Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

“PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Fisika Dasar I
yang dibimbing oleh Dr. Nasikhudin, S.Pd. M.Sc

Disusun oleh :
Savira Aina Melati
190322623690

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 FISIKA
OKTOBER 2019
PERCOBAAN HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER

A. Tujuan
 Mampu menerapkan teori ralat dengan benar
 Dapat menentukan momentum sistem sebelum tumbukan
 Dapat menentukan momentum sistem setelah tumbukan
 Mampu membuktikan Hukum Kekekalan Momentum
 Mampu menggunakan ticker timer dengan benar
 Mampu menggunakan neraca teknis dengan benar
 Dapat menggunkan set alat dengan benar

B. Latar Belakang
Momentum linier sebuah partikel atau sebuah benda dapat dimodelkan
sebagai partikel yang memiliki massa m dan bergerak dengan kecepatan ⃗v,
sehingga didefinisikan sebagai sebuah produk dari massa dan kecepatan suatu
partikel ⃗p=m⃗v Serway dan Jewett (2004:248).
Momentum linier termasuk dalam besaran vektor karena hasil produk dari
massa (m) yang memiliki besaran skalar dan kecepatan (⃗v) yang termasuk dalam
besaran vektor, aranya kecepatan ini adalah sepanjang ⃗v. Memiliki Satuan
Internasional (SI) kgm/ s dan dimensinya ML/T .
Dengan adanya Hukum Newton kedua, hubungan antara momentum linier
dengan resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel. Mulai dari Hukum
Newton kedua lalu mensubstitusikan definisi dari percepatan :
d ⃗v
∑ ⃗F =m⃗a =m dt
Dalam Hukum Newton kedua, massa (m) diasumsikan konstan. Sehingga massa
(m) dapat dimasukkan ke dalam operasi turunan dan menjadi seperti :
d ( m ⃗v ) d ⃗p
∑ ⃗F = dt
=
dt
Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan sebuah momentum linear suatu
partikel sama dengan gaya total yang bekerja pada partikel tersebut.
Menurut Halliday, dkk (1960:215) jika tidak ada gaya dari luar pada sebuah
sistem atau partikel, maka total momentum linear sebuah sistem tidak dapat
berubah. Hal ini sering dikenal dengan hukum kekekalan momentum linear, yaitu
total momentum linear awal sama dengan total momentum linear akhir.
Pi= ⃗
⃗ Pf
m1 v 1 i+ m2 v 2 i=m1 v 1 f +m2 v 2 f
Momentum sebuah partikel termasuk dalam besaran vektor yang sama
dengan hasil kali dari massa m dan kecepatan partikel. Hukum kedua Newton
mengatakan bahwa gaya total pada suatu partikel sama dengan laju perubahan
dari momentum partikel. Young and Freedman (2012:266).
Momentum sebuah partikel memiliki berbagai komponen kecepatan berupa
v x , v y , dan v z kemudian komponen momentumnya berupa p x , p y , dan p z (biasa
disebut dengan x-momentum, y-momentum dan z-momentum) atau dapat ditulis
sebagai :
p x =mv x
p y =mv y
p z=m v z

Ketiga komponen momentum ini merupakan ekuivalen yaitu memiliki nilai dapat
berupa ukuran, arti atau efek yang sama atau sebanding.

C. Alat dan Bahan

 Power supply  Pita kertas  Pemukul benda


 Lintasan  Trolley/benda 1 dan 2  Perekat
 Ticker timer  Beban  Neraca teknis
 Kertas karbon  Mistar
D. Prosedur Percobaan

Gambar 1. Susuan alat dan bahan pada percobaan hukum


1. kekekalan momentum linier

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan
menimbang massa benda 1 dan benda 2, selanjutnya mencatat hasilnya
sebagai m1 dan m2 serta skala terkecil (nst) alat yang digunakan.
2. Menyusun set alat seperti pada gambar. Mengatur tinggi sisi papan yang
terdapat ticker timer supaya sedikit naik dengan cara mengatur ganjal
sehingga benda 1 dapat bergerak dengan kecepatan tetap setelah diberi sedikit
dorongan.
3. Memberi beban pada masing-masing benda. Meluncurkan benda 1 sehingga
benda 1 menumbuk dan menempel pada benda 2 kemudian kedua benda
bergerak bersama-sama. Apabila setelah terjadi tumbukan kedua benda tidak
menempel, maka mengulangi percobaannya.
4. Menyalakan power supply dan menunggu hingga stabil.
5. Memukul benda 1 hingga bergerak menuju benda 2 dan terjadi sebuah
tumbukan yang kemudian bergerak bersama-sama. Selanjutnya matikan
power supply dan melepas pita kertas dari benda 1.
6.

Mengamati titik-titik pada pita kertas. Memberi tanda pada titik sebelum
tumbukan. Kemudian, mengukur jarak 10 titik sebelum tumbukan dan 10 titik
sesudah tumbukan dengan menggunakan mistar seperti pada gambar.

Gambar 2. Hasil Susunan Titik-Titik dari Ticker Timer


7. Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk 10 titik.
8. Mengulangi langkah 1 hingga 7 dengan cara mengubah massa masing-masing
benda yang bertumbukan.

E. Data Pengamatan
Dalam percobaan gaya gesek yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai
berikut:
Massa benda = 760 gram
Nst neraca = 0.5 gram
Nst mistar = 0.1 cm
Tabel Hasil Pengamatan :

Benda 1 (kg) Benda 2 (kg) Jarak (m) t (s)


Percobaan m1 m1 S0
nst nst nst S nst
1
1. 0.760 0.0005 0.760 0.0005 0.163 0.001 0.062 0.001
5
1
2. 0.760 0.0005 1.010 0.0005 0.148 0.001 0.052 0.001
5
1
3. 1.010 0.0005 0.760 0.0005 0.127 0.001 0.067 0.001
5
S0 : jarak 10 ketukan sebelum tumbukan

S : jarak 10 ketukan setelah tumbukan


n 10 1
t= s= s= s
f 50 5

F. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, berikut merupakan tabel hasil
percobaan hukum kekekalan momentum linier.

Momentum awal Momentum akhir


Percobaan Sp Sp
⃗p0 E Sp0 ( kgm/s) R= × 100 % p0 ESp(kgm/s)
⃗ R= × 100 %
p p
1. ( 0,6194 ± 0,0012 ) 0,2056% ( 0,4712 ±0,0025 ) 0,5377%
2. ( 0,5624 ± 0,0012 ) 0,2262% ( 0,4602 ±0,0029 ) 0,6412%
3. ( 0,64135 ± 0,0016 ) 0,2629% ( 0,5929 ± 0,0029 ) 0,4999%
Pada percobaan hukum kekekalan momentum linier yang kami lakukan,
diperoleh hasil yang berbeda dengan hukum kekekalan momentum yang
biasanya yaitu momentum awal sama dengan momentum akhir

p1 + p2= p' 1+ p '2


m 1 v 1+ m2 v 2=m1 v ' 1 +m 2 v ' 2
Dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil
momentum awal atau sebelum tumbukan dan hasil momentum akhir atau setelah
tumbukan memiliki seilisih yang sedikit. Hal ini mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu kesalahan dalam percobaan, kurang menguasai materi
dengan baik, tidak teliti dalam pengambilan data, kurang teliti saat menghitung
ralat pada analisis data, dan kurang sabar dalam melakukan percobaan serta
mengerjakan laporan.

G. Kesimpulan
Pada percobaan Hukum Kekekalan Momentum Linier ralat yang digunakan

2 2
adalah ralat rambat yaitu∆ P0 =
√[ ∂ P0 2
∂m1 3 ][
∆m +
∂ P0 2
∂ S0 3 ]
∆ S ,sedangkan Ralat

∆ P0
Relatif yang digunakan adalah RP 0= × 100 %. Momentum sistem sebelum
P0

S0
tumbukan dapat di cari menggunakan persamaan P0=m1.
t
Dalam percobaan ini, tidak dapat terbukti atau tidak sama dengan hukum
kekekalan momentum karena adanya beberapa kesalahan seperti kurang teliti
ketika menggunakan neraca teknis, terdapat gesekan antara benda dengan
lintasan, tidak akuratnya jarak antar titik pada pita kertas, serta kesalahan dalam
perhitungan.

H. Rujukan
Halliday, dkk. 1960, Fundamentals of Physics. United States: John Wiley and
Sons, Inc.
Serway, Raymond dan Jewett. 2004. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta:
Salemba Teknika.
Tim Praktikum Fisika Dasar I. 2016. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Young and Freedman. 2012. University Physics 13th Ed. New York: Addison-
Wesley
LAMPIRAN

ANALISIS DATA

Ketika sebuah percobaan dilakukan, benda 1 akan bergerak dengan kecepatan


tertentu kemudian menumbuk benda 2, sehingga setelah mengalami tumbukan benda
1 dan benda 2 bergerak bersama-sama dan mengalami gerak lurus beraturan yang
memiliki persamaan :

p0=⃗p

m1 ⃗ v 2=m1 ⃗
v 1+ m2 ⃗ v '1 +m 2 ⃗
v '2

Sehingga, momentum sistem sebelum terjadi tumbukan dapat diperoleh dengan

s0
p0=m1 ∙ ⃗
persamaan ⃗ v 1 dimana ⃗
v1 diperoleh dari . Cara mencari t sendiri adalah
t

Jumlah ketukan 10 1
menggunakan persamaan t= s= s= s . Karena sebelum
Frekuensi ticker timer 50 5
v 2=0. Sedangkan, momentum
terjadi tumbukan benda 2 dalam keadaan diam, maka ⃗
sistem setelah terjadi tumbukan, dapat diketahui menggunakan persamaan
⃗p=m1 ⃗
v 1 +m 2 ⃗
v 2 . Karena setelah terjadi tumbukan benda 1 dan benda 2 bergerak

s
bersama, maka ⃗v =⃗
v 1=⃗
v 2dimana ⃗v diperoleh dari .
t
Pada analisis ini digunakan metode ralat rambat. Untuk mengetahui besarnya
ralat mutlak, digunakan rumus :

2 2
∆ p=
√|
∂p 2
∙ ∙∆m +
∂m 3
∂p 2
||
∙ ∙∆ s
∂s 3 |
Sedangkan untuk menghitung besarnya nilai ralat relatif digunakan rumus
sebagai berikut :

∆p
Ralat relatif = ×100 %
p

Percobaan 1

m 1=( 0,760 ± 0,00025 ) kg m 2=( 0,760 ± 0,00025 ) kg

s0= ( 0,163± 0,0005 ) m s= ( 0,062± 0,0005 ) m

s0 0,163 s0 0,062
v1 = = =0,815 m/s v 2= = =0,31 m/s
t 1/5 t 1 /5

Momentum awal

p0=m1 ∙ ⃗
⃗ v1

p0=0,760∙ 0,815

p0=0,6194 kgm/s

Ralat mutlak

2 2

∆ p0 =
√|
∂ p0 2
∙ ∙∆m +
∂m1 3
∂ p0 2
||
∙ ∙∆s
∂ s0 3 |
2 2
∆ p0 =
√|
0,6194 2
∙ ∙0,00025 +
0,760 3
0,6194 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,163 3 |
2 2
∆ p0 =√|0,0001358333333| +|0,001266666667|

∆ p0 =√ 0,01845069444 ×10−6 +1,604444445 ×10−6

∆ p0 =√ 1,62289514 × 10−6

∆ p0 =1,27392902×10−4

∆ p0 =0,000127392902 kgm/ s

∆ p0
Ralat relatif = ×100 %
p0

0,000127392902
Ralat relatif = × 100 %
0,6194

Ralat relatif =0,205671459 %

Ralat relatif =¿ 0,2056 % ( 4 AP )

Jadi, momentum awal pada percobaan 1 adalah ( 0,6194 ± 0,0012 ) kgm/sdengan


ralat relatif sebesar 0,2056 % ( 4 AP )

Momentum akhir

⃗p=m1 ⃗
v '1 +m 2 ⃗
v '2

⃗p=0,760∙ 0,31+0,760 ∙ 0,31

⃗p=0,4712kgm/ s
Ralat mutlak

2 2
∆ p=
√|∂p 2
∙ ∙∆ m +
∂(m 1+ m2 ) 3
∂p 2
||
∙ ∙∆s
∂s 3 |
2 2
∆ p=
√|
0,4712 2
∙ ∙ 0,00025 +
1,52 3
0,4712 2
||
∙ ∙0,0005
0,062 3 |
2 2
∆ p=√|0,0000516666667| +|0,002533333333|

∆ p=√ 0,0026694444448×10−6 +6,417777776 ×10−6

∆ p=√ 6,42044722×10−6

∆ p=2,53386014 ×10−3

∆ p=0,00253386014 kgm/s

∆p
Ralat relatif = ×100 %
p

0,00253386014
Ralat relatif = ×100 %
0,4712

Ralat relatif =0,53774621 %

Ralat relatif =0,5377 % ( 4 AP )

Jadi, momentum akhir pada percobaan 1 adalah ( 0,4712 ±0,0025 ) kgm/ sdengan
ralat relatif sebesar 0,5377 % ( 4 AP )

Percobaan 2

m1=( 0,760 ± 0,00025 ) kg m2=( 1,010 ± 0,00025 ) kg

s0= ( 0,148± 0,0005 ) m s= ( 0,052± 0,0005 ) m


s0 0,148 s0 0,052
v1 = = =0,74 m/s v 2= = =0,26 m/s
t 1/5 t 1 /5

Momentum awal

p0=m1 ∙ ⃗
⃗ v1

p0=0,760∙ 0,74

p0=0,5624 kgm/s

Ralat mutlak

2 2

∆ p0 =
√|
∂ p0 2
∙ ∙∆m +
∂m1 3
∂ p0 2
||
∙ ∙∆s
∂ s0 3 |
2 2
∆ p0 =
√|
0,5624 2
∙ ∙0,00025 +
0,760 3
0,5624 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,148 3 |
2 2
∆ p0 =√|0,0001233333333| +|0,001266666667|

∆ p0 =√ 0,015211111103× 10−6 +1,604444445 ×10−6

∆ p0 =√1,61965556103 ×10−6

∆ p0 =1,272617621401×10−3

∆ p0 =0,001272617621401kgm/ s

∆ p0
Ralat relatif = ×100 %
p0

0,001272617621401
Ralat relatif = × 100 %
0,5624
Ralat relatif =0,2262833608 %

Ralat relatif =¿ 0,2262 % ( 4 AP )

Jadi, momentum awal pada percobaan 2 adalah ( 0,5624 ± 0,0012 ) kgm/sdengan


ralat relatif sebesar 0,2262 % ( 4 AP )

Momentum akhir

⃗p=m1 ⃗
v '1 +m 2 ⃗
v '2

⃗p=0,760∙ 0,26+1,010 ∙ 0,26

⃗p=0,4602kgm/ s

Ralat mutlak

2 2
∆ p=
√|
∂p 2
∙ ∙∆ m +
∂(m 1+ m2 ) 3
∂p 2
||
∙ ∙∆s
∂s 3 |
2 2
∆ p=
√|
0,4602 2
∙ ∙ 0,00025 +
1,52 3
0,4602 2
||
∙ ∙0,0005
0,052 3 |
2 2
∆ p=√|0,00005046053| +|0,00295|

∆ p=√ 0,0025462647× 10−6 +8,7025 ×10−6

∆ p=√ 8,707546265088× 10−6

∆ p=2,950855209103× 10−3

∆ p=0,002950855209103 kgm/s
∆p
Ralat relatif = ×100 %
p

0,002950855209103
Ralat relatif = ×100 %
0,4602

Ralat relatif =0,6412114752 %

Ralat relatif =0,6412 % ( 4 AP )

Jadi, momentum akhir pada percobaan 2 adalah ( 0,4602 ±0,0029 ) kgm/ sdengan
ralat relatif sebesar 0,6412 % ( 4 AP )

Percobaan 3

m 1=( 1,010 ± 0,00025 ) kg m 2=( 0,760 ± 0,00025 ) kg

s0= ( 0,127 ±0,0005 ) m s= ( 0,067 ±0,0005 ) m

s0 0,127 s 0,067
v1 = = =0,635m/ s v 2= = =0,335 m/ s
t 1/5 t 1/5

Momentum awal

p0=m1 ∙ ⃗
⃗ v1

p0=1,010 ∙ 0,635

p0=0,64135 kgm/s

Ralat mutlak

2 2

∆ p0 =
√|
∂ p0 2
∙ ∙∆m +
∂m 1 3
∂ p0 2
||
∙ ∙∆s
∂ s0 3 |
2 2
∆ p0 =
√|
0,64135 2
∙ ∙ 0,00025 +
1,010 3
0,64135 2
||∙ ∙ 0,0005
0,127 3 |
2 2
∆ p0 =√|0,0001058333333| +|0,001683333333|

∆ p0 =√ 0,01120069444 ×10−6 +2,83361111× 10−6

∆ p0 =√ 2,84481182× 10−6

∆ p0 =1,686657 ×10−3

∆ p0 =0,001686657 kgm/s

∆ p0
Ralat relatif = ×100 %
p0

0,001686657
Ralat relatif = ×100 %
0,64135

Ralat relatif =0,2629854199 %

Ralat relatif =¿ 0,2629 % ( 4 AP )

Jadi, momentum awal pada percobaan 3 adalah( 0,64135 ± 0,0016 ) kgm/sdengan


ralat relatif sebesar 0,2629 % ( 4 AP )

Momentum akhir

⃗p=m1 ⃗
v '1 +m 2 ⃗
v '2

⃗p=1,010 ∙ 0,335+0,760 ∙ 0,335

⃗p=0,59295 kgm/s
Ralat mutlak

2 2
∆ p=
√|∂p 2
∙ ∙∆ m +
∂(m 1+ m2 ) 3
∂p 2
||
∙ ∙∆s
∂s 3 |
2 2
∆ p=
√|
0,59295 2
∙ ∙ 0,00025 +
0,335 3
0,59295 2
||
∙ ∙ 0,0005
0,067 3 |
2 2
∆ p=√|0,000295| +|0,00295|

∆ p=√ 0,087025× 10−6 +8,7025 ×10−6

∆ p=√ 8,789525× 10−6

∆ p=2,9647133× 10−3

∆ p=0,0029647133 kgm/s

∆p
Ralat relatif = ×100 %
p

0,0029647133
Ralat relatif = ×100 %
0,59295

Ralat relatif =0,499993812 %

Ralat relatif =0,4999 % ( 4 AP )

Jadi, momentum akhir pada percobaan 3 adalah ( 0,5929 ± 0,0029 ) kgm/sdengan


ralat relatif sebesar 0,4999 % ( 4 AP )

Tabel momentum awal dan momentum akhir

Momentum Awal Momentum Akhir


Percobaan Ralat Ralat
p0 (kgm/ s)
⃗ ⃗p(kgm/ s)
Relatif Relatif
1 ( 0,6194 ± 0,0012 ) 0,2056% ( 0,4712 ±0,0025 ) 0,5377%
2 ( 0,5624 ± 0,0012 ) 0,2262% ( 0,4602 ±0,0029 ) 0,6412%
3 ( 0,64135 ± 0,0016 ) 0,2629 % ( 0,5929 ± 0,0029 ) 0,4999 %

Anda mungkin juga menyukai