Anda di halaman 1dari 19

HAKIKAT KEPEMIMPINAN

ABSTRAK

Kata Kunci:

Pendahuluan
Studi tentang kepemimpinan telah menjadi pembahasan yang berkelanjutan selama
bertahun-tahun dan telah didefinisikan secara luas sebagai proses pengaruh sosial.
Kepemimpinan tidak seperti manajemen, tidak bergantung pada posisi, gelar atau hak
istimewa. Sebaliknya kepemimpinan menjadi seperangkat keterampilan yang dapat diamati,
dipahami dan dapat dikuasai oleh siapa saja. Kepemimpinan menjadi salah satu faktor yang
sangat menentukan proses pengembangan dan kemamajuan dari sebuah organisasi.
Kepemimpinan sangat diperlukan untuk menentukan visi dan tujuan organisasi,
mengkoordinasikan perubahan, serta membangun pemberdayaan yang intens dengan
karyawannya untuk menetapkan arah yang benar atau yang paling baik bagi organisasinya.
Di sisi lain, saat ini dunia sedang berada di era Globalisasi. Globalisasi dapat memberikan
dampak positif dan negatif terhadap organisasi baik yang bergerak dibidang profit maupun
non-profit. Dengan globalisasi mengakibatkan terjadinya perubahan tatanan pada setiap aspek
kehidupan baik ekonomi, politik, sosial dan budaya, dan lain-lain.
Oleh karena itu, pemimpin dituntut dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan
perilaku kepemimpinannya yang mampu memengaruhi dan menggerakkan karyawan dalam
menga ntisipasi dan menghadapi tantangan globalisasi. Dengan perilaku dan gaya
kepemimpinan yang tepat dapat menjawab tantangan globalisasi, sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai dengan optimal Leadership merupakan kalimat yang sangat kental sekali
dengan dunia kepemimpinan baik dalam organisasi. Leadership juga dianggap sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau
tujuan yang ditetapkan (Rosari, 2019). Selain itu juga secara luas dianggap sebagai proses

1
mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para
karyawan, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari
aktivitas-aktivitas tersebut, motivasi dari para karyawan, untuk mencapai sasaran,
pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork serta perolehan dukungan dan kerjasama
dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan sangat kontekstual dan tidak ada formula dalam pengembangan
kepemimpinan yang diterapkan secara universal untuk menjamin kepemimpinan yang efektif.
Sebaliknya, penting untuk menilai kebutuhan, baik saat ini maupun yang muncul, dalam
konteks tertentu dan kemudian mengembangkan dan mendorong kemampuan kepemimpinan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Duggan, 2015). Di era globalisasi saat
ini pemuda akan berperan menjadi memimpin dengan memberi teladan dengan tanggung
jawab yang besar. Masa depan akan bergantung pada pemimpin yang terampil yang terus
mendengarkan, berefleksi, belajar, dan mengambil tindakan untuk menciptakan ruang dan
sistem yang adil dan efektif (Ham, 2021)

Pemimpin akan memproduksi hasil atau produk yang baik dan bermanfaat atau justru
menghasilkan produk yang buruk, dalam kaitannya dengan efisiensi organisasi atau lembaga,
juga dihubungkan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia pada umumnya.
Masyarakat sekarang ini sangat berkepentingan dengan kepemimpinan yang baik. Mereka
mengharapkan pemimpin yang mampu mengantarkan mereka pada kemajuan, kemakmuran,
kebahagiaan dan kesejahteraan. Oleh kepemimpinan yang buruk dan tidak efisien di suatu
perusahaan atau di suatu lembaga, misalnya akan terjadi penurunan produksi, karyawan yang
kurang bersemangat dalam menyelesaikan tugas dari pimpinannya, keresahankeresahan akan
muncul dan ketika hal itu datang, maka bila diukur secara financial adalah tidak ekonomis.
Menjadi seorang pemimpin harus mempunyai kreatifitas dan berdedikasi tinggi sehingga
keadaan orang-orang yang terdapat dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya akan terus
mendapatkan angin segar untuk terus bekerja demi kemajuan bersama. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa hal ini juga menentukan bagaimana perusahaan itu memimpin pekerja dan
pekerjaannya. Kegiatan dan dinamika yang terjadi dalam perusahaan sebagian besar
ditentukan oleh cara pemimpin memimpin perusahaan.
Efektivitas para karyawan sebagian besar ditentukan oleh efektivitas kepemimpinan
seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan bidang ilmu yang kompleks dan variatif.
Kepemimpinan mudah diidentifikasi tetapi sulit untuk didefinisikan secara persis. Beberapa
2
ahli kepemimpinan secara prinsip setuju bahwa kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
proses mempengaruhi yang terjadi antara pemimpin dan karyawannya. Kepemimpinan telah
dipelajari secara luas dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa hal,
kepemimpinan digambarkan sebagai sebuah proses, tetapi sebagian besar teori dan riset
mengenai kepemimpinan focus pada seorang figur untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik. Fungsi kepemimpinan baru bisa dijalankan dalam sebuah masyarakat jika telah
terpenuhi tiga unsur utama kumpulan manusia yang dimulai dari tiga orang atau lebih,
terdapat tujuan kolektif yang ingin diwujudkan bersama, dan yang tidak kalah penting yaitu
terdapat seseorang yang dipilih untuk menjadi pemimpin dan mendapatkan persetujuan dari
mayoritas anggota masyarakat yang akan membantunya merealisasikan tujuan.
Bersama Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memimpin
mengarahkan karyawan supaya maju dalam meraih dan mewujudkan tujuan-tujuan yang
diharapkan dan yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin juga merupakan bagian dari
anggota karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa yang menjadi tanggungjawab pemimpin
harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga seorang pemimpin mampu menjadikan
dirinya sebagai suri tauladan dan panutan bagi orang-orang atau karyawan yang dipimpinnya
dalam rangka meraih tujuan bersama. Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi
(Bottom Up).
Pemimpin dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau
mengarahkan anggota organisasi untuk tunduk terhadap kepemimpinan mereka, dengan
kekuasaan yang dimiliki ia berusaha mempengaruhi perilaku orang lain dengan sebuah
metode yang memungkinkan mereka loyal dan taat kepadanya. Selain itu, para karyawan juga
berkenan untuk mematuhi segala perintahnya dengan segenap perasaan jiwa. Secara factual,
seorang pemimpin menjalankan peran yang lebih tinggi dari karyawannya, tapi terkadang
para pemimpin harus berbaur dengan karyawannya terlebih jika pemimpin belummengenal
betul sifat dan karakter dari karyawannya. Pada saat apapun jika seseorang berusaha
mempengaruhi perilaku orang lain, dimuka telah diterangkan bahwa kegiatan semacam itu
telah melibatkan seseorang ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut
terjadi dalam sebuah organisasi tertentu, dan orang tadi perlu mengembangkan sifat dan
membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka orang
tersebut perlu memikirkan tentang gaya kepemimpinan apa yang akan dipakainya saat
memimpin.

3
Kajian Pustaka
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan
menetapkan dan memberi contoh yang menginspirasi. Biasanya, kepemimpinan melibatkan
pembuatan visi masa depan organisasi, merancang strategi untuk mencapai visi itu, dan
mengkomunikasikan visi itu kepada semua anggota organisasi. Ketika visi dikomunikasikan,
pemimpin harus memastikan visinya jelas sehingga semua orang dalam organisasi
memahaminya. Kepemimpinan global juga memerlukan penyediaan suasana yang akan
mendorong dan merangsang orang untuk mengatasi hambatan (Stripp,J.D. et al., 2020).
Kepemimpinan juga sering dianggap sebagai seseorang yang menurut posisinya mampu
mempengaruhi, mengawasi, dan mengarahkan karyawannya sebagai individu atau kelompok
dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi, dengan indikator kemampuan
mempengaruhi orang lain, karyawan, dan kelompok serta kemampuan mengarahkan perilaku
karyawan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok (Pranitasari,
2020). Meskipun mungkin sulit untuk mendefinisikan kepemimpinan secara tepat, penting
untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa artinya jika ada yang mencoba
belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin atau pemimpin yang lebih efektif. Pemimpin
yang hebat menggunakan frase positif dan optimis ketika berbicara dengan anggota timnya.
Para pemimpin harus menahan diri dari kenegatifan dan penggunaan pernyataan merusak
yang berpotensi menurunkan motivasi dan memutuskan hubungan pengaruh (Surji, 2015).

Kepemimpinan menerjemahkan visi menjadi kenyataan dan mempengaruhi karyawan


agar mau menuju perubahan, para pemimpin membutuhkan seperangkat kompetensi khusus
untuk memandu tindakan mereka. Kompetensi ini dapat digunakan untuk memotivasi
anggota, mengarahkan sistem dan proses, dan membimbing organisasi menuju tujuan
bersama yang memungkinkannya untuk mewujudkan misinya (Kawata, 2017).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan menetapkan dan
memberi contoh yang menginspirasi. Biasanya, kepemimpinan melibatkan pembuatan visi
masa depan organisasi, merancang strategi untuk mencapai visi itu, dan mengkomunikasikan
visi itu kepada semua anggota organisasi. Ketika visi dikomunikasikan, pemimpin harus
memastikan visinya jelas sehingga semua orang dalam organisasi memahaminya.
Kepemimpinan global juga memerlukan penyediaan suasana yang akan mendorong dan
merangsang orang untuk mengatasi hambatan (Stripp,J.D. et al., 2020) dengan harapan dapat

4
mencapai semua tujuan dan visi dari seuatu organisasi. Kesuksesan suatu organisasi juga
menjadi patokan kesuksesan pemimpin dalam memimpin.

Perilaku inovatif dan ide-ide inovatif sangat berkorelasi dengan inovasi yang
dilaporkan di tingkat kelompok kerja. Sebagian besar pegawai sektor publik melaporkan
inovasi yang menargetkan sumber internal. Karena kepemimpinan dan inovasi sangat penting
bagi organisasi dan tidak sedikit bagi berperan di publik (Demircioglu & Van der Wal, 2021).
Pemimpin Dalam hubungan kepemimpinan pemimpin tidak disamakan dengan manajer, dan
karyawan tidak disamakan dengan karyawan (Rosari, 2019). Kepemimpian yang efektif akan
mampu melakukan pengambilan keputusan, berpikir kritis, resolusi konflik, manajemen stres,
kerja tim, etika, komunikasi (verbal, nonverbal, tertulis dan lisan), mendengarkan secara
aktif, fasilitasi dan manajemen kelompok. Kita sering berbicara tentang bagaimana seorang
pemimpin yang baik perlu memengaruhi orang lain, atau membuat orang lain bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Meskipun memengaruhi orang lain adalah dimensi yang
sangat penting dari seorang pemimpin, dimensi internal yang tercermin dari cara
merepresentasikan kemampuan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan diri sendiri,
menetapkan tujuan serta kemampuan dalam membangun jaringan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan komunitas dan untuk mempengaruhi perubahan sosial yang positif (Helena Kovač
& Šumanjski, 2017)

Kompetensi kepemimpinan

Keterampilan kepemimpinan dalam menghasilkan dan melaksanakan ide-ide inovatif,


inisiatif dan kompetensi baru dari pemimpin menjadi sangat penting di era glibalisasi.
Berdasarkan penelitian mereka, Marquis dan Huston (2009) meramalkan kompetensi yang
dibutuhkan oleh pemimpin masa depan dalam organisasi: 1) pengetahuan yang mendalam
dan sikap global terhadap area kerja seseorang, 2) keterampilan teknologi yang menjamin
mobilitas dalam konteks pribadi. hubungan, interaksi dan proses kelompok, 3) keterampilan
ahli dalam pengambilan keputusan, 4) kemampuan untuk menciptakan budaya organisasi
yang akan memastikan keamanan universal klien dan karyawan, 5) kemampuan untuk
memahami dan mempengaruhi proses politik organisasi, 6) kemampuan untuk
mengkoordinasikan keaslian pribadi (individualitas) dan harapan organisasi dan karyawan
berkaitan dengan karakteristik pribadi pemimpin, 7) kemampuan untuk menciptakan visi dan
menginspirasi karyawan dalam lingkungan yang terus berubah. Sejatinya seorang pemimpin
5
modern harus memiliki karakter emosional dan kecerdasan sosial yang tinggi (Raišienė,
2014).

Karakteristik utama dari kepemimpinan, yaitu kepemimpinan sebagai praktik dapat


dilihat sebagai praktik bersama yang diberlakukan oleh orang-orang di semua tingkatan;
praktik didistribusikan ke seluruh organisasi. Kepemimpinan sebagai proses social dengan
aktivitas kolektif yang dinamis, multidirectional, dengan interaksi manusia pada intinya.
Kepemimpinan sebagai pembelajaran dengan Interaksi sosial yang tertanam dalam hasil
kepemimpinan dalam pembelajaran dan pertumbuhan organisasi juga sebagai individu yang
terlibat; hasil interaksi termasuk pembelajaran bersama, pemahaman kolektif yang lebih besar
dan tindakan positif yang dihasilkan (Dalcher, 2012).

Kepemimpinan sering dianalisis dalam hal memimpin organisasi, itu benar-benar


berarti mengembangkan orang yang lebih baik dan lebih kuat. Pemimpin memiliki inisiatif,
komitmen terhadap keunggulan, dan keterampilan empati yang dapat bermanfaat tidak hanya
dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam semua aspek kehidupan pribadi. Dengan
merumuskan rencana strategis akan membantu dalam memberikan motivasi dan mewujudkan
visi dan misi perubahan (Ahmadi et al., n.d.) dan untuk memecahkan masalah yang semakin
dinamis di era globalisasi (Mumford et al., 2000). Meskipun kepemimpinan dapat membawa
perubahan dan meningkatkan kinerja organisasi, namun pada kenyataannya lebih banyak
faktor yang perlu dipertimbangkan yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya
perubahan. Kepemimpinan dapat menjadi salah satu faktor untuk memotivasi dan
mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan dan mendorong mereka untuk
berubah menjadi lebih baik dan inovatif.

Ketika pemimpin organisasi mengarahkan anggota ke arah yang benar dan


memotivasi mereka untuk terus melakukan perbaikan dan inovasi, maka kinerja organisasi
pasti akan meningkat dan mampu menopang organisasi dalam lingkungan bisnis yang
kompleks saat ini. Oleh karena itu, kepemimpinan di era efektif merupakan faktor utama
yang membawa perubahan pada organisasi, jika tidak ada kepemimpinan dalam organisasi
maka tidak ada peluang sama sekali (Hao & Yazdanifard, 2015). Upaya yang dapat
dilakukan oleh pimpinan untuk meningkatkan kemampuannya adalah dengan melanjutkan
pendidikan, mengikuti berbagai pelatihan, seminar, workshop, dan berbagai kegiatan
pendukung. Perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak terutama pengambil kebijakan agar
6
pimpinan sekolah dapat menjadi pemimpin yang profesional dan berkualitas (Kadiyono et al.,
2020)

Komponen Kepemimpinan

Komponen inovasi kepemimpinan terdiri dari 1) Incremental Innovation terdiri dari


rencana aksi, revisi program sebelumnya, pemilihan dan alokasi sumber daya, berjalan sesuai
rencana, dan mengerti tentang resiko. 2) Inovasi Radikal yang terdiri dari beberapa
subkomponen seperti studi kebutuhan di luar rencana operasi normal, menciptakan hal-hal
yang belum pernah dilihat sebelumnya, kerangka kerja yang terus menerus dan terdefinisi
dengan jelas untuk berubah sesuai lingkungan, memahami risiko tinggi. 3) Inovasi proses
yang dalam penentuan proses administrasi ,pembentukan struktur organisasi baru,
penggunaan teknologi baru untuk menciptakan inovasi, penggunaan konsep baru. Komponen
digital leadership terdiri dari 1) digital leadership vision; menciptakan visi digital, visi
komunikasi digital, kepatuhan dengan visi digital 2) pengembangan profesional personel;
partisipasi dalam berbagai kegiatan, menciptakan peluang pembelajaran teknologi digital,
pengukuran dan evaluasi kinerja digital 3) kompetensi digital; pengetahuan dan pemahaman
dalam menggunakan teknologi digital untuk manajemen, menciptakan jaringan digital, dan
kegiatan pembelajaran (Hapha & Somprach, 2019)

Untuk mencapai visi (atau tujuan), pemimpin harus menguasai lima praktik.
Praktiknya adalah 1) Pemimpin harus membayangkan masa depan dengan membayangkan
kemungkinan-kemungkinan yang menarik dan memuliakan. Dia juga harus meminta orang
lain dalam visi yang sama dengan menarik aspirasi bersama, 2) pemimpin harus mendorong
kolaborasi yang mempromosikan tujuan koperasi dan membangun kepercayaan, 3) Pemimpin
harus memperkuat orang lain dengan berbagi kekuasaan dan kebijaksanaan, 4) pemimpin
harus menjadi teladan dan mengklarifikasi nilai-nilai pribadinya dan memberikan contoh
menyelaraskan tindakan dan nilai-nilai bersama, 5) pemimpin harus mengakui kontribusi
dengan menunjukkan penghargaan atas keunggulan individu, 6) pemimpin harus menghargai
nilai dan kemenangan dengan menciptakan semangat kebersamaan (Hayat Bakhiet, 2013).

Gaya kepemimpinan

Kurt Lewin dalam penelitiannya mengkaji gaya kepemimpinan dalam pengambilan


keputusan seperti, pemimpin Autokratis membuat keputusan eksekutif tanpa berkonsultasi
7
dengan karyawan, pemimpinan yang Demokratis akan melibatkan karyawan dalam
pengambilan keputusan tetapi pemimpin membuat keputusan akhir berdasarkan konsensus
kelompok dan pemimpin Laissez-Faire pengambilan keputusan minimal oleh pemimpin,
karyawan membuat keputusan sendiri dan menangani konsekuensi mereka sendiri (Trimble,
2016). Dalam organisasi yang lebih luas, membangun semangat karyawan akan mendukung,
mengurangi penyimpangan, mengurangi ketidakefisienan dan meningkatkan kepemimpinan
untuk kemampuan mempertahankan penyampaian, menyelaraskan dengan strategi dan
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan. Sehingga diharapkan hubungan antara
pemimpin dan karyawan bisa saling menguntungkan. Selanjutnya, pemilihan gaya
kepemimpinan tergantung pada kebutuhan yang terkait dengan pengambilan keputusan. Tiga
jenis gaya kepemimpinan dibahas di bawah ini:

a) Authoritarian Leadership Style: Pemimpin otoriter jauh dari karyawannya. Jenis


kepemimpinan ini diperoleh melalui tuntutan, hukuman, regulasi, aturan, dan perintah.
Fungsi utama gaya kepemimpinan otoriter meliputi penugasan tugas, pengambilan
keputusan dan aturan sepihak, dan pemecahan masalah. Karyawan harus mematuhi
semua instruksi tanpa komentar. Pemimpin otoriter membuat semua keputusan sendiri
tanpa melibatkan karyawan atau karyawan dan memaksakan keputusan ini pada
mereka Dalam jangka panjang, gaya kepemimpinan otoriter dapat merugikan karena
bersifat diktator. Gaya kepemimpinan ini merongrong kreativitas dan individualitas
karena para manajer ini menganggap diri mereka benar. Namun, seni kepemimpinan
adalah fleksibilitas, yaitu beradaptasi dengan situasi yang dinamis. Namun gaya
kepemimpinan ini juga memiliki beberapa kelebihan, seperti jika ada urgensi dan tugas
membutuhkan waktu yang lama, maka perlu disiplin dan struktur agar pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan dengan cepat. Dalam gaya kepemimpinan situasional,
kepemimpinan otoriter diadopsi dalam beberapa keadaan.
b) Democratic Leadership Style: Ini juga dikenal sebagai gaya kepemimpinan partisipatif
dan mencerminkan prinsip dan proses seperti penentuan nasib sendiri dan partisipasi
yang setara. Namun, pemimpin demokrasi tidak boleh dibandingkan dengan mereka
yang memegang posisi terpilih. Para pemimpin ini memfasilitasi pengambilan
keputusan kolektif, melibatkan karyawan atau karyawan mereka dan menawarkan
dukungan dan pilihan kepada mereka. Lebih lanjut, gaya kepemimpinan ini, tidak
seperti gaya otoriter, dicirikan oleh kerja sama, partisipasi aktif, akuntabilitas, dan
8
pendelegasian tanggung jawab dan tugas. Fungsi utama kepemimpinan demokratis
adalah pemberdayaan karyawan, distribusi tanggung jawab dan fasilitasi musyawarah
kelompok. Karyawan dimintai pertanggungjawaban atas keputusan, tindakan, dan
kemauan mereka untuk mempertahankan kebebasan dan otonomi kelompok Meski
efektif, gaya kepemimpinan demokratis memiliki beberapa kelemahan. Ketika peran
tidak didefinisikan dengan jelas dan waktu terbatas, gaya kepemimpinan ini dapat
menyebabkan kegagalan. Lebih lanjut, dalam beberapa kasus, anggota kelompok
mungkin kurang memiliki keahlian dan pengetahuan untuk berkontribusi dalam
pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan demokratis berguna jika anggota
bersedia berbagi keahlian dan pengetahuan mereka. Selain itu, pengambilan keputusan
dengan gaya kepemimpinan demokratis membutuhkan banyak waktu.
c) Laissez-Faire Leadership Style: Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin tidak
terlibat dengan karyawan atau karyawan mereka. Pemimpin Laissez-faire tidak
membuat keputusan dan kebijakan terkait grup. Karyawan atau karyawan bertanggung
jawab untuk membuat semua keputusan dan menyelesaikan masalah. Pemimpin
Laissez-faire tidak memiliki otoritas atau memiliki sedikit otoritas dalam
organisasinya. Fungsi utama dari gaya kepemimpinan ini termasuk mempercayai
anggota untuk membuat keputusan yang tepat dan mempekerjakan karyawan yang
terlatih. Peran gaya kepemimpinan ini mencakup pemecahan masalah dan pemantauan
diri serta menghasilkan produk dan layanan yang berkualitas. Pemimpin Laissez-faire
sangat sukses dan karyawan mereka mengarahkan diri sendiri karena mereka tidak
diinstruksikan secara kritis oleh pemimpin mereka di setiap langkah. Gaya
kepemimpinan ini cocok untuk organisasi yang memiliki karyawan jangka panjang.
Namun demikian, tidak cocok untuk lingkungan yang membutuhkan arahan, umpan
balik yang cepat dan pujian. Kerugian dari gaya ini termasuk kurangnya kesadaran,
karena ini mengarah pada peran kerja yang tidak didefinisikan dengan baik. Pemimpin
memberikan bimbingan minimal, yang menyebabkan anggota kelompok sering tidak
yakin dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan mereka.
d) Dynamic Leadership Style: Ini adalah bentuk gaya kepemimpinan dengan fokus ganda
yang bersifat adaptif. Gaya kepemimpinan ini berubah dan bereaksi terhadap situasi
yang berbeda. Teori kepemimpinan dinamis berpendapat bahwa seorang pemimpin
harus menggunakan gaya kepemimpinan yang mengalir untuk menyesuaikan diri

9
dengan tim yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang dinamis membantu meningkatkan
motivasi tim, karena pemimpin yang dinamis dicirikan oleh tindakan yang efektif,
energi yang terfokus, dan belas kasih yang baik. Lebih lanjut, pemimpin dinamis fokus
pada keterlibatan dengan karyawan sedemikian rupa sehingga kesuksesan tidak
didasarkan pada satu individu, tetapi seluruh tim. Ini sangat membantu untuk
memotivasi tim, karena mereka merasakan pengakuan atas kontribusi mereka terhadap
kesuksesan secara keseluruhan. Pemimpin yang dinamis adalah pemimpin yang
adaptif, yang menemukan peluang dalam rintangan, mengambil tindakan efektif
selama masa sulit dan mengambil risiko. Selanjutnya, kepemimpinan adaptif
menciptakan rasa tujuan yang dibagikan di antara anggota tim. Anggota tim merasa
termotivasi karena pemimpin yang adaptif menginspirasi dan memengaruhi mereka
daripada hanya menunjukkan perintah dan kendali hierarkis. Pemimpin yang dinamis
menghargai tim dan kontribusi setiap karyawan; mereka mendukung karyawan dalam
berbagai situasi, peduli, adil, rendah hati, dan menginspirasi. Semua karakteristik ini
membantu pemimpin yang dinamis memotivasi tim daripada hanya individu (Al Rahbi
et al., 2017)
Kepemimpinan dinamis adalah sumber daya penting bagi organisasi yang harus
beroperasi dalam lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dan dinamis. Pemimpin seperti itu
harus adaptif dan fleksibel untuk beroperasi sesuai dengan lingkungan bisnis yang berubah.
Namun, kepemimpinan yang dinamis saja tidak akan dapat memotivasi individu dan anggota
tim karena pemimpin harus mengelola konflik dan mengambil keputusan yang sulit. Dalam
lingkungan bisnis saat ini, para pemimpin menghadapi banyak kesulitan dan tekanan untuk
menghasilkan kepemimpinan baru. Di masa lalu, kepemimpinan dapat berkembang seiring
waktu, tetapi sekarang ini tidak mungkin. Lingkungan perawatan kesehatan saat ini sangat
mobile dan kepemimpinan yang dinamis saja tidak cukup untuk mengelola bisnis dan
karyawan secara efektif. Organisasi yang sukses di seluruh dunia mengadopsi pendekatan
proaktif dan disengaja untuk mengembangkan kepemimpinan yang konstan dan kompetitif.
Kepemimpinan dinamis mencakup pelatihan pengembangan dan komunikasi. Lebih lanjut,
dalam organisasi perawatan kesehatan, seorang pemimpin yang dinamis harus mengambil
tindakan yang melibatkan risiko besar dan menciptakan kesadaran akan tujuan di antara
anggota tim, sambil mengelolanya dengan inspirasi dan pengaruh.

Keterampilan kepemimpinan
10
Keterampilan kepemimpinan pada dasarnya merupakan teknik atau praktik yang
diterapkan oleh para pemimpin dalam memajukan kelompok menuju tujuan bersama. Contoh
keterampilan kepemimpinan termasuk mampu menghasilkan dan mengkomunikasikan visi,
mengubah visi itu menjadi taktik dan inisiatif, dan mengidentifikasi dan mendelegasikan
tugas kepada individu berbakat yang dapat membantu mencapai visi ini. Keterampilan
kepemimpinan mudah diajarkan, baik di dalam maupun di luar kelas. Untunglah perilaku
yang dapat dipelajari ini, karena pemimpin yang sedang berkembang jarang muncul dengan
keterampilan yang sudah sangat berkembang ini.

a) Antusiasme, sebagai sikap dan semagat untuk melakukan kebaikan dan kebenaran
dalam pencapai tujuan
b) Integritas, sebagai kualitas yang membuat orang mempercayai pemimpin secara
profesional atau pribadi dalam melakukan kebaikan dan kebenaran.
c) Ketangguhan. Pemimpin sering kali menuntut orang, tidak nyaman untuk berada di
sekitar karena standar mereka tinggi. Mereka ulet dan ulet. Pemimpin bertujuan untuk
dihormati, tetapi belum tentu populer.
d) Keadilan. Pemimpin yang efektif memperlakukan individu secara berbeda tetapi
setara. Mereka tidak punya favorit. Mereka tidak memihak dalam memberikan
penghargaan dan penalti atas kinerja.
e) Kehangatan. Ikan dingin tidak bisa menjadi pemimpin yang baik. Kepemimpinan
melibatkan hati Anda serta pikiran Anda. Mencintai apa yang Anda lakukan dan
merawat orang sama pentingnya.
f) Kerendahan hati. Ini adalah kualitas yang aneh, tetapi karakteristik dari para
pemimpin terbaik. Kebalikan dari kerendahan hati adalah kesombongan. Siapa yang
ingin bekerja untuk manajer yang sombong? Tanda-tanda pemimpin yang baik adalah
kemauan untuk mendengarkan dan ego yang tidak terlalu kuat.
g) Keyakinan. Keyakinan itu penting. Orang akan merasakan apakah Anda memilikinya
atau tidak. Jadi mengembangkan kepercayaan diri selalu menjadi awal untuk menjadi
seorang pemimpin. Tapi jangan biarkan itu menjadi terlalu percaya diri, stasiun
pertama di lintasan yang mengarah ke arogansi (Adair, 2007)

11
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan untuk memotivasi sekelompok orang untuk
melakukan di atas kemampuan yang mereka rasakan untuk mencapai tujuan atau visi
bersama. Jika dianalisis dengan cermat, dapat disimpulkan bahwa:

a) Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memotivasi orang lain. Agar tidak
disalahartikan sebagai karismatik, pemimpin keamanan perawatan kesehatan harus
mampu membuat staf keamanan bersemangat dalam melakukan pekerjaan mereka
dan pentingnya bagi organisasi. Singkatnya, para pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk memengaruhi arahan, sasaran, dan upaya orang lain melalui sarana
yang mencakup, tetapi melampaui, penggunaan wewenang yang sederhana.
b) Kepemimpinan adalah kegiatan kelompok; ini bukan tentang menjadi kontributor
individu. Seluruh tim harus bekerja dengan baik, bukan hanya pemimpin keamanan.
Pemimpin keamanan perawatan kesehatan harus dapat mentransfer kekuatan kepada
semua orang di departemen keamanan dan di organisasi perawatan kesehatan pada
umumnya. Singkatnya, kepemimpinan mencapai hasil melalui orang lain
c) Pemimpin harus membuat timnya bekerja di atas kemampuan yang mereka anggap.
Ketika ditantang dan dilibatkan, pemimpin keamanan perawatan kesehatan dapat
meningkatkan staf keamanan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang mereka pikir
tidak dapat mereka capai.
d) Pemimpin harus memiliki tujuan atau visi bersama. Pemimpin keamanan harus
meluangkan waktu untuk mendapatkan rasa memiliki dalam tim mereka. Ini dimulai
dengan membangun visi tentang seperti apa program perlindungan itu di masa depan.
Memberikan visi yang jelas, namun sederhana tentang apa yang dapat dicapai jika
semuanya berjalan dengan benar sehingga orang dapat memahami dan terikat pada
emosi akan mendorong kinerja tinggi (What & Abdalla, 2021)

Salah satu peran kunci dari kepemimpinan organisasi yang baik adalah membangun
organisasi dengan mendidik dan mengembangkan pemimpin baru. Setiap kandidat nantinya
akan menjadi manajer global, agen perubahan, ahli strategi, motivator, pengambil keputusan
strategis, inovator, dan kolaborator jika aktivitas terus berlanjut dan berkembang. Hal tersebut
akan terlihat jika melihat kompetensi-kompetensi kunci yang dimiliki dan dikembangkan
oleh manajer masa depan. Kecerdasan emosional berperan penting untuk mewujudkan
kompetensi yang dibutuhkan oleh manajer chill di masa sekarang yaitu:

12
a) Kesadaran dalam hal kemampuan membaca dan memahami emosi seseorang
serta menilai kekuatan dan kelemahan seseorang, didasarkan kepercayaan yang
bersumber dari harga diri yang positif.
b) Penerapan dalam hal kontrol, integritas, kejujuran, inisiatif, dan berorientasi pada
pencapaian
c) Kesadaran sosial terkait dengan perasaan emosi lain (empati) mempelajari
organisasi (kesadaran organisasi), dan mengenali kebutuhan pelanggan
(berorientasi layanan).
d) Keterampilan sosial dalam mempengaruhi dan menginspirasi orang lain,
berkomunikasi, berkolaborasi, dan membangun hubungan dengan orang lain,
serta mengelola perubahan dan konflik.

Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar


dapat mengambil keputusan dalam aktivitas sehari-hari yang akan meningkatkan
kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang dan pada waktu yang bersamaan.
menjelaskan bahwa kepemimpinan strategis merupakan kepemimpinan strategis dengan
enam indikator, yaitu: (1) menentukan arah strategis, (2) menggali dan memelihara
kompetensi inti yang unik, (3) mengembangkan sumber daya manusia, (4) memelihara
budaya organisasi yang efektif, (5) menekankan praktik etika dan membangun kontrol
organisasi yang seimbang. Dalam rangka kepemimpinan adalah kombinasi dari
kepemimpinan manajerial dan kepemimpinan visioner (Sujudi et al., 2020).

Pembahasan
Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi memberi perubahan
pula dengan kepemipinan di dunia. Kepemimpinan bukanlah tentang kepribadian,
identitas, atau bahkan posisi pemimpin. Karena kepemipinan diartikan sebagai suatu
upaya pendekatan yang berpusat pada orang dan mampu mengkomunikasikan kepada
orang-orang nilai dan potensi sehingga dapat menimpulkan semangat dan motivasi untuk
mencapai tujuan yang di rencanakan. Ini sekali lagi menekankan peran perkembangan dari
seorang pemimpin yang baik. Namun demikian, tidak boleh lupa bahwa pemimpin juga
manusia sehingga membutuhkan bantuan, pengembangan dan dukungan untuk terus
mencapai potensinya sendiri. Presiden AS John F. Kennedy mengatakan bahwa
"Kepemimpinan dan pembelajaran sangat penting dan diperlukan satu sama lain." Sampai

13
saat ini belum ada cara terbaik untuk mengembangkan pemimpin. Mungkin
kepemimpinan benar-benar muncul ketika kita tidak mengetahui semua jawabannya dan
kita perlu belajar dan memahami suatu perubahan baru dan dinamis. Namun, kita tetap
meminta para pemimpin untuk membimbing melalui konteks yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan lebih menuntun, dengan implikasi dan ketergantungan yang lebih luas.
Tampaknya dalam menghadapi tantangan para pemimpin perlu belajar menjadi pemimpin,
dan mereka akan terus belajar dari karyawan, yang mereka berdayakan untuk mendukung
mereka, dan ketika mereka berkembang bersama dan dapat meningkatkan suatu performa
secara progresif dan simbiosis
Baru-baru ini telah ada penekanan pada gaya kepemimpinan yang melibatkan perilaku
etis yaitu, pemimpin yang melayani, spiritual, dan otentik (Trimble, 2016). Kepemimpinan
yang melayani menjadi gaya yang sangat popular karena selalu melibatkan upaya untuk
kesetaraan dan keadilan sosial dengan membantu mengembangkan dan memberdayakan
karyawan. Banya penelitian yang menggunakan gaya ini secara efektif sehingga
menghasilkan karyawan yang dapat dipercaya, jujur dan setia. Kepemimpinan spiritual
menjadi gaya yang mirip dengan kepemimpinan yang melayani di mana pemimpin mencoba
menemukan cara untuk memperbaiki keadaan bagi karyawan. Akan tetapi dalam
kepemimpinan ini ada transendensi dan persekutuan. Kepemimpinan otentik sebagai gaya
lain yang mendapatkan popularitas. Seorang pemimpin yang perilakunya konsisten dengan
nilai-nilai yang dianutnya akan menunjukkan integritas yang baik kepada karyawan.
Transparansi yang melekat dalam gaya kepemimpinan juga akan menimbulkan keterbukaan
dan tanggung jawab atas semua yang dilakukan di diputuskan dalam pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan ini juga diharapkan sejalan dengan peningkatan keterampilan dalam
bidang kepemimpinan.

Biasanya, kepemimpinan juga melibatkan pembuatan visi masa depan organisasi,


merancang strategi untuk mencapai visi itu, dan mengkomunikasikan visi itu kepada semua
anggota organisasi. Ketika visi dikomunikasikan, pemimpin harus memastikan visi tersebut
jelas sehingga semua orang dalam organisasi memahaminya. Perdebatan dalam literatur
kepemimpinan populer ketika membahas mengenai apakah memimpin dan mengelola adalah
perilaku yang berbeda. Pemimpin menciptakan perubahan yang dapat membawa orang dan
organisasi ke arah yang baru dengan kemampuan kepemimpinan mereka. Anggota organisasi
mencari pimpinan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan menetapkan arah bagi organisasi.
14
Pemimpin yang efektif akan menggunakan keterampilan dan kemampuan kolaborasi dan
komunikasi untuk memperoleh kepercayaan dari orang-orang. Kemampuan untuk
memengaruhi orang lain yang menjadi kekuatannya. Pemimpin yang menciptakan visi dan
menggunakan kempuannya dalam mempengaruhi organisasi dalam mewujudkan visi
tersebut. Tanpa arahan pemimpin yang akan berpotensi pada kegagalan dalam proses
mewujudkan visi dan dapat menghambat kemajuan lebih lanjut.

Kompetensi kepemimpinan global pada bentuk kepemimpinan yang lebih kolaboratif


dan fleksibel hampir secara eksklusif menempatkan semua kompetensi lainnya pada posisi
sekunder. Jika pemimpin jujur, maka hubungan berbasis kepercayaan dapat dikembangkan
dan dipelihara. Namun, jika pemimpin tetapi tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
kemampuan untuk membuat keputusan yang diperlukan atau berkomunikasi secara efektif
dengan karyawan, maka organisasi tidak akan sulit berkembang dan mencapai visi. Setelah
para pemimpin memperoleh beberapa pemahaman tentang organisasi di dalamnya, pemimpin
juga harus menghadapi dua masalah utama. Pertama, pemimpin harus mulai mengelaborasi
struktur pengetahuan awal mereka, mengintegrasikan pengalaman ke dalam konsep dasar.
Kedua, mereka harus mulai mengatur pengetahuan dengan menangani masalah-masalah
kepemimpinan secara mandiri, meskipun masalah-masalah yang relatif terstruktur dengan
baik. Penugasan di mana pemimpin memiliki tanggung jawab pengawasan utama dan
beberapa kebijaksanaan terbatas kemungkinan besar terbukti berharga dalam pengembangan
keterampilan.

Cara inovatif untuk merangsang dan menyempurnakan pengembangan keterampilan


kepemimpinan, bisa dimulai melalui pembentukan tujuan pribadi jangka panjang. Kemudian
dengan menumbuhkan strategi keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Arnold et
al., 2014). Contohnya, saat kita diminta untuk mendeskripsikan diri secara mendetail lima
tahun ke depan. Ada yang mengkaitkan tentang pekerjaan dan kesukseskan dan hanya sedikit
tidak ada yang bisa menggambarkan diri mereka hanya dalam lima tahun. Sedikit yang tahu
tentang langkah selanjutnya setelah lulus. Tidak ada yang memiliki ekspektasi tentang
langkah-langkah selanjutnya yang mungkin diperlukan, atau peran apa yang mungkin perlu
mereka mainkan dalam proses pengambilan keputusan yang diperlukan.

Perlu dipahami jika dalam prosesnya tidak mudah. Pemimpin diinstruksikan untuk
mendeskripsikan diri secara detail mulai dari aktivitas kehidupan pribadi hingga aspirasi
15
kehidupan profesional. Pemimpin juga perlu menelusuri aspirasi profesional termasuk jenis
pekerjaan bersama dengan keterampilan manajemen dan kepemimpinan yang ingin mereka
peroleh ditambah modul pembelajaran seumur hidup yang ingin mereka kuasai. Dari titik ini
pemimpin kemudian harus mengidentifikasi dan mengkategorikan berbagai kegiatan dan
persyaratan yang akan dibutuhkan untuk memenuhi karakteristik utama tersebut.

Program apa pun yang memberikan keterampilan perkembangan untuk memimpin


diri Anda sendiri di jalur yang diarahkan sendiri juga tampaknya membangkitkan dan
memperkuat karakteristik yang sama yang diidentifikasikan dengan ciri-ciri kepemimpinan.
Pemimpin di era globalisasi perlu mengembangkan seperangkat keterampilan yang mencakup
kemampuan untuk merangkul perubahan, toleransi terhadap ambiguitas, dan pola pikir untuk
melihat kemungkinan jangka pendek dan jangka panjang (Weaver, 2016). Visi yang
dimaksudkan untuk masa depan mungkin merupakan salah satu atribut terkuat. Tindakan itu
sendiri mengarahkan peserta untuk melihat lebih jauh ke masa depan yang ingin mereka
pengaruhi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa Masa
depan akan bergantung pada pemimpin yang terampil yang terus mendengarkan, berefleksi,
belajar, dan mengambil tindakan untuk menciptakan ruang dan sistem yang adil dan efektif .
Pemimpin akan memproduksi hasil atau produk yang baik dan bermanfaat atau justru
menghasilkan produk yang buruk, dalam kaitannya dengan efisiensi organisasi atau lembaga,
juga dihubungkan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia pada umumnya.

Fungsi kepemimpinan baru bisa dijalankan dalam sebuah masyarakat jika telah terpenuhi tiga
unsur utama kumpulan manusia yang dimulai dari tiga orang atau lebih, terdapat tujuan
kolektif yang ingin diwujudkan bersama, dan yang tidak kalah penting yaitu terdapat
seseorang yang dipilih untuk menjadi pemimpin dan mendapatkan persetujuan dari mayoritas
anggota masyarakat yang akan membantunya merealisasikan tujuan.

Meskipun memengaruhi orang lain adalah dimensi yang sangat penting dari seorang
pemimpin, dimensi internal yang tercermin dari cara merepresentasikan kemampuan untuk

16
menganalisis kekuatan dan kelemahan diri sendiri, menetapkan tujuan serta kemampuan
dalam membangun jaringan untuk berpartisipasi dalam kehidupan komunitas dan untuk
mempengaruhi perubahan sosial yang positif.

Kepemimpinan sebagai pembelajaran dengan Interaksi sosial yang tertanam dalam hasil
kepemimpinan dalam pembelajaran dan pertumbuhan organisasi juga sebagai individu yang
terlibat; hasil interaksi termasuk pembelajaran bersama, pemahaman kolektif yang lebih besar
dan tindakan positif yang dihasilkan. Seorang pemimpin akan terus dihormati dan disegani
semua karyawannya jika gaya kempemimpinannya yang positif dan mengajak bukan yang
hanya bisa memerintah.

Saran

Berdasarkan Kesimpulan di atas maka dapat diberikan Saran sebagai berikut :

1. Para pemimpin perlu belajar menjadi pemimpin, dan mereka akan terus belajar dari
karyawan, yang mereka berdayakan untuk mendukung mereka, dan ketika mereka
berkembang bersama dan dapat meningkatkan suatu performa secara progresif dan
simbiosis dalam menghadapi tantangan.
2. Pemimpin harus mengembangkan konsep kepemimpinan yang kreatif, inovatif, dan
sportif agar karyawan dan disekitarnya bisa merasakan energi yang positif saat
seorang pemimpin itu ada maupun tidak ada di tempat.
3. Pemimpin diharapkan bisa memberikan motivasi dan contoh dari gaya
kepemimpinannya sendiri dengan kepemimpinan yang baik maka karyawan ataupun
organisasi akan berjalan dengan baik pula.
Referense:

Adair, J. (2007). Develop Your Leadership Skills. In Director.


https://doi.org/10.2307/3400842
Ahmadi, M., Jullien, G. A., & Miller, W. C. (n.d.). Developing Leadership Skills for Women
in Engineering and Science.
Al Rahbi, D., Dhabi University Khalizani Khalid, A., & Khan, M. (2017). the Effects of
Leadership Styles on Team Motivation. Academy of Strategic Management Journal,
16(2), 1939–6104.
Arnold, A., Melroy, S., Hunsucker, J., & James E. Smith. (2014). The essence of leadership.
17
International Journal of Management Excellence, 71(8), 662–668.
https://doi.org/10.2146/ajhp130696
Dalcher, D. (2012). Advances in Project Management Series 1 Sustainability and Success.
PM World Journal Sustainability and Success, I(Vii), 1–14.
http://www.gowerpublishing.com/default.aspx?page=2063.
Demircioglu, M. A., & Van der Wal, Z. (2021). Leadership and innovation: what’s the story?
The relationship between leadership support level and innovation target. Public
Management Review, 1, 1–23. https://doi.org/10.1080/14719037.2021.1900348
Duggan, C. (2015). Leadership Development Framework. Royal Pharmaceutical Society,
January. http://www.leadershipacademy.nhs.uk/wp-
content/uploads/dlm_uploads/2014/10/NHSLeadership-LeadershipModel-colour.pdf.
Ham, H. (2021). Leadership : A Journey to Enacting Change. 16(1), 1–6.
https://doi.org/10.5195/jyd.2021.1115
Hao, M. J., & Yazdanifard, R. (2015). How Effective Leadership can Facilitate Change.
Global Journal of Management and Business Research: A Administration and
Management, 15(9), 0–6.
Hapha, Y., & Somprach, K. (2019). A study of digital leadership and creative leadership that
affect innovation in Thai higher education. Journal of Critical Reviews, 6(4), 37–41.
https://doi.org/10.22159/jcr.06.04.07
Hayat Bakhiet. (2013). The effective leadership. In LAP LAMBERT Academic Publishing
(Vol. 47, Issue 2).
https://www.researchgate.net/publication/348178135_THE_EFFECTIVE_LEADERSHI
P
Helena Kovač, M., & Šumanjski, M. (2017). LEADERSHIP HANDBOOKS. Leadership
Handbook Publisher, 4(3), 1–112. http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150
Kadiyono, A. L., Sulistiobudi, R. A., Haris, I., Wahab, M. K. A., Ramdani, I., Purwanto, A.,
Mufid, A., Muqtada, M. R., Gufron, M., Nuryansah, M., Ficayuma, L. A., Fahlevi, M.,
& Sumartiningsih, S. (2020). Develop leadership style model for indonesian teachers
performance in education 4.0 era. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(9), 363–373.
https://doi.org/10.31838/srp.2020.9.52
Kawata, P. (2017). Leadership Development. Leadership, 2011.
https://careacttarget.org/sites/default/files/file-upload/resources/leadership-

18
development.pdf
Mumford, M. D., Marks, M. A., Connelly, M. S., Zaccaro, S. J., & Reiter-Palmon, R. (2000).
Development of leadership skills: Experience and timing. Leadership Quarterly, 11(1),
87–114. https://doi.org/10.1016/s1048-9843(99)00044-2
Pranitasari, D. (2020). The Influence of Effective Leadership and Organizational Trust to
Teacher’s Work Motivation and Organizational Commitment. Media Ekonomi Dan
Manajemen, 35(1), 75. https://doi.org/10.24856/mem.v35i1.1257
Raišienė, A. G. (2014). Leadership and managerial competences in a contemporary
organization from the standpoint of business executives. Economics and Sociology, 7(3),
179–193. https://doi.org/10.14254/2071-789X.2014/7-3/14
Rosari, R. (2019). Leadership Definitions Applications for Lecturers’ Leadership
Development. Journal of Leadership in Organizations, 1(1), 17–28.
https://doi.org/10.22146/jlo.42965
Stripp,J.D., W. G., Harris, P. R., & Moran, R. T. (2020). Developing HR Leadership in
Global Organizations. Developing the Global Organization, 2(13), 312–324.
https://doi.org/10.4324/9780080504124-16
Sujudi, N., Komariah, A., & Indonesia, U. P. (2020). Leadership Characteristics Era
Disruption : 400(Icream 2019), 276–279.
Surji, K. (2015). Understanding Leadership and Factors that Influence Leaders’
Effectiveness. European Journal of Business and Management, February.
https://doi.org/10.7176/ejbm/7-33-2015-03
Trimble, J. (2016). Leadership Styles. February.
https://doi.org/10.1002/9781118970843.ch347
Weaver, L. I. Z. (2016). Disruptive Leadership | Building Capacity for Changing
Communities. 1–5.
What, F., & Abdalla. (2021). The Art of Leadership in the United Nations. Dag
Hammarskjöld Foundation, The Art of Leadership in the United Nations: Framing
What’s Blue, (Uppsala: Dag Hammarskjöld Foundation, 2020).

19

Anda mungkin juga menyukai