PENDAHULUAN
24
BAB II
PEMBAHASAN
24
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sakit berat dan tampak gelisah, sensorium : apatis, GCS: 11
Tanda Vital : TD: 200/130 mmHg,
Ekstremitas : Edema tungkai (+/+)
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan luar : Tinggi fundus uteri ½ pusat-processus xyphoideus (27
cm), memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, HIS (-),
DJJ : 136x/menit.
Pemeriksaan dalam : portio lunak, posterior, pendataran 0%, pembukaan
kuncup, kepala Hodge I penunjuk belum dapat dinilai, ketuban belum dapat
dinilai.
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin: Hb: 12g/dl, leukosit : 9000/mm3, trombosit : 200.000/mm3
Urin rutin: Protein (+++)
24
DJJ Denyut jantung janin dalam kandungan yang normalnya
120-160 mmHg
Ketuban Merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat, pada
(Cairan bagian dalamnya berhubungan dengan cairan merupakan
Amnion) jaringan sel kuboid yang asalnya
Edema tungkai Bengkak pada satu atau beberapa anggota gerak
(pengumpulan
cairan secara
abnormal)
Nyeri kepala Gangguan mirip migraine yang ditandai dengan serangan
nyeri hebat unilateral pada mata dan dahi
Penurunan 5/5 Belum masuknya kepala janin ke dalam pintu panggul
Pembukaan Belum terjadinya pembukaan (Kala I).
kuncup
24
Pemeriksaan luar : Tinggi fundus uteri ½ pusat-processus xyphoideus (27
cm), memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, HIS (-),
DJJ : 136x/menit.
Pemeriksaan dalam : portio lunak, posterior, pendataran 0%, pembukaan
kuncup, kepala Hodge I penunjuk belum dapat dinilai, ketuban belum
dapat dinilai.
6. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin: Hb: 12g/dl, leukosit : 9000/mm3, trombosit : 200.000/mm3
Urin rutin: Protein (+++)
24
preeklampsia, dimana
preeklampsia terjadi pada
saat usia kandungan min.20
minggu.
Sintesis :
Wanita yang hamil pada usia ekstrem (< 20 tahun atau > 35 tahun)
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia
dibandingkan dengan wanita yang hamil pada usia reproduksi (20
– 35 tahun). Ibu hamil yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun
cenderung mengalami preeklampsia berat dibandingkan dengan ibu
hamil yang berusia 20 tahun sampai 35 tahun (Cunningham, 2010).
Ibu hamil pada usia < 20 tahun mempunyai risiko terjadi
preeklampsia 3,58 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang
berusia 20-35 tahun. Hal ini terjadi karena fisik dan psikis pada
seorang wanita yang usianya terlalu muda belum siap dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan (Rozikhan, 2007). Usia
reproduktif dari seorang wanita adalah 20 – 35 tahun. Usia
reproduktif ini merupakan periode yang paling aman untuk hamil
dan melahirkan karena pada usia tersebut risiko terjadinya
komplikasi selama kehamilan lebih rendah. Pada usia < 20 tahun,
ukuran uterus belum mencapai ukuran yang normal untuk
kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan dalam
kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih besar (Cunningham,
2010).
Pada primigravida memiliki kecenderungan terjadi preeklampsia
dua kali lipat lebih besar. Hal ini disebabkan karena pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies yang
dilakukan oleh HLA-G (human leucocyte antigen G) terhadap
antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna, sehingga proses
implantasi trofoblas ke jaringan desidua ibu menjadi terganggu,
24
dan proses ini akan semakin sempurna pada kehamilan berikutnya
(Novianti, 2016: 30).
Primigravida juga rentan mengalami stres dalam menghadapi
persalinan yang akan menstimulasi hipotalamus untuk
memproduksi CRH (Corticotrophin releasing hormon) yang akan
menstimulasi hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH
(adrenocorticotrophin hormon). Selanjutnya ACTH akan
menstimulasi zona fasciculata glandula suprarenal untuk
mengeluarkan kortisol. Efek kortisol adalah meningkatkan respon
simpatis, sehingga curah jantung dan tekanan darah juga akan
meningkat (Novianti, 2016: 30).
Usia kehamilan 32-33 minggu termasuk usia kehamilan pada
trimester ketiga, preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang
akut dan dapat terjadi pada ante, intra, dan postpartum.
24
paritas, dan A menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh,
seorang perempuan dengan status paritas G3P1A1, berarti
perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali,
dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah
mengandung untuk yang ketiga kalinya (Cunningham, 2010).
Gravida adalah istilah yang digunakan dalam kebidanan yang
artinya seorang wanita yang sedang hamil. Kehamilan adalah suatu
keadaan dimana janin dikandung didalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan
proses persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Primi berarti pertama. Primigravida adalah seorang wanita hamil
untuk pertama kali. Kehamilan terjadi apabila ada dua pertemuan
dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan mani (spermatozoa)
lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280
hari atau 40 minggu kehamilan (Cunningham, 2010).
24
Gambar. Struktur Plasenta
Sumber: (123RF.com)
Sebagian sel trofoblas terus menembus bagian dalam lapisan
endometrium mendekati lapisan basal endometrium di mana
terdapat pembuluh spiralis, kemudian terbentuk lakuna yang berisi
plasma ibu. Proses pelebaran darah arteri spiralis sangat penting
sebagai bentuk fisiologik yaitu model mangkuk. Hal ini
dimungkinkan karena penipisan lapisan endotel arteri akibat invasi
trofoblas yang menumpuk lapisan fibrin di sana (Wiknjosastro
dalam Prawirohardjo, 2009: 148).
Proses invasi trofoblas tahap kedua mencapai bagian
miometrium arteri spiralis terjadi pada kehamilan 14-15 minggu
dan saat ini perkembangan plasenta telah lengkap. Apabila model
mangkuk tersebut kurang sempurna, akan timbul kekurangan
pasokan darah ibu yang berakibat iskemia plasenta dan terjadi
preeklampsia. Lakuna yang kemudian terbentuk akan menjadi
ruang intervili (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 148-9).
24
Gambar. Implantasi Embrio
Sumber: (Mescher, 2013)
24
implantasi plasenta disebut desidua basalis (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2009: 149).
Pada usia kehamilan 8 minggu (6 minggu dari nidasi) zigot
telah melakukan invasi terhadap 40-60 arteri spiralis di daerah
desidua basalis. Vili sekunder akan mengapung di kolam darah ibu,
di tempat sebagian vili melekatkan diri melalui integrin kepada
desidua (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 151).
Struktur Plasenta
Vili akan berkembang seperti akar pohon di mana di bagian
tengah akan mengandung pembuluh darah janin. Pokok vili (stem
villi) akan berjumlah lebih kurang 200, tetapi sebagian besar yang
di perifer akan menjadi atrofik, sehingga tinggal 40-50
berkelompok sebagai kotiledon (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2009: 151).
Luas kotiledon pada plasenta aterm diperkirakan 11 m 2. Bagian
tengah vili adalah stroma yang terdiri atas fibroblas, beberapa sel
besar (sel Hoffbauer), dan cabang kapiler janin. Bagian luar vili ada
dua lapis, yaitu sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas, yang pada
kehamilan akhir lapisan sitotrofoblas akan melipat yang disebut
sebagai simpul (syncitial knots). Bila sitotrofoblas mengalami
hipertrofi, maka itu pertanda hipoksia (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2009: 151).
24
Gambar. Membran Ekstraembrionik dan Decidua
Sumber: (Mescher, 2013)
24
Gambar. Plasenta
Sumber: (Mescher, 2013)
Pada kehamilan aterm arus darah pada tali pusat berkisar 350
ml/menit. Pada bagian ibu di mana arteri spiralis menyemburkan
darah, tekanan relatif rendah yaitu 10 mmHg. Arus darah
uteroplasenta pada kehamilan aterm diperkirakan 500-750 ml/menit
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 152).
Patologi pada berkurangnya arus darah uteroplasenta, misalnya
pada preeklampsia, mengakibatkan perkembangan janin terhambat
(PJT). Konsep yang diterima saat ini adalah implantasi plasenta
yang memang tidak normal sejak awal menyebabkan model arteri
spiralis tidak sempurna (relatif kaku). Hal ini menyebabkan
sirkulasi uteroplasenta abnormal dan berakibat risiko preeklampsia
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 152).
24
Transfer Plasenta
Plasenta merupakan organ yang berfungsi sebagai respirasi,
nutrisi, ekskresi, dan produksi hormon. Transfer zat melalui vili
terjadi melalui mekanisme difusi sederhana, difusi terfasilitasi
aktif, dan pinositosis. Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer
tersebut adalah berat molekul, solubilitas, dan muatan ion
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 152).
Difusi sederhana juga diatur oleh epitel trofoblas, tetapi dapat
terjadi seperti pada membran semipermeabel, misalnya oksigen,
akan terjadi pertukaran akibat perbedaan kadar pada janin dengan
ibu. Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) terjadi akibat
perbedaan (gradien) kadar zat dan juga dapat terjadi akselerasi
akibat peran enzim dan reseptor, misalnya perbedaan kadar glukosa
antara ibu dan janin. Transpor aktif terjadi dengan melibatkan
penggunaan energi, misalnya pada asam amino dan vitamin.
Pinositosis terhadi pada transfer zat bermolekul besar, yaitu
molekul ditelan ke dalam sel dan kemudian diteruskan ke dalam
sirkulasi janin, misalnya zat IgG, fosfolipid, dan lipoprotein
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 152-3).
Sel janin seperti eritrosit dan limfosit dalam jumlah sangat
sedikit mungkin dapat ditemukan pada sirkulasi perifer ibu. Ini
menandakan bahwa tidak sepenuhnya terisolasi, hal ini
memungkinkan deteksi kelainan bawaan janin setelah seleksi sel
darah dari ibu (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 153).
Fungsi plasenta
Pertukaran gas yang terpenting adalah transfer oksigen dan
karbondioksida. Saturasi oksigen oada ruang intervili plasenta
adalah 90%, sedangkan tekanan parsial adalah 90 mmHg.
Sekalipun tekanan pO2 janin hanya 25 mmHg, tingginya
hemoglobin F janin memungkinkan penyerapan oksigen dari
24
plasenta. Di samping itu, perbedaan kadar ion H + dan tingginya
kadar karbondioksida dari sirkulasi janin memungkinkan
pertukaran dengan oksigen (efek Bohr) (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2009: 153).
Perbedaan tekanan 5 mmHg antara ibu dan janin
memungkinkan pertukaran CO2 (dalam bentuk asam karbonat,
karbamino Hb, atau bikarbonat) pada plasenta. Ikatan CO 2 dengan
Hb bergantung pada faktor yang mempengaruhi pelepasan oksigen.
Jadi karbamino Hb meningkat bila oksigen dilepas disebut efek
Haldane (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2009: 153).
Keseimbangan asam basa bergantung pada kadar H +, asam
laktat, dan bikarbonat pada sirkulasi janin-plasenta. Pada
umumnya, asidosis terjadi akibat kekurangan oksigen. Metabolisme
karbohidrat terutama ditentukan oleh kadar glukosa yang dipasok
oleh ibu. Sebanyak 90% dari kebutuhan energi berasal dari
glukosa. Kelebihan glukosa akan disimpan sebagai glikogen dan
lemak. Glikogen disimpan di hati, otot, dan plasenta. Sedangkan,
lemak disimpan di sekitar jantung dan belakang skapula. Glukosa
dan monosakarida dapat langsung melewati plasenta, tetapi
disakarida tidak dapat. Kadar glukosa janin berkaitan dengan kadar
ibu dan tidak dipengaruhi oleh hormon karena mereka tidak
melewati plasenta. Plasenta mengatur utilisasi glukosa dan mampu
membuat cadangan separuh dari kebutuhan (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2009: 154).
UTERUS
24
Gambar Uterus
Sumber : Drake, 2012
24
Perdarahan Uterus
Arteri utama yang mendarahi uterus adalah arteria uterina, sebuah
cabang dari arteri iliaa interna. Pembuluh ini mencapai uterus
dengan berjalan ke medial di basis ligamenti lati. Vena uterina
mengikuti arteri dan bermuara ke dalam vena iliaca interna (Snell,
2011).
Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri menyertai arteria ovarica dan
mengalirkan limfe ke nodi paraaortici setinggi vertebra L1.
Beberapa pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di
dalam canalis inguinalis dan mengalirkan limfe ke nodi inguinales
superficiales (Snell, 2011).
Persarafan
Saraf-saraf simpatik dan parasimpatik berasal dari plexus
hypogastricus inferior (Snell, 2011).
Histologi Uterus
Secara histologi, uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan yaitu
perimetrium, miometrium dan endometrium (Sherwood, 2014).
Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan luar uterus atau serosa
merupakan bagian dari perimetrium visceral yang tersusun
atas epitel skuamus simpleks dan jaringan ikat areolar
(Sherwod, 2014).
Miometrium
Lapisan tengah uterus atau miometrium terdiri dari 3
lapisan serat otot polos yang tebal didaerah fundus dan
menipis didaerah serviks, dipisahkan oleh untaian tipis
jaringan ikat interstitial dengan banyak pembuluh
darah.selama proses persalinan dan melahirkan, akan terjadi
sebuah koordinasi kontraksi otot miometrium dalam
merespon hormon oksitosin yang berasal dari hipofisis
24
posterior yang berfungsi membantu mengeluarkan janin dan
uterus (Sherwood, 2014).
Endometrium
Lapisan dalam uterus atau endometrium merupakan lapisan
yang kaya akan pembuluh darah memiliki 3 komponen,
yaitu epitel kolumnar simpleks bersilia dan bergoblet,
kelenjar uterina yang merupakan invaginasi dari epitel
luminal yang kemudian meluas hampir ke miometrium, dan
stroma endometrium. Endometrium terbagi menjadi 2
lapisan yaitu, stratum fungsional dan stratum basal
(Sherwood, 2014).
24
Meningitis
Epilepsi iatrogenik
g. Apa makna kejang terjadi 2 kali, lama kejang 2-3 menit, dan
Ny.N sadar setelah kejang?
Jawab:
Maknanya adalah kemungkinan ia mengalami eklamsi, dan ia
sudah masuk ke dalam tahap kejang klonik. Makna dari setelah
24
kejang ia sadar adalah tidak terjadinya kerusakan pada otak dan ia
belum memasuki fase koma.
Sintesis:
Konvulsi pada eklampsia terdiri dari 4 fase (Prawirohardjo, 2010):
Fase awal atau aura
Berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka,
kelopak mata dan ekstremitas bergetar.
Kejang tonik
Tanda-tanda dari kejang tonik ialah dengan dimulainya
gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka
khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian
disusul kontraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga
seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini, wajah
penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua
lengan fleksi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam
posisi inverse. Semua otot tubuh pada saat ini dalam
keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30
detik.
Kejang klonik
Kejang klonik dimulai dengan terbukanya rahang secara
tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula
dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian
disusul dengan kontraksi intermiten pada otot-otot muka
dan otot-otot seluruh tubuh. Keadaan ini berlangsung 1-2
menit.
Fase koma
Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara
perlahan-lahan penderita sadar lagi, tetapi dapat pula
terjadi serangan baru dan berulang, sehingga ia tetap dalam
keadaan koma.
24
h. Apa dampak yang terjadi jika ibu hamil mengalami kejang?
Jawab:
Dampak yang terjadi jika mengalami kejang pada kehamilan
(Norwitz, 2010):
Morbiditas Perinatal
Preeklampsia memberikan pengaruh pada suplai darah dari
ibu ke plasenta, yang dapat menyebabkan buruknya
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu dan dapat memicu
terjadinya persalinan prematur. Preeklampsia adalah
penyebab dari 12% bayi yang lahir dengan berat badan lahir
rendah dan seperlima dari bayi yang lahir prematur. Di
negara dengan tingkat pendapatan tinggi, bayi yang
dilahirkan terlalu dini merupakan penyebab utama
mortalitas dan morbiditas perinatal, dan preeklampsia
adalah faktor utama kelahiran prematur. Komplikasi yang
berasosiasi dengan kelahiran prematur meliputi respiratory
distress, apneu, ikterik, kerniketrik, kesulitan dalam
menyusu, hipoglikemia, kejang, periventricular
leucomalacia, dan memperpanjang waktu perawatan di
rumah sakit42. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa
bayi yang lahir dari ibu dengan preeklampsia memiliki
risiko lebih besar untuk menderita cerebral palsy
dibandingkan dengan anak yang lahir dari ibu dengan
kondisi kehamilan tanpa komplikasi dan 30 juta bayi
mengalami gangguan pertumbuhan setiap tahunnya di
negara berkembang, dan 1 dari 7 bayi tersebut berhubungan
dengan kasus ibu dengan preeklampsia.
Intra uterine growth restriction (IUGR)
Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan penanda
yang baik akan kondisi janin. Kehamilan dengan
komplikasi intra uterine growth restriction didefinisikan
24
sebagai proses patologis reduksi pertumbuhan janin yang
diasosiasikan dengan meningkatan angka kematian
perinatal. Preeklampsia sebagai komplikasi kehamilan
dengan karakter penurunan aliran darah dan iskemi
uteroplasenta merupakan faktor risiko yang paling dominan
dalam terjadinya intra uterine growth restriction. Srinivas et
al (2009) mengemukakan bahwa ibu dengan preeklampsia
memiliki risiko 2,7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan ibu
dengan kehamilan tanpa komplikasi.
Berat badan lahir rendah
Pertumbuhan janin dalam uterus ibu memiliki pengaruh
yang besar terhadap berat badan bayi ketika lahir. Suplai
darah dan nutrisi dari sistem uteroplasenta memiliki peran
yang penting dalam pertumbuhan janin intra uteri dan berat
badan lahir. Pada kasus ibu dengan preeklampsia, dimana
terjadi gangguan pada sistem uteroplasenta, pertumbuhan
janin dan berat badan lahir menjadi tidak optimal sehingga
muncul luaran perinatal berupa bayi berat badan lahir
rendah.
Asfiksia
Sebuah studi menunjukkan bahwa faktor risiko akan
terjadinya asfiksia pada bayi dapat dilihat dari riwayat
obstetri ibu, riwayat perkembangan janin, dan komplikasi
persalinan. Di antara faktor risiko tersebut, terdapat
preeklampsia dan kelahiran prematur sebagai faktor risiko
terjadinya asfiksia. Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan
dengan melihat skor APGAR dari bayi, sehingga dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu asfiksia
ringan, sedang, dan berat.
24
Gawat janin
Salah satu patogenesis dari preeklampsia adalah adanya
hipoperfusi uteroplasenta yang berefek pada terganggunya
suplai oksigen dari ibu kepada janin. Jika kondisi ini terus
menerus berlanjut, maka janin akan berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang kadar oksigennya tidak
optimal dan berusaha untuk melindungi organ-organ vital
dari kerusakan yang disebabkan oleh kondisi tersebut.
Proses adaptasi yang diupayakan oleh janin tidak dapat
terus berlangsung, terlebih lagi jika suplai oksigen terus
turun dan menstimulasi kemoreseptor pada arteri karotikus
sehingga refleks vagal muncul dan menyebabkan janin
mengalami bradikardi yang nampak sebagai kondisi gawat
janin.
Kelahiran prematur
Preeklampsia dapat muncul jika proses inflamasi sistemik
pada ibu menyebabkan ibu untuk melakukan dekompensasi.
Ibu dengan preeklampsia mengalami peningkatan produksi
kortisol dan dan sitokin yang lebih besar dibandingkan
dengan ibu tanpa komplikasi kehamilan. Hal ini
diasosiasikan dengan meningkatnya risiko kelahiran bayi
prematur. Studi lain menunjukkan bahwa kelahiran
prematur sering terjadi pada ibu dengan preeklampsia
terjadi dikarenakan persalinan merupakan terapi definitif
preeklampsia, sehingga persalinan perlu dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
24
i. Apa saja klasifikasi dari preeklampsia?
Jawab:
Klasifikasi preeklampsia berdasarkan derajat ringan dan beratnya
(Prawirohardjo, Sarwono, 2018):
Preeklampsia ringan
Preeklampsia rungan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel.
Prognosis
Diagnose preeklampsia ringanditegakan berdasarkan atas
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema
setelah kehamilan 20 minggu.
- Hipertensi : sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg dan
kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai
kriteria preeklamsia.
- Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstick.
- Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria
preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut,
edema generalisata.
Preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan kriteria preeklampsia berat
sebagaimana tercantum dibawah ini. Preeclampsia
digolongkan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut.
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
24
meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan
sudah menjalani tirai baring.
- Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan
kualitatif.
- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
- Kenaikan kadar kreatinin plasma.
- Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, dan pandangan kabur.
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson).
- Edema paru-paru atau sianosis.
- Hemolysis mikroangiopatik.
- Trombositopenia berat: < 100 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
- Gangguan fungsi hepar( kerusakan hepatoseluler):
peningkatan kadar alanin dan apartate aminotransferase.
- Pertumbuhan janin intrauterine terhambat.
- Sindrom HELLP.
24
5) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
sebelum hamil
6) Obesitas
24
bebas) yang disebut hidroksil yang sangat toksik terutama pada
endotel pembuluh darah merusak membran sel, nukleus, &
protein sel endotel disfungsi endotel penurunan prostasiklin
dan nitric oxide (sebagai vasodilator) serta peningkatan
tromboksan dan endotelin (vasokonstriktor) vasokonstriksi
pembuluh darah sistemik maternal hipertensi (preeklampsia)
Impending Eklampsia
Faktor risiko (usia dan primigravida) HLA-G belum terekspresi
sempurna gagalnya sel-sel trofoblast dalam mengekspresikan
integrit kegagalan invasi trofoblast pada lapisan arteri spiralis
dan jaringan matriks sekitarnya lapisan otot arteri spiralis
menjadi kaku dan keras lumen arteri kesulitan untuk distensi
dan vasodilatasi arteri spiralis vasokontriksi kegagalan
remodelling arteri spiralis aliran darah uteroplasenta berkurang
hipoksia dan iskemik pada plasenta terbentuk radikal bebas
disfungsi endotel peningkatan bahan vasopresor
vasospasme pembuluh darah preeklampsia hipoksia di otak
nyeri kepala (Impending eklampsia)
Eklampsia
Faktor risiko (usia, primigravida) turunnya ekspresi HLA-G
(Human Leucocyte Antige-G) pada membran desidua plasenta
menghambat invasi sel-sel trofoblast pada lapisan otot
(endomentrium) arteri spiralis dan jaringan matriks sekitar
lapisan otot arteri spiralis tetap kaku lumen arteri spiralis tidak
distensi ataupun vasodilatasi arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi terjadi kegagalan “remodelling arteri spiralis”
penurunan aliran darah uteroplasenta hipoksia & iskemik
plasenta plasenta menghasilkan oksidan (radikal bebas) yang
disebut hidroksil yang sangat toksik terutama pada endotel
24
pembuluh darah merusak membran sel, nukleus, & protein sel
endotel disfungsi endotel penurunan prostasiklin dan nitric
oxide (sebagai vasodilator) serta peningkatan tromboksan dan
endotelin (vasokonstriktor) vasokonstriksi pembuluh darah
sistemik maternal hipertensi penurunan perfusi oksigen dan
nutrisi ke otak gangguan pembentukan neurotransmitter
inhibitor GABA di otak peningkatan eksitasi potensial
transmembran neuron (terjadi ketidakseimbangan) terjadi
stimulasi saraf yang terus menerus hingga melemah kejang
(eklampsia)
2. Sebelum kejang, Ny.N mengeluh nyeri kepala yang hebat. Dua minggu
sebelumnya, Ny.N juga sering mengeluh sakit kepala.
a. Apa makna sebelum kejang, Ny.N mengeluh nyeri kepala yang
hebat?
Jawab:
Maknanya adalah ia mengalami preeklampsia menuju eklampsia.
Dan itu adalah peringatan gejala sebelum timbulnya kejang
eklampsia.
Sintesis:
Menurut Sibai terdapat beberapa perubahan klinis yang
memberikan peringatan gejala sebelum timbulnya kejang, adalah
sakit kepala yang berat dan menetap, perubahan mental sementara,
pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri epigastrik, mual,
muntah. Namun, hanya sekitar 50% penderita yang mengalami
gejala ini. Prosentase gejala sebelum timbulnya kejang eklampsia
adalah sakit kepala yang berat dan menetap (50-70%), gangguan
penglihatan (20-30%), nyeri epigastrium (20%), mual muntah (10-
15%), perubahan mental sementara (5-10%).
24
b. Apa makna dua minggu sebelumnya, Ny.N juga sering
mengeluh sakit kepala?
Jawab:
Makna 2 minggu sebelumnya Ny. N juga sering mengeluh sakit
kepala adalah kemungkinan pada saat 2 minggu sebelumnya telah
mengalami impending eklampsia yang dimana diakibat oleh
hipoperfusi darah ke otak yang menyebabkan nyeri kepala.
24
Nyeri kepala lain yang tidak ada hubungannya dengan lesi
struktural
Nyeri kepala sekunder
Nyeri kepala karena trauma
Nyeri kepala karena kelainan vaskular
Nyeri kepala karena kelainan intracranial nonvaskular
Nyeri kepala karena penggunaan zat
Nyeri kepala karena infeksi
Nyeri kepala karena kelainan metabolic
Nyeri kepala atau nyeri wajah karena kelainan saraf
24
dan nitric oxide (sebagai vasodilator) serta peningkatan
tromboksan dan endotelin (vasokonstriktor) vasokonstriksi
pembuluh darah sistemik maternal hipertensi penurunan
perfusi oksigen dan nutrisi ke otak nyeri kepala.
24
2) Tinggi badan dan berat badan ditimbang
3) Temukan kelainan / periksa daerah muka dan leher
(gondok, vena jugularis externa), jari dan tungkai (edema),
lingkaran lengan atas, panggil (perkusi ginjal), dan refleks
lutut
4) Tekanan darah diukur
5) Tekan / palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara,
senam payudara, tekan titik (accu pressure) peningkatan
ASI
6) Tinggi fundus uteri diukur
7) Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan denyut jantung
janin
8) Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9) Tentukan kadar Hb dan periksa laboratorium (protein dan
glukosa urin), sediaan vagina, dan VDLR (PMS) sesuai
indikasi
10) Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit
lainnya sesuai indikasi (gondok, malaria, dll)
11) Tetanus toxoid imunisasi
12) Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam
hamil
13) Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan) : makanan
bergizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar
tidak terjadi bahaya pada waktu kehamilan dan persalinan
14) Temu wicara konseling
24
c. Apa manfaat dari ANC? (reza, danu, della)
Jawab:
Manfaat dari Ante Natal Care (ANC) adalah sebagai berikut
(Prawirohardjo, 2010):
1) Mendeteksi sedini mungkin adanya faktor risiko dan tanda-
tanda awal komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan
dan preeklampsia.
2) Memberikan edukasi kepada para bumil seputar masalah
gizi, persiapan persalinan, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi persalinan.
24
Tidak terdeteksinya penyakit penyerta dan komplikasi
selama kehamilan seperti pre eklampsia, penyakit kronis
seperti penyakit jantung, paru dan penyakit karena genetik
seperti diabetes, hipertensi, atau cacat kongenital.
24
Untuk menyingkirkan diagnosis banding dari penyebab kejang,
seperti kejang demam dan epilepsi.
4. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : sakit berat dan tampak gelisah, sensorium : apatis, GCS:
11
Tanda Vital : TD: 200/130 mmHg,
Ekstremitas : Edema tungkai (+/+)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab:
Tabel 2.2 Interpretasi hasil pemeriksaan fisik
Pemeriksaa
Kategori Kasus Interpretasi
n
Normal : <120/<80
mmHg
Prehipertensi: 120 –
139/ 80 – 89 mmHg
Tekanan Hipertensi derajat I: Hipertensi
200/130 mmHg
Darah 140 – 159/ 90 – 99 derajat II
mmHg
Hipertensi derajat
II: >160/ >100
mmHg
Temperatu
36,5 – 37,2 oC 36,80C Normal
r
24
a hiperemis
Ekstremita
edema tungkai (-/-) edema tungkai (+/+) Abnormal
s
24
5. Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan luar : Tinggi fundus uteri ½ pusat-processus xyphoideus (27
cm), memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, penurunan 5/5, HIS (-),
DJJ : 136x/menit.
Pemeriksaan dalam : portio lunak, posterior, pendataran 0%, pembukaan
kuncup, kepala Hodge I penunjuk belum dapat dinilai, ketuban belum
dapat dinilai.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan obstetri?
Jawab:
Tabel 2.3 Interpretasi hasil pemeriksaan obstetri
Hasil Pemeriksaan Hasil Normal Interpretasi
Pemeriksaan luar:
34 minggu tinggi fundus < 31 cm di atas
Tinggi fundus uteri
uteri berada 31 cm, diatas simpisis, indikasi
½ pusat-processus
simphisis pubis, BBLR.
xyphoideus (27 cm),
Memanjang, Punggung Letak memanjang
memanjang,
kanan atau kiri normal (vertikal lie)
punggung kiri,
Bagian terbawah kepala Presentasi kepala
terbawah kepala
Penurunan 5/5 Penurunan 5/5 – kepala di Kepala belum
atas PAP, mudah digerakan memasuki rongga
Penurunan 4/5 – sulit panggul.
digerakan, bagian terbesar
kepala belum masuk
panggul
Penurunan 3/5 – bagian
24
terbesar kepala belum
masuk panggul
Penurunan 2/5 – bagian
terbesar kepala belum
masuk panggul
Penurunan 1/5 – kepala di
dasar panggul
Penurunan 0/5 – di
perineum
HIS (-), DJJ Normal
DJJ: 136x/menit. 120-160 x/menit
Pemeriksaan
dalam: Normal
- portio lunak, ketuban belum
posterior, pecah
pendataran 0%,
pembukaan
kuncup
- kepala Hodge I
- penunjuk belum
dapat dinilai,
ketuban belum
dapat dinilai.
dinilai, ketuban
belum bisa
dinilai.
24
c. Bagaimana klasifikasi dari bidang Hodge?
Jawab:
Klasifikasi dari bidang Hodge (Sarwono, 2018):
1) Bidang hodge IBidang setinggi pintu atas panggul (PAP)
yang dibentuk oleh promotorium, artikulasio sakro-iliaka,
sayap sakrum, linea inominata, ramus superior os. Pubis,
tepi atas simfisis pubis.
2) Bidang hodge IIBidang setinggi pinggir bawah simfisis
pubis, berhimpit dengan PAP (Hodge I)
3) Bidang hodge IIIBidang setinggi ischiadika berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
4) Bidang hodge IVBidang setinggi ujung koksigis berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
24
pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap kearah kaki
ibu.
Gambar: Leopold I
1) Leopold I :
Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak
fundus uteri.
Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia
kehamilan.
Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus
(bokong atau kepala atau kosong).
Gambar: Leopold II
24
2) Leopold II :
Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah
sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi
auskultasi denyut jantung janin nantinya.
Tentukan bagian-bagian kecil janin.
24
Gambar: Leopold IV
4) Leopold IV
Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah
kaki pasien.
Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan
bagian terendah janin.
Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat
desensus janin.
24
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada
tidaknya prolapsus bagian kecil janin atau talipusat.
6) Pada saat inpartu, ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk
memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan
kala II.
Tehnik
Vaginal toucher pada pemeriksaan kehamilan dan persalinan:
a) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia
eksterna.
b) Tahap berikutnya, pemeriksaan inspekulo untuk melihat
keadaan jalan lahir.
c) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari
dan jari telunjuk tangan kiri dari sisi kranial untuk
memaparkan vestibulum.)
24
Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik
(prosentase).
Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh
atau sudah pecah, bila sudah pecah tentukan :
i. Warna
ii. Bau
iii. Jumlah air ketuban yang mengalir keluar
Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi
(berdasarkan denominator) serta derajat penurunan
janin berdasarkan stasion.
24
bagian terendah janin (presentasi rangkap –
compound presentation).
Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk
melakukan pelvimetri klinik :
i. Pemeriksaan bentuk sacrum
ii. Menentukan apakah coccygeus menonjol
atau tidak.
iii. Menentukan apakah spina ischiadica
menonjol atau tidak.
iv. Mengukur distansia interspinarum.
v. Memeriksa lengkungan dinding lateral
panggul.
vi. Meraba promontorium, bila teraba maka
dapat diduga adanya kesempitan panggul
(mengukur conjugata diagonalis).
vii. Menentukan jarak antara kedua tuber
ischiadica.
Auskultasi
Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan
fetoskop de Lee.
Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah
punggung janin.
Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali
berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali.
Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti
frekuensi detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per
menit.
24
6. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin: Hb: 12g/dl, leukosit : 9000/mm3, trombosit : 200.000/mm3
Urin rutin: Protein (+++)
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Tabel 2.4 Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium
24
7. Jika dari semua keluhan digabungkan, maka...
a. Bagaimana cara diagnosis pada kasus?
Jawab:
Anamnesis:
Ny.N, berusia 18 tahun, G1P0A0, hamil 32-33 minggu,
dengan keluhan kejang berulang seluruh tubuh sejak 5 jam
yang lalu.
Kejang terjadi 2 kali, lama kejang 2-3 menit, dan Ny.N
sadar setelah kejang.
Sebelum kejang, Ny.N mengeluh nyeri kepala yang hebat.
Dua minggu sebelumnya, Ny.N juga sering mengeluh sakit
kepala.
Riwayat epilepsi dan demam tidak ada.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sakit berat dan tampak gelisah,
sensorium : apatis, GCS: 11
Tanda Vital : TD: 200/130 mmHg,(Hiipertensi)
Ekstremitas : Edema tungkai (+/+)(Eklamsia)
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb: 12g/dl,
leukosit : 9000/mm3,
trombosit : 200.000/mm3
Urin rutin: Protein (+++)(Proteinuria)
24
Epilepsi
Tetanus toksoid
24
4) Pemberian magnesium sulfat dihentikan 24 jam pasca
pelahiran.
Penanganan umum
Turunkan TD (hidralazin 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai TD turun; atau nifedipine 5 mg sublingual,
jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5
mg sublingual.
Pasang infuse RL dengan jarun besar (16 gauge atau >)
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
24
Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan
proteinuria.
Jika jumlah urin < 30 ml per jam:
Infus cairan dipertahankan 1L/8 jam
Pantau kemungkinan edema paru.
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
Observasi tanda-tanda vital, reflex dan DJJ setiap jam.
Auskultasi paru untuk mencari edema paru (krepitasi), jika
ada, stop pemberian cairan, dan berikan diuretic misal
Furosemide 40 mg IV.
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan
terjadi koagulopati (Cunningham, 2010).
24
h. Kompetensi tingkat berapa untuk dokter umum dalam
penanganan kasus ini?
Jawab:
Kompetensi dokter umum pada kasus preeklampsia adalah 3B
(KKI, 2012: 48).
Sintesis:
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2012: 31-32) kompetensi
dokter umum adalah sebagai berikut:
24
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi
menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q.s Luqman: 14).
Sintesis:
Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk
memenuhi hak kedua orang tua, yaitu dengan berbakti kepada
keduanya. Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan
sebab yang mengharuskan berbakti kepada kedua orang tua,
terutama ibu. Ibu merasakan berbagai derita. Sejak calon bakal
24
anak sebagai mani, si ibu merasakan ngidam dan kurang nafsu
makan, merasakan sakit, lemah, dan semakin bertambah lemah
ketika janin semakin membesar, kelemahan pun bertambah ketika
hendak melahirkan dan ketika melahirkan.
Maksudnya, waktu menyapih yang paling lambat ialah setelah
anak berumur dua tahun. Yaitu dengan beribadah kepada-Nya dan
memenuhi hak-hak-Nya, serta tidak menggunakan nikmat-nikmat-
Nya untuk bermaksiat kepada-Nya. Yaitu dengan berbuat ihsan
kepada keduanya baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.
Misalnya adalah mengucapkan kata-kata yang lembut dan halus,
sedangkan dengan perbuatan adalah dengan merendahkan diri,
menghormati, memuliakan, dan memikul bebannya, serta menjauhi
sikap yang menyakitkannya, baik bentuknya ucapan maupun
perbuatan.
Yakni kamu wahai manusia akan dikembalikan kepada Tuhan
yang memerintahkan dan membebanimu demikian, Dia akan
bertanya kepadamu, apakah kamu telah melaksanakannya sehingga
kamu akan diberi pahala, atau kamu malah melalaikannya sehingga
kamu memperoleh siksa.
24
2.6 Kesimpulan
Ny.N, 18 tahun, G1P0A0, hamil 32-33 minggu mengalami kejang
berulang karena Eklampsia.
Gangguan invasi
trofoblast
Kegagalan
remodelling
a.spiralis
Alirah darah
uteroplasenta
menurun
Hipoksia
Disfungsi endotel
Hipoperfusi
Eklampsia O2dan nutrisi ke Preeklampsia
otak 24
DAFTAR PUSTAKA
Baumann, 2002. Febrile Seizures. E Med J, March 12, vol.2, No. 3 : p7.
Mescher, Anthony L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 13th
Edition. United States of America: Mc-Graw Hill Education.
Norwitz ER, Hsu CD, John T. 2010. Acute complications of preeclampsia. Clin.
Obstet Gynecol. Volume 45, number 2, 308–329
Safuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Ed. 1, cetakan ke-5. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Hal 86.
24
Snell, R. S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh
Sugarto L. Jakarta: EGC.
24