Anda di halaman 1dari 66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pemerian Bahan

Pemerian bahan dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam

pemilihan bahan yang digunakan dalam penelitian dan untuk

membuktikan kebenaran dari suatu bahan yang ingin digunakan.

Pemerian bahan dilakukan di Laboratorium Sekolah Tinggi Farmasi

YPIB Cirebon.

Tabel 4.1 Hasil Pemerian Bahan

No Nama Bahan Bentuk Warna Bau Rasa


1 Aluminium Hidroksida Serbuk Putih Tidak Berbau Tidak Berasa

2 Magnesium Hidroksida Serbuk Putih Tidak Berbau Tidak Berasa

3 Madu Kental Coklat Bau Khas Manis

4 Avicel Serbuk Putih Tidak Berbau Tidak Berasa

5 FD&C Green Serbuk Hijau Tidak Berbau Tidak Berasa

6 Magnesium Stearat Serbuk Putih Tidak Berbau Tidak Berasa

7 Peppermint Oil Cair Putih Bau Khas Pedas

Kekuningan Menusuk
8 Talk Serbuk Putih Tidak Berbau Tidak Berasa

9 Laktosa Serbuk Putih Tidak Berbau Manis

1
Hasil pemerian bahan dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan

yang digunakan dalam penelitian mempunyai klasifikasi yang sama

dengan pembandingan yang terdapat pada Farmakope Indonesia.

4.1.2 Hasil Pembuatan Granul

Menimbang semua bahan yang digunakan sesuai dengan

formula, lalu gerus terlebih dahulu masing-masing bahan kedalam

mortir, campur bahan secara sedikit demi sedikit hingga semuanya

homogen, menambahkan madu sebagai pengikatnya dan corrigens

coloris secara bergantian, aduk sampai homogen hingga terbentuk

massa yang siap granulasi. Dihasilkan granul basah pada Formula I

125,83 gram, Formula II 138,13 gram, dan Formula III 147,54 gram.

Kemudian granul pada masing-masing formula diayak dengan

mengggunakan ayakan no.mesh 18 dan 24 lalu dikeringkan pada suhu

40°-50° selama 48 jam.

Parameter yang dilakukan adalah pengujian granul dan

pengujian tablet. Parameter pengujian granul dengan melakukan

evaluasi granul yang meliputi kadar lembab (MC), kadar fines, waktu

alir, sudut diam, dan kerapatan.

2
4.1.3 Hasil Pemeriksaan Uji Kualitas Granul

1. Hasil Uji Evaluasi Kadar Lembab (MC) Granul

Kadar lembab ditentukan dengan menimbang granul dalam

keadaan basah dan setelah dikeringkan. Kadar lembab dinyatakan

sebagai MC (Moisture Content). Kadar lembab untuk granul yang

baik pada tujuan tablet kunyah adalah 2% - 4% (Lachman, 1994)

Tabel 4.2 Hasil Uji Evaluasi Kadar Lembab Granul

MC (%)

Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 3,39 3,63 3,86
2 3,37 3,67 3,91
3 3,40 3,71 3,93
Rerata ± SD 3,39 ± 0,02 3,67 ± 0,04 3,90 ± 0,04
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

3
Hasil penelitian mengenai kadar lembab dapat dilihat pada gambar 1:

MC (%)

4
Kadar MC (%)

3.8
3.6
3.4
3.2
3
1 2 3
Formula

Gambar 4.1. Diagram Uji Evaluasi Kadar Lembab Granul

2. Hasil Uji Evaluasi Kadar Fines Granul

Fines terjadi apabila serbuk berikatan dengan bahan pengikat

tidak begitu kuat dan serbuk tidak dapat bercampur dengan bahan

pengikat, sehingga pada saat pengayakan didapatkan kadar fines

yang besar. Kadar fines yang lebih dari 30% akan menyebabkan

sifat alir granul yang kurang baik karena fines tersebut akan

menempel pada dinding hopper, sehingga akan menghambat laju

dari granul. Tablet yang dihasilkan juga kurang baik (Kohli, 1991).

4
Tabel 4.3 Hasil Uji Evaluasi Kadar Fines Granul

Kadar Fines (%)

Replikasi Formula I Formula II Formula III


1 4,43 3,52 2,07
2 4,46 3,07 2,02
3 4,35 2,76 1,97
Rerata ± SD 4,41 ± 0,06 3,12 ± 0,38 2,02 ± 0,05
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

Hasil penelitian mengenai kadar fines dapat dilihat pada gambar 2:

Kadar Fines (%)

5
Kadar Fines (%)

4
3
2
1
0
1 2 3
Formula

Gambar 4.2. Diagram Uji Evaluasi Kadar Fines Granul

3. Hasil Uji Evaluasi Waktu Alir Granul

5
Pengukuran waktu air granul dilakukan dengan metode

corong. Metode corong merupakan metode pengukuran yang

sangat sederhana dan langsung dapat diketahui kecepatan waktu

alir granul yang dibutuhkan. Pengeringan bertujuan untuk

mengurangi kandungan air atau kandungan lembab pada granul,

sehingga akan memperbaiki sifar alir dari granul karena waktu

alir granul sangat berhubungan dengan kandungan lembab granul.

Tabel 4.4 Hasil Uji Evaluasi Waktu Alir Granul

Waktu Alir (detik)


Formula I Formula II Formula III
Replikasi
1 7,48 8,13 9,60
2 7,13 8,20 9,98
3 7,48 8,42 9,25
Rerata ± SD 7,36 ± 0,2 8,25 ± 0,15 9,61 ± 0,33
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

6
Hasil penelitian mengenai waktu alir dapat dilihat pada gambar 3:

Waktu Alir (s)

10
Waktu Alir (s)

8
6
4
2
0
1 2 3
Formula

Gambar 4.3. Diagram Uji Evaluasi Waktu Alir (s) Granul

4. Hasil Uji Evaluasi Sudut Diam Granul

Sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk oleh

setumpuk partikel terhadap bidang datar pada kondisi stabil.

Metode sudut diam telah digunakan sebagai metode tidak

langsung untuk mengukur kemampuan alir serbuk karena

hubungannya dengan kohesi antar partikel. Sudut diam dapat

diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h) diatas

alas dengan diameter tertentu (2r). Granul akan mengalir dengan

baik apabila sudut diam yang terbentuk < 40° dan mempunyai

sifat alir yang baik apabila dalam 100 gram granul yang diuji

mempunyai waktu alir < 10 detik. (Lachman, 1994).

7
Tabel 4.5 Hasil Uji Evaluasi Sudut Diam Granul

Sudut Diam (o)


Formula I Formula II Formula III
Replikasi
1 28,07 30,19 31,72
2 28,92 30,56 32,19
3 29,15 31,15 32,68
Rerata ± SD 28,71 ± 0,6 30,63 ± 0,5 32,20 ± 0,5
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

Hasil penelitian mengenai sudut diam dapat dilihat pada gambar 4:

Sudut Diam (°)

33
Sudut Diam (°)

32
31
30
29
28
27
26
1 2 3
Formula

Gambar 4.4. Diagram Uji Evaluasi Sudut Diam (°) Granul

5. Hasil Uji Evaluasi Kerapatan Granul

Proses pengetapan atau kerapatan memiliki tujuan untuk

mengetahui bentuk granul yang stabil bila mendapat tekanan.

8
Syarat nilai pengetapan dan kompresibilitas granul ≤ 20%

(Siregar, 2010).

Kompresibilitas sangat berhubungan dengan kemampuan

suatu serbuk pada saat dikempa, sehingga menghasilkan tablet

yang seragam. Granul yang mempunyai kompresibilitas yang baik

hanya membutuhkan sedikit tekanan untuk menjadi bentuk yang

kompak dan keras. Granul dengan kompresibilitas yang jelek

akan membutuhkan tekanan yang besar untuk menjadi bentuk

yang kompak dan keras.

Tabel 4.6 Hasil Uji Evaluasi Kerapatan Granul

Kerapatan (%)

Formula Vt

Replikasi Vo 5 10 15 20 25 % Rerata ± SD
I. 1 100 96 95 94 93 91 9

2 100 95 94 93 92 90 10 9%±1

3 100 96 95 94 93 92 8
II. 1 100 97 96 95 94 93 7

2 100 98 96 94 93 91 9 8%±1

3 100 98 97 96 94 92 8
III. 1 100 99 97 95 94 92 8

2 100 98 97 96 95 94 6 7%±1

3 100 98 97 96 95 93 7

Keterangan :

9
Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

Hasil penelitian mengenai kerapatan dapat dilihat pada gambar 5:

Kerapatan (%)

10
Pengetapan (%)

8
6
4
2
0
1 2 3
Formula

Gambar 4.5. Diagram Uji Evaluasi Kerapatan (%) Granul

4.1.4 Hasil Pemeriksaan Uji Kualitas Tablet

Granul yang telah dihasilkan dan telah dilakukan evaluasi

kemudian ditambah Mg. Stearat dan Talk sebagai pelincir dan pelicin,

kemudian dicetak dengan bobot 600 mg pada tekanan tertentu dengan

mesin pencetak tablet sehingga dihasilkan tablet Antasida Formula I

250 tab, Formula II 250 tab, Formula III 250 tab. Tablet Antasida

yang sudah dikempa kemudian diuji sifat fisiknya yang meliputi, uji

keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet dan uji

tanggapan rasa.

10
1. Hasil Uji Evaluasi Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot bertujuan agar tablet yang dihasilkan

memiliki bobot yang seragam. Keseragaman bobot tablet dapat

menjadi indikator awal keseragaman kadar atau kandungan zat

aktif (Sulaeman, 2007).

Syarat keseragaman bobot untuk tablet dengan berat lebih

dari 300 mg, penyimpangan rata-rata tablet yaitu jika ditimbang

satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari

bobot rata-rata pada kolom A (5%) dan tidak lebih 1 tablet pun

yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata pada

kolom B (10%) (Anonim, 1979).

11
Tabel 4.7 Hasil Uji Evaluasi Keseragaman Bobot Tablet

Keseragaman Bobot (mg)

No. Formula I Formula II Formula III

Replikasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Rata-rata 602,70 602,65 602,35 606,45 605,10 606,65 610,65 610,40 609,30

Rerata ± SD 602,57 ± 0,2 606,07 ± 0,8 610,12 ± 0,7

5% 572,44 – 632,70 575,77 – 636,37 579,61 – 640,63

10% 542,31 – 662,83 545,46 – 666,67 549,11 – 671,13

Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

Hasil penelitian mengenai keseragaman bobot dapat dilihat pada gambar 6:

Rerata Bobot (mg)


Rerata Bobot (mg)

615
610
605
600
595
1 2 3
Formula

Gambar 4.6. Diagram Uji Evaluasi Keseragaman Bobot

12
Hasil perhitungan keseragaman bobot pada semua formula setelah

dibandingkan dengan penyimpangan bobot tablet maka tidak ada satu pun

yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak ada satupun tablet yang

menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya, sehingga semua

formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi persyaratan sesuai

yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia III.

2. Hasil Uji Evaluasi Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet menggambarkan kekompakan tablet,

dinyatakan sebagai daya tahan terhadap tekanan (Voight, 1995).

Kekerasan tablet Antasida yang baik antara 4-7 kg (Goeswin, 2008)

Tabel 4.8 Hasil Uji Evaluasi Kekerasan Tablet

Kekerasan Tablet (kg)

No. Formula I Formula II Formula III

Replikasi 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 5 4 4 4 5 4 5 4 5

2 4,5 5 5 5 5 4 4,5 5 5

3 5 4 5 5 4 5 5 5 4
4 4 4 5 4 4 4 5 5 5

5 4 4,5 4 4 5 5 5 4 4,5

6 5 4,5 4 4,5 5 5 4 4,5 5

7 5 5 5 5 5 5 4 4,5 4

8 4,5 5 4,5 5 4 4,5 5 5 4

13
9 4 4 5,5 5 4,5 4,5 4,5 4 5

10 5 5 5 4 4,5 4 4,5 5 4

Rata-rata 4,6 4,5 4,7 4,55 4,6 4,5 4,65 4,6 4,55

Rerata ± SD 4,6 ± 0,1 4,55 ± 0,05 4,6 ± 0,05

Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

Hasil penelitian mengenai kekerasan tablet dapat dilihat pada gambar 7:

Kekerasan Tablet (kg)

4.6
Kekerasan (kg)

4.59
4.58
4.57
4.56
4.55
4.54
4.53
4.52
1 2 3
Formula

Gambar 4.7. Diagram Uji Evaluasi Kekerasan Tablet

3. Hasil Uji Evaluasi Kerapuhan Tablet

14
Uji kerapuhan tablet sangat penting untuk menggambarkan

kekompakan permukaan tablet yang dinyatakan sebagai daya tahan

terhadap goncangan dan jatuh (Voight, 1995). Kerapuhan tablet

sebaiknya ≤ 4% (Goeswin, 2008)

Tabel 4.9 Hasil Uji Evaluasi Kerapuhan Tablet

Kerapuhan (%)
Formula I Formula II Formula III
Replikasi
1 0,82 0,79 0,62
2 0,98 0,81 0,64
3 0,91 0,78 0,66
Total 2,71 2,38 1,92
Rerata ± SD 0,90 ± 0,08 0,79 ± 0,02 0,64 ± 0,02
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

15
Hasil penelitian mengenai kerapuhan tablet dapat dilihat pada gambar 8:

Kerapuhan Tablet (%)


Kerapuhan (%)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3
Formula

Gambar 4.8. Diagram Uji Evaluasi Kerapuhan Tablet

4. Hasil Uji Tanggapan Rasa

Tablet antasida banyak dipasarkan dalam bentuk tablet kunyah

karena tujuan dari efek pemberiannya dan kepraktisannya yaitu dalam

bentuk tablet. Pengujian tanggapan rasa dilakukan kepada 10 orang

responden yang berusia 20-25 tahun.

Tabel 4.10 Hasil Uji Evaluasi Tanggapan Rasa Tablet

Angket Kemenarikan Warna Tablet

Sangat Cukup Kurang Tidak


Formula
Menarik Menarik Menarik Menarik

I - 6 4 -
II - 5 5 -
III - 7 3 -

16
Angket Tanggapan Rasa Manis

Cukup Tidak
Formula Sangat Manis Kurang Manis
Manis Manis

I - 7 3 -
II - 5 5 -
III - 9 1 -

Angket Tanggapan Rasa Minyak Permen

Cukup Tidak
Formula Sangat Terasa Kurang Terasa
Terasa Terasa

I - 10 - -
II 2 8 - -
III 1 9 - -

Angket Tanggapan Bau Minyak Permen

Sangat Cukup Kurang Tidak


Formula
Tercium Tercium Tercium Tercium
I 9 1 - -
II 8 2 - -
III 10 0 - -

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

17
4.1.5 Hasil Pemeriksaan Uji Stabilitas Tablet (cycling test)

1. Hasil Uji Stabilitas Keseragaman Bobot Tablet

Tabel 4.11 Hasil Uji Stabilitas Keseragaman Bobot Tablet

Keseragaman Bobot Tablet (mg)


Hari Formula I Formula II Formula III
0 602,65 606,45 610,65
2 603,40 609,70 608,60
4 604,05 605,10 611,75
6 603,05 606,65 609,30
8 602,35 608,35 610,40
12 602,70 610,85 609,30
Rerata 603,03 607,85 610
5% 572,88 - 633,18 577,46 – 638,24 579,50 – 640,50
10% 542,73 – 663,33 547,06 – 668,63 549 - 671
Kesimpulan + + +

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

18
2. Hasil Uji Stabilitas Kekerasan Tablet

Tabel 4.12 Hasil Uji Stabilitas Kekerasan Tablet

Kekerasan Tablet (kg)


Hari Formula I Formula II Formula III
0 4,45 4,5 4,55
2 4,5 4,55 4,65
4 4,6 4,6 4,6
6 4,5 4,6 4,6
8 4,45 4,6 4,5
12 4,7 4,5 4,55
Rerata 4,53 4,55 4,57

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

19
3. Hasil Uji Stabilitas Kerapuhan Tablet

Tabel 4.13 Hasil Uji Stabilitas Kerapuhan Tablet

Kerapuhan Tablet (%)


Hari Formula I Formula II Formula III
0 1,10 0,82 0,62
2 1,55 0,98 0,59
4 1,23 0,90 0,60
6 1,31 0,91 0,64
8 1,06 1,00 0,66
12 1,29 0,81 0,68
Rerata 1,26 0,90 0,63

Keterangan :

Formula I : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 5%

Formula II : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 10%

Formula III : Tablet Kunyah Antasida dengan bahan pengikat Madu 15%

20
4.2 Analisis Data

4.2.1 Hasil dan Pembahasan Anova Satu Arah Tablet Kunyah Antasida

Langkah awal untuk melakukan uji ANOVA satu arah yaitu

dilakukan uji normalitas. Data dikatakan normal jika nilai (Sig)>0,05.

Tujuan dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh dari penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Data sifat fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot tablet,

kekerasan tablet, kerapuhan tablet, dan tanggapan rasa tablet yang

akan dilakukan analisis data dengan menggunakan uji anova satu arah

yang mengenai Uji Normalitas dan Uji Homogenitas, jika

memberikan perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan dengan Uji

Scheffe.

1) Keseragaman Bobot Tablet

Tabel 4.14 Hasil Analisis Uji Normalitas Keseragaman Bobot


Formula 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 1 (5%) Keseragaman


Bobot

N 60 60
Mean 1,0000 602,4500
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 6,23393
Absolute ,114
Most Extreme Differences Positive ,109
Negative -,114
Kolmogorov-Smirnov Z ,882
Asymp. Sig. (2-tailed) ,419

a. Test distribution is Normal.

21
b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

keseragaman bobot tablet kunyah antasida formula 1 yaitu (0,419 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi

normal.

Tabel 4.15 Hasil Analisis Uji Normalitas Keseragaman Bobot


Formula 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 2 Keseragaman
(10%) Bobot

N 60 60
Mean 2,0000 606,0833
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 16,66244
Absolute ,122
Most Extreme Differences Positive ,086
Negative -,122
Kolmogorov-Smirnov Z ,946
Asymp. Sig. (2-tailed) ,333

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

keseragaman bobot tablet kunyah antasida formula 2 yaitu (0,333 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi

normal.

22
Tabel 4.16 Hasil Analisis Uji Normalitas keseragaman Bobot
Formula 3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 3 Keseragaman
(15%) Bobot

N 60 60
Mean 3,0000 609,9000
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 7,69702
Absolute ,143
Most Extreme Differences Positive ,143
Negative -,090
Kolmogorov-Smirnov Z 1,109
Asymp. Sig. (2-tailed) ,171

a. Test distribution is Normal.


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

keseragaman bobot tablet kunyah antasida formula 3 yaitu (0,171 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi

normal.

Tabel 4.17 Hasil Analisis Uji Homogenitas Keseragaman Bobot

Test of Homogeneity of Variances


Keseragaman Bobot

Levene Statistic df1 df2 Sig.

25,948 2 177 ,000

Uji homogenitas juga diperlukan sebelum melakukan uji

ANOVA satu arah. Data dikatakan homogen jika nilai (Sig) > 0,05.

Tujuan dilakukannya uji homogenitas yaitu untuk mengetahui apakah

data yang didapatkan homogen atau tidak.

23
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

keseragaman bobot tablet kunyah antasida yaitu (0,000 < 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak homogen.

Kruskal-Wallis Test

Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah antara masing-

masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki pengaruh terhadap karakteristik fisik tablet

atau tidak. Dimana jika nilai (Sig) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1

diterima (berpengaruh) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) > 0,05,

maka H0 diterima dan H1 ditolak (Tidak berpengaruh). Adapun

hipotesisnya yaitu:

H0 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera) tidak

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera)

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

24
Tabel 4.18 Hasil Analisis Kruskal-Wallis Keseragaman Bobot

Ranks

Formula N Mean Rank

Formula 1 60 66,60

Formula 2 60 94,53
Keseragaman Bobot
Formula 3 60 110,38

Total 180

Test Statisticsa,b

Keseragaman
Bobot

Chi-Square 21,742
df 2
Asymp. Sig. ,000

Berdasarkan hasil perhitungan uji Kruskal Wallis dengan

menggunakan SPSS, dapat dilihat bahwa nilai (Sig) < 0,05, dimana

nilai sig (0,000 < 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua konsentrasi

madu (Apis mellifera) berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada keseragaman bobot.

Mann-Whitney Test

Untuk melakukan uji selanjutnya setelah uji Kruskal Wallis

dilakukan Uji Mann Whitney U Test, untuk mengetahui apakah antara

masing-masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki perbedaan yang signifikan. Dimana jika

nilai (Sig) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima (Terdapat

25
perbedaan) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) > 0,05, maka H0

diterima dan H1 ditolak (Tidak terdapat perbedaan). Adapun

Hipotesisnya yaitu:

H0 : Tidak terdapat perbedaan pada konsentrasi tertentu madu

(Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Terdapat Perbedaan yang signifikan pada konsentrasi

tertentu madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida

Tabel 4.19 Hasil Analisis Mann-Whitney Keseragaman Bobot


Perbandingan Formula 1 dengan 2

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 1 60 53,70 3222,00

Keseragaman Bobot Formula 2 60 67,30 4038,00

Total 120

Test Statisticsa

Keseragaman
Bobot

Mann-Whitney U 1392,000
Wilcoxon W 3222,000
Z -2,144
Asymp. Sig. (2-tailed) ,032

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1 dengan

formula 2 hasil keseragaman bobot diperoleh nilai (Sig) < 0,05 yaitu (0,032 <

26
0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 1 dan

formula 2 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada keseragaman bobot.

Tabel 4.20 Hasil Analisis Mann-Whitney Keseragaman Bobot


Perbandingan Formula 1 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 1 60 43,40 2604,00

Keseragaman Bobot Formula 3 60 77,60 4656,00

Total 120

Test Statisticsa

Keseragaman
Bobot

Mann-Whitney U 774,000
Wilcoxon W 2604,000
Z -5,392
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1 dengan

formula 3 hasil keseragaman bobot diperoleh nilai (Sig) < 0,05 yaitu (0,000 <

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 1 dan

formula 3 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada keseragaman bobot.

27
Tabel 4.21 Hasil Analisis Mann-Whitney Keseragaman Bobot
Perbandingan Formula 2 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 2 60 57,73 3463,50

Keseragaman Bobot Formula 3 60 63,28 3796,50

Total 120

Test Statisticsa

Keseragaman
Bobot

Mann-Whitney U 1633,500
Wilcoxon W 3463,500
Z -,874
Asymp. Sig. (2-tailed) ,382

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 2 dengan

formula 3 hasil keseragaman bobot diperoleh nilai (Sig) > 0,05 yaitu (0,382 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 2

dan formula 3 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada keseragaman

bobot.

28
2) Kekerasan Tablet

Data dikatakan normal jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan

dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4.22 Hasil Analisis Uji Normalitas Kekerasan Tablet


Formula 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 1 (5%) Kekerasan


Tablet

N 30 30
Mean 1,0000 4,6000
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 ,48066
Absolute ,297
Most Extreme Differences Positive ,227
Negative -,297
Kolmogorov-Smirnov Z 1,629
Asymp. Sig. (2-tailed) ,010

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kekerasan tablet kunyah antasida formula 1 yaitu (0,010 < 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.

29
Tabel 4.23 Hasil Analisis Kekerasan Tablet Uji Normalitas
Formula 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 2 Kekerasan
(10%) Tablet

N 30 30
Mean 2,0000 4,5500
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,00000c ,46144
Absolute ,302
Most Extreme Differences Positive ,250
Negative -,302
Kolmogorov-Smirnov Z 1,654
Asymp. Sig. (2-tailed) ,008

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kekerasan tablet kunyah antasida formula 2 yaitu (0,008 < 0,05) ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.

30
Tabel 4.24 Hasil Analisis Uji Normalitas Kekerasan Tablet
Formula 3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 3 Kekerasan
(15%) Tablet

N 30 30
Mean 3,0000 4,6000
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 ,44334
Absolute ,317
Most Extreme Differences Positive ,212
Negative -,317
Kolmogorov-Smirnov Z 1,734
Asymp. Sig. (2-tailed) ,005

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kekerasan tablet kunyah antasida formula 3 yaitu (0,005 < 0,05) ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.25 Hasil Analisis Uji Homogenitas Kekerasan Tablet

Test of Homogeneity of Variances


Kekerasan Tablet

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,258 2 87 ,773

Data dikatakan homogen jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan

dilakukannya uji homogenitas yaitu untuk mengetahui apakah data

yang didapatkan homogen atau tidak.

31
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kekerasan tablet kunyah antasida yaitu (0,773 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Kruskal-Wallis Test

Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah antara masing-

masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki pengaruh terhadap karakteristik fisik tablet

atau tidak. Dimana jika nilai (Sig) < 0,05, maka H 0 ditolak dan H1

diterima (berpengaruh) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) > 0,05,

maka H0 diterima dan H1 ditolak (Tidak berpengaruh). Adapun

hipotesisnya yaitu:

H0 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera) tidak

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera)

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

Tabel 4.26 Hasil Analisis Kruskal Wallis Kekerasan Tablet

Ranks

Formula N Mean Rank

Formula 1 30 46,32

Formula 2 30 43,83
Kekerasan Tablet
Formula 3 30 46,35

Total 90

32
Test Statisticsa,b

Kekerasan
Tablet

Chi-Square ,216
df 2
Asymp. Sig. ,898

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan hasil perhitungan uji Kruskal Wallis dengan

menggunakan SPSS, dapat dilihat bahwa nilai (Sig) > 0,05, dimana

nilai sig (0,898 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua konsentrasi

madu (Apis mellifera) tidak berpengaruh sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada kekerasan

tablet.

Mann-Whitney Test

Untuk melakukan uji selanjutnya setelah uji Kruskal Wallis

dilakukan Uji Mann Whitney U Test, untuk mengetahui apakah antara

masing-masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki perbedaan yang signifikan. Dimana jika

nilai (Sig) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima (Terdapat

perbedaan) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) > 0,05, maka H0

diterima dan H1 ditolak (Tidak terdapat perbedaan). Adapun

Hipotesisnya yaitu:

33
H0 : Tidak terdapat perbedaan pada konsentrasi tertentu madu

(Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Terdapat Perbedaan yang signifikan pada konsentrasi

tertentu madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida

34
Tabel 4.27 Hasil Analisis Mann-Whitney Kekerasan Tablet
Perbandingan Formula 1 dengan 2

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 1 30 31,32 939,50

Kekerasan Tablet Formula 2 30 29,68 890,50

Total 60

Test Statisticsa

Kekerasan
Tablet

Mann-Whitney U 425,500
Wilcoxon W 890,500
Z -,393
Asymp. Sig. (2-tailed) ,695

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1 dengan

formula 2 hasil kekerasan tablet diperoleh nilai (Sig) > 0,05 yaitu (0,695 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 1

dan formula 2 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada kekerasan

tablet.

35
Tabel 4.28 Hasil Analisis Mann-Whitney Kekerasan Tablet
Perbandingan Formula 1 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 1 30 30,50 915,00

Kekerasan Tablet Formula 3 30 30,50 915,00

Total 60

Test Statisticsa

Kekerasan
Tablet

Mann-Whitney U 450,000
Wilcoxon W 915,000
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1 dengan

formula 3 hasil kekerasan tablet diperoleh nilai (Sig) > 0,05 yaitu (1,000 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 1

dan formula 3 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada kekerasan

tablet.

36
Tabel 4.29 Hasil Analisis Mann-Whitney Kekerasan Tablet
Perbandingan Formula 2 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Formula 2 30 29,65 889,50

Kekerasan Tablet Formula 3 30 31,35 940,50

Total 60

Test Statisticsa

Kekerasan
Tablet

Mann-Whitney U 424,500
Wilcoxon W 889,500
Z -,410
Asymp. Sig. (2-tailed) ,682

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 2 dengan

formula 3 hasil kekerasan tablet diperoleh nilai (Sig) > 0,05 yaitu (0,682 >

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 2

dan formula 3 dalam penggunaan madu (Apis mellifera) sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada kekerasan

tablet.

37
3) Kerapuhan Tablet

Data dikatakan normal jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan

dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Tabel 4.30 Hasil Analisis Uji Normalitas Kerapuhan Tablet


Formula 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 1 (5%) Kerapuhan


Tablet

N 3 3
Mean 1,0000 ,9033
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 ,08021
Absolute ,200
Most Extreme Differences Positive ,184
Negative -,200
Kolmogorov-Smirnov Z ,346
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kerapuhan tablet kunyah antasida formula 1 yaitu (1,000 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

38
Tabel 4.31 Hasil Analisis Uji Normalitas Kerapuhan Tablet
Formula 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 2 Kerapuhan
(10%) Tablet

N 3 3
Mean 2,0000 ,7933
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 ,01528
Absolute ,253
Most Extreme Differences Positive ,253
Negative -,196
Kolmogorov-Smirnov Z ,438
Asymp. Sig. (2-tailed) ,991

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kerapuhan tablet kunyah antasida formula 2 yaitu (0,991 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

39
Tabel 4.32 Hasil Analisis Uji Normalitas Kerapuhan Tablet
Formula 3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula 3 Kerapuhan
(15%) Tablet

N 3 3
Mean 3,0000 ,6400
Normal Parametersa,b c
Std. Deviation ,00000 ,02000
Absolute ,175
Most Extreme Differences Positive ,175
Negative -,175
Kolmogorov-Smirnov Z ,303
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kerapuhan tablet kunyah antasida formula 3 yaitu (1,000 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

Tabel 4.33 Hasil Analisis Uji Homogenitas Kerapuhan Tablet

Test of Homogeneity of Variances


Kerapuhan Tablet

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,843 2 6 ,135

Data dikatakan homogen jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan

dilakukannya uji homogenitas yaitu untuk mengetahui apakah data

yang didapatkan homogen atau tidak.

40
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

kerapuhan tablet kunyah antasida yaitu (0,135 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Tabel 4.34 Hasil Analisis Anova Satu Arah Kerapuhan Tablet

ANOVA
Kerapuhan Tablet

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,105 2 ,052 22,278 ,002


Within Groups ,014 6 ,002
Total ,119 8

41
H0 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera) tidak

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera)

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

Berdasarkan hasil uji Anova satu arah dengan menggunakan

SPSS, dapat dilihat bahwa nilai (Sig) < 0,05, dimana nilai sig (0,000 <

0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

dapat disimpulkan bahwa pada semua konsentrasi madu (Apis

mellifera) berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik

fisik tablet kunyah antasida pada kerapuhan tablet.

Post Hoc Tests

Tabel 4.35 Hasil Analisis Post Hoc Tests Kerapuhan Tablet

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kerapuhan Tablet
Scheffe

(I) Formula (J) Formula Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
(I-J) Lower Bound Upper Bound

Formula 2 ,11000 ,03963 ,084 -,0171 ,2371


Formula 1
Formula 3 ,26333* ,03963 ,002 ,1362 ,3904
Formula 1 -,11000 ,03963 ,084 -,2371 ,0171
Formula 2 *
Formula 3 ,15333 ,03963 ,023 ,0262 ,2804
*
Formula 3 Formula 1 -,26333 ,03963 ,002 -,3904 -,1362

42
Formula 2 -,15333* ,03963 ,023 -,2804 -,0262

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kerapuhan Tablet
a
Scheffe

Formula N Subset for alpha = 0.05

1 2

Formula 3 3 ,6400
Formula 2 3 ,7933
Formula 1 3 ,9033
Sig. 1,000 ,084

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Berdasarkan nilai perhitungan Uji Scheffe dengan SPSS diperoleh nilai sebagai

berikut:

1) Formula 1 (5%) dengan Formula 2 (10%)

Didapat nilai (Sig) > 0,05 yaitu (0,084 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa

H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada formula 1 dan formula 2 sebagai

bahan pengikat madu (Apis mellifera) terhadap karakteristik fisik tablet

kunyah antasida pada kerapuhan tablet.

2) Formula 1 (5%) dengan Formula 3 (15%)

Didapat nilai (Sig) < 0,05 yaitu (0,002 < 0,05). Ini menunjukkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada formula 1 dan formula 3 sebagai bahan

pengikat madu (Apis mellifera) terhadap karakteristik fisik tablet kunyah

antasida pada kerapuhan tablet.

3) Formula 2 (10%) dengan Formula 3 (15%)

43
Didapat nilai (Sig) < 0,05 yaitu (0,023 < 0,05). Ini menunjukkan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada formula 2 dan formula 3 sebagai bahan

pengikat madu (Apis mellifera) terhadap karakteristik fisik tablet kunyah

antasida pada kerapuhan tablet.

44
4) Tanggapan Rasa Tablet Kunyah Antasida

Tabel 4.36 Hasil Analisis Uji Normalitas Tanggapan Rasa

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Formula_1 Formula_2 Formula_3


N 40 40 40
a,,b
Normal Parameters Mean 3.1000 3.0500 3.2250

Std. Deviation .59052 .67748 .57679

Most Extreme Differences Absolute .342 .279 .352

Positive .342 .279 .352

Negative -.308 -.271 -.273

Kolmogorov-Smirnov Z 2.164 1.767 2.225

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .004 .000

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Data dikatakan normal jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan dilakukannya

uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari

penelitian berdistribusi normal atau tidak.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

tanggapan rasa tablet kunyah antasida formula 1 yaitu (0,000 < 0,05),

formula 2 yaitu (0,004 < 0,05), dan formula 3 yaitu (0,000 < 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data pada ketiga formula yang diperoleh tidak

berdistribusi normal.

45
Tabel 4.37 Hasil Analisis Uji Homogenitas Tanggapan Rasa

Test of Homogeneity of Variances

F1,F2,F3

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.828 2 117 .439

Data dikatakan homogen jika nilai (Sig) > 0,05. Tujuan

dilakukannya uji homogenitas yaitu untuk mengetahui apakah data

yang didapatkan homogen atau tidak.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi

tanggapan rasa tablet kunyah antasida yaitu (0,439 > 0,05). Ini

menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Kruskal-Wallis Test

Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah antara masing-

masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki pengaruh terhadap karakteristik fisik tablet

kunyah atau tidak. Dimana jika nilai (Sig) < 0,05, maka H 0 ditolak dan

H1 diterima (berpengaruh) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) >

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak (Tidak berpengaruh). Adapun

hipotesisnya yaitu:

H0 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera) tidak

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

46
H1 : Pada konsentrasi tertentu madu (Apis mellifera)

berpengaruh sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

Tabel 4.38 Hasil Analisis Kruskal Wallis Tanggapan Rasa

Ranks

Formula N Mean Rank

Tanggapan_Rasa Formula 1 40 59.14

Formula 2 40 57.10

Formula 3 40 65.26

Total 120

Test Statisticsa,b

Tanggapan_Rasa

Chi-Square 1.580

Df 2

Asymp. Sig. .454

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:
Formula

Berdasarkan hasil perhitungan uji Kruskal Wallis dengan

menggunakan SPSS, dapat dilihat bahwa nilai (Sig) > 0,05, dimana

nilai sig (0,454 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua konsentrasi

madu (Apis mellifera) tidak berpengaruh sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida pada tanggapan

rasa.

47
Mann-Whitney Test

Untuk melakukan uji selanjutnya setelah uji Kruskal Wallis

dilakukan Uji Mann Whitney U Test, untuk mengetahui apakah antara

masing-masing formula dengan konsentrasi 5%, konsentrasi 10%, dan

konsentrasi 15% memiliki perbedaan yang signifikan. Dimana jika

nilai (Sig) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima (Terdapat

perbedaan) begitu juga sebaliknya jika nilai (Sig) > 0,05, maka H0

diterima dan H1 ditolak (Tidak terdapat perbedaan). Adapun

Hipotesisnya yaitu:

H0 : Tidak terdapat perbedaan pada konsentrasi tertentu madu

(Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida

H1 : Terdapat Perbedaan yang signifikan pada konsentrasi

tertentu madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida

48
Tabel 4.39 Hasil Analisis Mann-Whitney Tanggapan Rasa
Perbandingan Formula 1 dengan 2

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Tanggapan_Rasa Formula 1 40 41.23 1649.00

Formula 2 40 39.78 1591.00

Total 80

Test Statisticsa

Tanggapan_R
asa

Mann-Whitney U 771.000

Wilcoxon W 1591.000

Z -.319

Asymp. Sig. (2-tailed) .750

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1

dengan formula 2 hasil tanggapan rasa diperoleh nilai (Sig) > 0,05

yaitu (0,750 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan pada formula 1 dan formula 2 dalam penggunaan

madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik

fisik tablet kunyah antasida pada tanggapan rasa.

49
Tabel 4.40 Hasil Analisis Mann-Whitney Tanggapan Rasa
Perbandingan Formula 1 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Tanggapan_Rasa Formula 1 40 38.41 1536.50

Formula 3 40 42.59 1703.50

Total 80

Test Statisticsa

Tanggapan_Ra
sa

Mann-Whitney U 716.500

Wilcoxon W 1536.500

Z -.946

Asymp. Sig. (2-tailed) .344

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 1

dengan formula 3 hasil tanggapan rasa diperoleh nilai (Sig) > 0,05

yaitu (0,344 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan pada formula 1 dan formula 3 dalam penggunaan

madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik

fisik tablet kunyah antasida pada tanggapan rasa.

50
Tabel 4.41 Hasil Analisis Mann-Whitney Tanggapan Rasa
Perbandingan Formula 2 dengan 3

Ranks

Formula N Mean Rank Sum of Ranks

Tanggapan_Rasa Formula 2 40 37.83 1513.00

Formula 3 40 43.18 1727.00

Total 80

Test Statisticsa

Tanggapan_R
asa

Mann-Whitney U 693.000

Wilcoxon W 1513.000

Z -1.170

Asymp. Sig. (2-tailed) .242

a. Grouping Variable: Formula

Berdasarkan Uji Mann Whitney perbandingan antara formula 2

dengan formula 3 hasil tanggapan rasa diperoleh nilai (Sig) > 0,05

yaitu (0,242 > 0,05). Ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan pada formula 2 dan formula 3 dalam penggunaan

madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap karakteristik

fisik tablet kunyah antasida pada tanggapan rasa.

51
4.3 Pembahasan

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi

konsentrasi madu (Apis mellifera) sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida dengan metode granulasi basah yaitu

terdapat hasil tablet kunyah yang memenuhi syarat pada formulasi

konsentrasi madu (Apis mellifera) yang digunakan sebagai bahan pengikat

dengan metode granulasi basah, lalu tujuan yang kedua untuk mengetahui

konsentrasi madu (Apis mellifera) yang paling baik sebagai bahan pengikat

terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida yaitu setelah dilakukan

pengujian konsentrasi madu (Apis mellifera) yang paling baik adalah pada

formula 2 dengan konsentrasi 10%. Dan yang terakhir Untuk mengetahui

stabilitas tablet kunyah antasida dengan menggunakan madu (Apis mellifera)

sebagai bahan pengikat yaitu pada perlakuan tertentu seperti uji evaluasi dan

uji stabilitas pada siklus tertentu.

4.3.1 Pembahasan Uji Kualitas Granul

1) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Kadar Lembab Granul

Kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam

keadaan basah dan setelah dikeringkan. Kadar lembab dinyatakan

sebagai MC (Moisture Content) atau kandungan lembab. Kadar air

untuk granul yang baik adalah 2%-4% (Lachman, 1989).

Dari hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa stabilitas zat dalam

granul cukup baik, karena nilai MC ≤ 4%, yang artinya

52
kemungkinan terjadi reaksi penguraian secara kimia maupun

mikrobiologis dan degradasi sediaan sangat kecil. Hilangnya air

dalam granul pada pengeringan bertujuan menjamin stabilitas dan

pengawetan yang efektif.

Kandungan lembab granul yang tinggi akan menyebabkan

waktu alir granul yang lama, sehingga apabila dilakukan pengempaan,

granul akan lengket pada mesin pencetak tablet. Hal ini disebabkan

karena kandungan lembab granul tinggi yang bisa dipastikan granul

tersebut akan menempel pada dinding punch dan die pada alat

pencetak tablet, sehingga menghambat laju granul pada saat dicetak

(Ansel, 1989).

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa formula 3 memiliki

kandungan lembab lebih besar dibandingkan dengan formula 1 dan 2.

Hal ini disebabkan karena pada formula 3 menggunakan konsentrasi

madu lebih tinggi sehingga konsentrasi laktosa yang ditambahkan

sebagai pengisi lebih rendah dibandingkan formula 1 dan 2. Semakin

tinggi konsentrasi madu maka semakin tinggi kadar lembab granul,

karena madu merupakan zat yang menyerap udara apabila

kelembaban udara disekitarnya meningkat (higroskopis), sehingga

penguapannya kurang sempurna. Formula 1 memiliki kandungan

lembab granul paling kecil karena konsentrasi madu yang digunakan

pada formula 1 yaitu 5%, sehingga penguapan pada granul cukup

sempurna dan kadar lembab dari granul rendah. Madu memiliki sifat

53
yang lebih higroskopis dibanding dengan laktosa, keduanya

merupakan golongan disakarida. Laktosa tidak berpengaruh besar

karena laktosa memiliki tingkat higroskopis yang kecil. Granul yang

memiliki kandungan air sangat rendah akan menyebabkan tablet

menjadi rapuh karena kadar air yang ada pada granul sedikit sehingga

daya ikat antar serbuk sangat kecil, hal ini menyebabkan tablet rapuh

pada saat pencetakan. Kadar lembab granul mempengaruhi waktu alir

granul karena serbuk yang kering dan membentuk suatu granul

berukuran besar, granul akan mudah meluncur sehingga pada saat

pengempaan tablet akan menghasilkan bobot yang lebih seragam.

2) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Kadar Fines Granul

Kadar fines yang lebih dari 30% akan menyebabkan sifat alir

granul yang kurang baik karena fines tersebut akan menempel pada

dinding hopper, sehingga akan menghambat laju dari granul. Tablet

yang dihasilkan juga kurang baik. Fines terjadi apabila serbuk

berikatan dengan bahan pengikat tidak begitu kuat dan serbuk tidak

dapat bercampur dengan bahan pengikat, sehingga pada saat

pengayakan didapatkan kadar fines yang besar (Kohli, 1991).

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa ke-3 formula memiliki

kadar fines yang baik, yaitu kurang dari 30%. Formula 3 memiliki

kadar fines paling kecil dibanding formula 1 dan 2, sedangkan

formula 1 memiliki kadar fines paling besar. Secara teoritis granul

yang memiliki kadar Moisture Content (MC) kecil akan memiliki

54
kadar fines yang tinggi karena ikatan antar partikel serbuk kurang

kuat menyebabkan banyak serbuk-serbuk kecil yang terbentuk.

Dalam penelitian ini semakin tinggi konsentrasi madu, semakin

kecil jumlah laktosa yang ditambahkan sebagai pengisi maka

semakin kecil kadar fines yang dihasilkan. Penambahan madu

menyebabkan ikatan antara partikel-partikel dalam granul lebih

kuat karena madu berfungsi sebagai pengikat, sedangkan laktosa

hanya dapat berfungsi sebagai pengisi (daya lekat madu lebih besar

dibanding laktosa). Semakin banyak pengikat yang digunakan

semakin rendah kadar fines.

3) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Waktu Alir Granul

Uji kecepatan alir granul dilakukan untuk mengetahui

kecepatan alir massa granul ke ruang cetak sehingga ruang cetak

terisi dengan sempurna dan menghasilkan bobot tablet yang

seragam.

Pengukuran waktu alir granul dilakukan dengan metode

corong. Metode corong merupakan metode pengukuran yang

sangat sederhana dan langsung dapat diketahui kecepatan waktu

alir granul yang dibutuhkan serbuk granul dikatakan mengalir atau

mempunyai sifat alir yang baik apabila 100 gram granul yang diuji

mempunyai waktu alir ≤ 10 detik. (Siregar, 1992).

55
Pada gambar 3 menunjukkan bahwa ke-3 formula memenuhi

syarat yaitu waktu alir tidak lebih dari 10 detik (Siregar 1992).

Pada formula 1 waktu alir granul paling cepat dan pada formula 3

waktu alir granul paling lambat, sesuai dengan teori bahwa semakin

tinggi kadar lembab granul maka semakin lambat waktu alir granul

tersebut. Madu juga merupakan zat yang memiliki sifat lengket,

sehingga gesekan antara granul dengan alat pencetak tablet cukup

besar, akibatnya penambahan konsentrasi madu yang tinggi dengan

jumlah laktosa yang cukup kecil sebagai pengisi menyebabkan

granul sulit mengalir. Waktu alir sangat berhubungan dengan

kecepatan alir sehingga semakin cepat waktu alir maka semakin

tinggi kecepatan alir granul.

4) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Sudut Diam Granul

Sudut diam diartikan sebagai sudut yang terbentuk oleh

setumpuk partikel terhadap bidang datar pada kondisi stabil.

Metode sudut diam telah digunakan sebagai metode tidak langsung

untuk mengukur kemampuan alir serbuk karena hubungannya

dengan kohesi antar partikel. Sudut diam dapat diukur dengan

mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h) diatas alas dengan

diameter tertentu (2r). Granul akan mengalir dengan baik apabila

sudut diam yang terbentuk ≤ 40°.

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa ke-3 formula memenuhi

syarat yaitu sudut diam yang terbentuk lebih kecil dari 40° dan

56
kurang dari 10 detik. Formula 3 memiliki tg α (°) terbesar dan

formula 1 memliki tg α (°) terkecil, karena semakin cepat waktu

alir maka sudut diam yang terbentuk juga semakin kecil. Hal ini

karena ukuran partikel granul yang relatif seragam dan kadar MC

yang rendah menyebabkan sifat alirnya semakin baik, sehingga

akan menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam.

5) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Kerapatan Granul

Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui

kualitas granul yang dihasilkan. Dilakukan pada granul yang telah

dikeringkan. Ini bertujuan untuk mengetahui apakah granul yang

akan dibuat tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan akan

menghasilkan mutu tablet yang baik.

Uji sifat fisik granul dilakukan dengan uji kerapatan. Uji

kerapatan dilakukan untuk mengetahui sifat alir granul yang dapat

berpengaruh pada keseragaman bobot dan keseragaman zat aktif.

Indeks kerapatan adalah penurunan volume sejumlah granul

atau serbuk karena kemampuan granul mengisi ruang antar granul

dan memampat lebih rapat. Caranya adalah dengan mengamati

pengurangan volume granul yang terjadi selama pengetapan.

Pengurangan volume granul akibat pengetapan dicatat dan hasilnya

dinyatakan dengan harga T(%). Indeks standar pengetapan T% ≤

20% (Voight, 1995).

57
Pada gambar 5 menunjukkan bahwa ke-3 formula memenuhi

syarat yaitu pengetapan granul yang terbentuk ≤ 20%. Formula 1

memiliki persen pengetapan terbesar dan formula 3 memliki persen

pengetapan terkecil. Semakin kecil nilai pengetapan suatu granul

maka semakin baik granul tersebut untuk dicetak. Formula 3

memiliki kadar lembab yang tertinggi diantara ke-3 formula dan

memiliki nilai pengetapan terkecil dibanding formula 1 dan 2,

kadar air yang ada pada granul akan memperkuat ikatan antar

partikel dan membentuk massa granul yang lebih kuat karena

susunan partikel antar granul begitu rapat atau kompak sehingga

membuat komponen serbuk terikat lebih kuat karena konsentrasi

madu yang digunakan lebih tinggi dan jumlah laktosa yang

digunakan sebagai pengisi lebih rendah dibandingkan formula 1

dan 2.

4.3.2 Hasil Pembahasan Uji Kualitas Tablet Antasida

Tablet Antasida yang telah dikempa kemudian diuji sifat

fisiknya yang meliputi uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji

kerapuhan, dan uji tanggapan rasa.

1) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Keseragaman Bobot

Rerata bobot tablet dapat menjadi indikator awal dari rerata

kadar kandungan zat aktif. Dengan menggambarkan bahwa

campuran serbuk yang akan dikempa dan tercampur homogen

58
setelah dikempa akan menghasilkan bobot yang seragam dapat

dipastikan akan memiliki kadar yang seragam pula.

Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika serbuk tablet

dengan bobot > 300 mg penyimpangan bobot rerata tablet tidak

boleh ada 2 tablet yang menyimpang dari kolom A yaitu 5% dan

tidak satupun tablet yang bobot reratanya menyimpang dari kolom

B yaitu 10% (Anonim, 1979).

Pada gambar 6 menunjukkan rerata bobot tablet dari 3

formula. Rerata bobot tablet dikatakan baik apabila memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi III,

yaitu dari 20 tablet yang ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2

tablet yang bobotnya menyimpang dari kolom A (5%) dan tidak

ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari kolom B

(10%). Ketiga formula tersebut memenuhi persyaratan, hal ini

dapat disimpulkan bahwa ketiga formula tersebut memiliki

kandungan zat aktif yang seragam.

2) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Kekerasan Tablet

Uji kekerasan tablet kunyah bertujuan untuk mengetahui

kekuatan tablet kunyah yang dimaksudkan, Tablet harus

mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas

kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan

mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan

(Lachman, 1994).

59
Tablet harus cukup kuat untuk tahan pecah tetapi juga cukup

mudah untuk dapat hancur saat dikunyah. Kekerasan yang

dibutuhkan berkisar antara 4-7 kg (Goeswin, 2008).

Pada gambar 7 Formula 3 memiliki kekerasan yang paling

besar dibandingkan dengan formula lainnya, hal ini disebabkan

karena konsentrasi madu yang ditambahkan lebih besar daripada

formula 1 dan 2, hal ini disebabkan karena kadar MC granul pada

formula 3 lebih besar dari formula 1 dan 2, kadar air pada granul

dan penambahan madu serta penggunaan laktosa dapat membuat

daya ikat antara artikel granul menjadi kuat serta menghasilkan

tablet yang keras. Tablet kunyah harus hancur apabila dikunyah

saat dikonsumsi. Pada 3 formula tersebut memenuhi syarat

kekerasan untuk tablet kunyah. Kekerasan yang terlalu kecil dapat

disebabkan karena kurangnya kadar air dan kecilnya konsentrasi

madu yang ditambahkan sehingga ikatan antara partikel granul

menjadi lemah dan tablet menjadi rapuh.

3) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Kerapuhan Tablet

Kerapuhan merupakan bentuk dari ketahanan tablet akibat

dari gesekan atau goresan ringan. Syarat untuk tablet kunyah, yaitu

≤ 4% (Siregar 2010).

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa 3 formula mempunyai

kerapuhan yang memenuhi syarat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

dari kerapuhan tablet antara lain kurangnya penambahan bahan

60
pengikat, kadar lembab granul, tekanan pada saat pencetakan, kadar

fines dan kekerasan tablet. Semakin keras suatu tablet maka

kerapuhannya semakin kecil. Kerapuhan dari tablet kunyah tidak

boleh terlalu besar, karena apabila kerapuhan tablet kunyah terlalu

besar maka tablet akan keras dan susah dikunyah saat dikonsumsi,

tablet kunyah juga tidak boleh terlalu rapuh karena apabila terlalu

rapuh akan cepat hancur saat terkena goncangan atau gesekan saat

pengemasan atau pendistribusian. Kerapuhan tablet kunyah

berhubungan dengan cara konsumsi dari tablet tersebut yaitu dengan

cara dikunyah, tablet kunyah antasida tidak boleh memiliki kerapuhan

yang terlalu besar karena akan menyulitkan pengunyahan saat

dikonsumsi.

Pada gambar 8 menunjukan hasil pengamatan tentang

kerapuhan tablet kunyah antasida, formula 3 memiliki kerapuhan yang

paling kecil, dibanding dengan formula 1 dan 2. Hal ini disebabkan

karena formula 3 memiliki kosentrasi penambahan madu yang lebih

besar dan jumlah laktosa yang lebih sedikit dibandingkan formula 1

dan 2, adanya penambahan madu tersebut menjadikan ikatan antara

partikel-partikel yaitu laktosa dan komponen serbuk yang lain lebih

kuat sehingga tablet yang dihasilkan keras dan memiliki kerapuhan

tablet kecil.

61
4) Hasil Pembahasan Uji Evaluasi Tanggapan Rasa

Parameter lain untuk menguji tablet kunyah adalah uji

tanggapan rasa, uji tanggapan rasa merupakan parameter penting

dalam pengujian tablet kunyah karena cara konsumsi tablet kunyah

berhubungan langsung dengan indra perasa maka apabila rasa dari

tablet kunyah tidak enak akan menyebabkan tablet kunyah tidak

diminati oleh masyarakat. Tablet antasida banyak dipasarkan dalam

bentuk tablet kunyah karena tujuan dari efek pemberiannya dan

kepraktisannya dalam bentuk tablet. Pengujian tanggapan rasa

dilakukan kepada 10 orang responden yang berusia 20-25 tahun.

Secara teoritis semakin tinggi kosentrasi madu dan semakin kecil

jumlah laktosa yang ditambahkan pada formula tablet kunyah maka

semakin manis tablet tersebut. Dari hasil penelitian yang didapat rasa

manis relatif sama, hal ini disebabkan karena penambahan madu pada

formula 1, 2, dan 3 hanya berbeda 5% pada tiap formula sedangkan

laktosa tidak begitu berpengaruh karena laktosa memiliki rasa sedikit

manis.

Tanggapan rasa minyak permen dan bau minyak permen cukup

terasa dan cukup tercium, minyak permen yang ditambahkan

bertujuan untuk memberikan rasa segar, dingin, dan sebagai

karminatif. Warna hijau muda dari tablet kunyah yang dinyatakan

oleh sebagian koresponden cukup menarik, hal ini menyebabkan

tablet dapat diterima konsumen dengan baik untuk dikonsumsi.

62
4.3.3 Hasil Pembahasan Uji Stabilitas Tablet Antasida (cycling test)

Pengujian stabilitas fisik adalah untuk mengetahui apakah

terjadi perubahan fisik pada ketiga formula tablet kunyah antasida

yang menggunakan metode cycling test dengan cara sediaan disimpan

pada dua suhu ekstreem berbeda dimaksudkan untuk mengetahui

adanya perubahan atau kestabilan sediaan setelah disimpan pada suhu

rendah (4°C) dan suhu tinggi (40°C) masing-masing selama 24 jam,

pengamatan dilakukan sebanyak 6 siklus, 1 siklus 48 jam. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa sediaan tablet kunyah antasida formula 1,

formula 2, dan formula 3 memiliki stabilitas fisik yang baik.

Dari penimbangan keseragaman bobot tampak terjadi sedikit

perubahan pada ketiga sediaan selama penyimpanan selama 12 hari.

Hal ini kemungkinan karena faktor dari sifat madu yang higroskopis,

tetapi walaupun demikian perubahan tersebut masih dalam rentang

yang disyaratkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan yang

terjadi selama penyimpanan selama 12 hari positif memasuki rentang

yang sudah ditetapkan. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika

serbuk tablet dengan bobot > 300 mg penyimpangan bobot rerata

tablet tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang dari kolom A yaitu

5% dan tidak satupun tablet yang bobot reratanya menyimpang dari

kolom B yaitu 10% (Anonim, 1979).

63
Berdasarkan hasil cycling test, dapat disimpulkan bahwa ketiga

formula memiliki stabilitas yang baik karena memasuki rentang

persen yang dihasilkan dari perhitungan 5% dan 10%.

Dari hasil evaluasi kekerasan tampak terjadi pada ketiga formula

memiliki hasil rentang yang sama selama penyimpanan 12 hari. Hal

ini kemungkinan karena faktor dari sifat madu yang higroskopis dan

membuat tablet sedikit lembab sehingga kekerasan tablet nya kecil,

akan tetapi walaupun demikian hasil tersebut masih dalam rentang

yang disyaratkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan yang

terjadi selama penyimpanan selama 12 hari positif memasuki rentang

yang sudah ditetapkan. Persyaratan kekerasan tablet kunyah yang

diharuskan yaitu 4-7 kg (Goeswin, 2008)

Berdaskan hasil cycling test, dapat disimpulkan bahwa ketiga

formula memiliki stabilitas yang baik karena memasuki rentang

kekerasan yang ditetapkan.

Dari evaluasi kerapuhan tablet memiliki hasil yang stabil pada

ketiga sediaan selama penyimpanan selama 12 hari. Hal ini dapat

bertahan stabil karena dengan adanya madu yang dapat mengikat antar

granul dengan baik, sehingga kerapuhan untuk tabletnya tidak

memiliki perubahan yang sangat signifikan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil yang terjadi selama penyimpanan selama 12

hari positif memasuki rentang yang sudah ditetapkan. Persyaratan

64
kerapuhan tablet kunyah yang ditetapkan yaitu berkisar antara 3%-4%

dapat diterima (Goeswin,2008)

Berdaskan hasil cycling test, dapat disimpulkan bahwa ketiga

formula memiliki stabilitas yang baik karena memasuki rentang yang

sudah ditetapkan.

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan

bahwa:

1. Formulasi konsentrasi madu (Apis mellifera) dapat dibuat sebagai bahan

pengikat terhadap karakteristik fisik tablet kunyah antasida dengan

metode granulasi basah.

2. Pada formula 2 dengan konsentrasi 10% madu (Apis mellifera)

merupakan formula yang paling baik sebagai bahan pengikat terhadap

karakteristik fisik tablet kunyah antasida.

3. Tablet kunyah antasida dengan menggunakan madu (Apis mellifera)

sebagai bahan pengikat dapat memenuhi uji stabilitas dengan

menggunakan metode cycling test

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis menyarankan :

a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kadar zat aktif

menggunakan metode kompleksometri dalam tablet kunyah antasida

Aluminium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida.

b. Perlu dilakukan penelitian menggunakan bahan pengikat lain jenis

Propolis, Royal Jelly atau Pollen

66

Anda mungkin juga menyukai