Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RUTIN 6

“HAK, KEWAJIBAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT”

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Maria Margaretha Manik (3192111001)

2. Palisa Aulia Dewanti (3192411006)

3. Carlo Try Setiawan Waruwu (3193311019)

4. Tengku Muhammad Sabri (3191111016)

5. Agnes Ophelia Zega (3193111024)

Kelas : IV PPKn Reguler D

Mata Kuliah : Hukum Lingkungan

Dosen Pengampu : Dra. Yusna Melianti, MH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur selalu penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia yang telah diberikannya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat”.

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Hukum Lingkungan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang terlibat dan membantu penulis hingga makalah ini tersajikan, sebagai berikut, Ibu Dra.
Yusna Melianti, MH sebagai dosen pengampu mata kuliah Hukum Lingkungan, kedua
orangtua yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dan semua pihak yang telah
membantu penulis hingga makalah ini tersajikan.

Penulis juga sangat menyadari bahwasannya tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan serta adanya kesalahan dalam penulisan, oleh karena itu penulis memohon maaf
dan penulis membutuhkan saran serta kritik dari ibu dosen serta pembaca untuk
kesempurnaan tugas ini.

Medan, 22 Maret 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

C. Tujuan Penyusunan ........................................................................................... 1

D. Manfaat Penyusunan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hak, Kewajiban dan Larangan Atas Lingkungan Hidup ..................................... 2

B. Peran dan Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 8

B. Saran ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu Hak Asasi
Manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28H UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Mengkaitkan
antara hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan kewajiban untuk memelihara
fungsi lingkungan hidup serta kewajiban untuk mengendalikan lingkungan hidup, dapat
dimaknai bahwa adanya keseimbangan dan keselarasan antara hak dan kewajiban masyarakat
atas lingkungan hidup. Lingkungan hidup tidak akan menjadi baik dan sehat ketika
masyarakat tidak memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta berupaya untuk
mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Untuk itu perlu peran dan
partisipasi masyarakat agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga sehingga hak atas
lingkungan yang sehat dapat dimiliki secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hak dan kewajiban masyarakat serta larangan atas lingkungan hidup?
2. Bagaimana peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban masyarakat serta larangan atas lingkungan
hidup
2. Untuk mengetahui peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup
D. Manfaat Penyusunan
1. Sebagai pemenuhan tugas rutin mata kuliah Hukum Lingkungan.
2. Untuk menambah wawasan pembaca terkait materi hukum lingkungan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Serta Larangan Atas Lingkungan

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi manusia
sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.”

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur hak-hak masyarakat terhadap lingkungan


hidup ataupun terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 65 mengatur adanya lima hak
atas lingkungan hidup, yaitu :

1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari
hak asasi manusia
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi,
akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup.
4. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.

Pengaturan hak atas lingkungan hidup telah dirumuskan sejak era Undang-undang Nomor
4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (disingkat
UULH). Dalam Pasal 5 ayat (1) UULH dinyatakan “hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”. Pengaturan mengenai hak atas lingkungan hidup ini juga dirumuskan dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (disingkat UUPLH).
Padal Pasal 5 ayat (1) UUPLH, hak tersebut dipertegas menjadi “hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”.

2
Pengaturan hak atas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
32 Tahun 2009 diikuti pengaturan kewajiban terhadap lingkungan hidup. Pasal 67 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup. Ketentuan Pasal 67 memuat dua kewajiban bagi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup, yaitu (1) kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup, dan (2) kewajiban mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.

Pelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 angka 6


bermakna rangka upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Apabila rumusan Pasal 1 angka 6 ini dihubungkan dengan kewajiban
sebagaimana diatur pada Pasal 67, maka dapat dimaknai bahwa setiap orang mempunyai
kewajiban untuk melakukan upaya-upaya dalam rangka memelihara kelangsungan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Adapun bentuk kewajiban kedua sebagaimana dimaksud pada pasal 67 yaitu


mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan, bertalian dengan upaya untuk
tidak membiarkan terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan. Pasal 1 angka angka 14
memberikan pengertian mengenai pencemaran lingkungan hidup, yaitu masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.

Kerusakan lingkungan hidup, sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 angka 17 diartikan


sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui batas kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Mengkaitkan antara hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan kewajiban
untuk memelihara fungsi lingkungan hidup serta kewajiban untuk mengendalikan lingkungan
hidup, dapat dimaknai bahwa adanya keseimbangan dan keselarasan antara hak dan
kewajiban masyarakat atas lingkungan hidup. Lingkungan hidup tidak akan menjadi baik dan
sehat ketika masyarakat tidak memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta berupaya
untuk mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban terhadap lingkungan hidup ini, maka
masyarakat tidak boleh diam atau pasif terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Oleh

3
karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009, masyarakat harus berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.

B. Peran dan Partisipasi Masyarakat

1. Peran Masyarakat

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, maka salah satu cara
yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dalam pasal 70 adalah dengan
mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Pasal ini menguraikan beberapa peran yang bisa dilakukan oleh masyarakat,
diantaranya pengawasan sosial, memberikan saran pendapat, usul, keberatan, pengaduan serta
menyampaikan informasi dan atau laporan. Selain itu suatu proses yang melibatkan
masyarakat umumnya dikenal sebagai peran serta masyarakat, yaitu proses komunikasi dua
arah yang berlangsung terus-menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara
penuh atas suatu proses kegiatan, dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang
dianalis.

Dari sudut terminologi peran serta masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara
melakukan interaksi antara dua kelompok, kelompok yang selama ini tidak diikutsertakan
dalam proses pengambilan keputusan (non-elite) dan kelompok yang selama ini melakukan
pengambilan keputusan (elite). Banyak yang memandang peran serta masyarakat semata-
mata sebagai penyampaian informasi (public information), penyuluhan, bahkan sekedar alat
public relation agar kegiatan tersebut dapat berjalan tanpa hambatan. Karenanya, peran serta
masyarakat tidak saja digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi juga digunakan
sebagai tujuan.

Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara pihak pengambil
keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan beserta anggota masyarakat
lainnya yang mempunyai hak untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana
keputusan terakhir tetap berada di tangan pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam konteks
peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pembuat keputusan dan anggota masyarakat
merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka bersama-sama membahas
masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan membahas keputusan. Selain itu
penyertaan masyarakat akan juga memberikan informasi yang berharga kepada para

4
pengambil keputusan, peran serta masyarakat juga akan mereduksi kemungkinan penolakan
masyarakat untuk menerima keputusan.

Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap perencanaan adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan masyarakat yang
berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
lingkungan (Canter, 1977). Proses peran serta masyarakat haruslah terbuka untuk umum,
peran serta masyarakat akan mempengaruhi kredibilitas badan yang bersangkutan. Dengan
cara mendokumentasikan perbuatan keputusan badan negara ini, sehingga mampu
menyediakan sarana yang memuaskan jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu
melakukan pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat keputusan
tersebut. Yang pada akhirnya akan dapat memaksa adanya tanggung jawab dari badan negara
tersebut atas kegiatan yang dilakukannya. Perlunya peran serta msyarakat telah pula
diungkapkan oleh Prof.Koesnadi Hardjasoemantri (1990) bahwa selain itu memberikan
informasi yang berharga kepada para pengambil keputusan, peran serta masyarakat akan
mereduksi kemungkinan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan.

2. Partisipasi Masyarakat

Menurut Rahardjo partisipasi adalah upaya peran serta masyarakat dalam suatu
kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi
merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan. Pada dasarnya
partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

 partisipasi yang bersifat swakarsa, yaitu keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar
kesadaran dan kemauan sendiri.
 partisipasi yang bersifat simobilisasikan, yaitu partisipasi yang dimobilisasikan
memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.

Selain itu partisipasi juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan, perhatian, dan
sumbangan yang diberikan oleh kelompok yang berpatisipasi (masyarakat). Untuk
menumbuhkan dan menggerakkan semangat partisipasi, diperlukan prasyarat yang dapat
membangkitkan tenaga sosial dalam masyarakat. Pasaribu dan Simanjuntak mengemukakan
bahwa prasyarat tersebut adalah sebagai berikut:

5
1) Rasa senasib, sepenanggungan, ketergantungan dan ketertibaan; jika dalam suatu
masyarakat terdapat perasaan ini, maka dalam masyarakat ikut dapat diharapkan
timbul partisipasi yang tinggi.
2) Keterikatan tujuan hidup; keterikatan rasa saja tidak membawa kekuatan untuk
berpartisipasi. Bila tujuan jelas maka ketepatan hati, tahan uji dan kemauan keras
akan timbul dalam mencapai tujuan.
3) Kemahiran menyesuaikan; kemahiran menyesuaikan diri dalam keadaan sangat
penting untuk menimbulkan partisipasi.
4) Adanya prakarsawan; adanya orang yang memprakarsai perubahan, merupakan
memprasyarat lahirnya partisipasi.
5) Iklim partisipasi; partisipasi yang bagaimanapun tidak akan lahir tanpa lebih dahulu
menciptakan iklim, tetapi bila iklimnya sudah ada, maka sangat mudah partisipasi
tumbuh.

Mikkelsen juga mengemukakan pengertian partisipasi yang berasal dari masyarakat


dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri. Ia adalah tujuan dalam proses demokrasi. Dengan
demikian partisipasi masyarakat secara sederhana dapat diartikan sebagai keikutsertaaan
masyarakat pada suatu kegiatan atau program secara keseluruhan, yakni dari awal kegiatan
atau pada saat program tersebut akan direncanakan, sedang direncanakan, dan ketika
dilaksanakan hingga hasilnya telah diperoleh. Secara umum bentuk partisipasi masyarakat
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu partisipasi dalam:

1) Tahap pembuatan keputusan. Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah dilibatkan
dalam proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta dalam pengambilan
keputusan atas rencana yang akan dilaksanakan.
2) Tahap implementasi. Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap
pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol bagaimana
kegiatan dilaksanakan di lapangan.
3) Tahap evaluasi. Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan.
4) Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan.

Slamet menyatakan ada beberapa faktor pendukung dan penghambat partisipasi


masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu
kegiatan nyata apabila terpenuhi tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu:

6
 kemauan
 kemampuan
 kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan mental dan emosi orang-orang untuk


menyumbangkan ide-ide dalam proses pembangunan (Davis:1977, Mubyarto:1970).
Keterlibatan secara mental dan emosi muncul dalam bentuk kepedulian, rasa memiliki, aksi
nyata, dan perilaku yang mendukung untuk membersihkan lingkungan. Individu yang mau
terlibat dalam menjaga kondisi lingkungan akan membuat kegiatan dan terobosan-terobosan
baru untuk menjaga lingkungan. Dengan demikian partisipasi masyararakat merupakan
keterlibatan setiap individu untuk menciptakan sebuah kondisi yang nyata terlihat di
lingkungannya. Masyarakat sebagai bagian dari sebuah ekosistem akan memberi pengaruh
terhadap lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi
manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa : “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban
terhadap lingkungan hidup ini, maka masyarakat tidak boleh diam atau pasif terhadap
pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, masyarakat harus berperan aktif dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap
perencanaan adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga
negara dan masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan lingkungan.

B. Saran

Kita sebagai masyarakat Indonesia yang taat terhadap peraturan mempunyai


kewajiban dalam lingkungan hidup yaitu kita harus berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan marilah kita melaksanakannya mulai dari hal-hal terkecil
sampai hal-hal terbesar guna menjaga kelestarian lingkungan hidup kita.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bleszeinsky, Gabby, Syamsir, & Jumiati. 2019. Partisipasi Masyarakat Dalam


Pelestarian Lingkungan Di Kawasan Pantai Padang. Universitas Negeri Padang.

Yazid, Yasril, & Alhidayatillah, Nur. 2017. Partisipasi Masyarakat Dalam


Pemberdayaan Lingkungan. Pekanbaru: Uin Suska Riau.

Nopyandri.2014. Hak Atas Lingkungan Hidup Dan Kaitannya Dengan Peran Serta
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Otonomi Daerah.Jurnal Inovatif.
Vol Vii.No3.

Edorita, Widia. Peran Serta Masyarakat Terhadap Lingkungan Menurut Uu No.32


Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai