan keputusan. Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah dilibatkan
dalam proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta dalam pengambilan
keputusan atas rencana yang akan dilaksanakan.
2) Tahap implementasi. Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap
pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol bagaimana
kegiatan dilaksanakan di lapangan.
3) Tahap evaluasi. Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan.
4) Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan.
6
kemauan
kemampuan
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi
manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban
terhadap lingkungan hidup ini, maka masyarakat tidak boleh diam atau pasif terhadap
pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, masyarakat harus berperan aktif dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap
perencanaan adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga
negara dan masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan lingkungan.
B. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Nopyandri.2014. Hak Atas Lingkungan Hidup Dan Kaitannya Dengan Peran Serta
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Otonomi Daerah.Jurnal Inovatif.
Vol Vii.No3.