Anda di halaman 1dari 10

Dinamika Keuangan dan Perbankan, Agustus 2009, Hal: 95 - 104 Vol. 1 No.

2
ISSN :1979-4878

MORAL HAZARD PADA LEMBAGA PERBANKAN

Oleh: Taswan
Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang
Abstract
Moral hazard in banking institution correlated with stockholder interest in
transferring wealth from bondholders. It can happened when first, there is losses insurer
from the outside such as surety deposit. Second, lenders deviate from the agreement
being approved before, so result in losses in banking institution. Third, moral hazard
may also happen is there is majority ownership that result in high ownership
concentration in stock value relatively low.
Moral hazard can also happened when stock holders with managements do it
together for the interest of stockholders. However, moral hazard will decrease when
stock value is high , because of the stake holder do not bears cost of bankruptcy due to
their own fault. Moral hazard in banking institution eliminated if stock holder and
management perform control function tightly and taking action prudentially together.

Key words: moral hazard, stock holder, losses insurer and surety deposit.

Pendahuluan

Bank sebagai lembaga yang berfungsi perilaku penimjm pangan moral sangat
menjembatani antara pihak yang mungkin terjadi dalam bisnis perbankan.
membutuhkan dana dengan pihak yang Perlindungan dana nasabah dan
memiliki kelebihan dana sering dituntut pemeliharaan asset atau modal pemilik bank
untuk selalu berhati-hati dalam mengelola sangat tergantung kemampuan manajemen
dana tersebut. Tuntutan tersebut tidak lepas bank dalam mengelola dana tersebut.
dari kepentingan–pemilik dana atau deposan Dengan menerapkan prinsip kehati-hatian,
yang harus dilindungi.Disisi Lain pemegang semestinya bank akan selamat dari
saham juga memiliki hasrat yang kuat untuk kemungkinan risiko terburuk yaitu likuidasi.
meningkatkan kekayaan atas beban deposan. Tugas manajemen bank tidak hanya itu,
Pada bank-bank yang patuh kepada regulasi namun yang utama adalah meningkatkan
umumnya akan menempatkan dananya pada nilai kekayaan pemilik. Tentu saja tugas
proyek-proyek yang ber NPV positif. yang ketiga ini akan tercapai kalau kedua
Namun pada bank-bank yang melakukan tugas sebelumnya dapat dilakukan. Untuk
moral hazard tinggi akan cenderung itu agar amanat dijalankan, perlu adanya
menempatkan dana dari deposan pada kontrol.
proyek-proyek berisiko tinggi, bentuknya Persoalannya kontrol yang dilakukan
adalah penempatan kredit pada pengusaha pemegang saham tidak selalu sejalan dengan
berisiko tinggi. Penempatan kredit berisiko kepentingan manajer dan publik. Pada
tinggi dapat dipastikan memiliki yield yang kondisi nilai saham rendah yang
tinggi. Semestinya Pemegang saham melalui dicerminkan oleh charter value yang rendah,
manajemen bank yang berkepentingan untuk perilaku manajemen sering tunduk kepada
memperoleh pendapatan, sedapat mungkin kemauan pemegang saham untuk melakukan
menempatkan dana pada proyek yang moral hazard. Hal ini akan semakin
berisiko rendah, bertindak hati-hati agar berpotensi bila dana deposan dijamin penuh
sehat, dan dapat memenuhi kewajiban oleh lembaga penjamin simpanan.
sekiranya deposito jatuh tempo, namun Corporate control menyangkut siapa
seperti dikatakan sebelumnya bahwa yang mengontrol, siapa yang dikontrol dan
Taswan Dinamika Keuangan dan Perbankan

bagaimana mekanisme kontrol tersebut?. Dengan demikian tulisan ini akan


Persoalan ini bersentuhan dengan siapa memberikan pemahaman bagi publik
pemiliknya, siapa yang bertindak selaku maupun praktisi perbankan dalam
pembuat keputusan manajemen dan siapa mengelola lembaga perbankan.
penanggung risiko. Bisa jadi seorang
pemilik bank langsung bertindak sebagai Pembahasan
pembuat keputusan-keputusan strategis Hubungan antara pemilik modal
dibidang manajemen yang sekaligus dengan manajemen bank (pengurus) sering
menanggung risiko atas keputusan tersebut, disebut hubungan keagenan. Hubungan
namun pada era sekarang sangat kecil keagenan sebagai suatu kontrak yang mana
kemungkinan pemilik langsung bertindak satu atau lebih principal (pemilik)
sendiri tanpa melibatkan para professional. menggunakan orang lain atau agent
Para pemilik bank umumnya akan (pengurus) untuk menjalankan aktivitas
menyerahkan amanat kepada pihak bank. Dengan kata lain dalam hubungan
manajemen untuk mengelola bank. keagenan menjelaskan hubungan antara
Penyerahan amanat kepada pihak pemberi kerja dan penerima amanah untuk
manajemen untuk mengelola bank tentu melaksanakan pekerjaan. Pemberi kerja
ditentukan melalui Rapat Umum pemegang yang disebut prinsipal akan memberikan hak
saham. Dalam RUPS pemegang saham biasa kepada orang lain yang disebut sebagai agen
yang mayoritas akan menentukan struktur untuk menjalankan haknya. Kedua belah
manajemen. Pihak shareholder akan pihak terikat oleh kontrak yang menyatakan
menentukan orang-orang yang menurutnya hak dan kewajiban masing-masing. Untuk
bisa dipercaya untuk melindungi selanjutnya istilah pemberi kerja diasosiakan
kepentingan pemilik dan sekaligus sebagai prinsipal, pemilik modal,
meningkatkan nilai kekayaan pemilik. shareholders, dan pemberi amanat.
Problem moral hazard menyangkut Sedangkan agen dapat disamakan dengan
siapa yang akan menyimpang, mengapa penerima amanat, pengurus (direksi dan
menyimpang dan siapa yang dirugikan komisaris), pihak manajemen bank,
akibat tindakan tersebut. Misalnya dalam pengelola, orang dalam atau insiders.
Struktur kepemilikan yang didominasi Dalam mewujudkan kontrak kerja yang
pemegang saham mayoritas akan dapat dimaksudkan, prinsipal menyediakan
menekan konflik keagenan, namun dapat fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi
menjadi sumber malapetaka karena bank. Di lain pihak, agen sebagai pengelola
kepemilikan mayoritas dapat berpotensi bank berkewajiban untuk mengelola bank
menimbulkan moral hazard. Pemegang sebagaimana diamanahkan oleh para
saham mayoritas menekan pemegang saham pemegang saham (prinsipal), yaitu
minoritas dan manajemen untuk bertindak meningkatkan kemakmuran prinsipal
atas kepentingannya atas beban pemegang melalui peningkatan nilai suatu bank (yang
saham minoritas atau penanggung risiko tercermin pada harga sahamnya). Sebagai
lembaga penjamin. Disamping itu akibat imbalannya agen akan memperoleh gaji,
ulah peminjam yang menyimpang dari yang bonus dan berbagai macam kompensasi
disepakati, maka bank dirugikan. lainnya.
Tulisan ini akan membahas dan Dalam praktiknya, tidak sedikit para
menyajikan apa yang dimaksud moral professional atau manajer bank cenderung
hazard dalam lembaga perbankan, tipe untuk meningkatkan kesejahteraan mereka
moral hazard, dan mengapa terjadi moral sendiri. Para pengurus bank mempunyai
hazard serta solusinya untuk mengurangi kecenderungan untuk memperoleh
moral hazard dalam lembaga perbankan. keuntungan yang sebesar-besarnya dengan

96
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Dinamika Keuangan dan Perbankan

biaya ditanggung oleh pihak lain (prinsipal). pemberian kredit memang telah melalui
Perilaku ini sering disebut sebagai proses analisis yang cermat dan dapat
keterbatasan rasional (bounded rationality) dipertanggung jawabkan, bahkan untuk saat
dan tidak suka menanggung risiko. ini keputusan pemberian kredit tidak dapat
Keterbatasan sifat manusia seperti inilah dilakukan oleh orang seorang, namun harus
yang menyebabkan prinsipal dan agen saling melalui komite perkreditan. Namun tindakan
mencari peluang untuk menguntungkan diri moral hazard tetap mungkin terjadi.
sendiri atas biaya salah satu pihak. Apabila Peminjam sebagai agen dari bank
kondisi ini terjadi maka konflik antara agen menyadari betul bahwa kucuran dana yang
dan prinsipal akan muncul dan perilaku digunakan untuk bisnis akan memberikan
moral hazard manajer bank mulai muncul. manfaat melebihi tingkat bunga yang
Moral hazard pada lembaga perbankan, dibayarkan, namun bila usahanya bangkrut
sedikitnya ada 3 (tiga) tipe yang maka bank yang ikut menanggungnya. Oleh
kemungkinan akan terjadi yaitu: Tipe karena itu peminjam sangat mungkin
pertama adalah Moral hazard yang muncul melakukan transfer kekekayaan dari pihak
antara bank dengan debitur. Bank hanya bank atas beban lembaga perbankan.
mengetahui sedikit tentang kemampuan dan Ada beberapa faktor yang
kemauan peminjam untuk membayar menyumbang terjadinya moral hazard oleh
dibandingkan dengan pengetahuan dari peminjam. Pertama menyangkut karakter
peminjam itu sendiri. Ini menyebabkan yang belum teruji dan tidak terpuji. Karakter
adverse selection dan moral hazard. ini memang sulit diketahui secara terukur,
Adverse selection muncul karena bank tapi paling tidak dari reputasi selama ini
membebankan bunga didasarkan pada dalam hubungan dengan lembaga perbankan
penilaian bank terhadap kemampuan dan dapat ditentukan apakah orang tersebut
kemauan peminjam untuk membayar layak mendapat kredit. Faktor ini sering
kembali secara parsial. Ketika penilaian tidak terpotret dengan baik, karena
tersebut didasarkan pada kemungkinan kurangnya informasi. Officer hanya percaya
gagal (Probability of default) dari peminjam dengan informasi BI dan referensi rekan
yang berkualitas rendah, maka tingkat bunga bisnisnya. Faktor kedua muncul akibat
tersebut juga dibebankan oleh bank kepada officer juga ditarget dalam perkreditan,
peminjam yang berkualitas tinggi, oleh sehingga sangat mungkin bertindak tidak
karena itu peminjam kualitas tinggi memilih hati-hati, bahkan penyusunan cash flow
modal sendiri daripada meminjam bank. sering hanya mempertimbangkan kelayakan
Kondisi ini mengakibatkan adverse kredit agar lolos saat komite perkreditan
selection, terjadi kecenderungan bahwa yang dilakukan sehingga sebagai officer akan
meminjam ke bank hanya peminjam yang mencapai target kredit. Ketiga Informasi
berkualitas rendah. Moral hazard akan yang kurang valid sering didapat officer
muncul ketika peminjam mungkin berupa laporan keuangan yang belum
mengubah perilakunya setelah mendapatkan diaudit secara independen. Laporan
pinjaman bank dengan memilih kegiatan keuangan yang belum diauidit akan
yang tidak disetujui oleh bank. memberikan informasi menyesatkan bagi
Moral hazard yang dilakukan peminjam keputusan kredit. Oleh karena itu bisa
umumnya disebabkan oleh asimetri menjadi sumber masalah dikemudian hari.
informasi yang sangat tinggi. Pada kondisi Keputusan kredit yang didasarkan
asimetri informasi yang tinggi, maka bank pada informasi yang tidak utuh, walaupun
tidak dapat mendesain kontrak yang dapat sudah memperhatikan faktor capital,
mengamankan secara penuh dana yang capacity, capability, collateral dan
ditempatkan pada debitur. Secara prosedural condition of economic, dapat dipastikan

97
Taswan Dinamika Keuangan dan Perbankan

akan memberikan peluang bagi pengguna untuk transfer kekayaan dari deposan, maka
atau peminjam untuk melakukan dapat dipastikan bahwa moral hazard terjadi.
penyalahgunaan kredit (side streaming). Bentuk kepemilikan yang tersebar
Akibatnya moral hazard dalam penggunaan secara ekstrim adalah kepemilikan
kredit terjadi. pemerintah. Pada Bank pemerintah
Tipe kedua adalah Moral hazard yang sebenarnya tidak jelas prinsipalnya. Menteri
muncul antara pemegang saham dan BUMN sebagai kepanjangan tangan
manager bank dengan deposan. Perilaku pemerintah juga merupakan agen. Menteri
moral hazard ini dimanifestasikan dalam BUMN menyerahkan pengelolaan Bank
bentuk penempatan dana pada proyek- Pemerintah kepada profesional yang
proyek yang berisiko tinggi dengan merupakan agen juga. Jadi pada
mengabaikan kepentingan deposan. Perilaku kepemilikan pemerintah sebenarnya terjadi
ini jelas mengkawatirkan deposan karena agent without principal. Oleh karena itu
bila proyek gagal maka klaim deposan akan bentuk kepemilikan bank oleh pemerintah
gagal terbayarkan, sedangkan bila proyek merupakan bentuk ekstrim dari kepemilikan
tersebut berhasil maka manager dan yang menyebar (konsentrasi rendah). Pada
pemegang saham yang menikmati bank pemerintah, pihak manajemen bisa
keuntungan paling besar. Dalam hal ini ada leluasa melakukan moral hazard dengan
transfer kekayaan dari deposan ke pemegang cara mengambil tingkat risiko yang lebih
saham. tinggi, karena pemegang saham akan lemah
Trnsfer kekayaan dari deposan ke dalam memonitor manajer, sehingga
pemegang saham melalui pengambilan manajer akan cenderung melakukan
risiko yang tinggi sangat berpotensi terjadi tindakan-tindakan moral hazard untuk
bila ada konsentrasi kepemilikan. kepentingan dirinya termasuk dalam hal
Penyebaran kepemilikan relatif rendah, pengambilan tingkat risiko. Disamping itu
dengan demikian keputusan-keputusan kegagalan bank akan ditanggung oleh
bisnis di bidang perbankan lebih banyak pemerintah melalui beban APBN, dengan
ditentukan oleh sedikit pemilik bank. demikian manajer pada yang memiliki
Bentuk kepemilikan seperti ini sering konsentrasi kepemilikan rendah lebih berani
disebut kepemilikan terkonsentrasi secara melakukan moral hazard.
ekstrim, yaitu sedikit pemilik tapi mampu Tipe ketiga adalah Moral hazard yang
mengendalikan manajemen dalam terjadi antara pemegang saham dan manager
mengambil tingkat risiko. Pada bentuk (bank) dengan penjamin simpanan. Moral
kepemilikan seperti ini dapat dipastikan hazard ini ditunjukkan sebagai risiko rugi
konflik antara pemegang saham dengan yang dihadapi lembaga penjamin simpanan
manajer atau profesional sangat rendah. ketika provisi asuransi deposito telah
Keputusan bisnis akan sejalan dengan mendorong pihak yang dijamin (bank)
kepentingan pemegang saham. Kepemilikan mengambil tingkat risiko yang berlebihan
terkonsentrasi ini terjadi pada bank-bank (Saunders, 2003: 480). Bank yang memiliki
yang belum terbuka atau belum go publik. hutang sangat tinggi memiliki dorongan
Pada kepemilikan yang terkonsentrasi akan yang kuat untuk mengambil keputusan
berpotensi menimbulkan moral hazard investasi pada aset yang berisiko tinggi
karena manajer yang risk averse tak sanggup karena tidak perlu lagi memonitor perilaku
untuk mengindari tekanan kepemilikan yang peminjam. Peran ini telah didelegasikan
terkonsentrasi yang begitu besar powernya kepada lembaga penjamin. Jika investasi
dalam menjalankan operasional bank. Bila yang berisiko tinggi itu gagal, maka
pemegang saham memiliki kepentingan lembaga penjamin yang paling besar
menanggungnya.

98
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Dinamika Keuangan dan Perbankan

Masalah Moral hazard akan muncul karena portofolio asset yang buruk atau
ketika lembaga penjaminan menetapkan risiko portofolio, sehingga nilai asset bank
tingkat premi flat sepanjang periode menurun dibawah OD (katakanlah menjadi
penjaminan dan batas penjaminan semakin OA), dan ini berarti net worth menjadi
tinggi. Premi flat tidak membedakan tingkat negatif, maka pemilik bank akan
risiko yang diambil bank, sehingga baik meninggalkan bank dan mengembalikan ke
bank yang berisiko tinggi maupun bank lembaga penjaminan deposito. Jika ini
berisiko rendah akan membayar premi yang terjadi, maka lembaga asuransi atau
sama. Premi yang flat kemudian ditunjang penjamin deposito akan membayar kepada
dengan semakin besarnya nilai deposito deposan yang diasuransikan sejumlah OD
yang dijamin maka ini akan mendorong dan akan melikuidasi asset bank sebesar
bank untuk melakukan moral hazard, karena OA. Akibatnya, lembaga penjamin akan
bank sadar betul dengan penjaminan menghadapi biaya kebangkrutan (negative
semakin ebsar berarti semakin besar yang net worth) sama dengan (OD – OA)
ditanggung lembaga penjamin bila bank dikurangi premi asuransi yang dibayar oleh
mengalami kegagalan. bank sebesar OP.
Pemegang saham mempunyai insentif Gambar 1.
untuk meningkatkan risiko. Masalah moral Asuransi Deposito sebagai Put Option
hazard terkait dengan penjaminan simpanan
atau deposit insurance. Hal ini mengacu
pada fakta bahwa deposan yang secara
penuh dijamin dapat dipastikan dorongan
P= Premi
untuk memonitor pemegang saham dan
mencegah mereka dari peningkatan risiko A D
adalah lemah (Merton, 1977). Fungsi
0
monitoring bahkan jatuh ke penjamin
deposito. Karena penjamin deposito sedang
bertindak terhadap kepentingan pembayar
pajak, maka yang akhirnya menanggung
risiko kerugian bank adalah lembaga Kerugian
penjamin deposito.
Pendekatan yang paling umum dalam
menentukan premi asuransi deposito adalah Dengan keberadaan deposit insurance
pendekatan OPM, yang telah memandang yang dapat dipandang sebagai put option,
provision of deposit insurance sebagai maka moral hazard tetap tidak dapat
gambaran identik dengan put option pada dihilangkan karena manager memperoleh
asset bank yang membeli asuransi deposito. insentif untuk melakukan pengambilan
Dalam kerangka ini, lembaga asuransi risiko tinggi karena merasa sudah ada yang
deposito mengenakan bank sejumlah premi menjamin simpanan nasabah. Manajer atau
sebesar OP untuk menjamin simpanan (OD) pemegang saham bank memiliki kebebasan
di bank. Jika lembaga perbankan adalah untuk mengeksekusi opsi tersebut, dan akan
sehat dan nilai pasar asset bank tersebut mengeksekusinya ketika tidak mampu
lebih besar dari OD, maka net worth positif mengembalikan dana deposan. Inti dari
dan ini berarti dapat meneruskan bisnisnya. perilaku moral hazard adalah pengambilan
Lembaga asuransi deposito akan risiko yang berlebihan oleh bank yang
memastikan premi yang dibayar oleh dijamin lembaga asuransi deposito.
lembaga perbankan sebesar OP. Jika Problem moral hazard dan keagenan
lembaga perbankan bangkrut, kemungkinan manajer-pemilik adalah tidak secara

99
Taswan Dinamika Keuangan dan Perbankan

mutually exclusive dalam lembaga adalah pertama jika outside ownership


perbankan. Meskipun demikian, literatur adalah secara cukup terkonsentrasi, outsider
perbankan telah menunjukkan bukti bagi mempunyai insentif kuat untuk memelihara
setiap problem keagenan secara terpisah. perilaku risk averse managerial. Kedua, jika
Franchise value dapat bekerja untuk para manajer mempunyai kepemilikan yang
menurunkan masalah moral hazard, dengan cukup dalam perusahaan, kemudian insentif
demikian tingkat risiko yang diinginkan mereka dapat disejajarkan dengan outside
pemegang saham menjadi rendah (Keely, shareholder dan problem keagenan dapat
1990, Demsetz dan Saidenberg dan Strahan, diminimumkan (Demsetz dan Lehn, 1985).
1996). Demsetz, Saidenberg dan Strahan Ketiga ada kontrol regulasi yang kuat
(1996) menemukan hubungan terbalik dan tegas. Prowse (1992) dan Saunder &
antara franchise value dan risiko. Cornett, (2006). menyatakan bahwa
Marcus (1984) dan Acharya (1996) pendisiplinan bank bisa dilakukan melalui
menyediakan diskusi teoritikal mengenai beberapa cara misalnya melalui ancaman
hubungan antara franchise value dan hostile takeover, merger, akuisisi,
pengambilan risiko pada bank. Keeley management turnover, penjaminan berbasis
(1990) melihat hubungan secara empiris dan premi variabel, penegakan regulasi atau
menemukan bahwa penurunan franchise dilibatkannya manajer dalam kepemilikan
value pada tahun 1960 an dan 1970 an dapat bank. Namun Prowse, (1992) menyatakan
menjelaskan peningkatan risiko yang ternyata kontrol yang paling efektif dalam
diambil bank selama 1980 an. Dia industri perbankan adalah melalui regulasi
berargumen bahwa risiko yang rendah untuk daripada melalui kontrol berbasis pasar. Hal
45 tahun pertama karena regulasi membatasi ini yang membedakan corporate control
masuknya bank ke pasar dan mengurangi antara perusahaan manufaktur dengan
kompetisi harga, sehinga franchise value perusahaan keuangan (bank). Artinya bahwa
tetap tinggi. Pada periode ini tidak terjadi regulasi sebagai kontrol eksternal terhadap
moral hazard. Namun Pada tahun 1960 an bank merepresentasikan kepentingan publik
dan 1970 an, franchise value rendah karena (deposan)
meningkatnya kompetisi dari sumber non Eksistensi regulasi menunjukkan
bank dan meningkatnya persaingan dengan faktor kekuatan eksternal yang independen
industri perbankan (sebagai konsekuensi dari kekuatan pasar dan berpengaruh
deregulasi). Keeley (1990) berpendapat terhadap pemilik dan manajer. Regulasi juga
bahwa penurunan dalam franchise value dapat dipandang sebagai representasi
mengarahkan pada reduksi biaya kepentingan publik yang akan
kebangkrutan dan meningkatkan risiko yang mendisiplinkan pemilik dan manajer dalam
diinginkan pemegang saham pada tahun bentuk yang berbeda dengan industri yang
1980 an. Dengan demikian dapat dikatakan non regulatif. Regulasi dapat mencegah
bahwa sebenarnya ketika franchise value moral hazard.
suatu bank itu tinggi dapat dipastikan fungsi Regulasi perbankan dilandasi oleh
kontrol oleh pemegangs aham berjalan kepastian peraturan sehingga dimungkinkan
sesuai kepentingan manajer yang risk verifikasi setiap dampak regulasi dengan
averse, namun ketika franchise value suatu parameter terukur. Regulasi perbankan
bank turun maka pemegang saham akan mencerminkan kepentingan diluar
bertindak moral hazard dan pihak manajer kepentingan bank, yaitu kepentingan untuk
akan bekerja sama dengan pemegang saham melindungi kepentingan publik, terutama
untuk melakukan hal yang sama. kepentingan nasabah bank. Penerapan
Sejumlah kekuatan yang bisa regulasi dilakukan oleh agen yang mewakili
mencegah kecenderungan moral hazard kepentingan publik yaitu regulator yang

100
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Dinamika Keuangan dan Perbankan

tidak memiliki hubungan kontrak dengan penerima kredit perbankan. Moral hazard
pemilik bank. Kepentingan regulator atau yang dilakukan pemegang saham karena
publik ini tidak berkaitan langsung dengan adanya keinginan tranfer kekayaan dari
tujuan maksimisasi laba bank, namun kalau pihak deposan dan pemegang saham
kepentingan publik atau kepentingan minoritas atas beban pemegang saham
eksternal ini tidak diperhatikan maka akan minoritas, deposan dan lembaga penjamin
berdampak pada kepentingan internal. simpanan. Moral hazard terjadi terutama
Dengan demikian kepentingan publik adalah pada bank-bank yang memiliki nilai pasar
bagian tidak terpisahkan dalam industri equitas rendah. Sedangkan pihak manajer
perbankan. Oleh karena itu tekanan regulasi melakukan moral hazard selain bukan
menjadi faktor penting dalam penganggung risiko dan kurangnya
mengendalikan moral hazard suatu bank. pengawasan oleh pemegang saham, tapi
Pengawasan eksternal. Pendekatan ini juga tidak berdayanya manajer menghadapi
dilakukan melalui penggunaan hutang. tekanan pemegang saham mayoritas atau
Hutang disini bisa diartikan sebagai hutang konsentrasi kepemilikan yang tinggi di
obligasi, hutang jangka panjang lainnya atau lembaga perbankan. Sedangkan moral
dana masyarakat. Peningkatan penggunaan hazard yang dilakukan oleh peminjam dana
debt financing akan mempengaruhi perbankan dilakukan karena adanya perilaku
pemindahan equity capital. Jensen (1986), untuk mentransfer kekayaan pemegang
menyatakan bahwa dengan adanya hutang saham perbanka ke pihak peminjam melalui
akan dapat mengendalikan penggunaan free penyimpangan penggunaan kredit.
cash flow secara berlebihan oleh Persoalan moral hazard bisa dicegah
manajemen, dengan demikian akan melalui skema penjaminan simpanan dengan
menghindari investasi yang sia-sia. Hutang tarif premi berbasi risiko dan penjaminan
tidak hanya menyamakan kepentingan terbatas, serta seluruh bank diwajibkan
pengurus dan pemegang saham tapi juga mengikuti penjaminan simpanan. Pada
meningkatkan risiko kebangkrutan dan skema seperti ini, bank akan bertindak hati-
kerugian pekerjaan atau job loss. Risiko- hati, karena semakin buruk bank itu semakin
risiko tersebut akan memaksa pengurus besar premi yang harus dibayar. Disamping
untuk mengurangi pengeluaran yang tidak itu deposan yang tidak dijamin akan
perlu sehingga dapat meningkatkan efisiensi semakin kuat dalam mengontrol bank yang
bank. Penggunaan hutang akan berisiko tinggi.
meningkatkan nilai bank. Dalam bahasa Pencegahan yang lain adalah melalui
perbankan dikenal disiplin pasar. Disiplin keterlibatan kepemilikan manajer yang
pasar adalah tindakan deposan berbasis pada sejajar dengan kepentingan outsider
biaya karena benk mengambil risiko yang ownership untuk menekan pemegang saham
eksesif. Dengan pengawasan oleh deposan, mayoritas dalam mengendalikan bank agar
maka bank akan hati-hati. Bank yang hati-hati. Kontrol regulasi menjadi faktor
mengambil risiko tinggi akan dikenakan upaya mencegah moral hazard, maka harus
persyaratan bunga tinggi oleh deposan atau ada penegakan regulasi (termasuk regulasi
akan ditarik depositonya, sehingga bank perkreditan) secara seksama agar lembaga
tidak akan melakukan moral hazard. perbankan tidak mengambil moral hazard.

Kesimpulan
Daftar Pustaka
Moral hazard merupakan
penyimpangan moral yang dilakukan oleh Association of Supervisor of banks of the
pihak pemegang saham, manajer dan Americas (ASBA), 2006, Effective
Deposit Insurance Schemes and

101
Taswan Dinamika Keuangan dan Perbankan

Bank Resolution Practices, Paper Hazard Problem Associated with


series, ASBA. Government Guarantees: Evidence
From The Life Insurance Industry,
Alexander, Kern., 2006, Corporate The Wharton School, University of
Governance and Banks: The Role of Pennsylvania.
Regulation in reducing the principal-
agent problem, Journal of Banking Caldwell, Greg ,2007, Best Instrument for
Regulation, Vol.7., no. ½, p.17-40 market Discipline in Banking, Bank
of Canada Working Paper 2007-9.
Anderson, Ronald C and Donald R. Freser,
2000, Corporate Control, Bank Risk Chen, C.R., T. Steiner, and A.M. Whyte,
Taking and The Health of Banking 1998. Risk-taking behavior and
Industry, Journal of Banking and managerial ownership in depository
Finance, p1383-1398 institutions, Journal of Financial
Research 19, 1-16.
Anderson, Christoper W. and Anil K.
Makhija, 1999, Deregulation, Cebenoyan, A. Sinan., Elizabeth S.
Disintermediation, and Agency Cost Cooperman and Charles A. Register,
of debt: Evidence from Japan, 1995, Deregulation, Reregulation,
Journal of Financial Economic, Vol Equity Ownership, and S&L Risk-
51, p309-339 Taking, Financial Management,
Vol, 24.
Aggarwal, Raj and Kevin T. Jacques, 2001,
The Impact of FDICIA and Prompt Cebenoyan, A Sinan and Philip E. Strahan,
Corrective action on bank capital 2001, Risk Management, Capital
risk: Estimates using a simulation Structure and Lending at banks,
equation model, Journal of banking Wharton Financial Institution
and finance, p1119-1160 Center.
Avery, Robert B. and Terrence M. Belton Chen, Andrew H., Nengjiu Ju., Sumon C.
and Michael A. Goldberg, 1988, Mazumbar & Avinash Verma., 2006,
Market Dicipline in Regulating Bank Correlated Default Risks and Bank
Risk: New Evidence from the capital Regulations, Jotnal of Money, Credit
market, Journal of money, Credit and and Banking, Vol 38, no.2.
banking, vol 20.
Chen, C.R., T. Steiner, and A.M. Whyte,
Amihud, Y. and B. Lev, 1981. Risk 1998. Risk-taking behavior and
reduction as a managerial motive for managerial ownership in depository
conglomerate mergers, Bell Journal institutions, Journal of Financial
of Economics 12, 605-617. Research 19, 1-16.
Beatty, Randolph and Edward J. Zajac, Chen, Carl R, Thomas L. Steiner and Ann
1994, Managerial Incentive, Marie White, 2001, Risk-taking
Monitoring and Risk bearing: A Behavior and management
Study of Executive Compensation, Ownership in the United States Life
ownership , and Board Structure in Insurance Industry, Applied
Initial Public Offering, Cornel Financial Economics, p165-171
University.
Deng, Saiying & Jingyi Jia, 2007,
Brewer III, Elijah., Thomas S. Mondschean Institutional Ownership,
& Philip E. Strahan., 1996, The Role Diversification, and Risk Taking in
of Monitoring in Reducing the Moral

102
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Dinamika Keuangan dan Perbankan

BHCs, University of Minnesota- Jensen, M.C., & W.H. Meckling, 1976,


Dulluth. “Theory of the Firm: Managerial
behavior, Agency Cost and
Demsezt, Rebecca S, Marc R. Saidenberg & Ownership Structure”., Journal of
Philip E. Strahan, 1997, Agency Financial Economics p. 3-24.
Problem and Risk Taking at banks,
Banking Studies Departement,
Federal Reserve Bank of New York.
Kwan, Simon. And Robert A. Eisenbeis,
Damsetz, Harold, 1986., Corporate Control, 1996, Bank Risk, Capitalization and
insider trading and rates of return, Inefficiency., The Wharton School,
American Economic Review, p. 313- University of Pennsylvania.
316.
Kobayashi, Ayami, Marc Bremer, 2005,
Freece, Dianna C., 1994, Monitoring by The Depositor Discipline
Financial Intermediaries banks vs Hypothesis: A Review of The
Nonbanks, Journal of Financial Empirical Evidence in US and Japan,
Services Research,p191-200 Nagoya University, Discussion paper
series.
Gonzales, Francisco, 2003, Bank Regulation
and Risk Taking Incentive: An Kunt, Asli Demirguc dan Enrica
International Comparison of Bank Detragiache, 2002, Does Deposit
Risk, Departement of Business, Insurance Increase Banking System
University of Oviedo, Avenida del Stability; An Empirical Investigation
Cristo. . Journal of Monetary Economics,
P49.
Galai, D. and R.W. Masulis, 1976. The
option pricing model and the risk Kunt, Asli Demirguc, Edward J. Kane dan
factor of stock, Journal of Financial Luc Laeven, 2007, Determinant of
Economics 3, 53-81. Deposit Insurance Adoption and
design, National Bureau of
Gadhoum, Yoser, 2000, Ownership Economic Research, Working Paper.
Structure and Risk: A Canadian
Empirical Analysis, Journal of Kunt, Asli Demirguc, Edward J. Kane dan
Business and Economics Luc Laeven, 2007, Determinant of
Deposit Insurance Adoption and
Hasono, Kaoru, Hiroko Iwaki dan Kotaro design, Policy Lesson from Research
Tsuru, 2005, Banking Crises, deposit and Practice, Word Bank Policy
Insurance and Market Discipline; Research Working Paper no. 3969.
Lesson from the asian crises, RIETI
Discussion Paper Series o5-E-029 Kunt, Asli Demirguc & Luc Leiven and
Ross Levine, 2003, The Impact of
Ioannidou, Vasso P dan Jan de Dreu (2006). Bank Regulation, Concentration and
The Impact of Explicit Deposit Institution on Bank Margin,
Insurance on Market Discipline. University of Minnesota, Dulluth.
Tilburg University, Center
Discussion Paper No.2006-05. Lee, Seok Weon, 2004, Regulation,
Corporate Control and Bank Risk
Taking, Corporate Ownership and
Control, Vol 1.

103
Taswan Dinamika Keuangan dan Perbankan

Morck, Randall and Masao Nakamura, Debt help, The Journal of Finance,
1999, Bank and Corporate Control in Vol LX
Japan, Journal of Finance.
Shleifer, A & R. Vishny, 1986, Large
McLeod, Ross H., 2005, Indonesia’s New Shareholders and corporate control,
Deposit Guarantee Law , Indonesia Journal of Political Economics 95,
Project, Division of Economics June, 461-488
Research School of Pacific and
Asian Studies Australian National Saunders, A., F. Strock, and N. Travlos,
University 1990. Ownership structure,
deregulation, and bank risk-taking,
Onder, Zeynep dan S¨uheyla ¨ Ozyıldırım, Journal of Finance 45, 643-654.
2003, “Too-Big-To-Fail” or Full
Deposit Insurance:Evidence from Saunder, Anthony dan Marcia Millon
Turkey, Bilkent University, Faculty Cornett, 2006, Financial Institutions
of Business Administration Management: A Risk Management
Approach, McGraw Hill, Toronto,
Prowse, S, 1995, Alternative Methods of International Edition.
Corporate Control in Commercial
Banks, Federal Reserve Bank of Sironi, Andrea, 2003, Testing of Market
Dallas Economic Review, Third Dicipline in European Banking
Quarter, p. 24-36. Industry: Evidence from
Subordinated Debt Issues, Journal of
Prowse, S., 1997, Corporate Control in Money, Credit and Banking, Vol 35.
Commercial Banks, The Journal of
Financial Research, Vol XX, p. 509- Schmukler , Sergio L & Maria Soledad
527. Martinez Peria, 2001, Do depositors
Punish Banks for bad behavior?
Park, Sangkyun and Stavros Peristiani, Market Discipline, Deposit
2000, An Bank Shareholders Insurance and Banking Crises, J.
Enemies of Regulators or a Potential Stor, P 1029-1051
Source of Market Dicipline?.,
Federal Reserve Bank of New York. Walker ,David K., dan Edgardo Demaestri
dan Facundo Martin, 2004, Deposit
Ritchken, C.N.V. Krishnan and J.B. Insurance and Poverty Reduction,
Thomson, 2006, Monitoring and Working Paper Series.
Controlling Bank Risk: Does Risky

104

Anda mungkin juga menyukai