Anda di halaman 1dari 2

Jual Beli Salam

 Pengertian jual beli salam


Kata salam berasal dari kata at-taslîm (‫)ال َّتسْ لِيْم‬. Kata ini semakna dengan as-salaf (‫ )ال َّسلَف‬yang
bermakna memberikan sesuatu dengan mengharapkan hasil dikemudian hari.

 Rukun dan syarat


Dalam jual beli salam, terdapat rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Pembeli (muslam)
b. Penjual (muslam ilaih)
c. Modal / uang (ra’sul maal)
d. Barang (muslam fiih). Barang yang menjadi obyek transaksi harus telah terspesifikasi
secara jelas dan dapat diakui sebagai hutang.

Sedangkan syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

a. Pembayaran dilakukan di muka (kontan).


b. Dilakukan pada barang-barang yang memiliki kriteria jelas.
c. Penyebutan kriteria barang dilakukan saat akad dilangsungkan.
d. Penentuan tempo penyerahan barang pesanan.
e. Barang pesanan tersedia pada saat jatuh tempo.
f. Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya dijamin pengusaha.

 Hukum

Hukumnya boleh, hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah dan orang-orang ketika itu meminjamkan buah-buahan (seperti kurma, gandum,
anggur dan lain sebagainya) selama setahun, dua tahun, dan bahkan tiga tahun, lalu beliau
berkata:

‫ْئ َف ْليُسْ لِفْ فِى َكي ٍْل َمعْ لُ ْو ٍم َو َو ْز ٍن َمعْ لُ ْو ٍم إِلَى أَ َج ٍل َمعْ لُ ْو ٍم‬ َ َ‫ َمنْ أَسْ ل‬.
ٍ ‫ف فِى َشي‬

“Barangsiapa yang meminjamkan (menghutangkan) sesuatu, hendaklah ia menghutangkannya


dengan takaran yang sudah diketahui, timbangan yang sudah diketahui dan batas waktu yang
sudah diketahui (oleh kedua belah pihak).”
 Syarat Muslam Fihi (barang yang dipesan)

Penyerahan barang dilakukan pada saat berada dimajelis akad.


Tempat penyerahan barang harus disepakati oleh pihak-pihak yang berakad.
Homogen (tidak bercampur dengan jenis yang lain).
Barang yang sesuai syariat (sah) diperjualbelikan.

- Syarat Ijab Qabul :

Harus jelas disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.


Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang
ditentukan bersama.
Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian
yang akan datang.
Akad harus pasti, tidak ada khiyar syarat.

Para ulama menyebutkan beberapa point penting yang berkenaan dengan jual beli ini, yaitu
sebagai berikut:

1. Dalam jual beli ini penjual tidak diperbolehkan membuat kesepakatan tertulis di dalam
akad dengan pembeli bahwa ia berhak mendapat tambahan harga yang terpisah dari harga
barang yang ada, di mana harga tambahan itu akan berkaitan erat dengan waktu pembayaran,
baik tambahan harga itu sudah disepakati oleh kedua belah pihak ataupun tambahan itu ia
kaitkan dengan aturan main jual beli saat ini yang mengharuskan adanya tambahan harga.

2. Apabila orang yang berhutang (pembeli) terlambat membayar cicilan dari waktu yang telah
ditentukan, maka tidak boleh mengharuskannya untuk membayar tambahan dari hutang yang
sudah ada.

3. Penjual tidak berhak menarik kepemilikan barang dari tangan pembeli setelah terjadi jual
beli.

4. Boleh memberi tambahan harga pada barang yang pembayarannya ditunda dari barang
yang dibayar secara langsung (cash).

5. Diharamkan bagi orang yang berhutang untuk menunda-nunda kewajibannya membayar


cicilan, walaupun demikian syari’at tidak membolehkan si penjual untuk memberi syarat
kepada pembeli agar membayar ganti rugi jika ia terlambat menunaikan kewajibannya
(pembayaran cicilan)

Anda mungkin juga menyukai