Oleh :
ARIENO ROGO
NIM. 200104008
A. PENGERTIAN
B. ANATOMI FISIOLOGI
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai
darah atau lendir. Selain diare, gejala disentri yang lain
meliputi kram perut, mual, dan muntah.
4. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),
purpura trombositopenia dan lain-lain.
5. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan
beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan
tanda sebagai berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah,
nafsu makan turun dan diare.
2. Muntah darah (hematemesis)
3. Mengeluarkan tinja kehitaman (melena)
4. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
5. Denyut nadi cepat, TD rendah
6. Akral teraba dingin dan basah
7. Nyeri perut
8. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
9. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
10. Ascites, hidratonaks dan edemo.
11. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
12. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila
secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam
bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif.
Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
13. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
E. PATOFISIOLOGIS
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran
kolateral dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada
dinding abdomen anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises
dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena
ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk
mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda
dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system
tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan
mengalami kegagalan. Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah
menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan
oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya
pigmen porfirin. Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian
bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang
/ gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan
tertahan pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses
menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai
keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam
setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna
hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang
tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode
perdarahan tunggal.
F. PATHWAYS
varises esofagus, ulkus peptikum, sirosis hepatis, Ca esofagus, Gastritis
Hipovolemia Kehilangan cairan berlebih Perfusi perifer tidak efektif Penurunan perfusi jaringan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologic
b. Barrium enema
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas
dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.
6. Ongiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang
tersembunyi dari visual endoskopik.
7. Colonoscopy
5. Penatalaksanaan bedah/operatif
6. Tirah baring
Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus,
dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.
I. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik, disebut juga dengan syok preload yang ditandai
dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat
terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai
B. Pengkajian
Data subyektif :
1. Pasien mengeluh mual, muntah
19. Nyeri
20. Lemas
21. Hiperperistaltik,
23. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan
protein darah oleh bakteri usus.
K. MASALAH KEPERAWATAN / KOLABORATIF
Masalah keperawatan atau kolaboratif yang sering muncul pada pasien dengan melena
diantaranya adalah :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Hipvolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Diagnosa Rencana keperawatan
No Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI)
Perfusi perifer tidak SLKI : Perfusi Perifer (L.02011) SIKI : Manajemen Syok Hipovolemik (I.02050)
1
efektif berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x4 jam perfusi perifer 1. Observasi
dengan penurunan meningkat dengan kriteria hasil : a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
konsentrasi Menin Cukup Sedang Cukup Menur nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
Indicator
hemoglobin gkat meningkat menurun un b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Warna kulit 1 2 3 4 5 c. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
Kode : D.0009
pucat kulit, CRT)
Kategori : Fisiologis Edema perifer 1 2 3 4 5
Parastesia 1 2 3 4 5 d. Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
Subkategori : Kelemahan otot 1 2 3 4 5 2. Terapeutik
Sirkulasi a. Pertahankan jalan nafas paten
b. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
c. Pasang jalur IV berukuran besar (mis. No 14 atau 16)
d. Pasang kateter urne untuk menilai produksi urine
e. Pasang selang nasogastric untuk dekompresi lambung
3. Kolaborasi
3. Edukasi
4. Kolaborasi
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta :
EGC
Chang, E., Daly, J., dan Elliot, D. 2009. Patofisiologi : Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta : EGC
Davey, P. 2005. At Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Grace. A. Pierce & Borley. Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC
Kumar, R. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Tangerang : Binarupa Aksara.
Mansjoer, dkk. 2007. Kapalita Selekta Kedokteran. Jakarta : Aeskulapius FKUI
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta : EGC.
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Syaifoellah Noer, dkk. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Volume 1.Edisi 8.Alih bahasa oleh Agung Waluyo, dkk. 2001. Jakarta:
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnosis. Edisi 1 Cetakan III. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.