Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
MATA KULIAH WACANA BAHASA INDONESIA

Layanan Bimbingan Islam dalam menjaga Kesehatan Fisik dan Mental untuk
Masyarakat di Masa Pandemi Covid 19

Azkia Miskatuzzahra
(1194010030)
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Lilis Satriah, M.Pd.

Abstrak
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar ia
menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup sesuai dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seorang
konselor Islam dibutuhkan untuk melakukan pencegahan yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai salah satu cara tepat dalam upaya mencegah adanya masalah kesehatan baik fisik
maupun mental pada masyarakat yang diakibatkan karena pandemi Covid-19. Corona Virus
Disaese 2019 adalah jenis virus baru, ditemukan pada tahun 2019 di Kota Wuhan. Wabah
Covid-19 memberikan dampak besar pada kehidupan masyarakat Indonesia terutama dalam
bidang kesehatan baik mental maupun fisik. Sehat mental yang sehat yaitu adanya
keseimbangan mental, sehingga dapat memecahkan problem-problem hidupnya secara sehat.
Sehat secara fisik merupakan komponen penting berupa sosok manusia yang berpenampilan
kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir, rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera
makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal. Artikel
ini disusun dengan metode studi kepustakaan bersumber dari buku dan jurnal ilmiah. Hasil
menunjukkan bahwa dengan pendekatan spiritual, masyarakat dapat mencegah timbulnya
gangguan terhadap kesehatan mental dan fisik.

Kata Kunci: Bimbingan, Sehat Mental, Sehat Fisik, Pandemi Covid-19

Pendahululan

Sejak Desember 2019 hingga saat ini, dunia tengah digemparkan dengan
mewabahnya virus corona atau Covid-19. dampak yang sangat besar bagi masyarakat di
seluruh dunia. Mulai dari adanya kebijakan social distancing, work from home, hingga panic
buying.

1
Pengaruh pandemi Covid-19 secara nyata memang terasa oleh masyarakat di seluruh
di dunia. Pada pengertiannya, covid-19 atau Corona Virus Disaese 2019 adalah jenis virus
baru, Zulva (dalam Setyaningrum dan Yanuarita, 2020) yang awalnya ditemukan pada tahun
2019 di Kota Wuhan China, dan belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya
(World Health Organization, 2020). Karena perkembangan dan penyebaran virus yang begitu
cepat, WHO pun kemudian menyatakan status Covid-19 sebagai pandemi atau epidemi
global sehingga perlu penerapan dan pencegahan penyebaran virus secara masif.

Kehadiran wabah pandemi Covid-19 tentunya banyak memberikan dampak dan


pengaruh yang tidak biasa pada kehidupan masyarakat. Kondisi pandemi Covid-19 yang
terjadi ini tentunya membawa dampak yang cukup serius pada tatanan kesehatan. Dampak
kesehatan yang ditimbulkan, seperti penambahan kasus positif yang menyebabkan
bertambanhnya angka kematian dan kekurangan alat kesehatan. Kekhawatiran untuk
berkunjung ke rumah sakit juga turut mendorong masyarakat menahan diri untuk memeriksa
kesehatan secara rutin ataupun berobat.

Bukan hanya dampak yang terjadi pada kesehatan fisik, namun kondisi psikologis
individu dan masyarakat pun ikut terpengaruh juga. Seperti yang dikatakan oleh Brook dkk
(dalam Setyaningrum dan Yanuarita, 2020) bahwa ada beberapa dampak psikologi ketika
pandemi yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat yakni gangguan stres pascatrauma,
kebingungan, kegelisahan, frustasi, ketakutan akan afeksi, insomnia, dan merasa diri tidak
berdaya. Kondisi yang paling parah adalah kemunculan kasus xenofobial dan juga kasus
bunuh diri karena seseorang sangat ketakutan jika dirinya akan terinfeksi oleh virus yang
dianggap sangat mengerikan. 

Meskipun begitu, sehat dan sakit merupakan dua keadaan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Hidup sehat merupakan dambaan bagi setiap orang begitupun
keadaan sakit adalah hal yang dihindari oleh manusia. Sejatinya dua keadaan tersebut
seharusnya dapat diterima dan disyukuri, karena keduanya merupakan proses kehidupan yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebagai ajaran yang mulia dan komprehensif, tentu
Islam memberikan petunjuk kepada manusia tentang tatacara hidup yang sehat dan mengatasi
kehidupan yang penuh penderitaan (sakit).

Terkait hal tersebut, menurut Abdul Basit (2017: 20) ada tiga hal penting yang terkait
dengan kesehatan dalam Al-Quran. Pertama, konsep kesehatan baik secara individu maupun
masyarakat. Konsep kesehatan tercermin dalam konsep kebersihan dan kesehatan mental.

2
Kebersihan dalam Al-Quran bukan hanya bersifat jasmaniah saja tetapi juga pada kebersihan
rohaniah. Kebersihan merupakan suatu yang amat tabi’iyah (alami) dan fitriyyah (original)
bagi makhluk hidup. Dalam ajaran Islam, kebersihan saja tidak cukup, melainkan harus
disertai dengan kesucian. Karena, kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dan perlu
diaktualkan dalam rangka membangun kebersihan akidah, ibadah, raga, dan jiwa. Untuk
dapat mengaktualisasikan kebersihan, maka kondisi individu dan masyarakat harus dalam
keadaan sehat. Pada konteks inilah diperlukan adanya kesehatan mental. Kedua, pola hidup
sehat. Pola ini dibentuk dari sejak manusia melakukan proses perkawinan. perkawinan harus
dilakukan berdasarkan syariat Islam yang bertujuan menciptakan keluarga sakinah,
mawaddah, dan rahmah (QS. Ar-Rum [30]: 21). Pola hidup sehat yang ditunjukkan oleh Al-
Quran mengarah pada pola sehat secara fisik dan mental. Sementara sehat secara sosial dan
spiritual merupakan efek yang ditimbulkan oleh sehat fisik dan mental. Ketiga, sarana dan
lingkungan yang sehat. Al-Quran juga sangat menekankan pentingnya sarana dan lingkungan
dalam mendukung adanya kesehatan. Suatu hal yang mustahil tercipta kesehatan manakala
tidak mendapatkan dukungan dari sarana dan lingkungan yang sehat.

Mengingat betapa urgennya kesehatan bagi manuisa perlu adanya pencegahan yang
dilakukan sebelum keadaan yang tidak diinginkan terjadi. Allah SWT tidak mungkin
mengabaikan elemen penting tersebut dalam kitab-Nya. Allah memberikan petunjuk kepada
manusia melalui ayat-ayat Al-Quran dan Sunah Rasul-Nya, baik dalam bentuk konsep sehat
dan sakit, cara pengobatan, pola hidup sehat, dan berbagai hal lainnya yang berhubungan
dengan kesehatan.

Dalam hal ini, peran aktif dari seorang konselor Islam dibutuhkan untuk melakukan
pencegahan dengan menyampaikan pesan Allah yang telah tertulis di dalam kitab-Nya serta
pesan Rasulullah dalam hadits. Anwar Sutoyo (dalam Syarifuddin dkk, 2017: 192)
menyebutkan bahwa pada dasarnya layanan Bimbingan dan Konseling Islami adalah “Upaya
membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah dengan
cara memberdayakan (empowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan oleh Allah
kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan Rasulnya, agar fitrah yang ada pada
individu berkembang dengan benar dan kokoh sesuai dengan tuntunan Allah SWT”.
Sedangkan menurut Lahmudin bahwa Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar individu atau klien tersebut menyadari kembali akan eksistensinya
sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

3
Rangkaian perubahan yang terjadi ditengah-tengah kehidupan terkini merupakan
sebuah keniscayaan yang harus disikapi dengan positif dan penuh dengan semangat dalam
meneruskan perjuangan hidup serta meraih cita-cita yang mulia. Oleh karena itu, rentetan
masalah harus dicegah dan jika sudah terjadi harus diselesaikan dengan cara dicari solusinya,
diberikan bantuan dan kesunggunhan dalam melakukan perjuangan untuk melanjutkan
kehidupan yang lebih baik. Bimbingan Islam yang merupakan salah satu layanan sosial
memiliki peran yang sangat strategis untuk membantu manusia yang sedang mengalami
permasalahan masa kini. Oleh karena itu, peran aktif dan penyesuaian berbagai pendekatan,
teknik dan format layanan yang diberikan menjadi bagian penting dalam memberikan
layanan yang lebih profesional dan bermartabat kepada kliennya. Layanan bimbingan Islami
sebagai salah satu model dalam bimbingan dan konseling diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu cara tepat dalam upaya mencegah adanya masalah kesehatan baik fisik maupun
mental yang diakibatkan oleh adanya pandemic Covid-19, karena bimbingan dan konseling
Islami hakekatnya adalah upaya untuk membantu individu agar tidak tertimpa masalah
melalui konsep yang berdasar pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Menjaga Kesehatan Mental

Menurut Thohari (1992) tidak ada kesepakatan para ahli mengenai batasan atau
definisi kesehatan mental (mental health). Hal itu disebabkan karena adanya berbagai sudut
pandang dan sistem pendekatan yang berbeda. Horace B. dkk (dalam Thohari, 1992)
berpendapat bahwa orang yang sehat mentalnya ialah pribadi yang dapat menyesuaikan diri,
yang dapat menikmati hidup, dan dapat mencapai aktualisasi diri dan realisasi diri. Kesehatan
mental menurutnya merupakan keadaan yang positif, bukan hanya sekedar gangguan mental.
Berbeda dengan Sri Rahayu memberikan tekanan yang lain terhadap apa yang dinamakan
mental yang sehat, yaitu adanya keseimbangan mental, sehingga dapat memecahkan
problem-problema hidupnya secara sehat.
Konsep kesehatan dalam perspektif Islam sendiri menurut Thohari Musnamar (1992)
berorientasi pada: diri sendiri (self), hubungan vertical dengan Allah SWT, hubungan
horizontal dengan orang lain dan lingkungan alam, dengan perilaku ibadah, akhlak yang
mulia, serta dengan kehidupan kelak di akhirat. Dengan kata lain, konsep kesehatan mental
dalam Islam selalu dihubungkan dengan akidah keimanan (tauhid), perilaku ibadah, budi
pekerti yang luhur, dan dengan kehidupan ukhrawi.
Sedangkan menurut Yustinus Semiun (2006: 9) mengatakan bahwa mental yang tidak
sehat adalah mental yang terganggu, yang didefinisikan sebagai gangguan atau penyakit yang

4
bisa menghalangi seseorang untuk hidup sehat seperti yang diinginkan oleh indvidu itu
sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh Zahrasari Lukita (dalam Ahmad
Syarkawi, 2020), bahwasanya kondisi pandemic covid-19, akan berdampak terhadap mental
setiap individu, diantaranya: stres dan panic, perubahan dalam banyak aspek kehidupan,
situasi krisis, (survival mode), ketidakpastian, illusion of safety, dan muncul
gangguan/penyakit. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya individu yang mengalami masalah tersebut adalah dengan memberikan layanan
bimbingan Islam.
Semakin meluasnya wabah dan dampak dari virus ini secara signifikan didalam segi-
segi kehidupan masyarakat Indonesia, maka menjaga kesehatan mental tetap dalam kondisi
prima adalah suatu keharusan. Mental yang sehat akan membuat kepuasaan hidup yang erat
kaitannya dengan kebahagiaan dimana orang yang bahagia akan memiliki sistem imun yang
tinggi, sehingga dapat menangkal wabah virus tersebut.
Alston dan Dudlay menerangkan bahwa kebahagiaan menjadi salah satu ciri
kesehatan mental manusia, yang akan menjadikan seluruh aspek kemampuan (biologis,
psikologis, sosiologis, spiritual) berfungsi secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan mampu menghadapi semua permasalahan dalam aspek kehidupan sehingga memiliki
kondisi mental yang sehat/prima, Noor Jannah (2015). Oleh karena itu dalam hal ini akan
dijelaskan bagaimana kiat-kiat menjaga kesejahteraan jiwa atau menjaga kesehatan mental.
Victor Frankl (dalam Dana Riksa Buana, 2020) menjelaskan bahwa seorang manusia
akan bahagia apabila:
1. Mengerti makna dalam kehidupannya.
Bila dikaitkan dengan pandemic covid-19 ini, maka ada baiknya manusia berpikir dan
memaknai sisi positif dari hadirnya wabah tersebut. Dapat dihayati bahwa dengan adanya
pandemi ini seluruh manusia dapat bersatu padu dan saling menumbuhkan rasa saling
peduli satu dengan yang lainnya sehingga tumbuhnya cinta kasih yang mungkin dalam
waktu belakangan ini manusia mengedepankan kebencian dan konflik. Sebagaimana
Allah SWT berfirman:
‫َو ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم إِ ْذ ُك ْنتُ ْم أَ ْعدَا ًء فَأَلَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ُك ْم فَأَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا‬
“Dan ingatlah akan nikmat Allah Azza wa Jalla padamu ketika dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat
Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara.” (Ali Imran [3]: 103)

5
Selain itu, polusi menjadi berkurang dari bumi, sehingga bumi memiliki waktu untuk
dapat memperbaiki dirinya, sehingga dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk
ditinggali. Setiap manusia akan menjadi lebih sadar akan esensi dari kehidupan, sehingga
setelahnya dapat berperilaku dengan lebih baik. Dari hal-hal tersebut, maka manusia akan
berada dalam kondisi tenang dan awas adalam menghadapi wabah ini. Selain itu manusia
juga akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi peristiwa traumatis lainnya di masa
depan.
2. Memiliki emosi positif
Seseorang yang memiliki emosi positif dapat dengan baik beradaptasi dalam situasi
traumatis. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:
۟ ُ‫فَر ِحينَ بمٓا َءاتَ ٰىهُ ُم ٱهَّلل ُ ِمن فَضْ لِ ِهۦ َويَ ْستَ ْب ِشرُونَ بٱلَّ ِذينَ لَ ْم يَ ْل َحق‬
ٌ ْ‫وا بِ ِهم ِّم ْن خَ ْلفِ ِه ْم أَاَّل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ ِ َِ ِ
“Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Ali-Imran [3]: 170).
Untuk dapat berada dalam kondisi emosi yang positif dalam kondisi wabah, beberapa
hal dapat dilakukan, seperti melakukan aktifitas hiburan dalam rumah, mengobrol
bersama anggota keluarga, makan bersama, olahraga indoor bersama, ataupun saling
bertukar pikiran. Aktifitas-aktifitas tersebut selain dapat membuat emosi menjadi positif
tetapi juga dapat mengalihkan pikiran dari informasi-informasi negatif tentang wabah
virus.
3. Menjaga kesejahteraan jiwa dengan spiritualitas
Spiritualitas adalah bagaimana seseorang memandang kehidupannya memiliki koherensi
dan bertujuan, namun juga memperoleh pengalaman personal melalui kekuatan yang dia
yakini sebagai suatu yang melingkupi, mendasari atau melampaui kehidupan, serta
sebagai pencarian terhadap Yang Maha Suci sebagai aspek non material dari religiusitas.
Menggunakan spiritualitas sebagai mekanisme pertahanan diri melalui masa-masa sulit
berhubungan dengan tingkat harapan yang lebih tinggi, optimisme, dan hasil kehidupan
yang positif. Jika dihubungkan dengan keadaan pademi saat ini, menurut Muhkarom dan
Havis (2020) sikap yang harus diambil adalah meyakini bahwa virus adalah makhluk
Allah, tunduk dan taat atas perintah Allah Swt. Dengan demikian, manusia diharuskan
kembali kepada jati dirinya yaitu ada Yang Maha Kuasa dibalik semua kejadian di muka
bumi ini. Sikap selanjutnya adalah berdoa, karena kekhawatiran akan menyebarnya virus

6
corona bukan menjadikan paranoid, sebagai insan beriman kita harus yakin bahwa semua
itu atas kehendak-Nya. sebagaimana firman Allah:
ُ‫إِنَّ َمٓا أَ ْم ُر ٓۥهُ إِ َذٓا أَ َرا َد َش ْئـًًٔ‹ا أَن يَقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكون‬
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)
Allah telah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 256.

‫اَل ُي َكلِّفُ هَّللا ُ َن ْف ًسا إِاَّل وُ سْ َع َها‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” 

Selain itu, Indriya (2020) mengungkapkan bahwa bertafakkur tentunya menjadi salah
satu ciri penting sebagai implementasi dari menjaga spiritualitas, untuk merenungkan
bahwa tugas manusia melaksanakan peran penting sebagai khalifah, untuk mengemban
pembangunan peradaban sekaligus pembawa visi misi di muka bumi. Sebagaimana
firman Allah:
‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬
ِ ‫س إِاَّل ِل َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Sebagai orang yang beriman dan dalam menghadapi covid-19, yang merupakan virus
yang pertama kali ditemukan di Wuhan Cina pada Desember 2019. Kita semua dapat
bertafakkur juga dengan kisah yang pernah terjadi saat zaman kekhalifahan Umar bin
Khattab, dimana pada zaman pemerintahan beliau ini pernah terjadi wabah yang bermula
di daerah Awamas, sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina, sehingga dinamakan
demikian. Di dalam buku biografi Umar bin Khattab karya Muhammad Husein Haekal
menjelaskan, wabah tersebut menjalar hingga ke Syam (Suriah), bahkan ke Irak.
Diperkirakan kejadian wabah ini akhir 17 Hijriah, dan memicu kepanikan massal saat itu.
Oleh karena itu, banyak bertafakur di rumah, berdoa, dan beribadah dengan konsentrasi
penuh, dan meditasi merupakan hal terbaik untuk dapat menjaga kejiwaan kita berada
dalam kondisi yang stabil.

Menjaga Kesehatan Fisik

Menurut WHO (Word Health Organization), (dalam Budiman Chandra, 2009: 5)


sehat jasmani atau fisik merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sososk manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir, rapi, berotot,

7
tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan bak, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal.
Daintara faktor yang mampu mengganggu kesehatan menurut Dwi Widianingsih
(2020: 17) secara umum adalah gaya hidup yang tidak sehat, pola pikir, dan penyakit genetic.
Untuk menjaga atau mencegah timbulnya penyakit terutama penyakit fisik akibat covid 19,
diperukan adanya bimbingan sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
Jauh sebelum covid 19 muncul di bumi, Allah memerintahkan manusia untuk
memakan makanan yang halal dan thayyib serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan
sekitar. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
۟ ‫وا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاًل طَيِّبًا َوٱ ْش ُكر‬
َ‫ُوا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ إِن ُكنتُ ْم إِيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون‬ ۟ ُ‫فَ ُكل‬

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
(QS. An-Nahl [16]: 144)
َ‫إِ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوبِينَ َوي ُِحبُّ ْٱل ُمتَطَه ِِّرين‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
Berkenaan dengan hal tersebut, Abdul Basit (2017: 21-22) mengatakan bahwa Islam
mengajarkan pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan untuk menjaga kesehatan
jasmani, seperti dijelaskan dalam keterangan Hadis dan kitab-kitab klasik tentang tuntunan
Rasulullah yang berkaitan dengan kesehatan, di antaranya:
1. Cara bersuci yang diajarkan Rasulullah SAW.
2. Cara berwudhu, membasuh anggota badan yang biasanya tampak.
3. Kewajiban bercebok dan memegang kemaluan dengan tangan kiri.
4. Larangan kencing di kolam air yang tergenang.
5. Sunah untuk berkhitan.
6. Perintah memotong kuku, membersihkan bulu ketiak dan kemaluan.
7. Kewajiban mandi selepas bersetubuh.
8. Keharusan membersihkan rumah dan halaman.
9. Contoh dalam gerakan-gerakan shalat fardu dan shalat sunah.
10. Larangan memasuki atau keluar dari suatu negeri ketika berjangkit penyakit menular.
11. Anjuran memberi harapan pada seorang penderita, dan sebagainya.
Dari beberapa contoh diatas, menunjukkan bahwa Rasulullah sangat menganjuran
umatnya untuk menjaga kesehatan dan salah satu cara untuk menjaga diri dari gangguan
kesehatan termasuk gangguan dari virus.

8
Musbikin (dalam Afif dan Khasanah, 2018) menyebutkan bahwa penelitian
kedokteran modern membuktikan bahwa berkumur dengan air dalam wudhu setiap hari dapat
mencegah penyakit demam dan pilek pada diri seseorang dan juga berkumur dapat
membersihkan tenggorokan dari bakteri dan mikroba sebelum ia menyebar dan menimbulkan
penyakit, serta mencegah dari potensi terkena penyakit pilek dan demam. Selain itu, dengan
melakukan istinsyaq sebanyak tiga kali disaat berwudhu, maka mikroba dan bakteri yang
berada di dalam lubang hidung akan ikut keluar. Seperti yang sudah diketahui, bahwa
kebanyakan penyakit termasuk covid 19 disebabkan karena mikroba yang masuk melalui
hidung dan tenggorokan, kemudian pindah ke dalam tubuh sehingga timbullah penyakit. Ini
merupakan penemuan kedokteran yang terdapat dalam hikmah istinsyaq disaat berwudhu
agar hidung terbebas dari bakteri virus dan penyakit. Dengan melakukan istinsyaq, juga akan
menghindarkan seseorang terserang penyakit sinusitis yaitu peradangan rongga-rongga udara
disekitar hidung.
Ketika berbicara tentang wabah atau penyakit menular, pada dasarnya tidak dikenal
saat ini saja, namun sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Menurut Muhkarom
dan Havis (2020) pada masa itu, wabah yang cukup dikenal adalah Pes dan Lepra. Nabi pun
melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra,
maupun penyakit menular lain. Di antara sahabat Nabi Muhammad Saw yang meninggal
akibat wabah penyakit menular adalah Mu'adz ibn Jabbal, Abu Ubaidah, Syarhbil ibn
Hasanah, Al-Fadl ibn Al-Abbas ibn Abdul Muthallib. Kebijakan Rasul pun keluar telah
memberikan pembelajaran bagi kaum Muslim dalam rangka mencegah timbulnya gangguan
terhadap kesehatan fisik:

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الطَّاعُونُ آيَةُ ال ِّرجْ ِز ا ْبتَلَى هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل بِ ِه نَاسًا ِم ْن ِعبَا ِد ِه فَإ ِ َذا َس ِم ْعتُ ْم بِ ِه فَاَل‬
َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ُ‫ض َوأَ ْنتُ ْم بِهَا فَاَل تَفِرُّ وا ِم ْنه‬
ٍ ْ‫تَ ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه َوإِ َذا َوقَ َع بِأَر‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular)
adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya
dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu
negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri
tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari
Usamah bin Zaid).

Berdasdarkan hadis tersebut, menurut Fatmawati (dalam Zulkifli dkk, 2020: 19-20)
ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan diri. Pertama, melakukan tindakan
preventif, yaitu tidak memasuki kampung yang telah valid informasi-nya bahwa di wilayah

9
itu sedang berlangsung pandemi (wabah). Jika ia memaksakan diri memasuki wilayah
tersebut dikhawatirkan terdampak pandemi. Metode karantina yang telah diperintahkan Nabi
Muhammad Saw untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain. Untuk
memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar
daerah yang terjangkit wabah dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan
mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri
dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan. Upaya menjauhi kerumunan,
berkumpul di tempat tertutup secara berdekatan seperti tempat belajar di sekolah, tempat
ibadah dan lainnya, pemakaian masker, mencuci tangan dengan handsanitizer, memakai alat
pelindung diri (APD) bagi tenaga medis, merupakan bentuk tindakan preventif dalam
menangkal pandemi.

Kedua, melakukan tindakan kuratif, yaitu menyembuhkan pandemi dengan segala


cara dan perangkat yang dapat menyembuhkan pandemi, seperti tindakan isolasi bagi
terdampak pandemi selama dua pekan, menggunakan pakaian penangkal pandemi virus
(APD), pemakaian masker, melakukan penyemprotan ke lokasi-lokasi rentan virus, dan lain-
lain.

Ketiga, melakukan tindakan rehabilitasi, yaitu tindakan untuk mengapresiasi


(mengembalikan) pasien sembuh dari pandemi virus dengan perlakuan wajar. Di sebagian
tempat, pasien sembuh dari pandemi Covid-19 dikucilkan, bahkan pasien yang meninggal
karena terdampak Covid-19 tidak diperlakukan layaknya jenazah yang wajar.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Dari Aisyah radhiallahu 'anha,
bahwasanya dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang wabah (tha'un), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan
kepadaku: "Bahwasannya wabah (tha'un) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah
seseorang yang ketika terjadi wabah (tha'un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan
berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa
yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid.”

Hadits ini dapat dijadikan dasar demi kepentingan bersama untuk menanggulangi
merebaknya virus corona. Maka alternatif lockdown sebagaimana yang pernah dilakukan
Rasulullah SAW sangat efektif untuk dilakukan segera.

10
Menurut Mukharom dan Havis (2020) berdasarkan al-Maqashid as-Syari’ah pada
prinsipnya hukum syariat bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia, baik di
dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan tersebut dapat tercapai apabila mencari dan
mengumpulkan segala sesuatu yang bermanfaat, dan menghindarkan diri dari segala yang
merusak. Dalam terminologi ushul fiqh dikenal dengan kaidah dar’ul mafasid muqoddam
‘alâ jalbil masholih (menghindarkan kerusakan/kerugian diutamakan atas upaya
membawakan keuntungan/kebaikan) dan adh-dhororu yuzalu (bahaya haruslah dihilangkan).

Islam juga tidak menghendaki kemudharatan kepada umatnya. Oleh karena itu, setiap
kemudharatan wajib hukumnya untuk dihilangkan, sehingga pencegahan terhadap hal-hal
yang mendatangkan kemudharatan lebih dikedepankan daripada menarik suatu kemaslahatan
di dalamnya. Termasuk mencegah merebaknya virus corona ini harus dilakukan dengan
segala upaya termasuk mengambil risiko yang bahayanya lebih sedikit untuk menghindarkan
diri dari bahaya yang lebih besar. Dengan demikian baik kebijakan lockdown maupun social
distancing merupakan salah satu cara untuk mengindarkan diri dari mafsadat (keburukan)
yang ditimbulkan wabah virus corona yang telah menjadi pendemi global, Hien Law (dalam
Mukharom dan Havis, 2020).

Kesimpulan

Gangguan kesehatan yang disebabkan karena adanya pandemic Covid-19 baik


kesehatan mental maupun fisik yang kemungkinan dialami masyarakat dapat dicegah dengan
menggunakan beberapa metode yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Gangguan kesehatan mental dapat dihindari dengan beberapa cara. Pertama, masarakat
mengerti akan makna kehidupannya, artinya manusia harus senantiasa bersyukur atas apa
yang dihadapinya berdasarkan sisi positif yang di dapatkan karena adanya wabah pandemic
ini, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 103. Kedua, mempunyai
emosi positif sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 197 serta menjaga
kesejahteraan jiwanya dengan spiritualitas salah satunya dengan cara bertafakkur bahwa
semua yang ada di muka bumi ini termasuk virus covid-19 adalah ciptaan Allah dan atas
kehendak Allah sebagaimana dijelaskan dalam QS. Yasin ayat 82.

Selain kesehatan mental, kesehatan fisik atau jasmani, tentunya indakan preventif
perlu dilakukan agar masyarakat terhindar dari wabah Covid-19 yang dapat menyerang
siapapun. Allah telah memberikan ketentuannya dalam Al-Quran, yang menjelaskan
bahwasanya manusia perlu memperhatikan makanan yang halal dan thayyib sebagaimana

11
dijelaskan dalam Qs. An-Nahl ayat 114, selain itu tentunya menjaga kebersihan merupakan
factor yang sangat penting dalam menjaga kesehatan selama masa pandemic Covid-19,
sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam QS. AL-Baqarah ayat 222. Dalam hal ini
Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya ketika wabah terjadi, “Dan apabila wabah
itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.”

12
DAFTAR PUSTAKA

Basit, A. (2017) Konseling Islam. Jakarta: Kencana.


Chandra, B. (2009). Ilmu Kedoteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Musnamar, T. (1992) Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islami. Yogyakarta: UII
Press.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Syarufuddin, dkk. (2017) Bimbingan dan Koseling Perspektif Al-Quran dan Sains. Medan:
Perdana Publishing.
Widyaningsih, D. (2020) Promosi dan Advokasi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
Zulkifli, dkk. (2020) Berkarya Bersama di Tengah Covid 19. Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press.
Afif, M & Khasanah, U. (2020) Urgensi Wudhu dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian
Ma’anil Hadits) dalam Perspektif Imam Musbikin. Jurnal Studi Hadits. 3 (2), hlm
227.
Arafik, H & Mukharom. (2020) Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah
Penyakit Menular dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus
Covid-19. Jurnal Salam. 7 (3), hlm 241.
Buana, D.R. (2020) Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi
Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa. Jurnal Salam. 7 (3),
hlm 223.
Indriya. (2020) Konsep Tafakkur Dalam Alquran Dalam Menyikapi Coronavirus Covid-19.
Jurnal Salam. 7 (3), hlm 214.
Jannah, N. (2015) Bimbingan Konseling Keagamaan bagi Kesehatan Mental Lansia. Jurnal
Bimbingan Konseling Islam. 6 (2), hlm 358.
Setyaningrum, W & Yanuarita, H.A. (2020) Pengaruh Covid-19 terhadap Kesehatan Mental
Masyarakat di Kota Malang. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. 4 (4), hlm 550.
Syarkawi, A. (2020) Bimbingan Konseling Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Al-
Mursyid. 2 (2), hlm 287.

13

Anda mungkin juga menyukai