Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISKUSI REFLEKSI KASUS

TERAPI AKUPRESUR SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING


UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN SINDROM
KORONER AKUT DI BANGSAL JANTUNG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

OLEH

Ns. Dirsya Yudia Sari, S. Kep

INSTALASI PELAYANAN JANTUNG TERPADU

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit kardiovaskuler adalah Acute Coronary Syndrome atau biasa
disebut sindrom koroner akut. Sindrom koroner akut terjadi ketika aliran darah menuju
jantung berkurang secara drastis atau tiba-tiba. Saat terjadi, peristiwa ini dapat
menyebabkan sejumlah kondisi pada jantung dan memerlukan pertolongan medis
dalam waktu yang cepat. Kejadian ini bisa menyebabkan serangan jantung dan
serangan angina tidak stabil. Kedua kondisi ini biasanya ditandai nyeri dada berat atau
rasa tidak nyaman pada dada.
Penggunaan yang tepat dari analgesik atau dengan kombinasi merupakan
penatalaksanaan yang paling efektif untuk menurunkan intensitas nyeri. Namun, pada
kenyataannya tidak semua nyeri dapat diintervensi dengan analgetik sistemik bahkan
beberapa penelitian menunjukkan hasil yang kurang baik pada penggunaan obat-obat
penurun rasa nyeri (Brown, 2014).
Ketakutan akan terjadinya ketergantungan dan efek samping dapat membatasi klien
menghentikan penggunaan analgetik. Sebagai contoh obat tramadol yang merupakan
opioid sintetis memiliki efek samping mual, muntah, konstipasi, dan konfusi pada
lansia. Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dapat menyebabkan dispepsia,
perdarahan lambung, ulkus peptikum, perdarahan abnormal, kerusakan saluran cerna,
dan nefritis ginjal akut sehingga diperlukanya penatalaksanaan non-farmakologis
untuk dapat diterapkan sebagai pengganti intervensi atau kombinasi dalam
menurunkan intensitas nyeri (Kneale & Davis, 2011).
Akupresur merupakan salah satu terapi komplementer berdasarkan pada teori
keseimbangan yang bersumber dari isi alam raya dan sifat-sifatnya yang disebut
Yin dan Yang. Pelaksanan akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada
beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan
keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Kelebihan teknik akupresur yaitu aman, mudah,
praktis, tidak memerlukan biaya besar, tidak menimbulkan efek samping dan bisa
dilakukan siapa saja (Widyaningrum, 2013).

2
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan diskusi refleksi
kasus tentang terapi akupresur sebagai evidence based nursing untuk mengurangi nyeri
pada pasien sindrom koroner akut di Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah, terapi akupresur sebagai
evidence based nursing untuk mengurangi nyeri pada pasien sindrom koroner akut di
Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah diskusi ini untuk mengetahui terapi akupresur
sebagai evidence based nursing untuk mengurangi nyeri pada pasien sindrom koroner
akut di Bangsal Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

I. Sindrom Koroner Akut


A. Pengertian Sindrom Koroner Akut
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular
yang utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka
kematian yang tinggi. Banyak kemajuan yang telah dicapai melalui penelitian
dan oleh karenanya diperlukan pedoman tatalaksana sebagai rangkuman
penelitian yang ada.

B. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi
jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total
maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh
koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah
koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian
pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka
mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri
koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa
spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis

4
setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus
terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis

C. Klasifikasi Sindrom Koroner Akut


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:

1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation


myocardial infarction)

2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment


elevation myocardial infarction)

3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)

Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan


indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini
memerlukan tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan
reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen
fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer.
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut
disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan.
Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil
peningkatan marka jantung.
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di
dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa
depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang
T pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan. Sedangkan Angina
Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark
miokard yang ditandai dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang
lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan
biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi
Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial
Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak
meningkat secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk
peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal

5
atas (upper limits of normal, ULN).
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau
menunjukkan kelainan yang nondiagnostik sementara angina masih
berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan
EKG tetap menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara keluhan angina
sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang
tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang

D. Faktor-faktor Resiko Sindrom Koroner Akut


Sekitar 80 % pasien dengan infark miokard akut (IMA) dilaporkan memiliki

setidaknya 1 dari faktor risiko, termasuk diantaranya merokok, dislipidemia,

hipertensi, diabetes melitus (DM), dan obesitas abdomen. Faktor resiko major

dari SKA diantaranya adalah sebagai berikut (Eponiene, Zaliaduonyte-Peksiene,

et al., 2014) :

1. Peningkatan umur

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Diabetes Melitus

4. Merokok

5. Hipertensi

6. Obesitas

E. Manifestasi Klinik
Gejala dan Tanda pada infark miokard akut menurut kriteria WHO (dalam
Homoud, 2008) ada tiga yaitu:
- Nyeri dada:
Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap
sampai nyeri tidak tertahankan lagi. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti
tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju
lengan (biasanya lengan kiri). Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi

6
setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam
atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin. Nyeri
dapat menjalar ke arah rahang dan leher. Nyeri sering disertai dengan sesak
nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan
mual muntah. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri
yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptord.
- Pemeriksaan serial peningkatan enzim jantung:
Creatine phosphokinase (CPK-MB), creatine phosphokinase (CPK)
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam jam, kembali normal dalam jam. Lactate Dehydrogenase
(LDH) meningkat dalam jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal. Aspartate Transaminase (AST), meningkat ( kurang nyata/ khusus )
terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3
atau 4 hari
- Elektrokardiogram (EKG)
Perubahan yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.

II. Terapi Akupresur


A. Pengertian Akupresur
Akupresur merupakan suatu metode tusuk jari yang didasarkan pada
pengetahuan bahwa semua organ tubuh manusia dihubungkan satu sama lain
oleh suatu saluran (meridian) yang menjelajahi seluruh permukaan tubuh untuk
menghantarkan energi ke seluruh tubuh (Sunetra, 2004). Akupresur adalah salah
satu bentuk pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan dengan cara
merangsang titik tertentu melalui penekanan pada permukaan tubuh dengan
menggunakan jari maupun benda tumpul untuk tujuan kebugaran atau
membantu mengatasi masalah kesehatan (Kemenkes, 2011).

7
B. Mekanisme Kerja
Menurut Saputra, (2000) menjelaskan bahwa mekanisme kerja dari
akupunktur/akupresur masih belum bisa dijelaskan secara tuntas oleh para
peneliti. Hal tersebut juga didukung oleh Sunetra, (2004) yang menjelaskan
bahwa berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti di negara China dan
negara-negara barat, belum dapat menjelaskan secara menyeluruh tentang
mekanisme kerja dari akupuntur/akupresur. Teori (endorfin) dan teori kekebalan
tubuh menjelaskan bahwa penekanan pada permukaan tubuh akan merangsang
keluarnya zat-zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit (Kemenkes, 2015).

C. Manfaat Akupresur

Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tekanan darah


tinggi, penyembuhan rehabilitasi, cemas, menghilangkan rasa sakit, serta
mencegah kekambuhan penyakit. Di dalam tubuh manusia terdapat 12 (dua
belas) meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang mewakili organ-
organ dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan energi (qi),
sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong, 2011). Menurut (Kementerian
Kesehatan RI, 2015), menjelaskan bahwa akupresur dapat digunakan untuk
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran darah, memperbaiki
kualitas tidur serta mengurangi stres atau menenangkan pikiran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Narimani et al pada tahun 2018
memperlihatkan hasil bahwa akupresure diberikan pada kelompok intervensi
pada titik L14 terbukti signifikan dalam mengurangi keluhan nyeri dada pada
pasien dengan penyakit jantung.

D. Prosedur Terapi Akupresur


Langkah-langkah terapi akupresur (Murdiyanti, 2019)
1. Alat yang dibutuhkan
a) Minyak zaitun
b) Lembar observasi tekanan darah
c) Tisue Basah dan kering

8
2. Pre interaksi
a) Persiapkan alat yang diperlukan
b) Cuci tangan

3. Tahap orientasi
a) Beri salam, panggil responden dengan namanya, dan perkenalkan
diri.
b) Menanyakan keluhan atau kondisi responden.
c) Jelaskan tujuan, prosedur, dan lainnya tindakan hal yang perlu
dilakukan oleh pasien selama terapi akupresur dilakukan.
d) Berikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum terapi dilakukan.
e) Lakukan pengkajian untuk mendapatkan keluhan dan kebutuhan
komplementer yang diperlukan.

4. Tahap kerja
a) Jaga privasi pasien dengan menutup tirai
b) Siapkan alat dan bahan
c) Atur posisi klien dengan memposisikan pada posisi nyaman
d) Kaji keluhan pasien dan ukur TTV pasien
e) Bersihkan telapak tangan dengan tissu basah
f) Keringkan telapak tangan dengan tissue kering
g) Tuangkan minyak zaitun ke telapak tangan secukupnya
h) Massage ringan telapak tangan klien untuk melemaskan otot-otot
tangan agar tidak kaku.
i) Cari titik-titik rangsangan yang ada di telapak tangan, menekannya
dengan teknis tekan, tekan titik, dan tekan lurus.
j) Intervensi terapi akupresur/sentuhan diberikan pada lokasi titik LI4
terletak di bagian belakang tangan kanan/kiri antara tulang
metacarpal pertama dan kedua dan hampir sepanjang tulang radial.
k) Setelah titik ditemukan, oleskan minyak secukupnya pada titik
tersebut untuk memudahkan melakukan pemijatan atau penekanan
dan mengurangi nyeri lecet ketika penekanan dilakukan
l) Lakukan pemijatan atau penekanan menggunakan jempol tangan
9
atau jari lain dengan 30 kali pemijatan atau pemutaran searah jarum
jam.

5. Terminasi
a) Beritahu responden bahwa tindakan sudah selesai dilakukan, rapikan
klien kembali ke posisi yang nyaman
b) Evaluasi perasaan klien
c) Berikan reinforcement positif kepada pasien dan berikan air putih 1
gelas
d) Kaji kembali tekanan darah klien
e) Rapikan alat dan cuci tangan

6. Hasil
a) Evaluasi hasil kegiatan dan respon klien setelah tindakan
b) Lakukan kontrak untuk terapi selanjutnya
c) Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam

7. Dokumentasi
a) Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal, dan jam pelaksana
b) Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif)
c) Dokumentasi tindakan dalam bentuk SOP

Melalukan akupresur pada titik L 14 lakukan tekanan selamat 2 menit.

10
III. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Irwan Surya Wibisono, yang berjudul


terapi akupresur sebagai evidence based nursing untuk mengurangi nyeri dada
pada pasien sindrom koroner akut didapatkan hasil, pada karakteristik
responden,5 responden (62,5%) merupakan jenis kelamin laki-laki,7 responden
( 87,5%) umur paling banyak usia ≥ 65 tahun, Kemudian berdasarkan jumlah
diagnosa paling banyak yaitu NSTEMI berjumlah 5 kasus (62,5%), STEMI 2
kasus (25%) dan UAP (12,5%). Berdasarkan perubahan skala nyeri
menggunakan Visual Analog Scale/VAS yang diberikan intervensi terapi
akupresur melaporkan rata-rata pre test 4 (0-10) dan post test 2 (0-10).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pasien tentang akupresur ini,
dari 3 pasien yg di cobakan,2 diantaranya nyeri dapat berkurang dengan rentang
skala nyeri pretest 4 (0-10) dan post test 3(1-10), dan 1 pasien tidak mengalami
perubahan, atau nyeri yang dirasakan sama dimana skala nyeri pretest 4(1-10)
dan hasil post test 4(0-10).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan terapi akupresur yang dilakukan pada pasien Acute Coronary
Syndrome/ACS dengan keluhan nyeri dada mampu memberikan manfaat mengurangi
nyeri, sehingga dapat menurunkan peluang terjadinya ketergantungan serta dampak
efek samping pengobatan.

B. Saran
1. Agar perawat di Bangsal Jantung dapat lebih mendalami tentang terapi akupresur
untuk mengurangi nyeri dada yang dialami pasien Sindrome Koroner Akut di
Bangsal Jantung, RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Agar kegiatan terapi Akupresur ini dapat diterapkan dengan baik, dan menjadi
pelengkap untuk memberikan edukasi untuk pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brown,A.J.,et,el.2014.Internasional Handbook on Whistleblowing Research. UK: Edward


Elgar Publishing Limited.

European heart journal,2015.Task force for the management of acute coronary syndromes
in patients presenting without persistent ST-Segmen Elevation of the Eripean Society of
Cardiology (ESC).

Homoud MK. Conorary Artery Diseas. Tufts-New England Medical Center.2008:1-13.

Kementerian Kesehatan RI,2015. Situasi Kesehatan Jantung.Jakarta:Pusat Data dan


Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1-8.

Murdiyanti,D.(2019). Terapi Komplementer Konsep Dan Aplikasi Dalam Keperawatan.


Bantul Yogyakarta.

Kneale Julia D dan Peter S Davis.2011.Perawatan Orthopedi dan Trauma.Jakarta:EKG

Narimani M, Ansari Jaberi A, Negahban Bonabi T, Sadeghi T. Effect of Acupressure on


Pain Severity in Patients Undergoing Coronary Artery Graft: A Randomized Controlled
Trial. Anesth Pain Med. 2018;8(5):e82920. Published 2018 Oct 20.
doi:10.5812/aapm.82920

PERKI,2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler, edisi


pert.,Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia,Jakarta.

Sunetra.2014.Hidup Sehat Dengan Akupresure. Surabaya:Paramita.

Widyaningrum,N.,2013.Epigallocatechin-3-Gallate (EGCG) Pada Daun The Hijau sbagai


Anti Jerawat. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol.17,No.3.November 2013,Desmber
2013.

13

Anda mungkin juga menyukai