Anda di halaman 1dari 82

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI (ANEMIA DEFESIENSI BESI)”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I pada Program
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika
Cirebon. Selama proses penyusunan laporan ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,
spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan.
Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat :

1. Ns. Endah Sri Purbaningsih S.kep., M.Kep yang telah memberikan bimbingan
dan dorongan dalam penyusunan laporan ini sekaligus sebagai tutor Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I
2. Sahabat- sahabat kami di STIKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah
swt membalas baik budi dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu
kami dalam menyusun laporan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin…

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Cirebon, September 2018

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
Laporan seven jump
Step 1 Kata kunci
Step 2 pertanyaan kasus
Step 3 jawaban kasus
Step 4 mind mapping
Step 5 learning objektif
Step 6 informasi tambahan
Step 7 lampiran
Daftar pustaka

2
SEVEN JUMP
SKENARIO KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang kemuning


RSUD dengan keluhan pusing. Dua hari sebelumnya pukul 08.30 WIB pasien
mengeluh mual, muntah-muntah, lemah, lemas, pusing dada pagi hari, pusing
dirasakan setelah berativitas setelah mencabut rumput, pusing yang dirasakan pada
bagian depan atas. Skala nyeri 3 (1-5).
Berdasarkan hasil pemeriksaan TD 150/90 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi
28x/menit, suhu 38ºC, hasil pemeriksaan fisik conjunctiva mata anemis, kulit pucat,
akral dingin, kuku pucat, CRT >2 detik.
Hasil labolatorium Hb 5,9 gr/dl, leukosit 7,47, eritrosit 3,25, hematikrit 20,2,
trombosit 400. Terapi yang didapatkan adalah ranitidin 2x50 mg, lasix 1 amp
sebelum diberikan transfusi, betahistin 3x1, amloodipin 1x10 mg.

3
STEP 1
KATA KUNCI
1. Akral: ujung dari ekstremitas baik tangan maupun kaki. Akral dingin
disebabkan karena jaringan-jaringan perifer seperti tangan dan kaki
kekurangan oksigen, kekurangan oksigen pada akral paling sering disebabkan
karena darah yang sampai ke bagian perifer tidak optimal. (FK.UI.ac.id)
2. CRT : Capillary Refill Time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah
dasar kuku untuk memonitor dihidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan,
jaringan yang membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian
tubuh oleh sistem vaskuler darah. Nilai normal, jika aliran darah bakik ke
daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik, jika CRT
memanjang lebih dari 2 detik terdapat indikasi dehidrasi (Hipovolumia), syok,
hipotarmia, periperal vascular disease. (Davit, 2009)
3. Usia 35 tahun: masa dewasa tengah (Potter & Perry, 2005)
4. Lasix (furosemid): obat golongan loop diuretic berpotensi tinggi yang banyak
digumakan dalam aplikasi klinik, senyawa ini adalah derivat asam antranilat
yang biasanya digunakan utuk terapi pada pasien dengan kondisi
hipervolemik ( kitsios et al, 2014)
5. Amlodipin: golongan obat antihipertensi dengan mekanisme kerja
menghambat kanal kalsium sehingga menyebabkan relaksasi otot polos yang
menyebabkan turunnya tekanan darah. (Jurnal Farmaka Fakultas Farmasi
UNPAD Vol 15 No 3)
6. Betahistin: merupakan obat analog histamin dengan fungsi sebagai agonis
reseptor histamin H1 dan antagonis reseptor H3, dengan efek tersebut
betahistin bekerja di sistem saraf pusat dan secara khusus di sistem neurem
yang terlibat dalam pemuluhan gangguan festibolar dengan mengaktifkan
reseptor ini menyebabkan pembesaran pembuluh darah dan peningkatan
sirkulasi darah yang membantu menghilangkan tekanan dan frekuensi
serangan penyebab vertigo khususnya penyakit meniere (Lacour, 2007)

4
7. Conjungtiva: membran mukosa tipis dan ransparan yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (Conjungtiva paltembralis) dan permukaan
anterior sclera (conjungtiva bulbaris). Conjungtiva palpebralis melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tasus. (Vaugan, 2010)
8. Mual: mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu
bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai peningkatan aktivitas
sistem saraf parasimpatis termasuk deaphoresis, air liur, bradikardia, pucat
dan penurunan tingkat pernapasan. (Dipiro et al.,2015)
9. Lemas: hasil interaksi kompleks antara tubuh, pikiran, dan lingkungan. Tetapi
semuanya diawali dari DNA, pada atom. Kedokteran modern belum mampu
menhasilkan alat-alat untuk melihat sekaligus memahami tubuh manusia pada
tataran akemik ini. (Zuhal M. Sc, 2013)

No. Sistem Hasil Normal Abnormal


1. Suhu tubuh 38,0ºC Bayi: 36,8ºC Bayi: <36,8ºC atau
1 tahun: 36,8ºC >36,8ºC
5-8 tahun: 37ºC 1 tahun: <36,8ºC atau
10 tahun: 37ºC >36,8ºC
Remaja: 37ºC 5-8 tahun: <37ºC atau
Dewasa: 37ºC >37ºC
Lansia (>70 10 tahun: <37ºC atau
tahun): 37ºC >37ºC
Remaja: <37ºC atau
>37ºC
Dewasa: <37ºC atau
37ºC
Lansia (>70 tahun):
<37ºC atau 37ºC

5
(Barbara, 2011)
150/90 Bayi: >73/55 mmHg
mmHg atau <73/55 mmHg
Bayi: 73/55 1 tahun: >90/55
mmHg mmHg atau <90/55
1 tahun: 90/55 5-8 tahun: >95/57
mmHg mmHg atau
5-8 tahun:95/57 <95/57mmHg
mmHg 10 tahun: >102/62
10 tahun: mmHg atau <102/62
102/62 mmHg mmHg
Tekanan Remaja: 120/80 Remaja: >120/80
2
darah mmHg mmHg atau 120/80
Dewasa: 120/80 mmHg
mmHg Dewasa: >120/80
Lansia (>70 mmHg atau <120/80
tahun): mmHg
kemungkinan Lansia (>70 tahun):
terjadi penaikan kemungkinan terjadi
diatolik penaikan ataupun
penurunan diastolik

(Barbara, 2011)
3 Denyut nadi 86 x/menit Bayi: 130 (80- Bayi: >80 atau <180
180) 1 tahun: >80 atau <140
1 tahun: 120 5-8 tahun: 100 (75-
(80-140) 120)
5-8 tahun: 100 10 tahun: 70 (50-90)

6
(75-120)
10 tahun: 70
(50-90)
Remaja: 75 (50-90)
Remaja: 75
Dewasa: 80 (60-100)
(50-90)
Lansia (>70 tahun): 70
Dewasa: 80
(60-100)
(60-100)
Lansia (>70
(Barbara, 2011)
tahun): 70 (60-
100)

28 x/menit Bayi: 35 (30-


80)
Bayi: >30 atau <80
1 tahun: 30 (20-
1 tahun: >20 atau <40
40)
5-8 tahun: >15 atau
5-8 tahun: 20
<25
(15-25)
10 tahun: >15 atau <25
10 tahun: 19
Remaja: >15 atatu <20
4 Respirasi (15-25)
Dewasa: >12 atau
Remaja: 18
<20)
(15-20)
Lansia (>70 tahun): 16
Dewasa: 16
>15 atau <20
(12-20)
Lansia (>70
(Barbara, 2011)
tahun): 16 (15-
20)
5 Hemoglobin 5,9 g/dl Pria: (13,5-17,0 Laki-laki
g/dl) < 13,5mg/dl
Wanita: (12,0- >17,0 mg/dl

7
Perempuan
< 12,0 mg/dl
15,0 g/dl)
>15,0 mg/dl
(DEPKES,2011)
>2 detik >3 detik
Capilary
6 < 3 detik
refill time
(DEPKES,2011)
3
7,27/mm^ >3200-
10000/mm^3
3200- <3200-
7 Leukosit
10000/mm^3 10000/mm^3

(DEPKES,2011)
3,25 Pria: >4,5-6,5
juta/mm3 juta/mm3
<4,5-6,5
Pria: 4,5-6,5 juta/mm3
juta/mm3 Wanita: >3,9-
8 Eritrosit
Wanita: 3,9-5,6 5,6 juta/mm3
juta/mm3 <3,9-5,6
juta/mm3

(DEPKES,2011)
400 >170-
x10^3/mm^3 380x10^3/mm^3
170- <170-
9 Trombosit
380x10^3/mm^3 380x10^3/mm^3

(DEPKES,2011)

8
9
STEP 2

PERTANYAAN PENTING

1. Apa yang di maksud anemia?


2. Apa yang di maksud hipertensi?
3. Apa yang mempengaruhi kadar hemoglobin berubah?
4. Apa yang menyebabkan eritrosit rendah?
5. Jelaskan ciri-ciri penyakit anemia?

10
STEP 3

JAWABAN PERTANYAAN

1. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila
terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. (Brunner & Suddarth,2002).
2. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90
mmHg(Bunner & Sudarth, 2001), sedangkan WHO mengemukakan bahwa
hipertensi terjadi jika tekanan darah diatas 160/95 mmHg.
3. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat
tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang
tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien
(berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari) (detikhealt, 2011).
Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml
darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,2009)
4. Tidak terpenuhinya zat besi, vitamin B12, asam folat, pididoksin ( vitamin B6)
dan fktor lainnya pada sumsum tulang ( Bunner & Suddart, 2002)
5. a. lesu, lemah, letih, lalai
b. sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. gejala lebih lanjut kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat (Anie Kurniawan dkk,1998)

11
12
STEP 4

MIND MAPPING

Klasifikasi Etiologi

Definisi Anatomi dan


Fisiologi
Anemia

Patofisiologi
Asuhan
Keperawatan

Analisa Jurnal Pathway

13
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian anemia


2. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi anemia
3. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi anemia
4. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari anemia
5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi anemia
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien anemia

14
KASUS 6

INFORMASI TAMBAHAN

15
STEP 7

LAMPIRAN

16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar
oksigen dan zat makanan ke seluruh sel sel tubuh serta mengangkut karbon
dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia
terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran darah. Sistem
peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah. Darah
adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau
hemato yang berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah.
Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah
tersebut mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan
bahwa darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain
mengandung banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein)
yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa
metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke
ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

17
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka bagaimana
etiologi dan patofiologi serta asuhan keperawatan yang sesuai dengan klien
anemia
1.3 Tujuan Penulisan
1. Umum: Untuk menganalisa kasus dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien penderita anemia
2. Khusus:
a. Untuk mengetahui definisi anemia
b. Untuk memahami etiologi dan patofisiologi anemia
c. Untuk menganalisa jurnal gangguan anemia

18
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. (Bunner &
Suddarth,2002). Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan
jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen caring capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar
hemoglobin, kemusian hemotokrit. (Sudoyo, et al., 2010)
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah normal jumlah SDM, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematoktrit) per100 ml darah.
Dengan demikian, anemia bukan satu diagnosis melainkan suatu cerminan
perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmsi labolatorium. (Sylvia A. Price, 2006).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau
Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 1999).
Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu Anemia mikrositik hipokrom
(anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis), Anemia makrositik (defisiensi
vitamin B12, defisiensi asam folat), Anemia karena perdarahan, Anemia
hemolitik, Anemia aplastik (Mansjoer, 1999)
2.2 Klasifikasi Anemia
2.2.1 Anemia Defesiensi Besi
Anemia defesiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kekosongan
cadangan zat besi tubuh, sehingga penyediaan zat tubuh untuh eritropoesis
berkurang yang pada akhirnya pembentukan kadar hemoglobin berkurang.

19
Anemia jenis ini yang paling sring dijumpai terutama di kalangan negara
tropis.

1. Etiologi
Anemia defesiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya ,masukan
besi, gangguan absropsi, serta kehilangan besi akibat pendarahan
menahun.
1) Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun yang dapat
berasal dari:
 Saluran cerna: akibat dari tukak peptik kanker lambung ,
kanker kolon, divertikulosis,hemoroid, dan infeksi cacing
tambang
 Saluran genetalis wanita: menoragi atau metrologi
 Saluran kemih: hematoria
 Saluran napas: hemaptoe
2) Faktor nutrisi sebagi akibat dari kurangnya jumlah besi total dalam
makanan atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak
mengandung serat, rendah vitamin C, dan rendah daging)
3) Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam
massa pertumbuhan dan kehamilan.
4) Gangguan absopsi besi seperti gastrektomi,kolitis kronis
2. Patofisiologi
Pendarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga
cadangan besi makin menurun. Apabila cadangan kosong maka kondisi
ini disebut iron depleted stated. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus,maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara
klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient eryrhopoesis.

20
Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrosister, sehingga disebut
iron defeciency anemia.pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel dan beberapa enzimyang dapat menimbulan gejala pada kuku,
epitel mulut dan faring, serta beberapa gejala lainnya.
3. Gejala klinis
1) Gejala umum (sindrom anemia)
Kadar hemoglobin turun dibawah 8-7 gr/dl. Gejala ini berupa badan
lemah, lesu,cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga
berdenging. Pada anemia defesiensi besi, karena terjadi penurunan
kadar hemoglobin yang perlahan-lahan, seringkali sindrom anemia
tidak terlalu mencolok dibanding dengan anemia lain.
1) Gejala khas
 Koilorokia: kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal, dan menjadi cekungsehingga mirip
sendok
 Atrofi papila lidah: permukaan lidah menjadilicin dan
mengkilap karena papil lidah menhilang
 Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut,
sehingga nampak seperti bercak berwarna pucat keputihan
 Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
 Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida
Gejala penyakit dasar
Anemia akibat cacing tambang dijumpai dispesia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
2) Pelaksanaan medis/terapi
1) Terapi Kausal
Terapi kausal bergantung pada penyebabnya, misalnya
pengobatan cacig tambang, hemoroid, dan menoragi

21
2) Pemberian preparat besi
Biasanya diberikan secara peroral(tiap tablet atau kapsul
berisi 50-100 mg besi elemental yang mudah dilepaskan
lingkungan asam mudah diabsorpsi, dan kurang efek
samping) atau parenteral(diberikan bila ada indikasi
malabsopsi, kurang toleransi dalam peroral, klien kurang
kooperatif dan memerlukan Hb secara cepat) dengan
maksud untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh
3) Pengobatan lain
 Diet: sebaiknya diberian makan yang bergizi yang
tinggi protein terutama potein hewani
 Vitamin C: diberikan 3x100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
 Transfusi darah dengan indikasi:
1. Adanya penyakit jantung anemik
2. Anemia simptomatik
3. Penderita memerlukan peningkatan Hb yang cepat
2.2.2 Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia normokomik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsung tulang,sedemikian sehingga sel darah
yang mati tidak diganti. Anemia aplastik adalah anemia yang disertai
dengan pastiopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer
padasumsung tulang dalam bentuk aplasia hipoplasia tanpa adanya
implitrasi,supresi,atau pendesakan sumsum tulang.
1. Etiologi
Etiologi anemia aplastik beraneka ragam berikut ini adalah beberapa
faktor yang menjadi etilogi anemia aplastik
a) Faktor genetik

22
Kelompok ini sering dinamkan anemia aplastik konstitusional dan
sebagian besar darpadanya diturukan menurut hukum
mandel.pembagian kelompok pada faktor ini adalah sebagai
berikut:
1) Anemia fanconi
2) Dikeratosis bawaan
3) Anemia aplastik konstitusional tanpa kelaianan kulit atau tulang
4) Sindrom aplastik parsial
b) Obat-obatan dan bahan kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosos
obat-obat berlebihan.obat yang sering menyebabkan anemia
aplastik adalah kloramfenikol.sedangkan bahan kimia yang terkenal
dapat menyebabkan anemia aplastik adalah senyawa bansen.
c) Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau
permanen.
1) Sementara
a) Mononukloesosis infeksiosia
b) Tuberkolosis
c) Influenza
d) Bruselosis
e) Dengue
2) Permanen
Penyebab yang terkenal adalah virus hepatitis tipe non A dan
non B virus ini dapat menyebabkan anemia aplastik pasca
hepatitis ini mempunyai pagnosis yang buruk.
2. Patofisologi
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melaui tiga faktor
berikut ini:

23
1) Kerusakan sel induk
2) Kerusakan lingkungan mikro
3) Mekanisme imonulogis
3. Gejala klinis
Gejala klinis anemia aplastik terjadi sebagai akibat adanya anemia
leukopenia,dan trombositopenia,gejala yang dirasakn berupa gejala
sebagai berikut:
1) Sindrom anemia gejala anemia berpariasi mulai dari ringan sampe
berat
2) gejala pendarah sering paling timbul dalam bentuk pendarah kulit
seperti petekie dan ekimosis.pendarah mokuasa dapat berupa
epistaksis,pendarah sub-konjungtiva,perdarahan gusi,perdarahan
organ dlam lebih jarang dijumpai,tetapi jika terjaid perdarahan otak
sering bersifat patal.
3) Tanda tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau
tenggorokan,febris dan sepsis
4) Organomegali dapat berupa hepatomegali dan splenomegali.
4. Pemeriksaan diagnostik
Evaluasi diagnostik yang dirasakan adalah sebagai berikut.
1) Sel darah
 Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu
ditemukan.
 Jenis anemia adalah anemia normokromik normositer disertai
retikulositopenia
 Leucopenia dengan relatif limfositosis, tidak dijumpai sel muda
dalam darah tepi
 Trombositopenia yang bervariasi dari ringan sampai dengan
sangat berat

24
2) Laju endap darah
Laju endap darah selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70 kasus
mempunyai laju endap darah lebih dari 100 mm dalam satu jam
pertama (salonder, dalam IPD jilid II)
3) Faal hemostatic
4) Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan menjadi buruk
yang disebabkan oleh trombositopenia
5) Sumsum tulang
Hipoplasia sampai aplasia. Aplasia tidak menyebar secara merata
pada seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang yang normal
dalam satu kali pemeriksaan tidak dapat menyingkirkan diagnosis
anemia aplastik. Pemeriksaan ini harus diulangi pada tempat-tempat
yang lain
6) Lain-lain
Besi serum meningkat atau normal, TIBC normal, dan HBF
meningkat
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai dampak dari pemeriksaan
diagnostik tersebut adalah sebagai berikut:
 Gagal jantung akibat anemia berat
 Kematian akibat infeksi dan perdarahan apabila sel-sel lain ikut
terkena
6. Penatalaksanaan atau terapi
1) Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab.
Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang
tidak diketahui. Akan tetapi, hal ini sulit dilakukan karena
etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.

25
1) Untuk mengatasi infeksi
 Hygiene mulut
 Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang
tepat adekuat
 Transfuse granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
2) Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemogolobin < 7
gr/dl atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak perlu sampai
normal karena akan menekan eritropoesis internal, pada
penderita yang akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum
tulang pemberian transfusi harus lebih berhati-hati
3) Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit <20.000/mm3.
4) Terapi untuk memperbaiki sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah:
Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanazol
dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-
12 minggu, efek samping yang dialami berupa virilisasi dan
gangguan fungsi hati.
 Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
 GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan
jumlah neutrofill
1) Terapi definitive
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat
memberikan kesembuhan jangka panjang.

26
Terapi defenitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua
jenis pilihan sebagai berikut:
Terapi imunosuprosif, antara lain:
 Pemberian anti-lymphocyte globuline
(ALG) atau anti-thymocyle globuline
(ATG) dapat menekan proses imunologis
 Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian
metilprednisolon dosis tinggi
2) Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitf
yang memberikan harapan keseimbangan, tetapi
biayanya sangat mahal.
2.2.3 Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
Klasifikasi:
Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golonfan besar
sebagai berikut:
1) Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrrosit sendiri
(intrakorpuskular), yang sebagian besar bersifat herediter-familiar
2) Anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular).
Yang sebagian besar bersifat didapatkan.

1. Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan antara lain oleh :
 Anemia sel sabit
 Malaria
 Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan

27
 Reaksi transfuse
2. Patofisiologi
Proses hemolisis akan menimbulkan beberapa gejala berikut ini:
1) Penurunan kadar hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia.
Hemolisis dapat terjadi perlahan-lahan, sehingga dapat diaatsi oleh
mekanisme kompensasi tubuh, tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba,
sehingga segera menurunkan kadar hemoglobin.
2) Peningkatan hasil pemecahan eritrosit dalam tubuh. Hemolisis
berdasarkan tempatnya dibagi mejadi dua.
 Hemolisis ekstravaskular
Hemolisis terjadi pada sel makrofag dari sistem retikulo
endotelial (RES) terutama pada lien, hepar, dan sumsum tulang
karena sel ini mengandung enzim heme oxigenase. Lisis terjadi
karena kerusakan membran, presipitasi hemoglobin dalam
sitoplasma, dan menurunya fleksibilitas eritrosit. Pemecahan
eritrosit ini akan menghasilkan globin yang akan dikembalikan
ke protein pool, serta besi yang dikembalikan ke makrofag
selanjutnya akan digunakan kembali, sedangkan protoporfirin
akan menghasikan gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah
berikatan dengan albumin menjadi bilirubin indirek, mengalami
konjugasi dalam hati menjadi bilirubin direk kemudian dibuang
melalui empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen dalam
fese dan urobilinogen dalam urine.
 Hemolisis intravaskular
Pemecahan eritrodit intravaskular menyebabkan lepasnya
hemoglobin bebas ke dalam plasma. Hemoglobin bebas ini akan
diikat oleh hepatoglobin, sehingga kadar hepatoglobin plasma
akan menurun. Apabila kapasitas hepatoglobin dilampaui, maka

28
terjadilah hemoglobin bebas dalam plasma yang disebut sebagai
hemoglobinemia. Hemoglobin bebas akan mengalami oksidasi
menjadi metemoglobin sehingga terjadi metoglobinemia.
Hemoglobin bebas akan keluar melalui urine sehingga terjadi
hemoglobinuria. Pemecahan eritrosit intravaskular akan
melepaskan LDH yang terdapat dalam eritrodit, sehingga serum
LDH akan meningkat.
3) Kompensasi sumsum tulang untuk meningkatkan eritropoiesis.
Destruksi eritrosit dalam darah tepi akan merangsang meknisme
sehingga sumsum tulang meningkatkan eritropoesis. Peningkatan
eritropoesis ditandai oleh peningkatan jumlah eritroblast dalam
sumsum tulang, sehingga terjadi hiperplasia normoblastik.
2.2.4 Anemia Sel Sabit
Anemia sek sabit merupakan gangguan resesif otosomyang disebabkan
oleh dua pewarisan salinan gen hemoglobin defektif, satu buah dari
masing-masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut hemoglobin
S(HbS), menjadi kaku dan konfigurasi seperti sabit apabila terpajan
oksigen berkadar rendah.
1. Etiologi
Ada beberapa fakto yang merangsang terbentuknya sel sabit, seperti
stres fisisk, demam, dan trauma.
2. Patofisiologi
Adanya defek pada molekul hemoglobin dimana defek tersebut
merupakan satu substitusi asam amino pada rantai beta
hemoglobin.oleh karena kadar hemoglobin A normal mengandung dua
rantaialfa dan dua rantai beta, maka terdapat dua rantai gen yang dapat
sintetis tiap rantai. Hemoglobin yang cacat itu pn disebut Hemoglobin
S (HbS). HbS menjadi kaku dan membentuk konfigurasu seperti sabit
apabila terpajan oksigen berkadar rendah. Sel darah merah pada anemia

29
sel sabit ini kehikangan kemampuannya berubah bentuk sewaktu
melewati pembuluh yang sempit, sehingga aliran darah ke jaringan
sekitar tersumbat. Hal ini menyebabkan istemia dan infark diberbagai
bagian tubuh,terutama tulang dan limpa. Adanya iskeia dan infark
diberbagai tubuh menyebabkan serangan nyeri.
3. Gejala klinis Terdapat tanda-tanda sistemik anemia
1) Nyeri hebat akibat sumbatan vaskular pada serangan-serangan
penyakit
2) Demam
3) Pembesaran jantung, disritmia, dan gagal jantung pada anemia
kronis
4) Infeksi bakteri berulang
5) Splenomegali karena limpa mebersihkan sel-sel yang mati
4. Penatalaksanaan
1) Antibiotik profilatik dapat diberikan untuk mencegah infeksi
2) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah
3) Bila terjadi krisis sel sabit terapi yang diberikan adalah hidrasi dan
analgetik
4) Menghindari situasi kekurangan oksigen dan aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5) Transfusi sel darah merah pada saat tertentu saja, yaitu krisis
aplastik bila hemoglobin klien turun drastis, krisis nyeri hebay yang
tidak berespons denga terapi apapun selama beberapa hari, tindakan
prabedah untuk mengencerkan sel sabit, dan berbagai usaha untuk
mencegah terjadinya krisis selama paruh waktu kehamilan.
2.2.5 Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia khas ditandai oleh adanya sel
megaloblast dalam susmsum tulang. Sel megaloblast adalah sel perkusor

30
eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kes, dimana maturasi
sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar.
1. Etiologi
Penyebab Anemia megaloblastik adalah sebagai berikut.
a) Defisiensi vit B12
a. Asupan kurang pada vegetarian
b. Malabsorpsi
1) Dewasa : anemia pernisiosa, gastrektomi total/parsial,
penyakit Crohn’s, parasit, limfoma usus halus, obat-obatan
(neomisin, etanol, KCL).
2) Anak-anak : anemia pernisiosa, gangguan sekresi, faktor
intrinsik lambung, dan gangguan reseptor kolabamin di
ileum.
c. Gangguan metabolisme seluler : defisiensi enzim, abnormalitas
protein pembawa kobalamin (defisiensi transkobalamin), dan
paparan nitrit oksidayang berlangsung lama.
b) Defisiensin asam folat
a. Asupan kurang
1) Ganguan nutrisi : alkoholisme, bayi prematur, orang tua,
hemodialisis, dan anoreksia nervosa.
2) Malabsorpsi : gastrektomi parsial, reseksi usu halus,
penyakit Crohn’s, skleroderma, dan obat anti konvulsan.
b. Peningkatan kebutuhan : kehamilan, anemia hemolitik,
keganasan, hipertiroidisme, serta eritropoesis yang tidak efektif
(anemia pernisiosa, anemi sideroblastik, leukimia, anemia
hemolitik)
c) Gangguan metabolisme vit B12 dan asam folat
d) Gangguan sintesis DNA yang merupakan akibat dari proses berikut
ini

31
a. Defisiensi enzim kongenital
b. Didapat setelah pemberian obat atau sitostatik tertentu
Klasifikasi:
Menurut penyebabnya anemia megaloblastik dibagi menjadi
beberapa jenis.
1. Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12
a. Penderita yang tidak makan daging hewan atau ikan,
telur, serta sus yang megandung vitamin B12
b. Adanya malabsorbsi akibat kelainan organ berikut ini.
2. Kelainan lambunh (anemia pernisiosa, kelainan kengenital
faktor intrinsik serta gastrektomi total atau parsial)
3. Kelainan usus (intestinal loop syndrom, tropical sprue dan
post reseksi ileum)
4. Anemia megalobalstik karena defisiensi asam folat
a. Disebabkan oleh makanan yang kurang gizi asam folat,
terutama pada orang tua, fakir miskin, gastrektomi
parsial, dan anemia akibat hanya minum susu kambing.
b. Malabsorpsi asam folat karena penyakit usus
c. Kebutuhan yang meningkat akibat keadaan fisiologis
(hamil, laktasi, prematuritas) dan keadaan patologis
(anemiahemolitik, keganasan, serta penyakit kolagen)
d. Ekskresi asam folat yang berlebihan lewat urine, biasanya
terjadi pada penyakit hati yang aktif atau kegagalan faal
jantung
5. Anemia megaloblastik karena kombinasi defisiensi vitamin
B12 dan asam folat Merupakan anemia megaloblastik akibat
defisiensi enzim kongenital atau pada eritroleukimia.

32
2. Patofisiologi
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan malnutrir inti sel
karena terjadi gangguan sisntesis DNA sel-sel eritoblast akibat defisiensi
asam folat dan vitamin B12, dimana vitamin B12 dan asam folat
berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus untuk
vitamin B1 penting dalam pembentukan mielin. Akibat gangguan sintesis
DNA pada inti eritoblast ini, maka mayurasi inti lebih lambat, sehingga
kromatin lebih longgar dan sel menjadi lebih besar karena pembelahan
sel yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta
susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast.
Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih
dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritripoesis inefektif dan masa
hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
3. Gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada anemia megaloblastik adalah
sebagai berikut.
1. Anemia karena eritropoesis yang inefektif.
2. Ikterus ringan akibat pemecahan globin.
3. Glosistis dengan lidah berawarna merah, seperti daging (buffy
tongue), stomatitis angularis.
4. Purpura trombositopeni karena maturasi megakariosit terganggu.
5. Pada defisiensi vitamin B12 dijumpai gejala neuropati sebagai
berikut.
a. Neuropati parifer : mati rasa, terbakar pada jari
b. Kerusakan kolumna posteruior : gangguan posisi, vibrasi
c. Kerusakan kolumna lateralis : spastisitas dengan deep reflex
hiperaktif dan gangguan serebrasi
4. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi akan dijumpai hasil sebagai berikut.

33
1) Hemoglobin menurun, dari ringan sampai berat (3-4 g/dl)
2) Dijumpai makrosit berbentuk oval dengan poikilositosis berat, MCV
meningkat 110-15 fl, sedangkan retikulosit normal.
3) Biasanya di jumpai leukopenia ringan dengan hipersegumentasi
neutrofil
4) Kadang-kadang dijumpai trombositopenia ringan
Pada pemeriksaan sumsum tulang dapat dijumpai adannya gejala
sebagai berikut.
a. Hiperplasia eriroid dengan sel megaloblast
b. Giant metamyelocyte
c. Sel megakariosit besar
d. Cadangan besi sumsum tulang meningkat
e. Cadangan besi susum tulang meningkat
5. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan adalah
sebagai berikut.
1) Untuk kekurangan vitamin B12 yang dilakukan adalah
a. Anamnesis makanan
b. Tes absorpsi vitamin B12 dengan dan tanpa faktor
c. Penentuan faktor instritik dan antibodi terhadap sel perietal
lambung
d. Endoskopi foto saluran makanan bagian atas
e. Analisis cairan lambung
2) Untuk kekurangan asam folat yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Anamnesis makanan
b. Tes-tes malabsorpsi
c. Biopsi jejunum
d. Tanda-tanda penyakit dasar penyebab

34
6. Penatalaksaaan medis/terapi
Terapi pengobatan yang biasa digunakan adalah sebbagai berikut.
1. Terapi suportif
Transfusi bila ada hipoksia dan suspensi trombositopenia
mengancam jiwa.
2. Terapi untuk defisiensi vitamin B12
Terapi yang biasa digunakan untuk mengatasi defisiensi vitamin
B12 adalah sebagai berikut.
a. Diberikan vitamin B12 100-1.000 Ug intramuskular sehari
selama dau minggu, selanjutnya 100-1.000 Ug IM setiap bulan.
Bila ada kelainan nuerologis, terlebih dahulu diberikan setiap
dua minggu selama enam bulan, baru kemudian diberikan selama
sebulan sekali. Bila penderita sensitif terhadap pemberian
suntikan dapat diberikan secara oral 1.000 Ug sekali sehari, asal
tidak terdapat gangguan absorpsi.
b. Transfusi darah sebaiknya dihindari kecuali bila ada dugaan
kegagalan faal jantung, hipotensi postural, renjatan, atau infeksi
berat. Bila diperlukan transfusi darah sebaiknya diberi eritrosit
yang diendapkan.
3. Terapi untuk defisiensi asam folat
Diberikan asam folat 1-5 mg/hari per oral selama empat bulan, asal
tidak terdapat gangguan absorpsi.
4. Terapi penyakit dasar
5. Menghentikan obat-obatan penyebab anemia megaloblastik.

2.3 Anatomi dan Fisilogi Hematologi


2.3.1 Anatomi Hematologi

35
36
37
38
2.3.2 Fisiologi Hematologi

Darah terdiri dari tiga jenis elemen seluler, eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping-keping darah) yang
membentuk suspensi di dalam cairan darah.

1) Eritrosit (sel darah merah)


Setiap seluler darah mengembang sektor 5 milyar eritrosit yang
secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5
juta sel permilyar kubik(mm³) . eritrosit adlah sel darah yang berbentuk
piringan yang mencekung dibagian tengah mengepung. Bentuk unik ini
berperan melalui dua cara dalam menentukan efesiensi . sel darah
merah melakukan fungsi utamanya yaitu menyangkut O2 dalam darah
dengan:
- Bentuk biokonkrafmenghasilkan luas permukaan yang lebih
besar untuk difusi O2 menembus membran dibandingkan
dengan bentuk sel bulat dengan volume yang sama.
- Tipisnya sel yang menghasilkan O2 dapat berdifusi antara
bagian paling dalam sel dan eksterior sel.
 Keberadaan Hemoglobin
Hemoglobin ditentukan hanya disel darah merah.
Molekul hemoglobin memilii dua bagian:
1. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari
empat rantai pospolipid yang berlipat-lipat
2. Empat gugus ron protein yag mengandung besi
yang dikenal sebagai gugus him.

Hemoglobin adalah suatu pigmen(berwarna secara alami),


karena kandungan zat besinya maka hemoglobin tampak kemerahan
jika berkaitan dengan O2 keutuhan jika menjalani deoksigenasi. Karena

39
itu,darah arteri yang teroksigenasi pebuh akan berwarna merah dan
darah vena yang telah kehilangan sebagian dari kandungan O2 nya
diangkat jaringan, memiliki rona kebiruan selain mengangkut O 2, Hb
juga berkaitan dengan:

a. Karbondioksida, Hb membantu mengangkat gas ini dari sel


jaringan kembali ke paru
b. Bagian ion hidrogen asam asam (H+) dan asam karbonat
terionisasi yang menyebabkn perubahan pH darah
c. Karbon monoksida
d. Nitrat oksida

Hemoglobin berperan dalam transpor O2 sekaligus memberi


kontribusi signifikan pada transfor CO2 dan krmampuan darah
menyangga pH. selain itu, dalam menyangkut vasodilator sendiri Hb
membentu menyakurkan O2 yang dibawa . satu eritrosit dipenuhi oleh
lebih dari 250jt molekul hemoglobin. Sel darah merah tidak
mengandung nukkus, organel maupun ribosom. Masing-masing
memiliki total 25.130 filium. 50M yang mengalir melalui pembuluh
darah setiap saat 1.100.000x lebih banyak dari pada jumlah seluruh
populasi.

2) Leukosit
Sel darah putih adalah salah satu sistem pertahanan imun tubuh.
Imunitas adalah kemampuan tubuh dalam menahan atau menyingkirkan
benda asing yang berpotensi merugikan/sel abnormal, leukosit dan
turunan-turunannya bersama dengan berbagai plasma membentuk
sistem imun dengan suatu sistem pertahanan internal yang mengenali
da menghancurkan/menetralkan benda-benda dalam tubuh yang asing
secara spesifik:

40
1. Mempertahankan tubuh dari patogen (mikroorganisme
penyebab penyakit seperti bakteri dan virus)
2. Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul
di dalam tubuh
3. Bertugas sebagai “petugas kebersihan” yang bertugas
membersihkan sel-sel tua sisa di jaringan.
Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan
eritrosit)sehingga berwarna putih kecuali secara spesifik
diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop . di dalam darah
terdapat 5 jenis leukosit yang berbeda , yaitu:
a) Neotrofil, eosinofil dan basofil; di kategorikan sebagai
granulosit (sel yang mengandung granula)polimosfunukleus
(bentuk inti beragam)
b) Monosit dan limfosit dikenal sebagai sel non granulosit (sel
yang tidak mengandung granulosit) mononukleus (satu
inti). Keduanya memiliki satu nukleus besar yang tidak
terbagi di sedikit granula yang dimana limfosit yang paling
kecil.
3) Trombosit
Trombosit(platelet, keping darah) merupakan tipe ketiga elemen seluler
yangterdapat dalam darah. Dalam setiap milimeter darah secara normal
terdapat sekitar 250jt trombosit (kisaran 150.000 -350.000/mm 3).
Trombosit dalam kadar normal tidak melekat ke permukaan endotel
pembuluh darah yang lain, tetapi jika permukaan itu rusak akibat
cedera pada pembuluh maka trombosit menjadi autis oleh kolagen yang
terpajan,yaitu jaringan fibrosa di jaringan ikat di bawah endotel, setelah
iu trombosit melekat ke kolagen dan membentuk dumbat trombosit
hemostatik di tempat yang cedera. Ketika mulai menggumpal,
trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan beberapa bahan kimia

41
penting dari granula trombosit. Diantara granula-granula tersebut
terdapat adenosia difosfat (ADP) yang menyebabkan permukaan
trombosit darah di sekitar menjadi kuat sehingga trombosittersebut
melekat ke lapis pertama gumpalan trombosit. Trombosit-trombosit
yang baru ini lebih banyak menghasilkan ADP, yang menyebabkan
semakin banyak trombosit menumpuk di tempat defek, karena itu di
tempat defek cepat terbentuksumbat trombosit melalui mekanisme
umpan balik positif.
2.3 Etilogi
Penyebab anemia defisiensi besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang
mengkonsumsi bahan makanan yang kurang beragam dengan menu makanan
yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang
merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena
susunan makanan yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang
kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh
karena banyaknya zat besi yang di serap sangat tergantung dari jenis zat besi
dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan
besi.
3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti
pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi
juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh
parasit.
4. Kehilangan zat besi

42
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut
kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi melalui
menstruasi. Disamping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh
infeksi cacing didalam usus.
2.4 Patofisiologi
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik
hipokromik dengan penurunan kuantitatif sintesis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada
perempuan usia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama kehamila. Penyebab-penyebab lain defisiensi
besi adalah: (1) asupan besi yang tidak cukup, misal, pada bayi-bayi yang hanya
diberi diet susu saja selama 12-24 bulan dan pada individu-individu tertentu yang
vegetasi ketat; (2) gangguan aborsi setelah gastrektomi; dan (3) kehilangan darah
menetap, seperti pada pendarahan saluran cerna lambat akibat polip, neoplasma,
gastritis, varises esofagus, ingesti aspirin, dan hemoroid. (Price & Wilson, 2006)
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 4 sampai 5
gak besi, bergantung pada jenis kelamin dan ukuran tubuhnya. Lebih dari dua
pertama besi terdapat di dalam hemoglobin. Besi dilepas dengan semakin tua
serta matinya sel dan diangkut melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Dengan pengecualian mioglobin (otot) dan enzim-enzim heme
dalam jumlah yang sangat sedikit, sisa zat besi disimpan di dalam hati, limpa,
dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan hemosiderin untuk kebutuhan-
kebutuhan lebih lanjut. (Price & Wilson, 2006)
Walaupun dalam diet rata-rata mengandung 10 sampai 20 mg besi, hanya
sekitar 5% hingga 10% (1 sampai 2 mg) yang sebenarnya diabsorpsi. Pada saat
persediaan besi berkurang, maka lebih banyak besi diabsorpsi dari diet. Besi
yang diingat diubah menjadi besi ferro di dalam lambung dan duodenum serta
diabsorpsi dari duodenum dan jejunum proklamasi. Kemudian besi diangkut oleh

43
transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat
penyimpanan di jaringan. (Price & Wilson, 2006)
Tiap mililiter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi umumnya
sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun, yang mengalami menstruasi
kehilangan tambahan sebanyak 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan
darah karena menstruasi berhenti selama kehamilan, kebutuhan besi harian
meningkat untuk mencukupi permintaan karena meningkatnya volume darah ibu
dan pembentukan plasenta, tali pusat, dan janin, serta mengimbangi darah yang
hilang selama kelahiran. (Price & Wilson, 2006)
Selain tanda-tanda dan gejala-gejala yang terjadi pada anemia, individu
dengan defisiensi besi yang berat (besi plasma kurang dari 40 mg/dl;hemoglobin
6 sampai 7 g/dl) memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata,
mudah patah dan mungkin berbentuk sendok (koilonikia). Selain itu, atrofi papila
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat , berwarna merah-
daging, dan meradang serta sakit. Dapat juga terjadi stomatitis angularis, pecah-
pecah disertai kemerahan dan nyeri di sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah Semua normal atau hampir normal
dan kadar hemoglobin berkurang. Pada apusan darah perifer, SDM mikrositik
dan hipokromik (MCV, MCHC, dan MCH berkurang) disertai poikilositosis
dan anisositosis. Jumlah retikulosit dapat normal atau berkurang. Kadar besi
berkurang sedangkan kapasitas mengikat-besi serum total meningkat. (Price &
Wilson, 2006)
Untuk mengobati defisiensi besi, penyebab mendasar anemia harus
diidentifikasi dan dihilangkan. Intervensi pembedahan mungkin diperlukan untuk
menghambat pendarahan aktif akibat polip, ulkus, keganasan, dan hemoroid;
perubahan diet dapat diperlukan untuk bayi-bayi yang hanya diberi susu atau
individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam
dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat meningkatkan besi yang tersedia
(misalnya, dengan menambahkan hati), suplementasi besi diperlukan untuk

44
meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan cadangan besi. Besi tersedia
dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar orang berespons baik terhadap
senyawa-senyawa oral seperti ferro sulfat, 325 mg tiga kali sehari selama paling
sedikit 6 bulan untuk menggantikan cadangan besi. Sediaan besi parenteral
digunakan pada pasien-pasien yang tidak dapat menoleransi sediaan oral atau
yang tidak patuh. Besi parenteral memiliki insiden terjadinya reaksi-reaksi yang
merugikan relatif tinggi. Pasien tersebut diberikan dosis uji dan dipantau selama
satu jam. Jika pasien tersebut tidak mengalami efek samping, sisa dosisnya
diberikan 2 jam kemudian. (Price & Wilson, 2006)

45
2.5 Pathway

Diet Vegetarian

Gangguan absorpsi setelah gastrektomi

Asupan besi tidak adekuat

Penurunan hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Sirkulasi O2 yang dikirim


Suplai nutrisi pada sel
ke jaringan tidak adekuat
tidak adekuat

Kebutuhan metabolik
Pusing Lemas, Kuku pucat, tidak terpenuhi
lemah akral dingin
Skala 3 (1-5)

Kesiapan meningkatkan
Gangguan Perubahan
Intoleransi nutrisi
nyaman perfusi
aktivitas
nyeri jaringan

46
2.6 Proses Keperawatan
a)Pengkajian
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik akan memberikan data
mengenai masalah dan keluhan pasien. Kelemahan, dan malaise umum sering
terjadi, demikian juga kulit dan membran mukosa yang menjadi pucat. Ikterik
terdapat pada pasien dengan anemia pernisiosa atau anemia hemolitika.
Rambut dan kulit kering sering terjadi pada anemia defisiensi besi.
Status jantung harus dikaji dengan terliti. Apabila hemoglobin rendah,
jantung akan berusaha mengkompensasi dengan memompa lebih cepat dan
lebih kuat sebagai usaha mengangkut lebih banyak darah ke jaringan yang
megalamai hipoksia. Peningkatan beban jantung tersebut: mengakibatkan
berbagai gejala seperti takikardi, palpitasi, dispnu, pusing, ortopnu, dan dispnu
saat latihan. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kongnestif, yang ditandai
dengan adanya pembesaran jantung (kardio megali) dan pembesaran hati
(hepatogemali), dan edema perifer.
Pemeriksaan neurologis juga penting karena efek anemia pernisiosa
pada sistem saraf pusat dan perifer. Pasien dikaji mengenai adanya baal dan
parestesi perifer, ataksia, gangguan koordinasi, dan kejang. Pengkajian fungsi
gastrointrestinal dapat mengungkap keluhan mual, muntah, diare, anorexsia,
dan glositis (peradangan lidah).
Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan
yang diminum pasien yang mungkin menekan aktivitas sum-sum tulang atau
mempengaruhi metabolisme folat. Riwayat akurat mengenai asupan alkohol,
termasuk jumlah dan durasi harus ditanyakan. Pasien juga ditanya mengenai
setiap adanya kehilangan darah, seperti adanya darah dalam tinja, atau
menstruasi yang berlebihan pada wanita. Riawayat keluarga juga penting
karena beberapa jenis anemia bersifat herediter. Kegemaran olahraga juga
penting karena latihan dapat menurunkan eritropoesia dan ketahan hidup sel
darah merah pada beberapa olahragawan. Pengkajian nutrisi dapat menunjukan

47
adanya kekurangan nutrisi esensial seperti besi, vitaminB12, dan asam folat.
Anak dari keluarga tunawisma mempunyai resiko tinggi mengalami anemia
akibat malnutrisi.
b) Diagnosa keperawatan
Berdasarakan pada data pengkajian, diagnosa perawatan pertama mencakup
yang berikut:
- Gagal jantung kongestif
- Parestesia
- Konfusi
c) Perencanaan dan Implementasi
Tujuan: Tujuan utama meliputi toleransi terhadap aktivitas, pencapaian atau
pemeliharan nutrisi yang adekuat, dan tidak adanya komplikasi.
d) Intervensi Keperawatan
Promosi istirahat dan aktivitas. Pasien didorong untuk menjaga kekuatan dan
energi fisik dan emosional. Dianjurkan istirahat yang sering, dan dukungan
keluarga diperlukan untuk menjaga suasana istirahat. Jadwal teratur mengenai
istirahat dan tidur wajib untuk mempertahankan kekuatan dan toleransi
terhadap aktivitas. Dianjurkan untuk tetap bergerak dan aktif sejauh yang dapat
ditoleransi. Begitu anemia ditangani dan nilai-nilai darah kembali ke normal,
pasien harus di dorong kembali ke aktivitas normal secara bertahap. Aktivitas
yang ternyata yang menyebabkan kelemahan harus ditunda sampai ketahanan
telah pulih kembali. Latihan penyesuaian dapat digunakan untuk meningkatkan
ketahanan. Peringatan keamanan diterapkan untuk mencegah supaya jangan
sampei jatuh akibat gangguan koordinasi, parestesia, dan kelemahan.
1) Manajemen nutrisi yang adekuat. Kekurangan asupan nutrisi yang
esensial, seperti besi asam folat, dapat mengakibatkan anemia tertentu.
Gejala sehubungan dengan anemia, seperti kelemahan dan anorexsia, pada
gilirannya juga akan mempengaruhi nutrisi. Diet yang seimbang dengan

48
makanan tinggi protein tinggi kalori, buah-buahan dan sayuran yang sangat
dianjurkan. Alkohol akan mempengaruhi penggunaan nutrisi esensial, jadi
pasien harus dilarang atau membatasi konsumsi minuman beralkohol.
Makanan berbumbu yang mengiratsi lambung dan makanan yang banyak
menghasilkan gas harus dihindari. Sesi menghenai penyuluhan diet
direncanakan bagi pasien dan keluarganya karena perencanaan diet harus
dapat diterima baik oleh pasien maupun keluarganya. Suplemen makanan
(misalnya vitamin, besi, folat) bisa diresepkan.
2) Monitor dan Pelaksanaan Komplikasi. Dengan adanya kekurangan
oksihemoglobin yang berlangsung lama, jantung menjadi kurang mampu
menyuplai darah kejaringan yang mengalami hipoksia. Jantung kemudian
mengalami pembesaran, curah jantung menurun, dan terjadi gagal jantung
kongestik. Upaya keperawatan ditujukan kearah menurunkan aktivitas dan
stimuli yang menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan curah
jantung. Pasien didorong untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan
palpitasi dan dispnu dan menghindarinya sampai anemianya sembuh.
Apabila dispnu mereupakan masalah, upaya seperti meninggikan kepala
atau menggunakan bantal pendukung perlu dilakukan. Latihan yang tidak
perlu harus dihindari. Mungkin perlu diberikan oksigen. Tanda vital harus
sering dipantau dan pasien diobservasi mengenai adanya tanda retensi
cairan (misalnya edema perifer, penurunan curah urin, dan distensi vena
leher).

Pasien dipantau mengenai adanya parestesia (misalnya memar yang


tidak jelas penyebabnya atau luka bakar pada ektermitas bawah), gangguan
koordinasi, ataksia, dan kejang. Harus dilakykan upaya pengamanan untuk
mencegah cedera.

e) Evaluasi
Hasil yang Diharapkan

49
1. Mampu bertoleransi dengan aktivitas normal

a. Mengikuti rencana progresif istirahat, aktivitas, dan latihan


b. Mengatur irama aktivitas sesuai tingkat energi
2. Mencapai atau mempertahankan nutrisi yang adekuat

a. Makan makanan tinggi protein, kalori dan vitamin

b. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung

c. Mengembangkan rencana makanan yang memperbaiki nutrisi optimal

3. Tidak mengalami komplikasi

a. Mengindari aktivitas yang menyebabkan takikardi, palpitasi, pusing, dan


dispneu

b. Mempergunakan upaya istirahat dan kenyamanan untuk mengurangi


dipsnu

c. Mempunyai tanda vital normal

d. Tidak mengalami retensi cairan (misalnya edema perifer, curah urin


berkurang, distensi vera leher)

e. Berorientasi terhadap nama, waktu, tempat dan situasi

f. Tetap bebas dari cidera

Klasifikasi Anemia

Anemia dapat dikalsifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan


pisiologis akan menentukan apakah defisiensi jumlah sel drah merah
disebabkan oleh depekproduksi sel darah merah (anemi hipoproliveralitifa)
atau oleh destruksi sel darah merah (anemia hemolitika).

50
Pada anemia hipproliveralitifa sel darah merah biasnya bertahan dalam
jangka waktu yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu
mengahsilkan jumlah sel yang adekuat ; jadi, jumlah retikulositnya
menurun. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang
akibat obat atau bahan kimia (misalnya chloramphetacol, benzene) atau
mungkin karna kekurangan heronpoetin (seperti pada penyakit ginjal), besi,
vitaminB12, ataunasam folat.

Apabila hemolisis (disolusi sel darah merah dengan pembebasan


hemoglobin ke plasma disekitarnya) merupakan penyebab utama maka
abnormalitas biasanya terdapat dalam sel darah merah itu sendiri (seperti
pada anemia sel sabit atau defisiensi G-6-PD [glucose-6-phosphate
dehydrogenase]). Dalam plasma (seperti pada anemia hemolitika
imunologis), atau dalam sirkulasi (seperti pada hemolisis katup jantung).
Pada anemi hemolitika, angka retikulosit dan kadar bilirubin indirek
meningkat, dan telah mampu menyebabkan ikterik klinis.

2.7 Analisa Jurnal


Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Anemia ditandai dengan
menurunya jumlah eritrosit atau kadar HB dibawah 11 g/dl, penyebab anemia
bisa juga kurangnya folat, vitamin B12 dan vitamin A, peradangan kronis, infeksi
parasit dan kelainan bawaan. Anemia defisiensi pada bayi dan balita mencapai
40-45%.

Zat besi merupakan bahan baku pembuatan sel darah merah. Warna merah
pada darah disebabkan oleh kandungan HB yang merupakan susunan protein yg
disebut heme. Fungsi HB merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi
membawa oksigen dan karbon diaoksida. Jadi heme adalah senyawa – senyawa
porvirin besi, sedangkan HB adalah senyawa komplek antatara globindan heme.

51
Kosentrasi HB dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel
darah merah akibat kurangnya zat besi dalam darah.

Jika simpanan zat besi dalam sesorang menderita anemia walaupun belum
ditemukan gejala fisiologi. Anemia defesiensi besi merupakan penyebab utama
anemia di masyarakat terjdi akibat kekuranga zat besi dalam darah dan bisa juga
penyebab kurangnya gizi, wanita usia subur sering mengalami anemia, karena
kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi.

Anemia defesiensi besi dapat terjadi melalui 3 stadium yaitu :

1. Stadium I
Hanya ditandi dengan oleh kekurangan persediaan besi didalam sum sum
tulang. Kadar besi sum sum tulang dapat ditentukan dengan pemeriksaan
sitokimia jaringan hati atau sum sum tulang.
2. Stadium II
Mulai timbul persediaan besi yang hampir habis, tesediaan ini disebut
defesiensi besi
3. Stadium III
Stadium ini ditandai dengan penuruna kadar HB, MCL, MCH, dan MCH

Telah ditemukan salah satu penyebab defesiensi besi ialah kurang gizi. Besi di
dalam makanan berbentuk fe-heme dan non-heme (terdapat beras,bayam,
gandum, kacang kedelai berada dalam bentuk senyawa ferri yang harus diubah
dulu didalam lambung oleh HCL menjadi bentuk ferro yang siap diserap
khusus). Penyerapan fe-non heme dapat dipengaruhi oleh komponen lain
didalam makanan. Fruktosa, asam askorbat ( vitamin C ) asam klorida dan asam
amino memudahkan absorpsi besi sedangakan tanin ( bahan didalam teh ),
kalsium dan serat menghambat penyerapan besi. Sedangkan daam bentuk heme
yang antara lain terdapat didalam ikan, hati, daging sapi, lebih mudah diserap.

52
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu
penurunan kadar veritin / saturasi tansferin serum dan kadar besi serum potensi
kurma dibidang kesehatan terutama dalam penaikan serum besi sudah banyak
dikenal. Buah kurma sebagai sumber antioksidan dan serat yang baik dengan
kandungan nutrisi yang terbanyak yaitu gula pereduksi, glukosa, fruktaosa, dan
sukrosa, sebesar 70%. Kurma yang sudah sering dikenal potensinya dalam
kebidang kesehatan, memiliki berbagai protein vitamin dan mineral. Dimana
banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa kurma dapat menjadi
alternatif dalam pencegahan atau pun pengobatan anemia defesiensi besi di
indonesia.

53
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Data Umum Klien
Nama : Tidak Terkaji
Umur : 35 Tahun
Status : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Anemia Defesiensi Besi
Tanggal Masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan pusing 2 hari
3. RIWAYAT SEKARANG
Pasien mengatakan mual, muntah-muntah, lemah, lemas, pusing di pagi
hari
4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tidak terkaji
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak terkaji
6. DATA PSIKOSIAL SPIRITUAL DAN BUDAYA
a) Data Psikosial
1) Pola Pikir Dan Presepsi

54
Tidak terkaji
2) Presepsi Diri
Tidak terkaji
3) Konsep Diri
Tidak terkaji
4) Hubungan/Komunikasi
Tidak terkaji
5) Kebiasaan Seksual
Tidak terkaji
6) Manajemen Stres
Tidak terkaji
b) Spiritual
Tidak terkaji
c) Budaya
Tidak terkaji

7. AKTIFITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI (ADL)


Sebelum
No. ADL Saat Sakit
Sakit
1. Nutrisi
A. Makanan (Pokok Dan
Selingan)
-Jenis Menu Tidak terkaji Tidak terkaji
-Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
-Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
-Porsi Tidak terkaji 3-4 Sendok
-Pantangan Tidak terkaji Tidak terkaji
-Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
-Makanan Khusus Tidak terkaji Tidak terkaji

55
-Keluhan Tidak terkaji
Tidak terkaji

B. Minum
-Jenis minuman Tidak terkaji Tidak terkaji

-frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji


Tidak Terkaji
-Jumlah Tidak Terkaji Tidak terkaji
-Pantangan Tidak terkaji
-Keluhan Tidak terkaji

2.
Istirahat dan Tidur
A. Malam
Tidak terkaji
-jumlah jam Tidak terkaji
Tidak terkaji
-dari jam s/d jam Tidak terkaji
Tidak terkaji
-kebiasaan tidur Tidak terkaji

Tidak bisa
-keluhan Tidak terkaji
Tidak terkaji
B. Siang
-Jumlah Jam Tidak terkaji Tidak terkaji
-Dari Jam S/D Jam Tidak terkaji Tidak terkaji
-Kebiasaan Tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
-keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji

56
3. Eliminasi
A. Bak
- Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji

- Bau Tidak terkaji Tidak terkaji

- Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji

B. Bab
- Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Bau Tidak terkaji Tidak terkaji
- Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Tidak terkaji Tidak terkaji
- Penggunanaan
pencahar
Tidak terkaji Tidak terkaji
- Keluhan
4. Personal Hygyane
A. Mandi
-Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
-Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
-Penggunaan Sabun Tidak terkaji Tidak terkaji
-Air Yang Digunakan Tidak terkaji Tidak terkaji
-Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
B. Gosok Gigi
-Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
-Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
-Penggunaan Pasta Tidak terkaji Tidak terkaji
Gigi

57
-Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
C. Mencuci Rambut
- Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
- Menggunakan Tidak terkaji Tidak terkaji

Sampo
- Air Yang Di Tidak terkaji Tidak terkaji

Gunakan
- Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
D. Berpakaian
- Frekuensi Ganti Tidak terkaji Tidak terkaji
Baju
- Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
5 Mobilitas, Aktivitas Dan
Rekreasi
- Jenis Aktivitas Tidak terkaji
- Waktu Aktivitas Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jenis Olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji
- Waktu Olahraga Tidak terkaji Tidak terkaji
Tidak terkaji
- Jenis Rekreasi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Waktu Rekreasi Tidak terkaji Tidak terkaji

- Kesulitan Tidak terkaji

8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan Umum
- Kondisi umum : conjungtiva mata anamis, akral dingin, kulit
pucat dan kuku pucat
- Tingkat kesadaran : Composmentis GCS: 15

58
- TTV T = 150/90mmHg
N = 86x/menit
R = 28 x/menit
S = 380 C
- Skala Nyeri : 3 (1-5)
2. Head to Toe :
- Kulit : temperature kulit pucat
- Kepala : Tidak Terkaji
- Mata : conjungtiva mata anemis
- Mulut : Tidak Terkaji
- Ektremitas bawah : akral dingin dengan kuku pucat
3. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 5,9 g/dl Pria: (13,5-17,0
g/dl)
Wanita: (12,0-15,0
g/dl)
3
Leukosit 7,27/mm^ 3200-10000/mm^3
Eritrosit 3,25 juta/mm3 Pria: 4,5-6,5
juta/mm3
Wanita: 3,9-5,6
juta/mm3
Trombsit 400 x10^3/mm^3 170-380x10^3/mm^3

3.2 ANALISA DATA


1. Analisa data dengan problem persiapa menguatkan nutrisi ditandai dengan
menyatakan keinginan untuk meningkatkan nutrisi

DATA ETIOLOGI PROBLEM


DS : - pasien mengatakan mual, Diet Vegetarian Kesiapan

59
muntah-muntah, lemah, lemas menguatkan
dan pusing Gangguan nutrisi
DO: Absorpsi
- T = 150/90mmHg
- N=86x/menit Asupan Besi
- R = 28 x/menit Tidak Adekuat

- S = 380 C
- Skala Nyeri : 3 (1- Hemoglobin
menurun
5)

Anemia Defesiensi
Besi

Suplai Nutrisi Sel


Tidak Adekuat

Kebutuhan
Metabolik Tidak
Terpenuhi

2. Analisa data dengan problem intoleransi aktivitas


DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : - pasien mengatakan Diet Vegetarian Intoleransi
pusing pada bagian depan atas aktivitas
Gangguan
DO: Absorpsi
- Konjungtiva mata
anemis Asupan Besi
- Kulit dan kuku Tidak Adekuat

60
pucat
- Akral dingin Hemoglobin
- T = 150/90mmHg menurun
- N=86x/menit
- R = 28 x/menit Anemia Defesiensi

- S = 380 C Besi

Sirkulasi O2 tidak
adekuat

Lemas dan Lemah

Intoleransi
aktivitas

3. Analisa data dengan problem gangguan rasa nyaman


DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : - pasien mengatakan mual, Diet Vegetarian Gangguan rasa
muntah-muntah, lemah, lemas nyaman
dan pusing Gangguan
DO: Absorpsi
- T = 150/90mmHg
- N=86x/menit Asupan Besi
- R = 28 x/menit Tidak Adekuat

- S = 380 C
- Hemoglobin= 5,9
Hemoglobin
gr/dl
Menurun
- Leukosit= 7,47
- Eritrosit= 20,2

61
- Thrombosit= 400 Anemia
Defesiensi Besi

Pusing Skala3
(1-5)

Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri

4. Analisa data dengan problem ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : - pasien mengatakan mual, Diet Vegetarian ketidakefektifan
muntah-muntah, lemah, lemas perfusi jaringan
dan pusing Gangguan perifer
DO: Absorpsi
- Akral dingin
- Kuku dan kulit pucat Asupan Besi
- T = 150/90mmHg Tidak Adekuat

- N=86x/menit
- R = 28 x/menit Hemoglobin
menurun
- S = 380 C
- Hemoglobin= 5,9
Anemia
gr/dl
Defesiensi Besi
- Leukosit= 7,47
- Eritrosit= 20,2
Pusing Skala3
- Thrombosit= 400
(1-5)

62
Perubahan Perfusi
Jaringan Perifer

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kesiapan menguatkan nutrisi ditandai dengan menyatakan keinginan untuk
meningkatkan nutrisi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan keletihan, ketidaknyamanan setelah
beraktivitas
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan ketidakmampuan untuk rileks, merasa kurang senang dengan situasi,
merasa tidak nyaman
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi, kurang pengetahuan tentang proses penyakit, kurang pengetahuan
faktor resiko

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN


DX NOC NIC RASIONAL
1. Kesiapan Setelah di lakukan tindakan 1. Tentukan 1. Karena dengan
menguatk keperawatan selama 3x24 jam apa yang ditentukan
an nutrisi di harapkan status nutrisi menjadi referensi
ditandai pengukuran biokimia dapat referensi makanan seperti
dengan teratasi dengan kriteri hasil makanan kurma misalnya

63
menyatak Indikat Saat Hasil bagi pasien dapat dengan
an or Ini (kurma) mudah
keinginan Hemogl 1 3 meningkatkan
untuk obin nutrisi (vitamin
meningkat A, B12, zat
kan nutrisi besi) dalam
tubuh

2. Bantu 2. Karena dengan


pasien ditentukan
dalam dengan
menentuka pedoman/pirami
n pedoman damakanan
atau yang cocok
piramida dengan pasien
makanan dapat dengan
yang segera
paling memenuhi
cocok kebutuhan
dalam nutrisi pasien
memenuhi
kebutuhan
nutrisi dan
preferensi

3. Tentukan 3. Karena dengan


jumlah ditentukan
kalori dan nutrisi yang

64
jenis dibutuhkan
nutrisi dapat terpenuhi
yang kebutuhan gizi
dibutuhka yang sesuai
n untuk
memnuhi
persyarat
an gizi

4. Berikan 4. Karena dengan


pilihan memberikan
makanan pilihan dan
sambil bimbingan
menawar terhadap pilihan
kan makanan yang
bimbinga lebih sehat
n dapat
terhadap memberikan
pilihan edukasi yang
yang dapat memenuhi
lebih kebutuhan
sehat nutrisi

5. Ciptakan 5. Karena dengan


lingkunga menciptakan
n yang lingkungan yang
optimal optimal dapat
pada saat mempengaruhi

65
mengkon nafsu makan
sumsi pasien
makanan

Setelah di lakukan tindakan


2. Intolerans keperawatan selama 2x24 jam 1. Kaji 1. Karena dalam
i aktivitas di harapkan toleransi terhadap pemaham melakukan
berhubun aktivitas dapat teratasi dengan an pasien teknik aktivitas
gan kriteri hasil mengenai dan latihan yang
ketidaksei INDIKA SAA HASI mekanika benar pasien
mbangan TOR T INI L tubuh dan dapat
antara Kemudah 2 4 latihan melakukan
suplai dan an dalam aktivitas
kebutuhan melakuka sebelumnya
oksigen n
ditandai aktivitas
dengan hidup 2. Edukasi 2. Karena dengan
keletihan, harian pasien memberi tahu
ketidakny tentang pasien bahwa
amanan pentingny tidur terlentang
setelah a postur lebih tidak
beraktivit tubuh mudah cepat
as yang lelah
benar
untuk
mencegah
kelelahan,
keteganga

66
n/injuri

3. Intruksika 3. Karena memberi


n untuk tahu pasien
menghind bahwa posisi
ari tidur tidur telungkup
dengan tidak baik untuk
posisi kondisinya
telungkup

4. Bantu 4. Karena dengan


untuk pasien banyak
menghind merubah posisi
ari duduk dapat
dalam memperlancar
posisi peredaran darah
yang
sama
dalam
jangka
waktu
yang
Setelah di lakukan tindakan lama
keperawatan selama 1x24 jam
3. Gangguan di harapkan nyeri : efek yang
rasa mengganggu dapat teratasi 1. Tentukan 1. Karena dengan
nyaman dengan kriteri hasil lokasi, menentukan

67
berhubun INDIKA SAA HASI karakterist lokasi,
gan TOR T INI L ik, dan karakteristik,
dengan Ganggua 2 4 keparahan kualitas dan
gejala n pada nyeri keparahan nyeri
terkait aktivitas sebelum dapat
penyakit hidup mengobati mempermudah
ditandai sehari- pasien dalam
dengan hari melakukan
ketidakma tindakan
mpuan keperawatan
untuk secara tepat
rileks, 2. Cek 2. Karena dengan
merasa perintah cek perintah
kurang pengobata obat, dosis,
senang n meliputi frekuensi yang
dengan obat, diharapkan akan
situasi, dosis, dan diberikan pada
merasa frekuensi pasien itu
tidak obat yang dengan tepat
nyaman diresepka
n
3. Cek 3. Karena dengan
adanya cek riwayat obat
riwayat sebelumnya
obat dapat
memastikan
obat yang akan
diberikan

68
selanjutnya
4. Pilih 4. Karena dengan
analgesik memilih
atau analgesik atau
kombinasi kombinasi
analgesik analgesik yang
yang sesuai dapat
sesuai mengurangi rasa
ketika nyeri yang
lebih dari dirasakan pasien
1 yang
diberikan
5. Berikan 5. Karena dengan
kebutuhan memberikan
kenyaman kebutuhan
an dan kenyamanan
aktivitas seperti relaksasi
lain yang dapat
dapat mengurangi rasa
membantu nyeri yang
relaksasi dirasakan pasien
untuk
memfasili
Setelah di lakukan tindakan tasi nyeri
keperawatan selama 2x24 jam
di harapkan perfusi jaringan:
4. Resiko perifer dapat teratasi dengan 1. Lakukan 1. Karena dengan
ketidakefe kriteri hasil penilaian melakukan

69
ktifan Indikat Saat Hasil komprehe penilaian
perfusi or Ini nsif komprehensif
jaringan Suhu 2 4 terhadap dapat
perifer kulit status mengetahui
berhubun ujung hemodina status
gan kaki mik(yaitu hemodinamik
dengan dan emeriksa pasien
hipertensi, tangan tekanan
kurang darah,
pengetahu denyut
an tentang jantung,
proses denyut
penyakit, nadi,
kurang tekanan
pengetahu vena
an faktor juguloris,
resiko tejanan
vena
sentral,
atrium
kanan)
2. Jelaskan 2. Karena dengan
tujuan menjelaskan
perawatan tujuan
dan perawatan
bagaiman pasien dapat
a memahami
kemajuan tujuan

70
akan perawatan yang
diukur dilakukan
3. Tentukan 3. Karena dengan
statusperf menentukan
usi (yaitu status perfusi
apakah dapat
pasien mengetahui
terasa kondisi tubuh
dingin pasien
suam-
suam
kuku, dan
hangat)
4. Monitor 4. Karena dengan
adanya memonitor
tanda dan tanda dan gejala
gejala pada status
masalah perfusi pasien
pada sehingga dapat
status melakukan
perfusi tindakan
selanjutnya
dengan tepat

3.5 PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI


Diagnosa Implementasi Respon
1. Kesiapan 1. Menciptakan lingkungan 1. Hari ke-1
menguatkan yang optimal pada saat Pasien
nutrisi mengkonsumsi makanan mengatakan

71
ditandai setelah
dengan lingkungan
menyatakan diciptakan
keinginan dengan
untuk optimal
meningkatkan nafsu makan
nutrisi klien
bertambah.

2. Memberikan pilihan
2. Hari ke-2
makanan sambil
Pasien
menawarkan bimbingan
mengatakan
terhadap pilihan yang lebih
setelah
sehat
diberikan
pilihan/tawa
ran dan
bimbingan
terhadap
makanan
yang lebih
sehat,
pengetahuan
tentang
anemia klien
bertambah
dan
mengetahui
cara-cara

72
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya.
3. Menentukan apa yang
menjadi referensi 3. Hari ke-3
makanan bagi pasien Pasien
(kurma) mengatakan
setelah
ditentukan
reverensi
makanan
(kurma)
bdan pasien
lebih
bertenaga.
1. Mengintruksikan untuk
2. Intoleransi menghindari tidur dengan 1. Hari ke-1
aktivitas posisi telungkup Pasien
berhubungan mengatakan
ketidakseimba setalah
ngan antara diinstruksika
suplai dan n untuk
kebutuhan menghindari
oksigen posisi tidur
ditandai yang
dengan telungkup,
keletihan dan tidur pasien
ketidaknyama terasa lebih

73
nan setelah nyaman.
beraktivitas 2. Kaji pemahaman pasien
mengenai mekanika tubuh 2. Hari ke-2
dan latihan Pasien
mengatakan
setelah
dilakukan
teknik
aktivitas
yang benar,
pasien mulai
mengerti
bagaiman
aktivitas
yang baik
dan benar
1. Berikan kebutuhan
3. Gangguan kenyamanan dan aktivitas 1. Hari ke-1
rasa nyaman lain yang dapat membantu Pasien
berhubungan relaksasi untuk memfasilitasi mengatakan
dengan gejala nyeri setelah
terkait kebutuhan
penyakit kenyamanan
ditandai dan aktivitas
dengan lain
ketidakmamp terpenuhi
uan untuk menjadi
rileks, merasa rileks dan

74
kurang senang nyeri
dengan berkurang.
keadaan,
merasa tidak
nyaman.

1. Menjelaskan tujuan
4. Resiko perawatan dan bagaimana 1. Hari ke-1
ketidakseimba kemajuan akan diukur. Pasien
ngan perfusi mengatakan
jaringan setelah
perifer dijelaskan
berhubungan tujuan
dengan perawatan,
hipertensi, pasien dapat
kurang mengetahui
pengetahuan tujuan
tentang proses perawatan
penyakit, yang akan
kurang dilakukan
pengetahuan oleh
tentang faktor perawat.
resiko 2. Menentukan statusperfusi
(yaitu apakah pasien terasa 2. Hari ke-2
dingin suam-suam kuku, dan Pasien
hangat) mengatakan
setelah

75
perawat
melakukan
status
perfusi,
pasien dapat
mengetahui
kondisinya
saat ini.

3.6 EVALUASI
DX EVALUASI
1. Kesiapan menguatkan S: pasien mengatakan mual, muntah-
nutrisi ditandai dengan muntah, lemah, lemas dan pusing
menyatakan keinginan O:
untuk meningkatkan nutrisi - T = 130/80mmHg
- N=86x/menit
- R = 26 x/menit
- S = 37 ºC
- Skala Nyeri : 2 (1-5)
A:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam di

76
harapkan dengan indicator
Indikator Targe Hasil
t
Hemoglobin 3 3

P: Masalah teratasi sebagian.


Intervensi dilanjutkan

2. Intoleransi aktivitas
S: pasien mengatakan pusing pada
berhubungan
bagian depan atas
ketidakseimbangan antara
O:
suplai dan kebutuhan
- Konjungtiva mata anemis
oksigen ditandai dengan
keletihan, - Kulit dan kuku pucat

ketidaknyamanan setelah - Akral dingin

beraktivitas - T = 130/80mmHg
- N=86x/menit
- R = 26 x/menit
- S = 370 C
A:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam di
harapkan dengan indicator
Indikator Targe Hasil
t
Kemudahan 4 3
dalam
melakukan
aktivitas

77
hidup
harian

P: Masalah teratasi sebagian.


Intervensi dilanjutkan

3. Gangguan rasa nyaman


berhubungan dengan gejala S: pasien mengatakan mual, muntah-

terkait penyakit ditandai muntah, lemah, lemas dan pusing

dengan ketidakmampuan O:

untuk rileks, merasa kurang - T = 130/80mmHg

senang dengan situasi, - N=86x/menit

merasa tidak nyaman - R = 26 x/menit


- S = 370 C
- Hemoglobin= 5,9 gr/dl
- Leukosit= 7,47
- Eritrosit= 20,2
- Thrombosit= 400
A:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam di
harapkan dengan indicator
Indikator Targe Hasil
t
Gangguan 4 3
pada
aktivitas
hidup
sehari-hari

78
P: Masalah teratasi sebagian.
Intervensi dilanjutkan

4. Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer S: pasien mengatakan mual, muntah-
berhubungan dengan muntah, lemah, lemas dan pusing
hipertensi, kurang DO:
pengetahuan tentang proses - Akral dingin
penyakit, kurang - Kuku dan kulit pucat
pengetahuan tentang faktor - T = 150/90mmHg
resiko - N=86x/menit
- R = 28 x/menit
- S = 380 C
- Hemoglobin= 5,9 gr/dl
- Leukosit= 7,47
- Eritrosit= 20,2
- Thrombosit= 400
A:
Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam di
harapkan dengan indicator
Indikator Targe Hasil
t
Suhu kulit 4 3
ujung kaki
dan tangan

79
P: Masalah teratasi sebagian.
Intervensi dilanjutkan

80
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2002).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
normal (Emma, 1999). Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau
hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht <
41%, pada pria atau Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 1999).
Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu Anemia mikrositik hipokrom
(anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis), Anemia makrositik (defisiensi
vitamin B12, defisiensi asam folat), Anemia karena perdarahan, Anemia
hemolitik, Anemia aplastik (Mansjoer, 1999).
5.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

81
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddath (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC
Awan & Rini (2015) Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan Diagnosis
NANDA Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Wiwik & Andi (2008) Buku Ajar Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

82

Anda mungkin juga menyukai