Disusun Oleh:
Kelompok 10 (Sepuluh)
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Manejemen Berbasis Sekolah” dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak
lupa kami tujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi
kita hingga akhir zaman.Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Makalah ini masih memiliki kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penyusun. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Demikian kata pengantar ini penyusun sampaikan, atas segala
kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini penyusun
menyampaikan permohonan maaf. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................ii
DAFTAR
ISI ...............................................................................................................iii
PEMBAHASAN .................................................................................................
..........1
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................8
iii
iv
PEMBAHASAN
1
menyenangkan, baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat
setempat.
3. Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam
masalah umum persekolahan dari unsur komite sekolah dalam
membantu peningkatan mutu sekolah.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan, yakni
dengan memandirikan sekolah untuk mengelola lelmbaga bersama pihak-
pihak terkait ( guru, peserta didik, masyarakat, wali murid, dan instansi
lain) sehingga sekolah dan masyarakat tidak perlu lagu menunggu
instruksi dari atas dalam mengambil langkah-langkah untuk memajukan
pendidikan. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri
(Minarti, 2011).
1. Misi Sekolah
Sekolah dengan MBS memiliki cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-
nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas
pendidikan dan memberi arah kerja. Hal ini merupakan budaya
organisasi yang besar pengaruhnya terhadap fungsi dan efektivitas
sekolah. Budaya organisasi sekolah yang kuat akan mensosialisasikan
warga baru untuk memiliki komitmen terhadap misi sekolah dan
dalam waktu yang sama juga mengajak warga lama bekerjasama
secara terus-menerus untuk menjalankan misi sekolah.
3. Strategi-Strategi Manajemen
Perubahan arah dari MKE ke MBS dapat direfleksikan dalam
aspek-aspek strategi manajemen, seperti konsep atau ansumsi tentang
hakikat manusia, konsep oragnisasi sekolah, gaya pengambilan
2
keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, serta
keterampilan-keterampilan manajemen.
6. Hubungan Interpersonal
Dalam terminologi MBS menekankan hubungan antarmanusia
yang cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen
yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen. Iklim organisasi seperti gaya
tanpa pimpinan (headless style) dapat merusak pengajaran,
manajemen sekolah, dan memengaruhi efektivias sekolah.
8. Indikator-Indikator Efektivitas
Dalam MBS, edektivitas sekolah dinilai menurut indikator
multitingkat dan multisegi. Penilaian efektivitas sekolah harus
mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu
kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tinkat sekolah, kelompok,
dan individual. Indikator multisegi yaitu mencakup input, proses, dan
output sekolah di samping perkembangan akademik siswa (Nurkolis,
2003).
3
Ada beberapa manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS)
menurut Nurkolis (2003) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi, yaitu :
a. Memberikan kebebasan dan kekuasan yang besar pada sekolah,
disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi
yang di berikan memberikan tanggung jawab penegelolaan
sumber daya dan pembegian strategi MBS sesuai dengan kondisi
setempa
b. Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih bekonsentrasi pada tugas.
c. Keleluasan dalam mengelolah sumber daya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya sebagai
manager maupun pemimpin sekolah.
d. Dengan diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru
didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimen-
eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini mendorong
profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah
terhadap kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan
masyarakat sekolah.
f. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan
partisipasi orang tua, seperti orang tua dapat mengawasi
langsung proses belajar anaknya.
4
2. Kesiapan, semua warga skolah harus siap fisik dan mental untuk
melaksanakan MBS.
3. Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak yang
benar-benar mengerti tentang pendidikan.
4. Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
5. Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang benar-
benar mengerti tentang pendidikan.
6. Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu
dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
7. Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
8. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholders sekolah (Usman, 2011:624).
5
sekolah dan masyarakat, dan manajemen layanan khusus. Komponen-
komponen tersebut sangat membantu dalam meningkatkan mutu di tingkat
sekolah Salah satunya yaitu manajemen kurikulum yang merupakan
kegiatan yang dititikberatkan pada kelancaran situasi belajar mengajar.
Kurikulum adalah pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah
kepada peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah
melalui berbagai pengajaran. Contohnya pelajaran di kelas, praktik
keterampilan, latihan olahraga dan kesenian, serta kegiatan karya wisata di
luar sekolah atau praktik di dalam laboratorium (Suryosubroto, 2004:22).
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari masuk hingga
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Tujuannya untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan dengan lancar. Keberhasilan MBS sangat ditentuan
oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga guru yang
tersedia di sekolah. Manajemen tenaga guru bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal (Mulyasa, 2014:42-46).
Manajemen keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu
yang paling penting karena keuangan dan pembiayaan merupakan potensi
yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
manajemen pendidikan. Komponen-komponen di dalamnya merupakan
komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar
mengajar di sekolah bersama dengan komponen yang lain. Manajemen
keuangan harus dilakukan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan
anggaran, penyusunan, penggunaan, hingga pengawasan dan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu,
terdapat manajemen hubungan sekolah dan masyarakat yang merupakan
kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan harmonis dengan
masyarakat agar mereka mendukung secara sukarela. Kegiatan di
dalamnya yaitu mempublikasikan kegiatan organisasi kerja yang patut
diketahui oleh pihak umum. Oleh karena itu, kepala sekolah senantiasa
dituntut untuk untuk berusaha membina dan meningkatkan hubungan
kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat (Suryosubroto,
2004:155-156).
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan, dan keamanan sekolah. Sebagai sarana pendidikan yang sangat
penting, perpustakaan sekolah harus diselenggarakan secara efektif dan
efisien. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat, maka peranan buku sebagai sumber informasi sangat kuat
dan sangat diperlukan di sekolah. Agar penggunaannya berjalan tertib,
maka diperlukan tata laksana seperti tata tertib perpustakaan, buku induk
anggota perpustakaan, buku induk bahan pustaka, lemari katalog, kartu
buku, dan lain-lain. Selain itu, layanan kesehatan dan keamanan juga
termasuk dalam manajemen layanan khusus. Sekolah juga ikut
bertanggung jawab atas kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Sekolah
juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan
para guru yang ada di sekolah agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan di
6
dalam sekolah berlangsung secara aman dan nyaman (Suryosubroto,
2004:156).
7
masalah. Ketujuh, membuat rencana jangka pendek, menengah dan
panjang serta program-programnya. Kedelapan, melaksanakan program-
program tersebut. Kesembilan, pemantauan terhadap proses dan evaluasi
hasil MBS (Hamid, 2013:93).
Indikator bahwa MBS sudah berhasil di sekolah yaitu
kemandirian sekolah yang kuat, kemitraan sekolah yang efektif, partisipasi
masyarakat yang kuat, keterbukaan yang bertanggung jawab dan meluas
dari pihak sekolah, serta akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan
oleh sekolah. Peningkatan mutu tanpa akuntabilitas adalah retorika.
Sebaliknya, akuntabilitas tanpa peningkatan mutu adalah perbuatan yang
sia-sia (Usman, 2011: 579).
DAFTAR PUSTAKA