Disusun oleh :
Kelompok 3
3318120 Rahimah
Dosen Pembimbing
Puji dan syukur selalu kami hantarkan kehadirat penguasa seluruh alam
dan tak lain kecuali Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, dan
hidayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dengan judul
Emosi dan sikap dalam bekerja
Tak ada gading yang tak retak begitupun adanya makalah kami ini masih
jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang
kontruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan
kualitas penyusun makalah dimasa yang akan datang.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PENUTUP
Dafftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Dapat Mengetahui emosi dalam pekerjaan
2. Dapat Mengetahui tipe emosi
3. Dapat Mengetahui Emosi,Sikap,dan Prilaku
4. Dapat Mengetahui Bagaimana Emosi Mempengaruhi sikap dan
prilaku
5. Dapat Mengetahui Kecerdasan emosional
2
BAB I
KAJIAN TEORI
1
M. Taufiq Amir, perilaku organisasi, (Jakarta:PT Fajar Interpratama), hal 26-27
3
konsekuensi jika membiarkan emosi negatif memengaruhi sikap atau
suasana hati Anda secara umum di tempat kerja. Emosi dan manajemen
emosi adalah fitur penting dari kehidupan organisasi. Sangat penting untuk
menciptakan tampilan emosional yang dapat diamati dan diinginkan
publik sebagai bagian dari peran pekerjaan.
Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap
rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian
menjadi penyebab perbedaan emosi tersebut. Pada saat lain, perbedaan
tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.
Emosi penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan
informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam
suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah
menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan. Salah satu
cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut
positif atau negatif Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa
syukur-mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan,
sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah-
mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi
netral berarti menjadi nonemosional.
Dalam Kerja emosional adalah situasi saat seorang karyawan
mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama
transaksi antarpersonal di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari
penelitian-penelitian atas pekerjaan terkait pelayanan, contohnya sebuah
maskapai penerbangan mengharapkan pramugari mereka untuk gembira.
Tetapi kerja emosional dapat relevan untuk semua jenis pekerjaan. Sebagai
contoh, seorang manajer mengharapkan bawahannya untuk bersikap sopan
dalam interaksi dengan rekan-rekan kerja. Tantangan sebenarnya adalah
ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat
yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi
emosional. Jika dibiarkan, perasaan
4
terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat
2
menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental.
2
Wayan Gede Supartha dan Desak Ketut Sintaasih, Pengantar Perilaku Organisasi Teori,
Kasus, Dan Aplikasi Penelitian, (Denpasar Timur: CV. Setia Bakti)
5
mengekspresikan dirinya di depan tipe ini, karena mereka bukan
tipikal orang yang senang menghakimi dan mudah
tersinggung.Namun, mereka sulit mengekspresikan perasaannya
sendiri, sehingga orang-orang sekitar cenderung menilai hidupnya
datar. Cobalah untuk lebih menyadari perubahan perasaan Anda
ketimbang merespons perasaan orang lain. Ingat, menunjukkan
emosi pada orang lain juga penting.Ekspresikan perasaan Anda.
Apa pun yang Anda rasakan, jangan sungkan untuk diekspresikan
dan bagikanlah pada orang lain.
D. Menyesuaikan diri ( the gusher)
Merupakan tipe emosi yang senang untuk mengekspresikan
perasaannya. Tipikal orang yang terbuka sehingga ia memiliki
banyak teman. Mereka tidak terlalu ambil pusing dengan hal-hal
negatif dan cepat move on. Kelemahannya, mereka cenderung
terlalu banyak berbagi informasi pada orang lain sehingga kadang-
kadang dianggap terlalu berlebihan. Disarankan agar sebelum
mencari dukungan dan bantuan orang lain, cobalah untuk mencari
solusi terlebih dahulu. Sediakan waktu untuk berpikir sendiri.
Ingat, tidak semua orang harus terlibat dalam urusan Anda,
demikian pula sebaliknya
2.3 Emosi,Sikap,dan Prilaku
Sikap merupakan bagian dari keyakinan, perasaan (asseeeed
feeling) dan prilaku sengajar atas orang, objek, dan kejadian (an attitude
object). Pada sikap, sudah ada unsur penilaian, sementara emosi cendrung
pengalamannya. Disikap sudah ada penalaran logis, sementara emosi
biasanya terjadi agak kurang disadari. Emosi berciri ringkas, sementara
sikap atas seseorang atau sesuatu lebih konstan dan stabil.
. Inovasi dianggap benar sebagai strategi yang membuat perusahaan
menangkap peluang. Atau inovasi dianggap perlu demi bertahan dari
persaingan. Keyakinan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan juga
berbagai pembelajaran sebelumnya.Perasaan yang menggambarkan evaluasi
positif atau negatif dari objek sikap. Sebagian anggap inovasi
6
sebagai buruk, tapi tidak. Suka atau tidak sukanya atas inovasi
menggambarkan perasaan yang dinilai. Assessed fellings. Perasaan disini
disebut sebagai hasil dari kyakinan yang ada kalau keyakinannya buruk,
maka perasaan akan buruk, dan mungkin perasaan terhadap inovasi, baik
secara umum maupun spesifik dianggap buruk. Adapun keinginan
berprilaku menggambarkan motivasi untuk melibatkan diri pada prilaku
tertentu terkait objek sikap. Mendnegar rencana inovasi, atau pelatiahan
inovasi, maka anda bersemangat untuk bekerja karena merasa itu akan
membawa peubahan. Perasaan anda atas inovasi mendorong prilaku anda
yang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, konsep diri (nilai dan
kepribadian) dan norma norma sosial dari prilaku yang dianggap sesuai
3
atau sejalan.
Model diatas dapat dilihat pada gambar berikut:
Keyakinan
S
i
Perasaan
k Episode Emosional
a
p
Keinginan
berprilaku
Prilaku
3
Ibid hal 28-29
7
Awalnya, para pakar keorganisasian dan psikologi menganggap
bahwa sikap hanya memilki komponen keyakinan, perasaan,dan prilaku
sengaja. Dengan majunta studi neuroscience, ditemukan juga bahwa emosi
tidak kecil perannya.Gambar diatas menjelaskan bagaimana emosi
mempengaruhi ketiga elemen sikap, yang berkaitan dengan proses
kognitif, kemudian pada akhirnya akan menjadi elemen prilaku. Tentu
harus dipertimbangkan faktor-faktor lain dimana ada elemen lain yang
juga berperan. Semuanya membutuhkan emosi sebagai pelengkap yang
4
membentuk prilaku seseorang
4
Ibid hal 30-34
8
Tidak selamanya respon kita sejalan dengan anggapan kita
atas satu hal. Para ahli merumuskan sebuah kondisi, dimana
kita menganggap ada ketidak konsistenan antara keyakinan,
perasaan, dan perilaku sebagai cognitive dissonance. Kondisi
ini menghasilkan emosi yang memotivasi kita untuk lebih
konsisten dengan mengubah satu atau lebih elemen. Misalnya,
anda akan mendukung gagasan menjaga lingkungan, maka bila
anda bekerja di perusahaan minyak, maka anda mau yang
bagus pengelolaan lingkungaanya. Ketika ada yang menuduh
perusahaan minyak itu menjadi penyebab rusaknya
lingkungan, maka akan ada tekanan tertentu pada anda. Ada
yang berbeda. Awalau bagaimanapun, setiap orang akan
berusaha atau cenderung perbedaan yang terjadi.
Mau berhenti, mungkin bukan solusi yang mudah. Mungkin
anda akan mengubah keyakinan dan perasaan. Dan yang
mengubah keyakinan dan perasaannya. Misalnya, laporan yang
menyatakan perusak lingkungan itu akan anda anggap
berlebihan. Ada juga yang melakukan penyeimbangan ulang
atas konsep dirinya bila mengalami situasi seperti ini.
Ketimbang menolak tuduhan perusahaan atas perushaan tadi,
anda mengurangi ketidak konsistenan dengan menekankan
sedikit prilaku sadar lingkungan anda.
B. Emosi positif sebagai motor perubahan
Perubahan organisasi sudah jamak dibicarakan. Demi
keberlansungan dan pertumbuhannya, organisasi dituntut
untuk melakukan berbagai perubahan. Bahkan sering kali
pilhannya dalah yang bersifat transformatif , perubahan yang
bersifat fundamental. Ysng belum banyak yang dibicarakan
adalah, seperti apa peran emosi positif dalam proses perubahan
ini.Emosi positif akan menghadirkan iklim positif di organisasi
yang pada saatnya memperluas dan membangun kekuatan
hubungan antar karyawan. Dengan kondisi ini, kapasitas
9
individu sekaligus organisasi secarakolektif menjadi
meningkat. Dari teori emosi positif, jadi relevan menjelaskan
upaya penciptaan iklim positif ini.
Efek broaden akan mendorong karyawan menjadi lebih
enklusif dan saling memberdayakan. Karyawan akan lebih
fleksibel dalam saling bantu dan respect. Mereka terdorong
untuk berbagi hal-hal positif yang memudahkan
pengidentifikasian sesuatu yang baru dan bernilai bagi
organisasi. Mereka berkolaborasi menggaris bawahi hal baru
yang menguatkan organisai, disamping mencatat masalah
maslah dan gejala disfungsional yang ada. Hubungan positif
yang tercipta pada saatnya akan berkontribusi pada harapan,
optimisme, dan resiliensi karyawan menghadapi kendala-
kendala saat mengusahakan penguatan tadi/menjalankan tadi.
Ketika inilah efek build dari emosi positif bekerja.
Build effect bekerja dalam membangun kapasitas individu
dan hubungan sosial. Kapasitas dan hubungan ini, selama
emosi positif tdi memancar, akan terus bertambah dan
berfungsi optimal. Bila efek broaden dan build ini sudah hadir,
bisa dibayangkan, potensi untuk menjalankan dan sukses
dengan perubahan transformasional menjadi besar sekali. Sisi
unggul organisai akan menyeruak dari setiap bagian, kelompok
atau unit. Walaupun upaya perubahan ini belum tentu mudah
atau lancar, emosi positif dan efek yang menyertainya akan
membukakan jalan dan memuluskan keberhasilannya.
C. Emosi negatif sebagai racun
Memang tidak selamanya emosi negatif itu melulu urusan
organisasi, karna individu punya latar belakang pribadi sehari-
hari. Apapun penyebabnya, organisasi harus mampu
memperkecil dan mengelolanya sedemikian rupa. Jika tidak,
perusahaan sebenarnya beroperasi tidak dengan kapasitas
10
penuh, karena da produktivitas potensial yang seharusnya
hadir, malah terbenam.
Bagaimana karyawan mau produktif, bila keputusan
atasannya membuat ia sulit tidur dirumah, dan bangun pagi
dengan perasaan lesu serta malas untuk bekerja. Bagaimana
karyawan mau aktif, bila mereka merasa ada harapan dan
tujuannya yang terkendala atau dirusak. Perasaan perasaan
negatid itu akan membuat rasa percaya diri, rasa bangga (self
esteem) dan harga diri seseorang anjlok. Mereka akan
kehilangan sense of conection I nya dengan tujuan organisasi,
dan visi organisasi. Apa pun tugas yang mereka jalankan,
semua serba buruk dan pahit. Meskipun kemampuan mereka
ada, hasrat orang orang dengan emosi negatid ini selalu
hampa. Sense of hope orang orang ini meredup, dan
5
pandangannya atas masa depan sempit.
Emosi negative bisa merebak dan merusak organisasi.
Begitu banyak hal hal tidak perlu terjadi bisa kita alami karena
kita tidak mengelolanya. Tidak sedikit kerugian, baik yang
bersifat tangible dan intangible yang harus dialami organisasi
karenanya, karena itu, kita perlu mengantisipasi ini semua.
Psikologi positif, memberikan kita berbagai jalan untuk
bertindak antisipasif atas berkembangnya semosi negatif.
2.5 Kecerdasan emosional
kecerdasan emosional (Emotional Quotient) adalah: Kemampuan
untuk mengenali dan mengelola perasaan (emosi) diri sendiri dan orang
lain. Dalam ilmu psikologi, Kecerdasan emosional membahas tentang
bagaimana kecerdasan seseorang dalam mengatur emosi diri dan ketika
berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain.Ada anggapan bahwa
kecerdasan emosional (EQ) lebih penting daripada kecerdasan seseorang
(IQ) dalam mencapai kesuksesan kehidupan dan kariernya. Pada saat ini,
5
Muhammad Subagio, pengaruh kecerdasan emosional motivasi kerja, dan sikap kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT Ithca Resources. Manajemen, vol XIX, NO 01, Februari 2015,
hal 106-107
11
kesuksesan seseorang bergantung pada kemampuan untuk membaca sinyal
orang lain dan bereaksi dengan tepat terhadap mereka.
Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul “Working With
Emotional Intelligence” (London: Clays Ltd. 1999) mengemukakan
bahwa aspek-aspek kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence (EI)
meliputi hal-hal sebagai berikut:
A. Kesadaran diri (self awareness)
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri
sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat.Mengembangkan kesadaran diri
membutuhkan penyesuaian terhadap perasaan Anda yang
sebenarnya. Jika Anda mengevaluasi emosi Anda, Anda dapat
mengelolanya. Unsur utama kesadaran diri adalah:
1. Kesadaran emosional. Kemampuan untuk mengenali emosi
sendiri dan efeknya.
2. Percaya diri. Ketulusan tentang harga diri dan kemampuan
sendiri.
B. Pengaturan diri (self regulation)
Menangani dan mengendalikan emosi kita dengan benar
akan berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap
kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya
suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan.Pengaturan diri
melibatkan
C. Motivasi (motivation)
12
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk
bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.Motivasi terdiri dari:
D. Empati (empathy)
Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.Orang yang
empatik unggul di:
13
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja
sama dan bekerja dalam tim.Memiliki EQ yang tinggi akan lebih
memahami, berempati dan bernegosiasi dengan orang lain dalam
ekonomi global. Di antara keterampilan yang paling berguna adalah:
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 ANALISIS
Kasus pada American Express menggambarkan bagaimana sebuah
pekerjaan sering berdekatan dengan hal-hal yang bersifat emosional dan
memicu stress. Situasi emosional dan stress tidak saja datang dari atasan
tapi bisa jadi juga dari para pelanggan atau pengguna asuransi, apalagi ini
15
berhubungan dengan asuransi jiwa yang berbicara masalah kematian dan
uang. Pekerja pada asuransi jiwa ini akan dihadapkan pada situasi ini
ketika mereka ‘menjual’ jasa asuransi kepada para calon pelanggannya.
Beberapa klien bahkan dapat menanggapinya sebagai sebuah kerisauan
dan ketakutan yang akhirnya dapat menimbulkan kemarahan.
Staf di bagian ‘penjualan’ di American Express percaya pada
‘nilai’ dari pekerjaan mereka, tapi ketika dihadapkan pada emosi negative
pelanggan atau klien menjadikan semangat staf menjadi menurun. Disisi
lain ada tekanan bahwa mereka mengabaikan perasaan pelanggan dan
focus pada penjualan, dimana kadang ini mendapat tanggapan emosi yang
negative menjadi masalah tersendiri.American express mencoba
memahami situasi tersebut dan mulai melakukan upaya agar ada
keselarasan antara pelanggan dan perwakilan atau agen penjualan polis
asuransi jiwa ini. Dipimpin Kate Cannon, American express menggunakan
teknik RESONANSI EMOSIONAL untuk mengidentifikasi perasaan
karyawan tentang pekerjaan mereka. Teknik ini mencoba melihat masalah
dari sudut pandang emosional yang sama antara wawasan dramatis tentang
klien, perwakilan penjualan, dan manajer. Beberapa isu yang dilakukan
oleh Canon adalah:
1. Langkah pertama yang diambil adalah untuk menyatakan bahwa emosi
negatif klien ‘adalah hambatan untuk penjualan asuransi jiwa. Cannon
menjelaskan, “Orang-orang melaporkan segala macam masalah
emosional-ketakutan, kecurigaan, ketidakberdayaan, dan
ketidakpercayaan-terlibat dalam membeli asuransi jiwa.” Emosi negatif
Klien ‘, pada gilirannya, telah memicu perasaan negatif antara beberapa
perwakilan penjualan asuransi jiwa American Express, termasuk perasaan
ketidakmampuan, ketakutan, ketidakpercayaan, malu, dan bahkan
penghinaan. Fokus manajemen pada penjualan telah menciptakan situasi
emosional antara pekerjaan tenaga penjualan dan kepribadian mereka
yang sebenarnya. Cannon menemukan bahwa perwakilan penjualan yang
tidak mengakui penderitaan klien mereka merasa tidak jujur. Kesenjangan
emosional antara kata-kata mereka dan
16
perasaan mereka yang sebenarnya hanya meningkatkan penderitaan
mereka.
2. Cannon menemukan satu berita baik. Agen asuransi yang melihat
pekerjaan mereka dari sudut pandang pelanggan menjadi berkembang.
Mereka mempunyai keselarasan dalam perasaan dan kata-kata. Klien
menjadi percaya mereka. Kepercayaan antara agen dan klien yang
terbuka secara emosional telah berpengaruh pada penjualan dan
kepuasan kerjan yang lebih baik. Untuk melihat apakah ketrampilan
emosional pelatihan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan penjualan
di antara anggota tim lainnya, Cannon mengadakan kursus dalam
kesadaran emosional untuk kelompok penjual asuransi jiwa agen
American Express. Tujuan dari kursus ini adalah untuk membantu
karyawan mengenali dan mengelola perasaan mereka. Hasil penelitian
membuktikan nilai kejelasan emosional.
17
Awareness, Self-Management, Social Awareness dan Relationship
Management.
Disini terlihat bahwa orang pada prinsipnya ketika seseorang mampu
menggunakan kecerdasan emosinya, maka emosi negative bisa berubah
menjadi emosi positif. Disisi lain kecerdasan emosi ini menunjukkan
bagaimana kemampuan mengelola diri sendiri dan bagaimana berinteaksi
dengan orang lain secara dewasa dan konstruktif. Hal ini penting bagi setiap
karyawan dalam organisasi atau perusahaan untuk mengatasi berbagai
masalah yang melibatkan masalah emosional dan stress.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada
seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu
Tipe emosi adalah sebagai berikut :
1. Pemikir keras
2. Emosional
3. Tenang dan kuat
4. Menyesuaikan diri
Pengaruh penalaran dan emosi pada sikap juga terlihat
ketika kita saling tidak setuju dengan orang lain. Ada situasi seperti
tarik ulur, merasakan bahwa sesuatu tidak tepat meskipun kadang
kita rasakan ada penalaran yang harus jadi pertimbangan.
Pengalaman yang saling bertentangan menunjukkan bahwa analisis
logika seseorang, tidak bisa mengidentifikasi alasan untuk
mendukung reaksi emosi kita yang hadir secara otomatis.
4.2 SARAN
Pemakah Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawab,untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kemajuan kami dalam penulisan kedepannya
19
DAFTAR PUSTAKA
Desak Ketut Sintaasih, Wayan Gede Supartha. 2017. Pengantar Perilaku Organisasi
Teori,Kasus, Dan Aplikasi Penelitian. Denpasar Timur: CV. Setia Bakti