Anda di halaman 1dari 57

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan seminar akhir keperawatan pada Tn. B dengan masalah keperawatan


gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di ruang Parkit RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat- Lawang ini telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa, Profesi Ners Stikes


dr. Soebandi Jember

Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Siti Rokhayati, SST


NIP.196907151989032001

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Hasim Ashari, S.Kep., Ns


NIP.197112021992031001
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menyelesaikan pembuatan Laporan Seminar Akhir Keperawatan Jiwa di ruang Parkit RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan Judul Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Tn. B dengan diagnose keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran ini dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan juga atas bimbingan dari para pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik dalam menyelesaikan penyusunan laporan seminar akhir keperawatan jiwa
ini.
1. Selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan laporan akhir departemen keperawatan jiwa ini.
2. Ibu Siti Rokhayati, SST selaku pembimbing ruangan RSJ DR. Radjiman
Wediodiningrat yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi, saran-saran dan
semangat dalam menyelesaikan laporan akhir departemen keperawatan jiwa ini.
3. Hasim Ashari, S.Kep., Ns. selaku kepala ruangan yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk, koreksi, saran-saran dan semangat dalam menyelesaikan laporan akhir
departemen keperawatan jiwa ini.

Kami menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkkan
kritik serta saran dari pembaca untuk kesempurnaan dari laporan seminar akhir ini. Demikian,
semoga laporan seminar akhir ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan RSJ. Dr. Radjiman
Wediodiningrat- Lawang dan mahasiswa Stikes dr. Soebandi. Terima kasih

Malang, Desember 2019

Kelompok 4
Resume Jurnal
1. Nama peneliti:
Mimi Aisyah, Jumaini, Safri
2. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui efektivitas terapi murottal al-qur’an terhadap skor halusinasipasien
halusinasi
3. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan desainpenelitian quasi eksperimental beruparancangan
penelitian pre-post test dengan design control group dengan teknikpengambilan sampel
purposive sampling.
4. Tempat dan waktu penelitian
Tempat : Penelitian ini dilakukan diRumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau
diRuang Siak, Kuantan, Kampar, Indragiri,Sebayang, dan Rokan
Waktu : Februari- Juni 2018
5. Populasi dan sampel
Sampel pada penelitian ini yaitu 33 responden 17 responden kelompok experimental
dan 16 responden kelompok kontrol
6. Intervensi
Pada jurnal ini intervensi yang dilakukan yaitu pada kelompok eksperimen sebanyak
17 responden diberikan terapi mendengarkan murotal Al-Qur’an selama 15 menit
7. Hasil penelitian
Intervensi terapi murottal Al-Qur’andengan uji Dependent sample T test
kelompokeksperimen menunjukkan hasil yang signifikanterhadap penurunan skor
halusinasi karenadidapatkan p value (0,000) < (α=0,05) danpada kelompok kontrol
menunjukan hasilyang tidak signifikan terhadap skor halusinasikarena didapatkan p
value (0,130) > (0,05).Hasil Uji Independent sample T testdidapatkan p value (0,000)
< (α=0,05), makadapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yangsignifikan efektivitas
terapi murottal AlQur’an terhadap skor halusinasi pada pasienhalusinasi.Terapi
murottal AlQur’an dapat memberikan pengaruh yang baik pada pasien halusinasi
sehingga terapi murottal Al-Qur’an ini dapat digunakan
sebagai terapi tambahan kepada pasienhalusinasi, hanya saja efek yang
ditimbulkanmungkin akan berbeda karena bergantungkepada faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
8. Saran penelitian
Bagi bidang ilmu keperawatan khususnya perawat jiwa diharapkan dapat menjadi ini
sebagai salah satu terapi pilihan bagi pasien yang mengalami halusinasi dan juga
masalah keperawatan jiwa lainnya.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologis atau mental seseorang
kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari.
Gangguan ini juga sering disebut gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam
masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf. Gangguan jiwa yang
dimiliki oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak
jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar
dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang lain dan tidak
mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari diam
saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Ada pula yang dapat diajak bicara
hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya. Dampak gangguan
jiwa antara lain gangguan dalam aktifitas sehari-hari, gangguan hubungan
interpersonal dan gangguan fungsi dan peran sosial (Lestari, Choirriyah, & Mathafi,
2014).
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang
berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas (Kaplan & Saddock
dalam Dermawan & Rusdi, 2013). Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2011) tanda
pasienmengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun
tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya. Halusinasi terjadi karena adanya reaksi
emosi berlebihan atau kurang, dan perilaku aneh Damaiyanti (2012). Bahaya secara
umum yang dapat terjadi pada pasien dengan halusinasi adalah gangguan psikotik
berat dimana pasien tidak sadar lagi akan dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan ruang
( Iyus Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Healt Organization), memperkirakan 450 juta
orang mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada
usia tertentu dimasa hidupnya (Putri, Komala< Keliat & Wardani, 2018).
Menurut Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami skizofrenia
sebanyak 0,17% atau sebanyak 400 ribu jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Jawa
Timur, penderita gangguan jiwa di Jatim pada tahun 2016 mencapai 2369 orang.
Jumlah itu naik sebesar 750 orang dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya 1619
penderita. Hasil Riskesdas Jatim 2018 terdapat prevalensi sebesar 4,53 untuk umur ≥
15 tahun, sedangkan gangguan mental emosiaonal untuk umur ≥ 15 tahunmengalami
penurunan yang signifikan dari tahun 2013 sebanyak 7,5, prevalensi turun menjadi
6,82 pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat
ada 2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi. Salah
satu pemberian terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat Clozapine untuk
mengatasi skizofrenia. Namun, sekitar 40 – 60 % pasien tidak memiliki respon yang
memadai, (Dellazizzo et al., 2018). Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah
satu diantaranya adalah terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur pakaian,
mencuci pakaian, mandi dan berolahraga. Sementara ada beberapa jenis terapi
komplementer yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi aktivitas yang umum
dilakukan yaitu, dengan pemberian murotal terapi dengan cara mendengarkan ayat suci
Al-Qur’an Surah Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78, (Wuryaningsih, Anwar,
Wijaya, & Kurniyawan, 2015).
Murotal terapi dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika
seseorang mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon rileks ,
tenang dan rasa nyaman. Selain itu dengan pemberian murotal terapi dapat digunakan
sebagai pengobatan stres. Beberapa studi menunjukkan bahwa membaca ayat-ayat suci
Al-Qur’an juga dapat memberikan stimulus positif untuk otak, (Putra et al., 2018).
Terapi dengan alunan bacaan Al-Qur’an. Stimulan murotal Al-Qur’an dapat dijadikan
alternatif terapi baru sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan
terapi audio lainnya karena stimulant Al-Qur’an dapat memunculkan gelombang delta
sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika, 2008) dalam (Ah, Endang,
Miranti.Florencia, & Fanni, 2016).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan secara paripurna dan untuk
mengetahui Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol
Halusinasi Pendengaran dan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
b. Mahasiswa mampu menganalisa data
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnose keperawatan
d. Mampu membuat intervensi keperawatan
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan
f. Mampu melakukan evaluasi
g. Mampu melakukan dokumentasi
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Menambah dan memahami dalam memberikan asuhan keperawtan jiwa pada
halusinasi
1.3.2 Manfaat bagi pendidikan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi
pengembangan praktik keperawatan jiwa dan pemecahan masalah dalam
bidang atau profesi keperatawan jiwa
1.3.3 Manfaaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan halusinasi.

1.3.4 Manfaat bagi tenaga kesehatan


Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien dengan halusinasi dan
sebagai pertimbangan perawat dalam penatalaksanaan kasus sehingga perawat
mampu memberikan tindakan yang tepat pada pasien.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan (Aziz, 2013).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
(Maramis, 2010). Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa
ada rangsangan dari luar ekternal.

B. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi
(post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
C. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Harga Diri Rendah


E. Tanda dan Gejala
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias
yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah.
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat.
F. Akibat yang ditimbulkan
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana
klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat
melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
G. Penatalaksaan Medis
Farmako:
a. Anti psikotik:
1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
3) Stelazine
4) Clozapine (Clozaril)
5) Risperidone (Risperdal)
b. Anti parkinson:
1) Trihexyphenidile
2) Arthan
H. Asuhan keperawatan
a. Data yang perlu dikaji :
 Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
DataSubyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang
kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
 Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
4) Klien merasa makan sesuatu.
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barangData Objektif :
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri.
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
4) Disorientasi
 Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan
b. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
c. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I :Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan Lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
4) Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
c. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll).
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian.
3) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
6) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
7) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga
dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat
2) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
4) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab
menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
3) Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS : 03-12-2019

Tanggal Dirawat di Ruangan : 03-12-2019

Tanggal Pengkajian : 09-12-2019

Ruang Rawat : Ruang parkit

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B (L/P)
Umur : 34 tahun
Alamat : Surabaya
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : OB (Office Boy)
JenisKel : Laki-laki
No CM : 133xxx

II. ALASAN MASUK


a. DataPrimer
Pasien mengatakan datang ke RSJ Dr. Radjiman wediodiningrat lawang di bawa oleh
dinsos surabaya karena sering menyendiri dan mendengar bisikan.
b. DataSekunder
Perawat mengatakan pasien datang ke RSJ dr. Radjiman widiodiningrat lawang
dibawa dinsos Surabaya karena sering mendengar orang laki-laki berbicara seperti
mengejek tetapi tidak ada wujudnya.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki seperti mengejek“kamu bodoh”
setiap pagi dan malam pasien merasa ingin memukul orang lain.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien diantarkan oleh dinas sosial Surabaya ke RSJ dr. Radjiman widiodiningrat lawang
karena sering menyendiri dan mendengar suara-suara yang seperti mengejekkurang lebih
1 minggu kemudian pasien dibawa ke RSJ dr. Radjiman widiodiningrat lawang untuk
diperiksa dan di sarankan rawat inap.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak
JikaYa,Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di RSJ dr. Radjiman widiodiningrat lawang
sebelumnya.

2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia PelakuKorbanSaksi

1. Aniayafisik ………… ………… ………… …………

2. Aniayaseksual ………… ………… ………… …………

3. Penolakan ………… ………… ………… …………

4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… ………… …………

5. Tindakan kriminal ………… ………… ………… …………

Tidak ada masalah.

b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri Jelaskan:


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki pemikiran untuk bunuh diri karena
pasien mengatakan takut dosa.

DiagnosaKeperawatan : Tidak ada masalah.


c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan)
Jika ada jelaskan :
Pasien mengatakan tidak memiliki pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


 Ya
 Tidak

Jika Ya jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit fisik.

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang jenis
narkotika.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Pasien dibawa ke rumah sakit jiwa Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Diagnosa keperawatan : Koping individu tidak efektif

4. Riwayat Penyakit Keluarga Anggotakeluarga yang gangguanjiwa ?


 Ada
 Tidak
Jika ada :
Hubungankeluarga :Tidak ada

Gejala :Tidak ada

Riwayat pengobatan :Tidak ada

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah


V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram:
Keterangan :
= Laki-laki
x = Perempuan
= Anak
34 = Menikah
= Pasien
= Meninggal

Jelaskan:

- Pasien mengatakan sejak kecil diasuh oleh kedua orang tuanya sifat orang
tuanya baik, sabar,orang tuanya meninggal sejak 3 tahun yang lalu sejak orang
tuanya meninggal kemudian diasuh oleh nenek sama bibinyasifat neneknya
sabar
- Pola komunikasi baik dalam keluarganya selalu berinteraksi satu sama lain
- Pengambilan keputusan dalam keluarga tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah


2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan tidak menyukai anggota tubuh bagian kulit karena merasa
kulitnya hitam sehingga pasien mengatakan malu sama semua orang disekitarnya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan namanya Baihaki, nama panggilannya baihaki pendidikan
terakhirnya sampai SMA dengan paket C. pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit jiwa dan dinas sosial pasien bekerja sebagai OB (Office Boy) di salah
satu hotel di kota Batam.
c. Peran :
Pasien mengatakan sebagai anak bungsu di keluarganya dan menjalankan peran
tersebut karena pasien mengatakan selalu menuruti perintah orang tuanya (bekerja
untuk membantu memenuhi kebutuhan).

d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan ingin bekerja kembeali.

e. Hargadiri :
Pasien mengatakan malu dengan warna kulitnya yang hitam sehingga jarang bicara
dengan teman dan perawat. Saat pasien mengatakan malu pasien menunduk
Diagnosa Keperawatan:Harga diri rendah situasional

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat

Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya tetapi jika ada masalah tidak
mau bercerita dengan siapa-siapa.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial

Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi di lingkungan


rumahnya karena mengaku tidak suka bergaul. Pasien lebih suka diam dirumah
dan tidak melakukan apa-apa hanya membantu neneknya belanja ke pasar.

c. Hambatandalamberhubungandengan orang lain

Pasien mengatakan tidak suka berkomunikasi dengan orang lain dan lebih suka
bergaul dengan perempuan karena pasien merasa jika bergaul dengan laki-laki
tidak bisa memulai pembicaraan dan tidak ada topik yang mau dibicarakan.
Diagnosa Keperawatan :isolasi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan

Menurut Pasien gangguan jiwa menurut agamanya adalah orang yang kurang
mendekatkan diri kepada Tuhannya menurut norma dan budayanya tidak tahu.

b. Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan beribadah sholat saat di rumah, di rumah sakit sholat


melakukan sholat berjamaah, pasien melakukan sholat hanya dhuhur saja
selebihnya tidak sholat karena tidak ada yang mengimami

Diagnosa Keperawatan:Tidak ada masalah

VI. PEMERIKSAAAN FISIK


1. Keadaan umum

Composmentis

2. Kesadaran (Kuantitas)

GCS : E4V5M6

3. Tanda vital:
TD : 100/80 mm/Hg
N : 87x/menit
S : 36,5ºC
P : 18 x/menit
4. Ukur:
BB : 52 Kg

TB : 155 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Penampilan pasien terlihat rapi dan benar dalam berpakaian dan pasien terlihat rapi.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah


2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan:
Pada saat wawancara pasien berbicara dengan frekuensi jarang, volume pembicaraan
pasien pelan, dan jumlah pembicaraan pasien sedikit, karakter bicara pasien lancar
(tidak gagap).

Diagnosa Keperawatan:gangguan komunikasi verbal


3. Aktifitasmotorik/Psikomotor Kelambatan :
 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan:

Pasien banyak diam, suka menyendiri dikamar, tidak mau melakukan aktivitas bila
tidak diajak.

Peningkatan :
 Grimace
 Hiperkinesia,hiperaktifitas
 Stereotipi  Otomatisma
 Gaduh Gelisah Katatonik  Negativisme
 Mannarism  Reaksikonversi
 Katapleksi 
Tremor
 Tik  Verbigerasi
 Ekhopraxia  Berjalankaku/rigid
 Command automatism  Kompulsif :sebutkan …………

Jelaskan:

Tidak ada

Diagnosa Keperawatan :intoleransi aktivitas


4. Mood dan Afek
a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain lain
Jelaskan : pasien mengatakan kesepian

b. Afek
Sesuai  Tidak sesuai
 Tumpul/dangkal/datar  Labil
Jelaskan:

Afek pasien tidak sesuai, pada saat mengatakan kesepian pasien terlihat tersenyum

Diagnosa Keperawatan : hambatan pengelolaan mood


5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan  Kontak mata kurang
 Tidak kooperatif  Defensif
 Mudah tersinggung  Curiga

Jelaskan :

Pada saat wawancara pasien sangat kooperatif tetapi kontak mata kurang tidak
menatap lawan bicara pasien selalu menunduk.

Diagnosa Keperawatan : gangguan interaksi sosial

6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidakada
Jelaskan:
Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki yang sedang mengejek dengan
kata ‘kamu bodoh”. Suara itu muncul setiap pagi dan malam hari. Pasien mengatakan
jika suara itu muncul pasien merasa jengkel dan ingin memukul orang lain.

Diagnosa Keperawatan : gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir
a. ArusPikir:
 Koheren  Inkoheren
 Sirkumtansial  Asosiai longgar
 tangensial  Flight of Idea
 Blocking  Perseverasi
 Logorhoe  Neologisme
 Clang Association  Main kata kata
 Afasia  Lain lain…
Jelaskan:
Pada saat wawancara dengan pasien, pasien menjawab pertanyaan dengan tepat.
Saat pengkajian perawat menanyakan alur kegiatan apa saja yang di lakukan pasien
menjawab (mandi pagi, shalat subuh, makan dan senam bersama).
b. Isi Pikir
 Obsesif  Fobia,sebutkan…………..
 Ekstasi  Waham:
 Fantasi O Agama
 Alienasi O Somatik/hipokondria
 Pikiran bunuh diri O Kebesaran
 Preokupasi O Kejar / curiga
 Pikiran isolasisosial O Nihilistik
 Ide yang terkait O Dosa
 PikiranRendahdiri O Sisip pikir
 Pesimisme O Siar piker
 Pikiran magis O Kontrol pikir

 Pikiran curiga 
Lain lain :

Jelaskan :

Pasien mengatakan suka menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain
karena merasa tidak tau cara untuk berkomunikasi duluan.

c. Bentuk pikir :

 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan:
Pasien mengatakan mendengar suara-suara bisikan orang yang sedang mengejek
mengatakan “kamu bodoh”.

Diagnosa Keperawatan:Perubahan proses pikir

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat,
orang)
Jelaskan:

Ketika pengkajian pada saat di tanya waktu, jam pasien menjawab dengan benar
(jam 4 sore), ketika di tanya di sini tempat apa pasien menjawab kurang tepat
(pasien mengatakan di rumah sakit tempat industri), ketika di tanya nama orang
pasien menjawab benar (menyebut nama mas rizky).
 Meninggi
 Menurun:
 Kesadaran berubah
 Hipnosa
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan:

Pasien tidak memiliki kesadaran meninggi maupun menurun.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah


9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan dayaingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:

Daya ingat pasien baik karena pasien mampu menyebutkan nama perawat lagi dalam
kurun waktu 15 menit setelah berbincang-bincang (daya ingat jangka pendek).
Daya ingat pasien baik karena pasien mampu menyebutkan kembali nama perawat
keesokan harinya (daya ingat jangka menengah).
Daya ingat pasien baik karena mampu mengingat nama kelima saudaranya yang
sudah lama tidak bertemu (daya ingat jangka panjang).

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah


10. Tingkat Konsentrasi dan
Berhitung a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:

Pada saat diwawancarai konsentrasi mudah teralih, jika melihat obyek lain pasien
langsung melihat ke obyek tersebut

b. Berhitung
Jelaskan:
Pada saat mengkaji kemampuan berhitung pasien mampu menjawab pertanyaan
dengan tepat (10+5 = 15), (15-3 = 12), (5x5 = 25), (2 : 2 = 1).

Diagnosa Keperawatan: perubahan proses pikir


11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna

Jelaskan :
Pasien dapat mengambil keputusan setelah di beri penjelasan
Ds : saya dapat menghardik suara-suara tidak berwujud yang saya dengar

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

12. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:

Pasien mengatakan kondisinya baik-baik saja dan tidak merasa sedang sakit.

Diagnosa Keperawatan: perubahan proses pikir

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 perawatan kesehatan,
 transportasi,
 tempat tinggal.
 Keuangan dan kebutuhan
lainnya.
Jelaskan:
Pasien mengatakan jika ingin memeriksakan kesehatannya diantar oleh
keluarganya. Pasien mengatakan jika pulang dari RSJ lawang akan kembali ke
dinas sosial Surabaya dan akan di jemput oleh petugas dinas sosial Surabaya.

2. Kegiatan Hidup Sehari


hari a. Perawatan diri
1) Mandi Jelaskan :
Pasien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, pasien memakai
sabun saat mandi dan menyikat gigi, pasien tampak rapi dan bersih.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan :
Pasien mengganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang di sediakan di
rumah sakit. Pasien mengenakan pakaian dengan benar dan rapi baju
terkancing dan tidak terbalik.
3) Makan
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada makanan pantangan. Pasien makan
bersama-sama di meja makan 3x sehari dan selalu habis, pasien pada saat
makan tidak berceceran, setelah makan selalu cuci tangan.

4) Toileting (BAK, BAB)


Jelaskan :
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5x sehari, pasien mampu
melakukan eliminasi dengan baik menjaga kebersihan setelah BAB dan
BAK dengan baik dan pasien selalu melakukan eliminasi di toilet, setelah
BAB dan BAK aelalu di siram dan selalu cuci tangan.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

b. Nutrisi
- Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari :

Pasien mengatakan makan 3x sehari pagi, siang, dan sore hari.

- Bagaimana nafsu makannya :


Pasien mengatakan saat makan selalu di habiskan.
- Bagaimana berat badannya :

Berat badan pasien normal.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 14.00 s/d 15.00

Tidur malam, lama : 21.00 s/d 05.00

Aktifitas sebelum/sesudah tidur : merapikan tempat tidur,

Jelaskan :
Pasien mengatakan tidur siang selama 1 jam yaitu dari jam 14.00 s/d 15.00,
tidur malam jam 21.00 s/d 05.00. pasien tidak memiliki aktivitas sebelum
tidur tetapi sat bangun tidur pasien biasanya bersih-bersih dan mandi. Pasien
mengatakan tidak memiliki gangguan tidur.
2) Gangguan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain lain
Jelaskan :

Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan tidur.

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah

3. Kemampuan lain lain


 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan mampu mandi dan makan sendiri.
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien tidak mampu membuat keputusan sendiri. Saat melakukan aktivitas seperti
(mandi, makan, shalat) harus di ajak dulu baru mau.
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.

Pasien mengatakan jika sakit selalu diantar keluarganya untuk periksa ke


pelayanan kesehatan terdekat.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah.

4. Sistem Pendukung Ya Tidak


Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Terdapat puskesmas di daerah tempat tinggal pasien.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan :

Pasien mengatakan jika memiliki masalah pasien memilih untuk diam.

Diagnosa Keperawatan: koping individu tidak efektif

X. MASALAH PSIKOSOSIALDAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah percaya diri untuk memulai pembicaraan dengan
orang lain.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan orang-orang dilingkungannya.

 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah bermasalah dengan pendidikan.

 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan pernah bekerja di hotel di kota batam sebagai OB (Office Boy)

 Masalah dengan perumahan,


spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungaanya.

 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya


Jelaskan :
Tidak terkaji

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan.

 Masalah lainnya, spesifiknya


Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah yang terjadi saat ini.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb
 Penyakit/gangguan jiwa  Penatalaksanaan
 Sistem pendukung  Lain-lain, jelaskan
 Faktor
presipitasi
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit apa-apa, pasien tidak tau tentang
penyakitnya.
Diagnosa Keperawatan:Defisiensi pengetahuan.

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F20
Axis II : ........................................................................................................................
Axis III : .........................................................................................................................
Axis IV : .........................................................................................................................
Axis V : ........................................................................................................................
2. Terapi Medis

No Nama obat Indikasi Dosis Cara Efek samping


minum
1. Trifluoparazine Untuk 5 mg Oral Tremor, hipersaliva
pasien 1-0-1 ,sulit menelan,
gangguan gelisah
mental/mood
2. CPZ Untuk 100 mg Oral Hilang nafsu
(Chlorpromazine meredakan 0-0-1 makan, sulit tidur,
) gelisah sakit kepala.
XIII. ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensori :


DS: Halusinasi
Pasien mengatakan sering mendengar suara
laki-laki yang sedang mengejek dengan kata
‘kamu bodoh”setiap pagi dan malam hari,
Pasien mengatakan jika suara itu muncul pasien
merasa jengkel dan ingin memukul orang lain

DO:
- Pasien sering melamun
- Kontak mata kurang

2. DS: Gangguan Komunikasi Verbal


Pasien mengatakan tidak mudah bergaul
sehingga jarang berkomunikasi dengan teman
sekamarnya.

DO:
- Berbicara dengan frekuensi jarang
- Volume pembicaraan pasien pelan
- Pembicaraan pasien sedikit
- Karakter berbicara pasien lancar (tidak
gaga)

3. DS: Harga diri rendah situasional


Pasien mengatakan malu keteman dan perawat
3. karena warna kulitnya yang hitam

DO:
- Saat pasien mengatakan malu pasien
menunduk
Kontak mata kurang
-

4. DS: Isolasi sosial


Pasien mengatakan jika ada masalah tidak mau
bercerita dengan orang lain dan tidak suka
berkomunikasi dengan orang lain.

DO:
- Tidak melakukan aktivitas apabila tidak
diajak
5. DS: Defisien pengetahuan
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit
apa-apa

DO:
Pasien tidak tau tentang penyakitnya

6. DS: Hambatan pengelolaan mood


pasien mengatakan kesepian

DO:
Afek pasien tidak sesuai pada saat mengatakan
kesepian pasien terlihat tersenyum
7. DS: Intoleransi aktifitas
pasien mengatakan malas untuk beraktifitas

DO:
- Pasien banyak diam
- Aktivitas motorik mengalami perlambatan/
hipoaktif
- Tidak mau melakukan aktivitas bila tidak
diajak
DS:
8. pasien mengatakan jika memiliki masalah Koping tidak efektif
pasien tidak mau bicara/ bercerita pada orang
lain

DO:
- Pasien dibawa ke RSJ

DS: Perubahan proses pikir


- Pasien mengatakan suka menyendiri dan
tidak mau berinteraksi dengan orang lain
karena tidak tau cara untuk berkomunikasi
duluan
- Pasien mengatakan mendengar suara yang
9. sedang mengejek
DO:
- Isi pikir pasien: pikiran isolasi sosial,
pikiran rendah diri
- Bentuk pikir pasien non realistis

10. DS: Gangguan interaksi sosial


DO:
- Pada saat wawancara kontak mata pasien
kurang tidak menatap lawan bicara
- Pasien menunduk dan melamun dengan
pandangan kosong
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Harga diri rendah situasional
3. Isolasi sosial
4. Defisien pengetahuan
5. Koping individu tidak efektif
6. Gangguan komunikasi verbal
7. Intoleransi aktivitas

8. Hambatan pengelolaan mood

9. Gangguan interaksi sosial

10. Perubahan proses pikir

XV. POHON MASALAH

Resiko mencederai orang lain

halusinasi

Isolasi sosial intoleransi aktivitas

Harga diri rendah

Defesiensi pengetahuan, koping individu tidak efektif

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

2. ………………………………………………
3. ………………………………………………
4. .………………………………………………

Lawang, ……………………….
Perawat yang mengkaji
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Nama : Kelompok 4 Ruang : Parkit


No CM : 133xxx Unit :
Tgl Dx Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
10 Gangguan Tum : Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan : Bina hubungan saling
Des persepsi Klien dapat menunjukkan tanda-tanda - Memberi salam pada setiap kali percaya mempermudah
2019 sensori : mengontrol percaya pada perawat : berinteraksi dalam melakukan asuhan
Halusinasi halusinasinya yang 1. Ekspresi wajah - Tanya dan panggil nama kesukaan keperawatan.
dialaminya. bersahabat pasien
2. Menunjukkan rasa - Tunjukkan sikap simpati, jujur dan
Tuk 1 : senang menepati janji setiap kali berinteraksi
Klien dapat 3. Kontak mata baik - Tanyakan perasaan pasien dan
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan masalah yang sedang di hadapi klien
saling percaya. 5. Bersedia menceritakan - Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaan dan
mengungkapkan
masalahnya.

Tuk 2 : Setelah 1x interaksi klien dapat 2. Diskusikan dengan klien. Untuk menentukan jenis
Klien dapat menyebutkan - Halusinasi apa yang klien rasakan, halusinasi yang dialami
mengendalikan 1. Isi pendengaran, penglihatan, perabaan, pasien.
halusinasinya. 2. Frekuensi pengecapan, atau penciuman
3. Waktu - Kapan waktu munculnya halusinasi
4. Situasi/keadaan yang - Seberapa sering halusinasi yang
menimbulkan datang kepadanya
halusinasinya - Dalam situasi seperti apa
5. Perasaan saat halusinasi halusinasinya datang
mengganggu. - Bagaimana perasaan
Setelah 1x interaksi klien
Tuk 3 : mampu menyebutkan cara 3. Jelaskan pada pasien cara-cara Dengan mengontrol
Klien dapat mengontrol halusinasinya : mengontrol halusinasinya halusinasi diharapkan
menyebutkan cara 1. Menghardik - Menghardik, melawan bahwa klien mampu untuk cepat
mengontrol 2. Obat-obatan halusinasinya tidak nyata sehat kembali.
halusinasinya. 3. Bercakap-cakap - Bercakap-cakap dengan orang lain
4. Aktivitas kegiatan - Mengalihkan halusinasinya dengan
sehari-hari. beraktivitas kegiatan sehari-hari

Setelah 1x interaksi klien


Tuk 4 : mampu mengontrol 4. Jelaskan pada klien cara menghardik Dengan mengontrol
Klien dapat halusinasinya dengan cara - Membantu dan melatih klien dalam halusinasi dengan cara
mengontrol dengan menghardik. melaksanakan praktik menghardik menghardik diharapkan
cara menghardik untuk melawan halusinasinya. suara-suara yang sering
- Beri pujian saat klien mampu dan klien dengar dapat
dapat memperlihatkan cara hilang.
menghardik
- Jelaskan kapan cara menghardik
dilakukan.

Tuk 5 : 5. Bantu klien untuk memasukkan cara


Klien dapat Setelah 1x interaksi klien dapat menghardik pada jadwal klien. Dengan memasukkan
memasukkan pada memasukkan pada jadwal - Bantu dan pantau klien dalam latihan ke dalam jadwal
jadwal harian kegiatan harian melaksanakan praktek mengontrol harian diharapkan pasien
1. Membuat catatan halusinasinya dengan bercakap- mampu mengontrol
kegiatan cakap dengan orang lain halusinasinya dan
- Ajarkan klien mengikuti TAK terlebih lagi bisa
orientasi realita membuat jadwal menghilangkan
latihan bercakap-cakap halusinasinya.
- Ajarkan klien berkenalan dengan
orang lain.
DOKUMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI

SP 1 S : pasien mengatakan suara bisikan yang


1. Membina hubungan saling percaya tidak berarti (kamu bodoh) bisikan
2. Mengetahui halusinasi (16.00) terdengar sewaktu-waktu dan saatb tidak
3. Mengontrol dengan menghardik, melakukan apa-apa, ketika muncul
minum obat, bercakar-cakap, bisikan pasien merasa gelisah dan jengkel
melakukan kegiatan
4. Memasukkan ke jadwal harian 1 hari O : pasien terkadang melamun, dan pasien
sering menyendiri dan sering berbicara

A : pasien mampu BHSP

P : pertahankan hubungan saling percaya


dengan klien
- Evaluasi cara menghardik
- Lamjut SP 2

SP 2 S : 1. Pasien mengatakan “ iyasaya bisa”


1. Mengevaluasi SP 1 pergi kamu jangan ganggu saya kamu
2. Melatih cara mengontrol halusinasi tidak nyata
dengan melakukan kegiatan harian
O : pasien mampu memperagakan cara
mengontrol halusinasinya dengan baik

A : pasien mampu menyebutkan cara


mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik

P : lanjut SP 3
- Mengontrol halusinasinya dengan
bercakap-cakap.

SP 3 : S : klien mengatakn masih ingat cara


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian mengontrol jika halusinasinya datang
2. Melatih klien mengendalikan dengan melakukan kegiatan seperti
kegiatan (kegiatan yang bisa merapikan tempat tidur.
dilakukan di rumah)
3. Menganjurkan klien memasukkan O : klien mampu mempraktekkan cara
dalam jadwal kegiatan menghardik jika halusinasinya datang

A:
1. Klien mampu mengendalikan
halusinasinya dengan melakukan
kegiatan.
2. Klien mampu memasukkan
jadwal kegiatan
3. SP 1,2,3 tercapai

P : lanjut SP 4
- Evaluasi klien cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
aktivitas.
SP 4 : S : klien mengatakan sudah minum obat yang
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian diberikan perawat secara teratur dan
klien. mengerti fungsi obat yang di berikan.
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat teratur O : klien tenang
3. Mengajarkan klien memasukkan dala - Klien terlihat meminum obat sebelum
jadwal harian. makan

A : SP 1,2,3 tercapai

P : mengulang SP 1-4
- Ajarkan klien untuk memperagakan
cara mengontrol halusinasinya
dengan minum obat.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari : Selasa, 10 Desember 2019
Pertemuan ke 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien mengenali halusinasinya

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! perkenalkan nama saya Riski Juniarto, bisa dipanggil
Riski, saya dari Stikes dr.Soebandi Jember, bapak namanya siapa ?
Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? apa bapak masih mendengar
suara-suara ?
Kontrak : Pak, bagaimana kalau nhari ini kita mengobrol tentang suara-
suara yang sering bapak dengar namun tidak ada wujudnya pak
?
Topik : Bagaimana kalau hari ini kita ngobrol-ngobrol tentang suara-
suara yang sering bapak dengar namun tidak ada wujudnya
pak ?
Waktu : Waktunya 15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : tempatnya dimana pak ? apakah didalam atau diluar rungan ?
bagaimana kalau diluar ruangan saja didepan teras ?
b FASE KERJA
Apakah bapak mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ? saya percaya
bapak bapak mendengar suara-suara itu namun saya tidak mendengarnya pak.
Kapan suara-suara itu terjadi pak ? pagi, siang, sore atau malam ? bapak
mendengar suara itu jarang atau sering pak berapa kali bapak mendengar
suara-suara itu ? kira-kira kalau sudah mendengar suara itu apakah lama atau
hanya sebentar ? apa yang menyebabkan suara-suara itu muncul pak ? apa dan
bagaimana perasaan bapak saat mendengar suara-suara itu ?
c FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa menyebutkan isi,
frekuensi, waktu dan siasi serta perasaan bapak pada saat mendengar
suara-suara yang tidak ada wujudnya.
2. Rencana Tindakan Lanjut
Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara menghardik
atau mengusir halusinasi yang bapak alami ?
3. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol tentang
mengontrol suara-suara yang sering ba[pak dengar dengan cara
menghardik atau mengusir suara-suara yang bapak alami ?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok
ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. B Ruang: Parkit No. RM: 133xxx


No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
DX & Jam KEPERAWATAN
1. 10 Des 1. Bina hubungan saling percaya. S:
2019 “pagi mas”
a. Beri salam sebelum “nama saya bayhaqi”
berinteraksi “saya mendengar suara ejekan
b. Perkenalkan nama dan tujuan (kamu bodoh)”
berinteraksi “jarang mas”
c. Tanya dan panggil nama “saya tidak tau mas tiba-tiba
kesukaan berinteraksi muncul ”
d. Tunjukkan sikap empati jujur “hanya sebentar mas”
dan menepati janji setiap “ya saya kesal mas tapi saya
berinteraksi tahan”
e. Tanyakan perasaan klien dan “iya mas”
masalah yang dihadapi klien
f. Penuhi kebutuhan dasar klien
O:
2. Diskusikan dengan klien. - pasien lebih sering menunduk
- pasien melihat tangan perawat
a. Halusinasi apa yang klien ketika perawat nulis
rasakan : pendengaran, - kontak mata dengan perawat
penglihatan, perabaan,
pengecapan atau penciuman. A:
b. apa isi halusinasinya - pasien mampu menjalin
c. kapan waktu munculnya hubungan saling percaya dengan
halusinasi perawat
d. seberapa sering halusinasi yang - pasien mampu mengenali
dialami datang halusinasi
e. dalam situasi apa halusinasinya
muncul.
P:
- Lanjut masalah pasien untuk
mengontrol halusinasinya dengan
menghardik

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari : Rabu, 11 Desember 2019
Pertemuan ke 2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Tindakan Keperawatan
2) Membantu pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul sekali
pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? sesuai kesepakat kemarin, hari
ini kita mengobrol dan memperagakan cara mengontrol suara-suara yang
sering mengganggu bapak dengan cara mengahardik ya pak
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar cara mengontrol dan mengusir suara-suara
yang sering mengganggu bapak dengan cara menghardik ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : Tempatnya dimana pak ? bagaimana kalau ditaman saja pak ?

b FASE KERJA
Pak, hari ini kita belajar cara menghardik suara-suara yang sering bapak alami,
apakah bapak mau dan sudah siap pak ? baiklah kalau sudah siap akan saya
contohkan terlebih dahulu ya, nanti bapak ikuti dan peragakan seperti cara
yang sudah saya ajarkan ya pak ! “(perawat tutup telinga) pergi- pergi saya
tidak mau dengar,jangan ganggu aku, stop, pergi saya tidak mau diganggu
lagi !” bagaimana pak, apakah bapak bisa menggunakan cara yang seperti saya
ajarkan barusan ? kalau begitu coba sekarang bapak peragakan cara yang
barusan kita pelajari pak, “nah bagus” coba sekali lagi pak, “nah bagus, nanti
kalau bapak mulai mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya bapak
gunakan cara ini ya !”
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara mengontrol dan
mengusir suara-suara yang sering mengganggu bapak dengan cara
menghardik dari tadi ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“Setelah kita dari awal mengobrol tadi, bapak sudah bisa ya pak
mengontrol dan mengusir suara-suara yang mengganggu bapak dengan
cara menghardik”
5. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang cara minum
obat yang baik dan benar ya pak, dan manfaat minum obat serta kerugian
tidak minum obat”
6. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
minum obat yang baik dan benar dan manfaat minum obat serta
kerugian tidak minum obat
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok
ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. B Ruang: Parkit No. RM: 133xxx


No Tanggal & IMPLEMENTASI EVALUASI
DX Jam KEPERAWATAN
2. 11 Des 1. Jelaskan pada klien mengontrol S:
2019 halusinasi dengan cara “sore mas”
menghardik “Baik mas”
“iya mas saya mau”
a. Bantu dan pantau klien dalam “saya mau belajar cara itu”
melaksanakan praktek menghardik “tutup telinga sambil mengatakan
untuk melawan halusinasinya. (pergi pergi aku ngga mau bicara
b. Beri pujian saat klien dapat sama kamu lagi, kamu itu palsu !
mempraktikkan cara menghardik. pergi jangan ganggu saya lagi)”
c. Jelaskan kapan cara menghardik “Baik mas”
dilakukan. “iya mas”

O:
- kontak mata pasien keperawat
kurang
- pasien bisa memperagakan cara
menghardik halusinasinya

A:
- pasien mampu mengontrol
halusinasinya dengan cara
menghardik
P:
- Lanjutkan intervensi (Sp 2)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari : Rabu, 12 Desember 2019
Pertemuan ke 3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Klien mengerti pentingnya penggunaan obat
2) Klien mengerti akibat bila obat tidak digunakan sesuai program atau
bila putus obat
3) Menjelaskan cara mendapatkan atau berobat
4) Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengevaluasi SP 1
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan 6 benar
3) Menjelaskan manfaat atau keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya? Nah bagus.
2. Evaluasi/validasi
Pak bagaimana perasaannya sekarang ? Apa suara-suara itu masih sering
mengganggu bapak? Apakah sudah dipakai cara-cara yang telah kita latih
dari kemarin? sesuai janji saya kemarin bahwa hari kita akan belajar
tentang manfaat dan kerugian jika tidak minum obat pak.
3. Kontrak
Topik : bagaimana kalau hari ini kita ngobrol-ngobrol tentang manfaat
dan kerugian obat pak ?
Waktu : waktunya 15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : tempatnya dimana pak ? apakah didalam atau diluar ruangan ?
b FASE KERJA
Pak, saya ingin bertannya, pada saat bapak minum obat adakah bedanya
dengan tidak minum obat? Obat yang diminum bapak warna apa aja? Apakah
saat selesai minum obat bapak masih sering mendengar suara-suara yang tidak
ada orangnya? Nah kalau begitu artinya, bapak sangat penting minum obat
supaya bapak merasa lebih tenang dan suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu bapak tidak muncul lagi. Ada berapa obat yang bapak minum?
Kalau pagi bapak minum obat apa dan warna apa? Kalau sore berapa pak yang
dimunum? Warna apa saja pak? Nah obat yang warna putih namanya THP agar
pikiran bapak rileks atau santai untuk yang warna pink HLP agar pikiran jadi
teratur Nah, kalau begitu bapak tidak boleh sampai tidak minum obat karena
itu bisa berakibat fatal, bapak jika berhenti minum obat maka akan lebih susah
untuk disembuhkan sudah mengerti kkan pak? Kalau bapak sudah sampai ke
waktunya minum obat, bapak boleh langsung bilang dan minta ke perawat
yang jaga
c FASE TERMINASI
7. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah saya jelaskan manfaat obat yang bapak
minum ?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah kita belajar mengenai obat tadi, saya harap bapak bisa patuh ya
minum obatnya, kalau sudah waktunya minum obat minta ya ke
perawatnya
8. Rencana Tindakan Lanjut
Nah selanjutnya bagaimana kalau kita belajar bercakap-cakap dengan
orang lain pak?
9. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai belajar
bercakap-cakap dengan orang lain pak?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok
ya pak

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama: Tn. B Ruang: Parkit No. RM: 133xxx
No Tanggal & IMPLEMENTASI EVALUASI
DX Jam KEPERAWATAN
3. 12 des Sp 3 S:
2019 1. Mengevaluasi SP 1 “sore juga”, “mas riski”
2. Menjelaskan dan melatih klien “baik”,”kadang-kadang mas ”, “iya
minum obat dengan prinsip 6 sudah” ,“iya”, “diluar ruangan”,
benar “iya ada”, “iya ada mas habis
3. Menjelaskan manfaat atau minum obat rasanya enak”, “saya
keuntungan minum obat dan minum obat warna putih sama
kerugian tidak minum obat pink”, “habis minum obat tidak ada
suara bisikan”, “ada dua putih sama
pink”, “minum dua obat warna
putih dan pink”, “sama mas putih
sama pink”, “oh iya”, “iya mas”,
“iya mengerti”, “iya”

O:
- Kontak mata mudah teralihkan
- Pasien terlihat lemas tidak
bersemangat
A:
- pasien mampu menyebutkan
obat yang diminum
- pasien mengetahui jadwal
minum obat
P:
Lanjutkan SP 4 (mengontrol
halusinasi dengan beraktivitas)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari : Kamis, 13 Desember 2019
Pertemuan ke 4

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul sekali
pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? Apakah bapak masih sering
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ?
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar mengontrol halusinasi atau suara-suara
yang mengganggu bapak dengan bercakap-cakap ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : bagaimana kalau tempatnya didalam ruangan saja apakah
bapak setuju?
b FASE KERJA
Pak untuk mencegah atau mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar
namun tidak ada wujudnya itu bisa dengan cara bercakap-cakap bersama orang
lain. Jadi kalau bapak mulai dengar suara-suara yang tidak ada wujudnya itu
bapak langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman atau
perawat untuk mengobrol dengan bapak. Akan saya contohkan ya pak, “tolong
saya mulai mulai mendengar suara-suara ayo ngobrol dengan saya”. Begitu ya
pak caranya, coba bapak tirukan seperti yang saya lakukan barusan bisa pak?
Ya bagus! Coba sekali lagi pak, nah bagus sekali terus berlatihh ya pak dan
jadikan cara ini sebagai cara bapak untuk mengusir suara-suara itu.
c FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan bercakap-cakap
bersama orang lain?
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
Setelah dari awal kita mengobrol tadi, bapak sudah bisa dan mampu
menirukan dan mempraktikan cara yang sudah saya ajari dengan baik.
2. Rencana Tindakan Lanjut
Bagaimana kalau besok kita ngobbrol lagi mengenai cara mengonntrol
suara-suara yang sering bapak dengar dengan cara mengisi waktu dengan
melakukan kegiatan
3. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mengobrol mengenai cara
mengonntrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan cara
mengisi waktu dengan melakukan kegiatan
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok
ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. B Ruang: Parkit No. RM: 133xxx


No Tanggal & IMPLEMENTASI EVALUASI
DX Jam KEPERAWATAN
4. 13 des SP 3 S:
2019 1. Mengevaluasi SP2 “sore juga” “sudah jarang muncul
2. Melatih cara mengontrol mas” “baik mbak” “iya mbak
halusinasi dengan cara bersedia” “diluar saja mbak” ,
melakukan kegiatan harian “tolong saya mulai mendengar
sesuai jadwal ruangan. suara-suara, ayo ngobrol dengan
saya”, “iya mbak”
O:
 Kontak mata pasien ke perawat
mudah beralih.
 Pasien tenang dan kooperatif.
A:
 Pasien mampu pempraktekkan
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
P:
 Lanjutkan SP 4 Pasien :
Membantu pasien mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
harian.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari : Jumat, 14 Desember 2019
Pertemuan ke 5

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti yang mengolok-
olokkan dirinya “kamu bodoh”
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
1) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan beraktivitas.
4. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengontrol halusinasinya dengan beraktivitas

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore pak ! masih ingatkah dengan saya siapa ? “bagus betul sekali
pak”
2. Evaluasi/validasi
Perasaan bapak sekarang bagaimana pak ? Apakah bapak masih sering
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya ?
3. Kontrak
Topik : Hari ini kita belajar mengontrol halusinasi atau suara-suara
yang mengganggu bapak dengan beraktivitas ya pak
Waktu : Waktunya 10-15 menit pak, apakah bapak bersedia ?
Tempat : Tempatnya di luar ruangan ya pak

b FASE KERJA
Baiklah kita senam, tujuannya semakin banyak kegiatan yang bapak lakukan
maka kesempatan muncul suara-suara ejekan itu akan berkurang, dan badan
menjadi sehat dan aliran darah menjadi lancar serta pikiran menjadi jernih. Nah
sekarang ikuti instruktur mbak perawat yang ada didepan ya. Lakukan senam
dengan senyuman dan semangat. Begini pak kita pemanasan dulu lalu gerakan
inti jika music sudah menyala, kanan kirikakinya digerakkan dan tangannya
diangkat ya pak, oke pak bagus sekali
c FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif ( klien )
Bagaimana perasaan bapak setelah kita mempelajari cara untuk
mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar dengan kegiatan senam?
Apakah selama kegiatan senam berlangsung masih ada suara-suara
tersebut? Oh bagus jadi selama senam suara tersebut tidak ada ya pak. Jadi
bapak bisa melakukan kegiatan itu untuk menghilangkan suara-suara
ejekan tersebut ya pak.
Evaluasi Obyektif ( Perawat )
“bapak sudah mampu mrlakukan aktifitas dengan benar dan sesuai” !
5. Rencana Tindakan Lanjut
“Nah, bagaimana kalau besok kita mendengarkan murotal alquran agar
pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-suara ejekan tadi bisa
benar-benar hilang”?
6. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : Pak, besok kita bertemu lagi dan mendengarkan murotal
alquran agar pikiran bapak rileks dan tenang sehingga suara-
suara ejekan tadi bisa benar-benar hilang?
Waktu : Waktunya menyesuaikan ya pak besok akan saya panggil
bapak lagi
Tempat : Untuk tempatnya bisa disini lagi atau bisa kita tentukan besok
ya pak
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. B Ruang: Parkit No. RM: 133xxx


No Tanggal & IMPLEMENTASI EVALUASI
DX Jam KEPERAWATAN
4. 13 des SP 4 S:
2019 3. Mengevaluasi SP1, SP2, dan “walaikumsalam, baik” “suarnanya
SP3 kadang-kadang muncul” “tadi
4. Melatih cara mengontrol malem bangun terus tidur lagi, ada
halusinasi dengan cara suara-suaran tidak jelas” “minum
melakukan kegiatan harian obat, mengusir menghardik” “iya” .
sesuai jadwal ruangan. O:
 Klien kooperatif, kontak mata
kurang.
 Klien sedang mengikuti
kegiatan senam tapi terlihat
kesulitan.
 Klien mengikuti kegiatan harian
dengan tertib
 Klien terlihat menyendiri.
A:
 Klien mampu menyebutkan
kegiatan dengan benar.
 Klien mampu melakukan
kegiatan harian sesuai jadwal di
ruangan.
 Klien mampu melakukan
kegiatan harian berupa senam
pagi.
P:
 Pasien : menganjurkan pasien
untuk mengikuti kegiatan di
ruangan.
 Perawat : melanjutkan SP 4
Membantu pasien mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
harian.

TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU


STIMULASI PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGAN
MENDENGARKAN MUROTTAL AL-QURAN

No Tujuan Kegiatan Waktu PJ


1. Setelah dilakukan 1. 18 Desember 2019 Kel 4
tindakan percaya dengn pasien s.d 21 Desember
keperawatan menggunakan 2019
selama 20-30 menit komunikasi terapeutik.
diharapkan terjadi 2.
penurunan skor meliputi : isi, frekuensi,
halusinasi pada waktu terjadi, situasi
pasien pencetus, perasaan, dan
respon.
3.
nyaman pada pasien.
4.
menenagkan diri.
5.
murottal al-quran
selama 20-30 menit.
6.
catatan keperawatan.
A. Satuan Acara Pelaksanaa

B. Implementasi

N Implementasi
o
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji halusinasi pasien meliputi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon pasien terhadap halusinasi

3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.


4. Melakukan pemberian terapi murottal Al-quran selama 15 menit.
5. Mengevaluasi hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan.

C. Metode Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.
2. Hari ke-1 : Terapi Stimulasi Persepsi mendengarkan
Murottal Al-Quran surat Ar-Rahman dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
3. Hari ke-2 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan
Murottal Al-Quran surat Ar-Rahman dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
4. Hari ke-3 : Terapi stimulasi persepsi mendengarkan
Murottal Al-Quran surat Ar-Rahman dilakukan 2 kali yaitu pagi dan siang hari.
5. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.

D. Aspek yang Diharapkan


1. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Memberikan respon (mendengarkan Murottal Al-Quran).
3. Menjelaskan perasaan setelah mendengar Murottal Al-Quran.
4. Menceritakan adanya penurunan pada halusinasinya saat pelaksanaan kegiatan
maupun sehari setelah kegiatan.

BAB 4
PEMBAHASAN

Terapi mendengarkan murottal Al-qur’an dilakukan selama 3 hari pada setiap harinya
dilakukan terapi sebanyak 2 kali yaitu pagi dan siang hari, dengan pemberian terapi stimulasi
persepsi mendengarkan murottal Al-qur’an surah Ar-rahman dan selama 20-30 menit diruang
parkit RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat.
Pada evaluasi pre terapi (Rabu, 18 Desember 2019) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi sebelum Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul

mendengar murottal Al-qur’an

Berdasarkan tabel diatas sebelum mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


jarang muncul (2 kali dalam 1 hari). Pasien mengatakan suara-suara ejekan masih muncul
pada malam dan pagi hari, terkadang saat pasien mau tidur dan bangun tidur.
Pada evaluasi post terapi (Sabtu, 21 Desember 2019) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi setelah Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul

mendengar murottal Al-qur’an

Berdasarkan tabel diatas setelah mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


tidak muncul. Pasien mengatakan sudah merasa tenang dan lebih nyaman. Saat mendengarkan
murottal Al-qur’an pasien mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup dan tenang,
hal ini menunjukkan pasien mengalami relaksasi.
Dari hasil diatas terdapat pengaruh terapi mendengar murottal Al-qur’an pada Tn.B.
hasil pre terapi menunjukkan halusinasi muncul 2 kali dalam 1 hari, sedangkan pada post
terapi menunjukkan halusinasi tidak muncul lagi selama 3 hari (6 kali )pemberian terapi
murottal Al-qur’an. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Mimi Aisyah,
dkk (2019), penelitian yang sama juga dilakukan oleh Deden (2017) yang berjudul Efektifitas
Pemberian Murotal Terapi Untuk Mengurangi Halusinasi Pendengaran, hasil penelitian
tersebut menunjukkan pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi halusinasi
pendengaran, selain itu penelitian juga dilakukan oleh Ricky Zainuddin , Rahmiyanti Hashari
yang berjudul Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi
Pendengaran juga menunjukkan pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi
halusinasi pendengaran.
Terapi murottal Al-Quran dapat menghasilkan gelombang alfa (8 hz-12 hz) yang
mempengaruhi batang obat sehingga akan berdampak pada peningkatan fungsi serotonin.
Terapi Al-Quran yang di dengarkan masuk melalui telinga diteruskan hingga koklea, stimulus
suara di transmisikan ke area serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum. Ketika suara di
perdengarkan, seluruh daerah sistem limbik dirangsang untuk menghasilkan sekresi
feniletilamin yang merupakan suatu neuro yang bertanggung jawab pada perasaan. Pada saraf
otonom, stimulasi suara menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada di atas sistem saraf
simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi rileks
(Faradisi, 2012).
Terapi suara seperti mendengarkan Murottal Al-Quran dapat melepaskan endorphin
oleh kelenjar pituitari sehingga akan mengubah keadaan mood/perasaan. Keadaan psikologis
yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom yang menimbulkan rileks,
aman dan menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia gama amino butric acid,
enchepalin dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri maupun
kecemasan(Wahidah, 2015).
Faktor yang mempengaruhi dari penerapan intervensi ini adalah sikap pasien yang
antusias dan optimis, suasana lingkungan yang nyaman dan mendukun. Kekurangan dalam
intervensi kelompok ini yaitu adanya keterbatasan waktu dalam menerapkan perlakuan.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn.B dengan gangguan persepsi sensori
: Halusinasi pendengaran maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan jurnal
Mimi Aisyah, dkk 2019 dengan judul efektifitas terapi Murottal Al-Quran terhadap
skor halusinasi pada pasien halusinasi, terbagi menjadi 3 sesi yang sudah diterapkan
selama 3 hari terbukti efektif menurunkan frekuensi halusinasi pada Tn.B. Skor
halusinasi pasien menurun/berkurang dari hari-hari sebelumnya.

5.2 Saran
Diharapkan terapi mendengarkan Murottal Al-Quran dapat diterapkan pada
pasien halusinasi sebagai salah satu cara non farmakologis dalam mengontrol
halusinasi, sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan tingkat kesembuhan
pasien serta kualitas dan mutu pelayanan ruang parkit RSJ Dr. Radjiman
Wediodingrat-Lawang.

DAFTAR PUSTAKA
Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur. Kementrian
Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Puslitbang
Humaniora dan Manajemen Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Puslitbang Humaniora dan Manajemen
Kesehatan.
Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG
Keliat, Budi Ana, Wiyono, Akemat Pawiro dan Susanti, Herni. (2011). Manajemen
Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
WHO. 2013. The World Health Report: 2013 mental
health.www.who.int/mental_health. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
Dermawan, R., &Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai