Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

PRATIKUM PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

Dosen pengampu : Rully Fatriani, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :

Nama : Fitri alpia

Nim : 2018011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)

PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG

PRODI DIII KEBIDANAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ralmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan pratikum Pemeriksaan Glukosa Urine ini

Kami menyadari balwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan Oleh karena itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat laporan
selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam
penyusunan laporan ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat
menyadari bahwa hasil penyusunan laporan ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan kami. Semoga laporan ini dapat
memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam Mata Kuliah Asuhan Kehamilan
dan apabila terdapat kejanggalan - kejanggalan dalam penyusunan laporan ini kami mohon
maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terima kasih.

Lampung, 24 Maret 2021

FITRI ALPIA

NIM : 2018011
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glukosa urin ini merupakan salah satu komponen dari pemeriksaan laboratorium
sederhana pada ibu hamil. Pemeriksaan Glukosa urin ibu hamil bertujuan untuk
mengetahui status DM pada ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri, kolaburasi atau diperlukan untuk rujukan maka bisa
dipersiapkan sejak dini. Pemeriksaan glukosa pada ibu hamil, mendeteksi adanya penyakit
pesenyerta DM pada ibu hamil, melalui pemeriksaan laboratorium sederhana.

pemeriksaan glukosa urin menjadi komponen yang penting untuk deteksi dini pada
keadaan preeklamsi Ibu hamil yang dicurigai menderita DM. misalnya mempunyai
riwayat keluarga DM, pertumbuhan janin cenderung lebih besar dari usia kehamilan,
progress pertumbuhan janin sangat cepat, maka lakukan Pemeriksaan glukosa urin. DM
merupakan kondisi medis yang paling sering terjadi pada kehamilan dan terjadi kira-kira
4/1000 kchamilan. DM merupakan penyakit penyerta yang memperburuk keadaan
kehamilan. DM menggambarkan gangguan metabolik dengan berbagai etiologi yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein normal. Keadaan ini ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan ekskresi glukosa
melalui urin (glukosuria) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin dan atau aktivitas
insulin. Risiko terjadinya malformasi atau kecacatan meningkat secara signifikan pada ibu
hamil dengan DM pada trimester 1, dan risiko bayi besar (makrosomia), sindrom distress
pernafasn meningkat pada ibu hamil DM trimester IIIII. Sehingga ibu hamil dengan DM
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi persalinan. Pertumbuhan janin harus
diobservasi dengan cermat. Kehamilan juga memperburuk keadaan DM, serta
meningkatkan potensi hipertensi pada ibu hamil. Interpretasi adanya DM pada ibu hamil,
jika hasil pemeriksaan glukosa urin dengan visual atau dipstik menunjukkan 21+. Pada
keadaan ibu hamil dengan preeklampsi dan DM harus dilakukan penatalaksanaan yang
teput, lakukan deteksi dampak atau komplikasi kehamilan. Apabila ditemukan kelainan
yang ditemukan dari pemeriksaan penunjang/pemeriksaan laboratorium, maka harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan Kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani dirujuk sesuai sistem rujukan.

1.2 Tujuan Pratikum

Setelah mengikuti pembelajaran praktik ini, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan


pemeriksaan Glukosa urin pada ibu hamil. mahasiswa dapat melakukan persiapan alat
untuk pemeriksaan glukosa urin, langkah-langkah pemeriksaan glukosa urin pada ibu
hamil dengan tepat efektif dan efisien, dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Glukosa urin pada lembar pemeriksaan ibu hamil pada buku KIA, kartu ibu atau status ibu
hamil.

BAB II

TINJAU PUSTAKA

Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
ataucairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagaisenyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yan
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Ada Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk memeriksa kandungan glukosa di dalam
urin. Sebelum melakukan pemeriksaan secara kimia, biasa akan dilakukan pemeriksaan
secara makroskopis dan mikroskopis.

2.1 Pemeriksaan Makroskopik Urine

1. Volume

Normal: 1200-1800 ml/24 jam (dewasa) Anak 1-6 tahun: X orang dewasa Anak 6-12
tahun: 4 orang dewasa Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake, aktifitas,
perspirasi,fungsi ginjal.

a. Poliuria (peningkatan volume urine, >2000 mL/24jam) Ditemukan pada


Diabetes melitus, diabetes insipidus, glomerulo nefritis kronik, saat keadaan edema
menghilang, masa penyembuhan febris akut.

b.Oligouria (penurunan volume urine, 300-700 mL/24jam) Ditemukan pada


glomerulo nefritis akut (GNA), eklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat, terlalu
banyak Demam, Dekompensasi kordis.

c.Anuria (tidak ditemukan urin, <300 ml/24 jam). Ditemukan pada GNA berat,
Keracunan HgCl2

2. Warna

Normal: kuning muda, disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi
oleh makanan, obat penyakit tertentu.
Faktor yang mempengaruhi worna urine

a. Konsentrasi urin : makin pekat makin gelap warnanya

b. Keasaman urin : makin alkalis warna urin makin gelap

C.Pigmen-pigmen abnormal dalam urin dan obat-obatan

 Merah: ada darah, porfobilin, obat.

 Hijau: ada kuman

 Coklat : bilirubin (seperti air teh), hematin

 Hitam: darah, obat

 Seperti air susu : pus, getah prostat, chylus (lemak),bakteri.

3. Kejernihan/kekeruhan

Normal: jernih Bila keruh, mungkin disebabkan oleh bakteri, kristal, posfat, urat, eritrosit,
epitel. Nubecula: urine jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, karena ada
endapan lendir, urat, fospat, epitel, leukosit, bakteri,

4. Berat jenis

a. Bj urine normal : 1.003 - 1.03

b. Bj urine tinggi Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam,

C. Bị urine rendah stadium terminal nefritis.

Bj urine dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine, fungsi pemekatan ginjal.
Pengukuran Bj urine dengan menggunakan Urinometer dengan skala 1.000-1.040 dan
selalu dikalibrasi pada suhu 15°C atau 20°C, refraktometer.
Arti klinis pemeriksaan BJ urine:

 Membantu mendiagnose glukosuti pada penderita koma (koma diabetikum) urinnya


jernih tapi BAU nya tinggi.

 Untuk mengetahui faal ginjal menurut percobaan konsentrasi menurut Fishberg

5. Bau

a. Normal: aromatis

b. Bau amoniak : perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter

C. Bunga layu : ketonuria

d. Busuk : perombakan protein pada ureter.

e. Bau yang berasal dari makanan dan minumam (Normal)

6. pH

normal: 4,5 - 8,0 atau rata-rata 6,4 -7

Jika pH asam: assidosis, demam, diet protein, pielonefritis. Penguku ran pH urine dengan
kertas lakmus, kertas nitrazin, pH meter. Jika pH alkalis : retensi urine pada kandung
kemih, sistitis kronis, anemia, muntah yang hebat.

B. Pemeriksaan Mikroskopis Urine

Guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya
(stadium, berat ringannya penyakit, follow up) serta dapat mengetahui koondisi unsur
organik atau anorganik yang ada di dalam urine. Sampel yang digunkan untuk
pemeriksaan mikroskopik urine adalah:

• Urine sewaktu yang segar

• Urine pagi yang segar (terbaik)


• Urine dengan pengawet (formalin)

1. Pemeriksaan Glukosa pada Urine

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan rutin.


Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbedabeda azasnya. Cara
yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi, pada tes-tes
semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan.
Diantara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi, reagen
Benedictlah yang terbaik (Gandasoebrata, 2008).

Reagen Benedict dapat dibeli secara komersial atau dapat dibuat sebagai berikut: kristal
tembaga sulfat 17,3 g, natrium sitrat atau kalium sitrat 173 g, kristal natrium karbonat 200
g atau natrium karbonat anhidrat 100 g, dan air suling untuk membuat larutan sebanyak
1000 ml. Kemudian melarutkan sitrat dan karbonat dalam 700 ml air suling dengan
bantuan panas, disaring. Larutkan tembaga sulfat di 100 ml air suling dan tuangkan
perlahan ke dalam larutan sitratkarbonat sambil diaduk. Didinginkan dan ditambahkan air
suling sampai 1000 ml (Wells, 1962).

Tes ini dilakukan sebagai berikut: dimasukkan 5 ml reagen ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 8 tetes urin ke dalam tabung reaski tersebut, diaduk, kemudian dimasukkan
tabung reaksi ke dalam air mendidih selama 5 menit, diangkat, dan dibiarkan dingin
(Graff, 1983).

Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semikuantitatif yaitu negative
(-) tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hjauan dan agak keruh, positif satu (1+) hijau
kekuning-kuningan dan keruh menandakan kadar glukosa 0,5-1%, positif dua (2+) kuning
keruh menandakan kadar glukosa 1-1,5%, positif tiga (3+) jingga atau warna lumpur
keruh menandakan kadar glukosa 2-3,5%, positif empat (4+) merah keruh menandakan
kadar glukosa lebih dari 3,5%. Karena hasil disebut dengan cara semikuantitatif,
perbandingan banyak reagen dan urin penting dalammelakukan tes ini. Untuk menghemat
reagen tes ini sering dijalankan dengan 2,5 ml reagen Benedict dan 3 – 4 tetes urin,
hasilnya tidak berbeda (Gandasoebrata, 2008).

Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul, salah jika hanya memakai air
yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa satu dua pemeriksaan reduksi, pemanasan
boleh dilakukan juga dengan nyala api. Dalam hal itu isi tabung harus perlahan-lahan
mendidih selama 2 menit penuh (Gandasoebrata, 2008).

Pemeriksaan glukosa dalam urin dimaksudkan untuk mengetahui dengan cepat dan mudah
kadar glukosa dalam darah. Dalam membuat interpretasi hasil pemeriksaan glukosa urin,
hal-hal yang harus diingat adalah:

1. Macam metode yang dipakai. Sebaiknya perhatikan “perkiraan kadar” dan bukan
perubahan warna atau besarnya angka positif yang berbeda pada setiap metode.

2. Penggunaan obat-obatan dan vitamin yang mempengaruhi pemeriksaan.

3. Adanya gangguan fungsi ginjal atau infeksi saluran kemih (Tjokroprawiro,

dkk., 1986).

C. Prinsip

Protein di dalam suasana alkali kuat, ditambah dengan pemanasan, gula-gula akan
mereduksi ion cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau
Cus yang bewarna merah, tergantung dari jumlah reduktor yang terdapat pada urine.

Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau
daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam
darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa
oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Alat dan Bahan

 Tisu
 Baki dan pengalas baki
 Bak instrumen
 Hand scoon
 Masker
 Bengkok
 Penjepit Tabung
 Pipet Tetes
 Spuit 5cc
 Appron
 Perlak
 Urine Ibu Hamil
 Reagen Benadict
 Rak Tabung
 Tabung Reaksi
 Larutan Spiritus
 Lampu spiritus
 Larutan clorin 0,5 %
 Safety Box
 Korek Api

3.2 Prosedur langkah – langkah kerja

 Pembuatan reagen
Larutkan 17,3g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest, dengan pemanasan larutkan
173gnatriumsitratdan100gNa2CO3anhidratdalam600mlaquadest,panaskan
kemudiansaringperlahan-lahandenganadukanyangkonstantambahkanlarutan
sitratkarbonat.BersihkanseluruhCuSO4denganaquadestdantambahkanaquadest
hinggamencapaivolume1000ml
 masukkan2,5mlreagenbenedictkedalamtabungreaksi
 tambaahkan0,25ml(4tetes)urinedancampurkan
 letakkan dalam penangas air mendidih selama2-3menit
 angkat dan langsungbaca
 Glukosadanfruktosamemilikisifatpereduksisehinggawarnabenedictakanberubah
yangdisertaiendapan.Semakinbanyakkandunganglukosamakawarnaakansemakin
merahdanendapansemakinbanyk.
 Adapunhasilyangakanmunculadalah
1) Birutidakadaendapan(-)0,0–0,1g/dl

2 ) Hijaudenganendapankuning(+)0,5–1,0g/dl

3)Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dl

4) Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dl

5) Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dl


BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil

Parameter Kadar Glukosa Dalam Urin


No. Sampel
Warna Hasil Kadar Glukosa

1. Tabung I Biru - > 0,5 %


Jernih /
Tetap

4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan dimulai disiapka 1 tabung reaksi kemudian

dimasukkan 5 ml reagen benedict dengan menggunakan pipet mikro 1000 µl pada setiap

tabung reaksi, lalu ditambahkan 8 tetes sampel urin dengan menggunakan pipet tetes

pada tabung reaksi , dimasukkan tabung reaksi tersebut kedalam rak tabung reaksi lalu

rak tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam waterbath selama 5 menit, setelah 5

menit diamati perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung reaksi, didapatkan hasil

bahwa tabung reaksi I menghasilkan warna Biru jernih / Tetap dengan hasil negatif ( - )

yang menunjukkan kadar glukosa > 0.5 %.Hal ini menandakan bahwa urine tidak

mengandung glukosa.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan rutin.

Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda azasnya.

Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi, pada tes-tes

semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika

direduksi oleh glukosa. Diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk

menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan.

Diantara reagensia yang mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi, reagen

Benedictlah yang terbaik (Gandasoebrata, 2008).

Reagen Benedictdapat dibuat sebagai berikut:kristal tembaga sulfat 17,3 g, natrium sitrat

atau kalium sitrat 173 g, kristal natrium karbonat 200 g atau natrium karbonat anhidrat

100 g, dan air suling untuk membuat larutan sebanyak 1000 ml. Kemudian melarutkan

sitrat dan karbonat dalam 700 mlair suling dengan bantuan panas, disaring. Larutkan

tembaga sulfat di 100 ml air suling dan tuangkan perlahan ke dalam larutan sitrat-

karbonat sambil diaduk. Didinginkan dan ditambahkan air suling sampai 1000 ml

(Wells, 1962).
Air tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul, salah jika hanya memakai

air yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa satu dua pemeriksaan reduksi,

pemanasan boleh dilakukan juga dengan nyala api. Dalam hal itu isi tabung harus

perlahan-lahan mendidih selama 2 menit penuh (Gandasoebrata, 2008).

Diabetes adalah penyakit keturunan kronis di mana ada peningkatan gula dalam darah

(hiperglikemia) dan ekskresi gula dalam urin (glikosuria). Perkembangan diabetes

mungkin bertahap atau akut dan dengan atau tanpa gejala. Diabetes dapat dengan mudah

dideteksidengan memeriksa glukosa pada urin pasien.Di sini, diabetes memiliki

keuntungan besar atas banyak pasien dengan pasien yang memiliki penyakit lainnya

(Joslin, 1959).

Sebagian besar gula dalam urin berasal dari karbohidrat, tetapi juga bisa berasal dari

protein dan lemak. Seorang individu yang puasa pada kenyataannya selalu makan

karena ia memakantubuhnya sendiri. Jadi bahkan tanpa mengambil makanan dan

memasukan ke dalam mulutnya, penderita diabetes yang parah dapat membentuk gula

dan menunjukkannya dalam urin (Joslin, 1959).


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kadar glukosa urin adalah obesitas, usia

yang semakin bertambah, kurangnya aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi makanan

berkolesterol tinggi, mengkonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi.

2. Resiko penyakit yang disebabkan tingginya kadar glukosa urin adalah penyakit

diabetes mellitus, hipertensi, serangan jantung.

3. Hasil pemeriksaan kadar glukosa urin

menghasilkan warna biru jernih / tetap dengan hasil negatif dengan kadar glukosa ˂

0.5%.

DAFTAR PUSTAKA

Washudi dkk.2016.Pratikum Biomedik Dasar Dalam Keperawatan.Jakarta

Selatan:Pusdik SDM Kesehata.

Anda mungkin juga menyukai