Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elsania

NIM : 41620110003

Fakultas/Prodi : Teknik/Teknik Industri

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi

Dampak Covid-19 Terhadap Kondisi Ekonomi Indonesia

Covid-19 merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Pada 31


Desember 2019 WHO mengumumkan ada kasus sekelompok pneumonia dengan etiologi
baru di kota Wuhan, provinsi Hubei, China dan kemudian berkembang di luar China. Pada 30
Januari 2020, covid-19 ditetapkan menjadi Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC). Pada 11 Maret 2020, covid-19 ditetapkan sebagai pandemi. Indonesia
pertama kali melaporkan 2 kasus positif pada tanggal 2 Maret 2020 dan kasus positif terus
meningkat hingga sekarang.

Meningkatnya kasus covid-19 telah mempengaruhi perekonomian dunia termasuk


Indonesia. Pandemi covid-19 berdampak pada transportasi, pariwisata, perdagangan,
kesehatan dan sektor lainnya. Kebijakan "lock down" diambil oleh berbagai negara untuk
mencegah penyebaran covid-19 lebih lanjut, sehingga kegiatan ekonomi terhambat dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia ke depan termasuk pertumbuhan
perekonomian Indonesia.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tertekan 2,1
%. Hal ini disebabkan penyebaran covid-19 yang terus meluas baik di dalam maupun luar
negeri. Namun bagi Indonesia, covid-19 sudah berdampak signifikan bagi sektor pariwisata,
menurunkan kinerja ekspor, kinerja pertumbuhan ekonomi. Sektor utama yang paling
berdampak adalah sektor akomodasi, transportasi, ritel, dan manufaktur dari defisit neraca
transaksi berjalan.

Jika ditinjau dari ekonomi pekerja, berdasarkan Department of Economic and Social
Affairs, jutaan pekerja berisiko kehilangan pekerjaan ketika hampir 100 negara menutup
perbatasan nasional dalam hal kontraksi ekonomi global sebesar 0,9 % atau lebih tinggi pada
akhir tahun 2020. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pandemi
covid-19 terhadap perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan data Manulife Investment Management, Indonesia merupakan negara yang


mengalami penurunan suku bunga, penurunan sektor utama seperti sektor pariwisata,
angkutan penerbangan, properti, dan jaminan sosial serta penurunan GWM (Wajib Giro)
(Manulife Investment Management, 2020).

Berdasarkan sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19, maka sektor rumah
tangga menjadi sektor yang sangat signifikan karena tidak melakukan kegiatan ekonomi.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan korporasi menjadi sektor yang terkena dampak
dan berimplikasi pada sektor keuangan. Secara umum, dampak covid-19 cukup signifikan
bagi perekonomian Indonesia. Pelambatan ekonomi global dan kinerja industri manufaktur
akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.

Kementerian keuangan Indonesia mencatat setidaknya ada delapan kerugian akibat


merebaknya virus tersebut, yaitu :

1. Hingga 11 April lebih dari 1,5 juta karyawan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK). Dimana 1,2 juta pekerja berasal dari sektor formal, 265.000 dari sektor informal.
2. Indonesian Purchasing Managers Index (PMI) di bawah level 50 hanya 45,3 pada Maret
2020.
3. Lebih dari 12.703 penerbangan di 15 bandara dibatalkan sepanjang Januari-Februari,
dengan rincian 11.680 penerbangan domestik dan 1.023 penerbangan internasional.
4. Kehilangan pendapatan sekitar Rp 207 miliar di sektor jasa udara, dengan kerugian sekitar
Rp 48 miliar disumbangkan oleh penerbangan China.
5. Jumlah wisatawan menurun hingga 6.800 per hari, terutama wisatawan asal China.
6. Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia memperkirakan penurunan tingkat hunian sekitar
6.000 hotel di Indonesia bisa mencapai 50%. Hal ini bisa berdampak pada penurunan
devisa pariwisata lebih dari setengah tahun lalu.
7. Impor Indonesia sepanjang Januari-Maret 2020 turun 3,7% year to date (YTD).
8. Inflasi Maret 2020 yang tercatat 2,96% year over year (YOY) disumbang oleh kenaikan
harga emas perhiasan serta beberapa harga pangan yang melonjak.

Pemerintah mengeluarkan surat edaran (SE) pada 18 Maret 2020, seluruh kegiatan
indoor dan outdoor di semua sektor yang berkaitan dengan pariwisata dan ekonomi kreatif
ditunda sementara guna mengurangi penyebaran corona. Hal tersebut mengakibatkan sektor
pariwisata menjadi lumpuh, sehingga pengangguran semakin meningkat karena pariwisata
merupakan salah satu wadah yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar
kawasan pariwisata dan masyarakat luar.

Bukan hanya sektor pariwisata yang lumpuh sementara, tetapi karyawan perusahaan
jenis lain juga merasakan dampak pandemi Covid-19. Aktivitas pekerja yang biasanya
dilakukan di luar rumah secara langsung terpaksa dilakukan di dalam rumah, dan masih
banyak pekerja yang terancam dengan Pemutusan Hak Kerja (PHK) karena banyaknya
pekerjaan yang tidak memungkinkan dilakukan di rumah, seperti halnya kegiatan produksi
yang bergantung pada mesin yang ada di tempat produksi. Penghentian pekerjaan ini juga
dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen dan dibatasinya ekspor ke negara
tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan menurunkan pendapatan perusahaan, bahkan
perusahaan dapat mengalami kerugian.

Ada pula penyebab lain pemecatan karyawan karena kelangkaan bahan baku yang akan
diproduksi didatangkan dari luar negeri seperti dari China sehingga akan menghambat
kegiatan industri. Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah
pengangguran dapat menghambat dan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan
menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun telah dilakukan kebijakan, namun
masih ada masyarakat yang menyalahgunakan kebijakan tersebut, seperti kegiatan belajar dan
bekerja di rumah di gunakan untuk liburan di luar kota. Dengan demikian, kebijakan ini dapat
memperluas dan mempercepat penyebaran virus corona, baik yang disebarluaskan oleh
pengunjung ke masyarakat sekitar, maupun disebarluaskan oleh masyarakat sekitar kepada
pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai