Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

“Emosi dan sikap dalam pekerjaan”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah perilaku organisa

Disusun oleh :

Kelompok 3

3318120 Rahimah

3318123 Mohamad Hanafi

3318135 Refa Yora

Dosen Pembimbing

FEBRIYAN PRATAMA SE,MM

PRODI PERBANKAN SYARIAH S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami hantarkan kehadirat penguasa seluruh alam
dan tak lain kecuali Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, dan
hidayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dengan judul
Emosi dan sikap dalam bekerja

Kami selaku penyusun makalah bagaimanapun juga tidak bisa memendam


ucapan terima kasih kepada bapak/ ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah
perilaku organisasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyusun makalah ini, dan kedua orang tua yang tak pernah lelah mendukung
kelancaran tugas kami, serta pada teman-teman yang selalu memberikan motivasi
demi lancarnya penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak begitupun adanya makalah kami ini masih
jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
kontruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan
kualitas penyusun makalah dimasa yang akan datang.

Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu


kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun
makalah yang senada di waktu yang akan datang. Amin.

Bukittinggi, 12 Oktober 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................ i

Daftar isi ..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II : KAJIAN TEORI

2.1 Emosi dalam pekerjaan ......................................................................... 3


2.2 Tipe Emosi ............................................................................................... 5
2.3 Emosi,Sikap,dan Prilaku ...................................................................... 6
2.4 Bagaimana Emosi Mempengaruhi sikap dan prilaku .................. 8
2.5 Kecerdasan emosional ........................................................................11

BAB III: PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus ............................................................................................15


3.2 Analisis ....................................................................................................15
3.3 Kesimpulan ............................................................................................17

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................19


4.2 Saran.........................................................................................................19

Dafftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika
kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap
kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain.
Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model
dari faktor-faktor ini,Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku
organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan.
Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam
perkembangan organisasidan keberhasilan kerja, yang diantaranya
membahas tentang Sikap dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan
erat dengan prilaku organisasi.Sikap dan emosi akan mempengaruhi
individu didalam sebuah organisasi. Maka dari itu sangat diperlukan
seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan emosi baik dari
segi pengertian,ataupun bagaimana emosi dapat mempengaruhi sikap dan
prilaku. Dengan penguasaan materi tentang Sikap dan Emosi ini
diharapkan setiap individu akan bisa menempatkan dirinya didalam sebuah
organisasi setelah menguasai materi tersebut. Keberhasilan sebuah
organisasi sangat ditentukan oleh setiap individu di dalamnya.
1.2 Rumusan masalah
Masalah-masalah yang akan di pecahkan dalam makalah ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana emosi dalam pekerjaan?
2. Apa saja tipe emosi?
3. Bagaimana Emosi,Sikap,dan Prilaku?
4. Bagaimana Emosi Mempengaruhi sikap dan prilaku?
5. Apa itu Kecerdasan emosional ?

1
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui emosi dalam pekerjaan
2. Dapat Mengetahui tipe emosi
3. Dapat Mengetahui Emosi,Sikap,dan Prilaku
4. Dapat Mengetahui Bagaimana Emosi Mempengaruhi sikap dan
prilaku
5. Dapat Mengetahui Kecerdasan emosional

2
BAB I

KAJIAN TEORI

2.1 Emosi Dalam Pekerjaan


Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi
dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada
seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kata emosi diturunkan dari kata
bahasa Prancis, émotion, dari émouvoir, kegembiraan dari bahasa Latin
emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'.Kebanyakan ahli
yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati.Sebagai
contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah.
Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan
cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang
1
dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Adapun Emosi di dalam perkerjaan memainkan peran besar dalam
cara seluruh organisasi berkomunikasi di dalam dirinya sendiri dan ke
dunia luar. Acara di tempat kerja memiliki dampak emosional yang nyata
pada peserta. Konsekuensi dari keadaan emosional di tempat kerja , baik
perilaku maupun sikap, memiliki signifikansi substansial bagi individu,
kelompok, dan masyarakat.Emosi positif di tempat kerja membantu
karyawan mendapatkan hasil yang baik termasuk pencapaian, pengayaan
pekerjaan , dan konteks sosial yang lebih berkualitas. Emosi negatif,
seperti ketakutan, kemarahan,stress,permusuhan,kesedihan, dan rasa
bersalah , bagaimanapun meningkatkan prediktabilitas penyimpangan di
tempat kerja dan bagaimana dunia luar memandang organisasi.
Emosi biasanya dikaitkan dengan peristiwa atau kejadian tertentu
dan cukup kuat untuk mengganggu proses berpikir . Suasana hati di sisi
lain, lebih merupakan perasaan atau keadaan umum yang biasanya tidak
diidentifikasi dengan rangsangan tertentu dan tidak cukup kuat untuk
mengganggu proses berpikir yang sedang berlangsung. Ada banyak

1
M. Taufiq Amir, perilaku organisasi, (Jakarta:PT Fajar Interpratama), hal 26-27

3
konsekuensi jika membiarkan emosi negatif memengaruhi sikap atau
suasana hati Anda secara umum di tempat kerja. Emosi dan manajemen
emosi adalah fitur penting dari kehidupan organisasi. Sangat penting untuk
menciptakan tampilan emosional yang dapat diamati dan diinginkan
publik sebagai bagian dari peran pekerjaan.
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap
rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian
menjadi penyebab perbedaan emosi tersebut. Pada saat lain, perbedaan
tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Emosi penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan
informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam
suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah
menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan. Salah satu
cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut
positif atau negatif Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa
syukur-mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan,
sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah-
mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi
netral berarti menjadi nonemosional.
Dalam Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan
mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama
transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari
penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah
maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka untuk gembira.
Tetapi kerja emosional dapat relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai
contoh, seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan
dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan sebenarnya adalah
ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat
yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi
emosional. Jika dibiarkan, perasaan

4
terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat
2
menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.

2.2 Tipe emosi


A. .Pemikir keras (the intellectual)
Orang dengan jenis emosi ini sangat nyaman dengan
aktivitas berpikir. Ia melihat dunia dengan pemikiran yang
rasional, dan di antara orang-orang sekitar ia terkenal sebagai
pemikir. Tidak hanya itu, ia juga mampu membuat suasana yang
panas menjadi sejuk kembali dengan caranya sendiri.Sayangnya,
tipikal ini kurang mempercayai perasaannya sendiri, sulit untuk
terlibat dalam hal-hal yang menyenangkan, sensual, dan gembira.
Karena itulah perlu keseimbangan hidup dari berbagai aspek.
B. Emosional (the empath)
Tergolong orang sangat sensitif, penyayang, dan suportif.
Mereka biasanya dekat dengan hal-hal yang menyentuh perasaannya.
Dalam segala hal sehingga cenderung merasakan ketimbang
memikirkannya.Perasaan yang mendominasi kadang-kadang membuat
kondisi hatinya tidak stabil. Berusahalah untuk menenangkan diri dari
berbagai perasaan yang campur aduk, setidaknya beberapa menit
dalam sehari. Fokuslah untuk membuang perasaan seperti rasa takut
dan cemas.Selain itu, belajar juga untuk mengendalikan sensitivitas
Anda. Caranya adalah dengan mengurutkan lima situasi emosional
yang paling membuat Anda tersentuh. Usahakan untuk tidak sering
terlibat dalam situasi-situasi tersebut. Kalaupun harus terlibat,
upayakan untuk mengontrol diri.
C. Tenang & kuat (the rock)
Biasanya tergolong orang yang konsisten, stabil, dan selalu
ada saat kapan pun saat diperlukan. Orang lain bebas

2
Wayan Gede Supartha dan Desak Ketut Sintaasih, Pengantar Perilaku Organisasi Teori,
Kasus, Dan Aplikasi Penelitian, (Denpasar Timur: CV. Setia Bakti)

5
mengekspresikan dirinya di depan tipe ini, karena mereka bukan
tipikal orang yang senang menghakimi dan mudah
tersinggung.Namun, mereka sulit mengekspresikan perasaannya
sendiri, sehingga orang-orang sekitar cenderung menilai hidupnya
datar. Cobalah untuk lebih menyadari perubahan perasaan Anda
ketimbang merespons perasaan orang lain. Ingat, menunjukkan
emosi pada orang lain juga penting.Ekspresikan perasaan Anda.
Apa pun yang Anda rasakan, jangan sungkan untuk diekspresikan
dan bagikanlah pada orang lain.
D. Menyesuaikan diri ( the gusher)
Merupakan tipe emosi yang senang untuk mengekspresikan
perasaannya. Tipikal orang yang terbuka sehingga ia memiliki
banyak teman. Mereka tidak terlalu ambil pusing dengan hal-hal
negatif dan cepat move on. Kelemahannya, mereka cenderung
terlalu banyak berbagi informasi pada orang lain sehingga kadang-
kadang dianggap terlalu berlebihan. Disarankan agar sebelum
mencari dukungan dan bantuan orang lain, cobalah untuk mencari
solusi terlebih dahulu. Sediakan waktu untuk berpikir sendiri.
Ingat, tidak semua orang harus terlibat dalam urusan Anda,
demikian pula sebaliknya
2.3 Emosi,Sikap,dan Prilaku
Sikap merupakan bagian dari keyakinan, perasaan (asseeeed
feeling) dan prilaku sengajar atas orang, objek, dan kejadian (an attitude
object). Pada sikap, sudah ada unsur penilaian, sementara emosi cendrung
pengalamannya. Disikap sudah ada penalaran logis, sementara emosi
biasanya terjadi agak kurang disadari. Emosi berciri ringkas, sementara
sikap atas seseorang atau sesuatu lebih konstan dan stabil.
. Inovasi dianggap benar sebagai strategi yang membuat perusahaan
menangkap peluang. Atau inovasi dianggap perlu demi bertahan dari
persaingan. Keyakinan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan juga
berbagai pembelajaran sebelumnya.Perasaan yang menggambarkan evaluasi
positif atau negatif dari objek sikap. Sebagian anggap inovasi

6
sebagai buruk, tapi tidak. Suka atau tidak sukanya atas inovasi
menggambarkan perasaan yang dinilai. Assessed fellings. Perasaan disini
disebut sebagai hasil dari kyakinan yang ada kalau keyakinannya buruk,
maka perasaan akan buruk, dan mungkin perasaan terhadap inovasi, baik
secara umum maupun spesifik dianggap buruk. Adapun keinginan
berprilaku menggambarkan motivasi untuk melibatkan diri pada prilaku
tertentu terkait objek sikap. Mendnegar rencana inovasi, atau pelatiahan
inovasi, maka anda bersemangat untuk bekerja karena merasa itu akan
membawa peubahan. Perasaan anda atas inovasi mendorong prilaku anda
yang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, konsep diri (nilai dan
kepribadian) dan norma norma sosial dari prilaku yang dianggap sesuai
3
atau sejalan.
Model diatas dapat dilihat pada gambar berikut:

Persepsi Atas Situasi

Proses Kognitif Proses Emosional

Keyakinan

S
i
Perasaan
k Episode Emosional
a
p
Keinginan
berprilaku

Prilaku

3
Ibid hal 28-29

7
Awalnya, para pakar keorganisasian dan psikologi menganggap
bahwa sikap hanya memilki komponen keyakinan, perasaan,dan prilaku
sengaja. Dengan majunta studi neuroscience, ditemukan juga bahwa emosi
tidak kecil perannya.Gambar diatas menjelaskan bagaimana emosi
mempengaruhi ketiga elemen sikap, yang berkaitan dengan proses
kognitif, kemudian pada akhirnya akan menjadi elemen prilaku. Tentu
harus dipertimbangkan faktor-faktor lain dimana ada elemen lain yang
juga berperan. Semuanya membutuhkan emosi sebagai pelengkap yang
4
membentuk prilaku seseorang

2.4 Bagaimana Emosi Mempengaruhi sikap dan prilaku


seseorang bisa mengalami hal yang berbeda. Mungkin saja orang
akan antusias, khawatir, cemas, atau bahagia karena sebuah peluang untuk
maju bagi perusahaan.Orang ini akan berfikir, atau membahasnya dengan
rekan kerjanya. Contoh lain dari situasi ini adalah kalau mendengar sebuah
pengumuman, dapat keputusan pindah pekerjaan, meiliki atasan baru, dan
lain sebagainya. Emosi lansung pada kesimpulan dan kadang kita memang
sengaja mendengarkan apa yang disarankan emosi kita. Kita dengan
sengaja mendengar apa yang dikatakan emosi termasuk saat kita berbicara
dengan rekan kerja.
Pengaruh penalaran dan emosi pada sikap juga terlihat ketika kita
saling tidak setuju dengan orang lain. Ada situasi seperti tarik ulur,
merasakan bahwa sesuatu tidak tepat meskipun kadang kita rasakan ada
penalaran yang harus jadi pertimbangan. Pengalaman yang saling
bertentangan menunjukkan bahwa analisis logika seseorang, tidak bisa
mengidentifikasi alasan untuk mendukung reaksi emosi kita yang hadir
secara otomatis.
Berikut ini adalah contoh bagaimana emosi mempengaruhi
perilaku ditempat kerja:
A. Cognitive dissonance

4
Ibid hal 30-34

8
Tidak selamanya respon kita sejalan dengan anggapan kita
atas satu hal. Para ahli merumuskan sebuah kondisi, dimana
kita menganggap ada ketidak konsistenan antara keyakinan,
perasaan, dan perilaku sebagai cognitive dissonance. Kondisi
ini menghasilkan emosi yang memotivasi kita untuk lebih
konsisten dengan mengubah satu atau lebih elemen. Misalnya,
anda akan mendukung gagasan menjaga lingkungan, maka bila
anda bekerja di perusahaan minyak, maka anda mau yang
bagus pengelolaan lingkungaanya. Ketika ada yang menuduh
perusahaan minyak itu menjadi penyebab rusaknya
lingkungan, maka akan ada tekanan tertentu pada anda. Ada
yang berbeda. Awalau bagaimanapun, setiap orang akan
berusaha atau cenderung perbedaan yang terjadi.
Mau berhenti, mungkin bukan solusi yang mudah. Mungkin
anda akan mengubah keyakinan dan perasaan. Dan yang
mengubah keyakinan dan perasaannya. Misalnya, laporan yang
menyatakan perusak lingkungan itu akan anda anggap
berlebihan. Ada juga yang melakukan penyeimbangan ulang
atas konsep dirinya bila mengalami situasi seperti ini.
Ketimbang menolak tuduhan perusahaan atas perushaan tadi,
anda mengurangi ketidak konsistenan dengan menekankan
sedikit prilaku sadar lingkungan anda.
B. Emosi positif sebagai motor perubahan
Perubahan organisasi sudah jamak dibicarakan. Demi
keberlansungan dan pertumbuhannya, organisasi dituntut
untuk melakukan berbagai perubahan. Bahkan sering kali
pilhannya dalah yang bersifat transformatif , perubahan yang
bersifat fundamental. Ysng belum banyak yang dibicarakan
adalah, seperti apa peran emosi positif dalam proses perubahan
ini.Emosi positif akan menghadirkan iklim positif di organisasi
yang pada saatnya memperluas dan membangun kekuatan
hubungan antar karyawan. Dengan kondisi ini, kapasitas

9
individu sekaligus organisasi secarakolektif menjadi
meningkat. Dari teori emosi positif, jadi relevan menjelaskan
upaya penciptaan iklim positif ini.
Efek broaden akan mendorong karyawan menjadi lebih
enklusif dan saling memberdayakan. Karyawan akan lebih
fleksibel dalam saling bantu dan respect. Mereka terdorong
untuk berbagi hal-hal positif yang memudahkan
pengidentifikasian sesuatu yang baru dan bernilai bagi
organisasi. Mereka berkolaborasi menggaris bawahi hal baru
yang menguatkan organisai, disamping mencatat masalah
maslah dan gejala disfungsional yang ada. Hubungan positif
yang tercipta pada saatnya akan berkontribusi pada harapan,
optimisme, dan resiliensi karyawan menghadapi kendala-
kendala saat mengusahakan penguatan tadi/menjalankan tadi.
Ketika inilah efek build dari emosi positif bekerja.
Build effect bekerja dalam membangun kapasitas individu
dan hubungan sosial. Kapasitas dan hubungan ini, selama
emosi positif tdi memancar, akan terus bertambah dan
berfungsi optimal. Bila efek broaden dan build ini sudah hadir,
bisa dibayangkan, potensi untuk menjalankan dan sukses
dengan perubahan transformasional menjadi besar sekali. Sisi
unggul organisai akan menyeruak dari setiap bagian, kelompok
atau unit. Walaupun upaya perubahan ini belum tentu mudah
atau lancar, emosi positif dan efek yang menyertainya akan
membukakan jalan dan memuluskan keberhasilannya.
C. Emosi negatif sebagai racun
Memang tidak selamanya emosi negatif itu melulu urusan
organisasi, karna individu punya latar belakang pribadi sehari-
hari. Apapun penyebabnya, organisasi harus mampu
memperkecil dan mengelolanya sedemikian rupa. Jika tidak,
perusahaan sebenarnya beroperasi tidak dengan kapasitas

10
penuh, karena da produktivitas potensial yang seharusnya
hadir, malah terbenam.
Bagaimana karyawan mau produktif, bila keputusan
atasannya membuat ia sulit tidur dirumah, dan bangun pagi
dengan perasaan lesu serta malas untuk bekerja. Bagaimana
karyawan mau aktif, bila mereka merasa ada harapan dan
tujuannya yang terkendala atau dirusak. Perasaan perasaan
negatid itu akan membuat rasa percaya diri, rasa bangga (self
esteem) dan harga diri seseorang anjlok. Mereka akan
kehilangan sense of conection I nya dengan tujuan organisasi,
dan visi organisasi. Apa pun tugas yang mereka jalankan,
semua serba buruk dan pahit. Meskipun kemampuan mereka
ada, hasrat orang orang dengan emosi negatid ini selalu
hampa. Sense of hope orang orang ini meredup, dan
5
pandangannya atas masa depan sempit.
Emosi negative bisa merebak dan merusak organisasi.
Begitu banyak hal hal tidak perlu terjadi bisa kita alami karena
kita tidak mengelolanya. Tidak sedikit kerugian, baik yang
bersifat tangible dan intangible yang harus dialami organisasi
karenanya, karena itu, kita perlu mengantisipasi ini semua.
Psikologi positif, memberikan kita berbagai jalan untuk
bertindak antisipasif atas berkembangnya semosi negatif.
2.5 Kecerdasan emosional
kecerdasan emosional (Emotional Quotient) adalah: Kemampuan
untuk mengenali dan mengelola perasaan (emosi) diri sendiri dan orang
lain. Dalam ilmu psikologi, Kecerdasan emosional membahas tentang
bagaimana kecerdasan seseorang dalam mengatur emosi diri dan ketika
berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain.Ada anggapan bahwa
kecerdasan emosional (EQ) lebih penting daripada kecerdasan seseorang
(IQ) dalam mencapai kesuksesan kehidupan dan kariernya. Pada saat ini,

5
Muhammad Subagio, pengaruh kecerdasan emosional motivasi kerja, dan sikap kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT Ithca Resources. Manajemen, vol XIX, NO 01, Februari 2015,
hal 106-107

11
kesuksesan seseorang bergantung pada kemampuan untuk membaca sinyal
orang lain dan bereaksi dengan tepat terhadap mereka.
Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul “Working With
Emotional Intelligence” (London: Clays Ltd. 1999) mengemukakan
bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI)
meliputi hal-hal sebagai berikut:
A. Kesadaran diri (self awareness)
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri
sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat.Mengembangkan kesadaran diri
membutuhkan penyesuaian terhadap perasaan Anda yang
sebenarnya. Jika Anda mengevaluasi emosi Anda, Anda dapat
mengelolanya. Unsur utama kesadaran diri adalah:
1. Kesadaran emosional. Kemampuan untuk mengenali emosi
sendiri dan efeknya.
2. Percaya diri. Ketulusan tentang harga diri dan kemampuan
sendiri.
B. Pengaturan diri (self regulation)
Menangani dan mengendalikan emosi kita dengan benar
akan berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap
kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya
suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan.Pengaturan diri
melibatkan

1. Kontrol diri. Mengelola impuls yang mengganggu.


2. Mempertahankan standar kejujuran dan integritas.
3. Hati nurani. Bertanggung jawab atas kinerja sendiri.
4. Penanganan perubahan dengan fleksibilitas.
5. Terbuka terhadap ide-ide baru.

C. Motivasi (motivation)

12
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.Motivasi terdiri dari:

1. Terus berusaha untuk meningkatkan atau memenuhi standar


keunggulan.
2. Menyelaraskan dengan tujuan kelompok atau organisasi.
3. Mempersiapkan diri untuk bertindak berdasarkan peluang.
4. Mengejar tujuan dengan gigih meskipun ada rintangan dan
kemunduran.

D. Empati (empathy)
Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.Orang yang
empatik unggul di:

1. Orientasi layanan. Mengantisipasi, mengenali dan


memenuhi kebutuhan orang lain.
2. Mengembangkan orang lain. Merasakan apa yang orang lain
butuhkan untuk maju dan memperkuat kemampuan mereka.
3. Memanfaatkan keberagaman. Peluang budidaya melalui
beragam orang.
4. Kesadaran politik. Membaca arus emosi dan hubungan
kekuasaan kelompok.
5. Memahami orang lain. Membedakan perasaan di balik
kebutuhan dan keinginan orang lain.

E. Keterampilan sosial (social skill)


Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial,
berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-
keterampilan ini untuk memengaruhi dan memimpin,

13
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja
sama dan bekerja dalam tim.Memiliki EQ yang tinggi akan lebih
memahami, berempati dan bernegosiasi dengan orang lain dalam
ekonomi global. Di antara keterampilan yang paling berguna adalah:

1. Menghasilkan taktik persuasi yang efektif.


2. Mengirim pesan yang jelas.
3. Kelompok dan orang yang menginspirasi dan membimbing.
4. Ubah katalis. Memulai atau mengelola perubahan.
5. Manajemen konflik. Memahami, bernegosiasi, dan
menyelesaikan perselisihan.
6. Membangun ikatan. Memelihara hubungan instrumental.
7. Kolaborasi dan kerja sama. Bekerja dengan orang lain
menuju tujuan bersama.
8. Kemampuan tim. Menciptakan sinergi kelompok dalam
mengejar tujuan bersama.

14
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi kasus

3.2 ANALISIS
Kasus pada American Express menggambarkan bagaimana sebuah
pekerjaan sering berdekatan dengan hal-hal yang bersifat emosional dan
memicu stress. Situasi emosional dan stress tidak saja datang dari atasan
tapi bisa jadi juga dari para pelanggan atau pengguna asuransi, apalagi ini

15
berhubungan dengan asuransi jiwa yang berbicara masalah kematian dan
uang. Pekerja pada asuransi jiwa ini akan dihadapkan pada situasi ini
ketika mereka ‘menjual’ jasa asuransi kepada para calon pelanggannya.
Beberapa klien bahkan dapat menanggapinya sebagai sebuah kerisauan
dan ketakutan yang akhirnya dapat menimbulkan kemarahan.
Staf di bagian ‘penjualan’ di American Express percaya pada
‘nilai’ dari pekerjaan mereka, tapi ketika dihadapkan pada emosi negative
pelanggan atau klien menjadikan semangat staf menjadi menurun. Disisi
lain ada tekanan bahwa mereka mengabaikan perasaan pelanggan dan
focus pada penjualan, dimana kadang ini mendapat tanggapan emosi yang
negative menjadi masalah tersendiri.American express mencoba
memahami situasi tersebut dan mulai melakukan upaya agar ada
keselarasan antara pelanggan dan perwakilan atau agen penjualan polis
asuransi jiwa ini. Dipimpin Kate Cannon, American express menggunakan
teknik RESONANSI EMOSIONAL untuk mengidentifikasi perasaan
karyawan tentang pekerjaan mereka. Teknik ini mencoba melihat masalah
dari sudut pandang emosional yang sama antara wawasan dramatis tentang
klien, perwakilan penjualan, dan manajer. Beberapa isu yang dilakukan
oleh Canon adalah:
1. Langkah pertama yang diambil adalah untuk menyatakan bahwa emosi
negatif klien ‘adalah hambatan untuk penjualan asuransi jiwa. Cannon
menjelaskan, “Orang-orang melaporkan segala macam masalah
emosional-ketakutan, kecurigaan, ketidakberdayaan, dan
ketidakpercayaan-terlibat dalam membeli asuransi jiwa.” Emosi negatif
Klien ‘, pada gilirannya, telah memicu perasaan negatif antara beberapa
perwakilan penjualan asuransi jiwa American Express, termasuk perasaan
ketidakmampuan, ketakutan, ketidakpercayaan, malu, dan bahkan
penghinaan. Fokus manajemen pada penjualan telah menciptakan situasi
emosional antara pekerjaan tenaga penjualan dan kepribadian mereka
yang sebenarnya. Cannon menemukan bahwa perwakilan penjualan yang
tidak mengakui penderitaan klien mereka merasa tidak jujur. Kesenjangan
emosional antara kata-kata mereka dan

16
perasaan mereka yang sebenarnya hanya meningkatkan penderitaan
mereka.
2. Cannon menemukan satu berita baik. Agen asuransi yang melihat
pekerjaan mereka dari sudut pandang pelanggan menjadi berkembang.
Mereka mempunyai keselarasan dalam perasaan dan kata-kata. Klien
menjadi percaya mereka. Kepercayaan antara agen dan klien yang
terbuka secara emosional telah berpengaruh pada penjualan dan
kepuasan kerjan yang lebih baik. Untuk melihat apakah ketrampilan
emosional pelatihan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan penjualan
di antara anggota tim lainnya, Cannon mengadakan kursus dalam
kesadaran emosional untuk kelompok penjual asuransi jiwa agen
American Express. Tujuan dari kursus ini adalah untuk membantu
karyawan mengenali dan mengelola perasaan mereka. Hasil penelitian
membuktikan nilai kejelasan emosional.

Program pelatihan kesadaran emosional memiliki dampak


signifikan pada staf yang berada di garis depan sehingga penjualan
asuransi jiwa Amerika Ekspres naik puluhan juta dolar. Americam Express
telah menemukan formula yang membantu karyawan dalam menemukan
kesadaran emosi sejati mereka dan bagaimana emosi tersebut dikelola.
Kesadaran emosi membuat karyawan lebih dipercaya dan dapat
menggunakan emosi mereka secara positif sehingga mampu
menguntungkan perusahaan.
3.3 Kesimpulan
Kasus di atas memperlihatkan pentingnya memahami suasana hati
dari staf atau karyawan dan juga bagaimana membangung sebuah
Emotional Intelligence dalam sebuah organisasi, apalagi perusahaan
asuransi Jiwa. Pada sisi ini staf harus dapat memahami kompetensi diri
dan bagaimana mereka sendiri mengelola hati dan perilaku.American
Express melalui pelatihan yang dilakukan oleh Canon telah mampu
menerapkan bagaimana mengembangkan kompetensi personal dan sosial
melalui kecerdasan emosi (emotional intelligence), yang terdiri dari Self-

17
Awareness, Self-Management, Social Awareness dan Relationship
Management.
Disini terlihat bahwa orang pada prinsipnya ketika seseorang mampu
menggunakan kecerdasan emosinya, maka emosi negative bisa berubah
menjadi emosi positif. Disisi lain kecerdasan emosi ini menunjukkan
bagaimana kemampuan mengelola diri sendiri dan bagaimana berinteaksi
dengan orang lain secara dewasa dan konstruktif. Hal ini penting bagi setiap
karyawan dalam organisasi atau perusahaan untuk mengatasi berbagai
masalah yang melibatkan masalah emosional dan stress.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada
seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu
Tipe emosi adalah sebagai berikut :
1. Pemikir keras
2. Emosional
3. Tenang dan kuat
4. Menyesuaikan diri
Pengaruh penalaran dan emosi pada sikap juga terlihat
ketika kita saling tidak setuju dengan orang lain. Ada situasi seperti
tarik ulur, merasakan bahwa sesuatu tidak tepat meskipun kadang
kita rasakan ada penalaran yang harus jadi pertimbangan.
Pengalaman yang saling bertentangan menunjukkan bahwa analisis
logika seseorang, tidak bisa mengidentifikasi alasan untuk
mendukung reaksi emosi kita yang hadir secara otomatis.
4.2 SARAN
Pemakah Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawab,untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kemajuan kami dalam penulisan kedepannya

19
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2017. Perilaku organisasi. Jakarta:PT Fajar Interpratama.

Desak Ketut Sintaasih, Wayan Gede Supartha. 2017. Pengantar Perilaku Organisasi
Teori,Kasus, Dan Aplikasi Penelitian. Denpasar Timur: CV. Setia Bakti

Subagio, Muhammad. pengaruh kecerdasan emosional motivasi kerja, dan sikap


kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Ithca Resources.2015. Manajemen. vol
XIX, NO 01

Anda mungkin juga menyukai