Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

“MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)”


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Salman Tumanggor, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 10 (Sepuluh)

1. Diah Eka Pratiwi (11170161000043)


2. Mery Anjani (11170161000045)
3. Ellin Fitriliani (11170161000068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Manejemen Berbasis Sekolah” dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak
lupa kami tujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi
kita hingga akhir zaman.Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Makalah ini masih memiliki kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan penyusun. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Demikian kata pengantar ini penyusun sampaikan, atas segala
kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini penyusun
menyampaikan permohonan maaf. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang Selatan, 21 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ................................................................................................ii

DAFTAR
ISI ...............................................................................................................iii

PEMBAHASAN .................................................................................................
..........1

A. Pengertian Manajemen Berbasis


Sekolah.........................................................1
B. Tujuan manajemen berbasis
sekolah..................................................................1
C. Karakterisitik Manajemen Berbasis
Sekolah..................................................2
D. Manfaat Manajemen Berbasis
Sekolah.............................................................3
E. Prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah................................................................4
F. Komponen Manajemen Berbasis
Sekolah ........................................................5
G. Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah ..................................................6

DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................8

iii
iv
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Secara bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berasal dari
tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah
proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk memcapai sasaran.
Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas.
Sedangkan sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat untuk menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna
tersebut, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah dalam proses
pengajaran atau pembelajaran (Minarti, 2011).
Eman Suparman, seperti yang dikutip oleh Mulyono,
mendefinisikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah
secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi
kebutuhan mutu sekolah untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam
pendidik nasional (Minarti, 2011).
Adapun Bappenas dan Bank Dunia, seperti yang dikutip oleh B.
Suryosubroto, memberikan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) adalah pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi yang
lebih besar disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap
tuntutan masyarakat juga dapat ditunjukkan sebagai sarana peningkatan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Hal ini berarti bahwa otonomi
diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola dan mengembangkan
potensi serta sumber daya yang ada dalam sekolah dengan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat setempat. Sedangkan, partisipasi masyarakat
dituntut agar lebih memahami pendidikan, membantu, serta mengontrol
pengelolaan pendidikan dengan asas keterbukaan dan konsistensi tinggi
(Minarti, 2011).

B. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah


Tujuan umum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu untuk
memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibelitas yang lebih
besar kepada sekolah untuk mengelola sumber daya sekolah dan
mendorong partisipasi warga sekolah serta masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Kustini Hardi, ada tiga tujuan diterapkannya
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur
komite sekolah dalam aspek Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
untuk meningkatkan mutu sekolah.
2. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur
komite sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan

1
menyenangkan, baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat
setempat.
3. Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam
masalah umum persekolahan dari unsur komite sekolah dalam
membantu peningkatan mutu sekolah.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan, yakni
dengan memandirikan sekolah untuk mengelola lelmbaga bersama pihak-
pihak terkait ( guru, peserta didik, masyarakat, wali murid, dan instansi
lain) sehingga sekolah dan masyarakat tidak perlu lagu menunggu
instruksi dari atas dalam mengambil langkah-langkah untuk memajukan
pendidikan. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan sesuai
dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri
(Minarti, 2011).

C. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah


Menurut Nurkolis (2003), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
memiliki delapan karakteristik yang bertolak belakang dengan
karakteristik MKE, yaitu dalam hal misi sekolah, hakikat aktivitas
sekolah, strategi-strategi manajemen, penggunaan sumber-sumber daya,
peran warga sekolah, hubungan interpersonal, kualitas para administrator,
dan indikator-indikator efektivitas.

1. Misi Sekolah
Sekolah dengan MBS memiliki cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-
nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas
pendidikan dan memberi arah kerja. Hal ini merupakan budaya
organisasi yang besar pengaruhnya terhadap fungsi dan efektivitas
sekolah. Budaya organisasi sekolah yang kuat akan mensosialisasikan
warga baru untuk memiliki komitmen terhadap misi sekolah dan
dalam waktu yang sama juga mengajak warga lama bekerjasama
secara terus-menerus untuk menjalankan misi sekolah.

2. Hakikat Aktivitas Sekolah


Hakikat aktivitas sekolah berarrti sekolah menjalankan
aktivitas-aktivitas pendidikannya berdasarkan karakteristik,
kebutuhan, dan situasi sekolah. Hakikat aktivitas berbasis sekolah ini
amat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini secra
tak langsung memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari
model manajemen kontrol eksternal menjadi model manajemen
berbasis sekolah.

3. Strategi-Strategi Manajemen
Perubahan arah dari MKE ke MBS dapat direfleksikan dalam
aspek-aspek strategi manajemen, seperti konsep atau ansumsi tentang
hakikat manusia, konsep oragnisasi sekolah, gaya pengambilan

2
keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, serta
keterampilan-keterampilan manajemen.

4. Penggunaan Sumber Daya


MBS dalam model school-based budgeting program
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk memiliki otonomi
yang kebih besar dalam mengadakan dan menggunakan sumber daya.
Dengan demikian, self-budgeting mempersilakan sekolah untuk
menggunakan sumber daya secara efektif berdasarkan karakteristik
dan kebutuhan mereka guna memecahkan masalah yang timbul dan
untuk mencapai tujuan sekolah.

5. Peran Warga Sekolah


Peran warga sekolah secara langsung atau tidak langsung
ditentukan oleh kebijakan manajemen pemerintah, misi sekolah,
hakikat aktivitas sekolah, strategi-srategi pengelolaan internal
sekolah, dan daya penggunan sumber daya. Perubahan ke model MBS
menuntut peran aktif sekolah, administrator, guru, dan orang tua dari
yang semulanya pasif.

6. Hubungan Interpersonal
Dalam terminologi MBS menekankan hubungan antarmanusia
yang cenderung terbuka, bekerja sama, semangat tim, dan komitmen
yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen. Iklim organisasi seperti gaya
tanpa pimpinan (headless style) dapat merusak pengajaran,
manajemen sekolah, dan memengaruhi efektivias sekolah.

7. Kualitas Para Administrator


Dalam model MBS, para administrator tidak hanya dilengkapi
dengan pengetaguan dan teknik manajemen modern untuk
mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Administrator juga perlu belajar dan tumbuh secara terus-menerus
untuk menemukan dan memecahkan masalah demi kemajuan sekolah.

8. Indikator-Indikator Efektivitas
Dalam MBS, edektivitas sekolah dinilai menurut indikator
multitingkat dan multisegi. Penilaian efektivitas sekolah harus
mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu
kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tinkat sekolah, kelompok,
dan individual. Indikator multisegi yaitu mencakup input, proses, dan
output sekolah di samping perkembangan akademik siswa (Nurkolis,
2003).

D. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah

3
Ada beberapa manfaat manajemen berbasis sekolah (MBS)
menurut Nurkolis (2003) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi, yaitu :
a. Memberikan kebebasan dan kekuasan yang besar pada sekolah,
disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi
yang di berikan memberikan tanggung jawab penegelolaan
sumber daya dan pembegian strategi MBS sesuai dengan kondisi
setempa
b. Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih bekonsentrasi pada tugas.
c. Keleluasan dalam mengelolah sumber daya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepada sekolah, dalam perannya sebagai
manager maupun pemimpin sekolah.
d. Dengan diberikan sekolah untuk menyusun kurikulum, guru
didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimen-
eksperementasi di lingkungan sekolahnya, ini mendorong
profesonalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai fungsinya.
e. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tangkap sekolah
terhadap kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan
masyarakat sekolah.
f. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan
partisipasi orang tua, seperti orang tua dapat mengawasi
langsung proses belajar anaknya.

Menurut Suparlan (2015), selain memilik manfaat dalam


penerapannya, MBS juga memiliki keuntungan yaitu sebagai
berikut:
1. Membuat para individu yang kompeten di sekolah untuk
membuat keputusan yang dapat meningkatkan pembelajaran.
2. Memberikan hak bersuara kepada seluruh komunitas sekolah
dalam pengambilan keputusan.
3. Menekankan akuntabilitas untuk pengambilan keputusan.
4. Mendorong kreativitas yang lebih besar dalam perancangan
program.
5. Mengarahkan kembali sumber daya untuk mendukung
pencapaian tujuan yang telah dikemangkan di masing-masing
sekolah.
6. Mendorong anggaran yang realistik.

E. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah


Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau dapat disingkat menjadi K8
antara lain sebagai berikut:
1. Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai
komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga
sekolah untuk melaksanakan MBS.

4
2. Kesiapan, semua warga skolah harus siap fisik dan mental untuk
melaksanakan MBS.
3. Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak yang
benar-benar mengerti tentang pendidikan.
4. Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
5. Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang benar-
benar mengerti tentang pendidikan.
6. Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu
dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
7. Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
8. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stakeholders sekolah (Usman, 2011:624).

Terdapat 4 prinsip pengelolaan manajemen berbasis sekolah


yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem
pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia. Prinsip
ekuifinalitas didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi
bahwa ada beberapa cara yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan kata lain, manajemen sekolah menekanan fleksibilitas sehingga
sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka
masing-masing. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa
pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran memiliki kesulitan dan
permasalahan sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaan
pendidikan. Prinsip desentralisasi konsisten dengan prinsip ekuifinalitas
(Nurkolis, 2003:52-59).
Terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan-tujuan
berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, MBS mempersilahkan sekolah menjadi sistem
pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah
memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran,
strategi manajemen, distribusi SDM dan sumber daya lainnya dan
mencapai tujuan sesuai dengan kondisi masing-masing. Prinsip inisiatif
manusia sejalan dengan perkembangan pergerakan hubungan antar
manusia dan pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern. Prinsip
inisiatif manusia mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang
statis menlainkan dinamis sehingga perlu digali dan dikembangkan.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber
daya berharga dalam organisasi (Nurkolis, 2003:55).

F. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah


Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen
berbasis sekolah adalah tinjauan manajemen terhadap komponen-
komponen sekolah itu sendiri. Terdapat tujuh komponen sekolah yang
harus dikelola dengan baik yaitu manajemen kurikulum, manajemen
kesiswaan, manajemen guru, manajemen keuangan dan pembiayaan,
manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen hubungan

5
sekolah dan masyarakat, dan manajemen layanan khusus. Komponen-
komponen tersebut sangat membantu dalam meningkatkan mutu di tingkat
sekolah Salah satunya yaitu manajemen kurikulum yang merupakan
kegiatan yang dititikberatkan pada kelancaran situasi belajar mengajar.
Kurikulum adalah pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah
kepada peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah
melalui berbagai pengajaran. Contohnya pelajaran di kelas, praktik
keterampilan, latihan olahraga dan kesenian, serta kegiatan karya wisata di
luar sekolah atau praktik di dalam laboratorium (Suryosubroto, 2004:22).
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari masuk hingga
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Tujuannya untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan dengan lancar. Keberhasilan MBS sangat ditentuan
oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga guru yang
tersedia di sekolah. Manajemen tenaga guru bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal (Mulyasa, 2014:42-46).
Manajemen keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu
yang paling penting karena keuangan dan pembiayaan merupakan potensi
yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
manajemen pendidikan. Komponen-komponen di dalamnya merupakan
komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar
mengajar di sekolah bersama dengan komponen yang lain. Manajemen
keuangan harus dilakukan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan
anggaran, penyusunan, penggunaan, hingga pengawasan dan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu,
terdapat manajemen hubungan sekolah dan masyarakat yang merupakan
kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan harmonis dengan
masyarakat agar mereka mendukung secara sukarela. Kegiatan di
dalamnya yaitu mempublikasikan kegiatan organisasi kerja yang patut
diketahui oleh pihak umum. Oleh karena itu, kepala sekolah senantiasa
dituntut untuk untuk berusaha membina dan meningkatkan hubungan
kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat (Suryosubroto,
2004:155-156).
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan, dan keamanan sekolah. Sebagai sarana pendidikan yang sangat
penting, perpustakaan sekolah harus diselenggarakan secara efektif dan
efisien. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat, maka peranan buku sebagai sumber informasi sangat kuat
dan sangat diperlukan di sekolah. Agar penggunaannya berjalan tertib,
maka diperlukan tata laksana seperti tata tertib perpustakaan, buku induk
anggota perpustakaan, buku induk bahan pustaka, lemari katalog, kartu
buku, dan lain-lain. Selain itu, layanan kesehatan dan keamanan juga
termasuk dalam manajemen layanan khusus. Sekolah juga ikut
bertanggung jawab atas kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Sekolah
juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan
para guru yang ada di sekolah agar seluruh kegiatan yang dilaksanakan di

6
dalam sekolah berlangsung secara aman dan nyaman (Suryosubroto,
2004:156).

G. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien
apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang profesional
untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu
menggaji staf seusai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan
orangtua siswa atau masyarakat yang tinggi. Agar implementasi MBS
dapat diterapkan secara menyeluruh dan optimal, diperlukan strategi
dalam penerapannya. Strategi penerapan MBS ada 3 yaitu
pengelompokkan sekolah, pentahapan implementasi manajemen berbasis
sekolah (MBS), dan perangkat implementasi manajemen berbasis sekolah
(MBS) (Mulyasa, 2014:58-62).
Berdasarkan kemampuan manajemen, pengelompokkan sekolah
dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi, lokasi, dan kualitas
sekolah. Kategori sekolah yang dipertimbangkan ada 3 yaitu baik, sedang,
dan kurang yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan tertinggal.
Kemampuan sekolah, kompetensi kepala sekolah dan guru, serta
partisipasi masyarakat saling bersesuaian. Maksudnya, semakin tinggi
kemampuan sekolah, maka kompetensi kepala sekolah dan guru serta
partisipasi masyarakat semakin tinggi (Mulyasa, 2014:59).
Selain perlu memperhatikan kondisi sekolah, implementasi MBS
juga memerlukan pentahapan implementasi MBS yang tepat atau harus
dilakukan secara bertahap. Tahapan tersebut terdiri dari sosialisasi,
piloting, dan desiminasi. Tahap sosialisasi merupakan tahapan yang
dilakukan agar masyarakat dapat menerima perubahan. Tahap piloting
merupakan tahap uji coba agar penerapan MBS tidak mengandung resiko.
Tahap diseminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model MBS yang
telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat
mengimplementasikannya secara efektif dan efisien (Mulyasa, 2014:62).
Implementasi MBS memerlukan seperangkat aturan dan
pedoman umum. Seperangkat aturan dan pedoman umum tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi,
serta laporan pelaksanaan. Perangkat implementasi ini diperkenalkan sejak
awal melalui pelatihan yang diselenggarakan sejak pelaksanaan jangka
pendek (Mulyasa, 2014:62).
Pendapat lain menyatakan tahapan implementasi MBS ada
sembilan. Pertama, mensosialisasikan konsep MBS ke semua warga
sekolah. Kedua, melaksanakan analisis situasi sekolah dan luar sekolah
yang hasilnya berupa tantangan nyata yang harus dihadapai sekolah dalam
mengubah manajemen berbasis pusat menjadi MBS. Ketiga, merumuskan
tujuan situasional yang akan dicapai. Keempat, mengidentifikasi yang
perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan masih perlu diteliti
tingkat kesiapaannya. Kelima, menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi
dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity, threat). Keenam, memilih langkah-langkah pemecahan

7
masalah. Ketujuh, membuat rencana jangka pendek, menengah dan
panjang serta program-programnya. Kedelapan, melaksanakan program-
program tersebut. Kesembilan, pemantauan terhadap proses dan evaluasi
hasil MBS (Hamid, 2013:93).
Indikator bahwa MBS sudah berhasil di sekolah yaitu
kemandirian sekolah yang kuat, kemitraan sekolah yang efektif, partisipasi
masyarakat yang kuat, keterbukaan yang bertanggung jawab dan meluas
dari pihak sekolah, serta akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan
oleh sekolah. Peningkatan mutu tanpa akuntabilitas adalah retorika.
Sebaliknya, akuntabilitas tanpa peningkatan mutu adalah perbuatan yang
sia-sia (Usman, 2011: 579).

DAFTAR PUSTAKA

Hamid. 2013. Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Al-Khwarizmi. (1):93.


Diakses melalui https://ejournal.iainpalopo.ac.id/ pada tanggal 18 Mei
2019 pada pukul 20:46 WIB.
Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah : Mengelola Lembaga Pendidikan
Secara Mandiri. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suparlan. 2015. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): dari teori sampai
dengan praktik. Jakarta: Bumi Aksara,
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktik & Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai