Asuhan Keperawatan Berduka Situasional Di Ruang Rawat Antasena Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor
Asuhan Keperawatan Berduka Situasional Di Ruang Rawat Antasena Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi Bogor
0806334413
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
NPM : 0806334413
Tanda Tangan :
ii Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 13 Juni 2013
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini.
Penulisan karya ilmiah akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Mustikasari,
SKp., MARS., selaku dosen pembimbing akademik dan Ibu Fauziah, M.Kep., Sp.
Kep. Jiwa., selaku pembimbing klinik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini.
Selain itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed, selaku Ketua Program Studi Sarjana dan
Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP., selaku dosen koordinator mata ajar Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia;
4. Pihak Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi (RSMM) Bogor yang telah
menyediakan lahan praktik untuk mata ajar praktik klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Peminatan Jiwa;
5. Ibu Linggar Kumoro, SKp., selaku Kepala Ruang Antasena RSMM Bogor
yang telah banyak membantu saya selama praktik di Ruang Antasena;
6. Seluruh staf perawat Ruang Antasena RSMM Bogor yang telah banyak
membantu dan memberikan banyak pengalaman kepada saya selama
praktik di Ruang Antasena;
7. Mama, Bapak, Iyang Ega, Duli Rika, dan Bowo yang telah memberikan
doanya serta dukungan semangatnya;
iv Universitas Indonesia
Saya menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan karya ilmiah akhir Ners ini. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini
dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca khususnya, serta untuk masyarakat pada
umumnya.
v Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 13 Juni 2013
Yang menyatakan
vi Universitas Indonesia
Stroke merupakan salah satu penyakit perkotaan yang disebabkan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah gaya hidup buruk yang menjadi masalah kesehatan
yang serius di wilayah perkotaan. Terdapat 11 provinsi mempunyai prevalensi
stroke diatas prevalensi nasional, diantaranya Provinsi Jawa Barat (9.3%). Stroke
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap fisik penderitanya, seperti
penurunan fungsi tubuh yang dapat memicu munculnya beberapa masalah
psikososial, salah satunya berduka situasional. Pemunculan emosi positif dengan
masalah berduka situasional diperlukan agar pasien dapat melewati setiap tahapan
berduka dengan baik. Untuk itu, seorang perawat sebaiknya dapat memberikan
asuhan keperawatan dengan membantu memunculkan emosi positif pasien
melalui pengungkapan perasaan dengan cara lisan, aktivitas fisik, sosial dan
spiritual berdasarkan tahapan berduka yang sedang dialaminya.
Kata Kunci:
Asuhan keperawatan, berduka situasional, stroke
Stroke is one of the urban disease that caused by many factors, one of them is bad
lifestyle that becomes serious health problem in the urban area. There are eleven
provinces that have higher stroke prevalence than national’s, one of them is West
Java Province (9.3%). Stroke may cause negative impacts on the physical
problems, such as the decline of body function that cause many psychosocial
problems, one of them is situational grieving. The appearance of positive
emotions of patient who has situational grieving problem is needed so that patient
can through each stage of grieving well. For that reason, a nurse should give the
nursing care process to help the patient to appear the positive emotions by
expressing his or her feeling with talking, doing physical activity, social and
spiritual according to the stages of grieving that is being experienced.
Keywords:
Nursing Care Process, Situational Grieving, Stroke
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penulisan 6
1.4.1 Manfaat Keilmuan 6
1.4.2 Manfaat Aplikatif 6
1.4.3 Manfaat Metodologis 6
2. TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Stroke 7
2.1.1 Definisi Stroke 7
2.1.2 Penyebab Stroke 7
2.1.3 Klasifikasi Stroke 10
2.1.3.1 Stroke Hemoragik 10
2.1.3.2 Stroke Non-Hemoragik 11
2.1.4 Patofisiologi Stroke Non-Hemoragik 12
2.1.5 Manifestasi Klinis Stroke 12
2.2 Berduka Situasional 14
2.2.1 Definisi Berduka 14
2.2.2 Faktor Penyebab Berduka 15
2.2.3 Tahapan Berduka 17
2.2.4 Tanda dan Gejala Berduka 18
2.2.5 Akibat Berduka 20
2.2.6 Asuhan Keperawatan Berduka 20
ix Universitas Indonesia
4. ANALISIS SITUASI 26
4.1 Profil Lahan Praktik 26
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP
dan Konsep Kasus Terkait 27
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan Berduka Situasional terhadap
Konsep dan Penelitian Terkait 32
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah 36
5. PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 40
5.2.1 Bidang Keilmuan 40
5.2.2 Bidang Aplikatif 40
5.2.3 Bidang Metodologis 41
DAFTAR PUSTAKA 42
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Lampiran 1 : Pengkajian
Lampiran 2 : Analisa Data
Lampiran 3 : Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 : Catatan Perkembangan
Lampiran 5 : Riwayat Hidup Penulis
Pendahuluan merupakan tahap awal dari sebuah penulisan karya ilmiah untuk
memberikan gambaran permasalahan yang ada secara umum dan tujuan dari
diadakannya penulisan. Pada bab pendahuluan ini, penulis membahas latar
belakang yang berisikan justifikasi penulis, rumusan masalah, tujuan penulisan,
serta manfaat penulisan.
Masalah kesehatan yang sering disebabkan karena gaya hidup tidak sehat
diperkotaan adalah munculnya berbagai macam penyakit degeneratif yang
masuk dalam kategori masalah kesehatan modern. Penyakit degeneratif
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan penyakit yang
muncul akibat kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan yang normal
menjadi lebih buruk (Japardi, 2002). Ada sekitar 50 jenis penyakit
degeneratif, diantaranya penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi,
stroke, dan jantung), endokrin (diabetes mellitus, tiroid, hiperkolesterol),
neoplasma (tumor ganas dan tumor jinak), gangguan pencernaan, kegemukan,
dan lain-lain. Stroke adalah penyebab utama kedua kematian setelah penyakit
iskemik jantung di seluruh dunia, dengan perkiraan 5.5 juta subjek meninggal
1 Universitas Indonesia
karena stroke setiap tahun dari kesemua penyakit degenaratif yang ada
(WHO, 2004).
Penyakit stroke dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan bagi
masyarakat karena dianggap sebagai penyakit yang mematikan dari 10 jenis
penyakit mematikan yang masuk dalam daftar data Riskesdas pada tahun
2007. Stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer and Bare, 2002).
Berhentinya suplai darah ke otak ini merupakan akibat adanya sumbatan
ataupun pecahnya pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah gaya hidup atau kebiasaan yang buruk, seperti pola
makan yang tidak sehat, stress, dan kurang gerak (WHO dalam Andry
Hartono, 2006).
Universitas Indonesia
Respon berduka yang muncul pada penderita stroke merupakan akibat lanjut
dari kehilangan yang dirasakan oleh seseorang yang baru mengalami stroke.
Seperti diketahui, berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. Umumnya, respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
dimanifestasikan dengan perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain (NANDA, 2011).
Universitas Indonesia
Masalah berduka yang muncul sebagai respon dari kehilangan fungsi pada
penderita stroke ini harus segera ditangani karena dapat memberikan berbagai
dampak negatif. Dampak negatif yang umumnya muncul adalah perasaan
ketidakberdayaan, gangguan citra tubuh, harga diri rendah, hingga isolasi
sosial. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar
dampak-dampak tersebut tidak muncul. Termasuk bantuan dari seorang
perawat. Perawat harus dapat menangani klien yang mengalami masalah
berduka situasional dengan memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab tinjauan pustaka ini, penulis menguatkan permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan hasil asuhan keperawatan berduka situasional yang telah
diberikan sebelumnya. Tinjauan pustaka yang dibahas pada bab ini mengenai
konsep dan teori stroke dan berduka situasional. Selain itu, pada bab tinjauan
pustaka ini penulis juga membahas mengenai konsep dan teori terkait pemberian
asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah berduka situasional, mulai dari
sampai dengan rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi Stroke
Stroke merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada sistem neurologis
manusia. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah suatu
keadaan dimana seseorang kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). WHO
(2004) sendiri mendefinisikan stroke sebagai defisit neurologi akut yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang
terganggu. Definisi lain menyebutkan stroke adalah suatu defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi
saraf otak (Ignatavicius & Workman, 2006). Dari beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan gangguan yang terjadi pada
sistem neurologis sebagai akibat adanya iskemia ataupun hemoragik
pembuluh darah sehingga suplai darah ke bagian otak terhenti.
7 Universitas Indonesia
Hipertensi
Hipertensi menjadi faktor risiko karena orang yang mengalami
hipertensi (bukan hanya sistemik melainkan juga ginjal) dapat
menyebabkan kontur pembuluh darah berubah, sehingga apapun yang
lewat mudah tertempel dan memudahkan terjadinya arterosklerosis.
Penyakit jantung
Sebanyak 40-90% dari penderita Miocard Cardiac Infark (MCI) akan
berkembang menjadi stroke padahal kerusakan terjadi pada pembuluh
darah koroner (Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini disebabkan karena
orang dengan MCI akan terjadi kerusakan ditingkat endokardium yang
rapuh sebagai akibat tidak adanya suplai oksigen sehingga
menyebabkan terjadinya nekrotik yang dapat menyumbat pembuluh
darah.
Diabetus mellitus
Pada penderita diabetes mellitus, viskositas darah akan menjadi
kental. Proses kekentalan darah inilah yang dapat mengendap pada
pembuluh darah. Komplikasi jangka panjangnya akan menyebabkan
angiopati pada pembuluh darah otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Universitas Indonesia
Usia
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), seseorang berusia diatas 65 tahun
beresiko terkena stroke lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan data
Riskesdas (2007) bahwa penyakit terbanyak yang dialami seseorang
diatas usia 65 tahun yang dapat menimbulkan kematian baik pada
laki-laki maupun perempuan di Indonesia adalah stroke yaitu dengan
presentase sebesar 20.9% untuk laki-laki dan 24.4% untuk perempuan.
Hal ini disebabkan pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh
darah di otak.
Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah
satunya pembuluh darah otak.
Habit (kebiasaan)
Pola makan yang salah dapat memicu terjadinya stroke pada individu.
Seringnya mengonsumsi makanan junk food, makanan yang berlemak
atau mengandung kolestrol tinggi dapat memicu penumpukan plak
pada pembuluh darah. Akumulasi konsumsi makanan yang berlemak
atau tinggi kolesterol inilah yang akan berpengaruh terhadap aliran
darah dalam pembuluh darah, dimana elastisitas pembuluh darah
dapat menurun. Lama-kelamaan akan menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah dan stroke.
Selain pola makan yang salah, kurang olahraga juga dapat memicu
terjadinya stroke. Hal ini disebabkan karena kurang olahraga dapat
mengakibatkan pembuluh darah seseorang menjadi lemah dan kaku
sehingga menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otak
menjadi kurang lancar. Kebiasaan buruk lain yang dapat
menyebabkan stroke adalah kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok
dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada pembuluh
darah, seperti pengerasan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Stroke trombotik
Stroke trombotik terjadi akibat oklusi pembuluh darah, biasanya
karena arterosklerosis berat. Stroke trombotik biasanya
berkembang dalam periode 24 jam. Selama periode perkembangan
stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada
akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami stroke
lengkap (completed stroke) (Corwin, 2008).
Stroke embolik
Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus
yang terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang
menyebabkan adalah jantung setelah infark miokardium atau
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini dukacita adalah
proses kompleks yang normal yang mencakup respons dan perilaku emosi,
fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika individu, keluarga, dan
komunitas menghadapi kehilangan aktual, kehilangan yang diantisipasi,
atau persepsi kehilangan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari
(NANDA, 2011). Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
berduka merupakan suatu reaksi psikologis sebagai respon kehilangan
sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik,
spiritual sosial maupun intelektual seseorang. Berduka sendiri merupakan
respon yang normal yang dihadapi setiap orang dalam menghadapi
kehilangan yang dirasakan.
Universitas Indonesia
1) Patofisiologis
Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian yang
bersifat sekunder akibat kehilangan fungsi neurologis, kardiovaskuler,
sensori, muskuloskeletal, digestif, pernapasan, ginjal dan trauma;
2) Terkait pengobatan
Berhubungan dengan peristiwa kehilangan akibat dialisis dalam
jangka waktu yang lama dan prosedur pembedahan (mastektomi,
kolostomi, histerektomi);
4) Maturasional
Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti teman-teman,
pekerjaan, fungsi, dan rumah dan berhubungan dengan kehilangan
harapan dan impian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti
menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun. Peran
perawat pada fase ini tetap mendampingi individu dan tidak
meninggalkannya sendirian;
Tanda dan gejala berduka juga dikemukan oleh Videbeck (2001), yang
mencakup ke dalam lima respon, yaitu respon kognitif, emosional, spiritual,
perilaku, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul
Universitas Indonesia
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan di
dalam proses pemberian asuhan keperawatan. Pengkajian dilakukan
agar perawat dapat memberikan tindakan keperawatan dengan tepat
sesuai dengan masalah-masalah keperawatan yang ditemukan pada
klien. Pengkajian yang dapat dilakukan meliputi pengkajian identitas,
riwayat penyakit (baik riwayat saat ini, dahulu, maupun riwayat
penyakit keluarga), pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dan juga
pengkajian psikososial, sosial serta spiritual klien.
Universitas Indonesia
a. Data Mayor
Ekspresi distress tentang kehilangan yang terjadi.
b. Data Minor
Penyangkalan Ide untuk bunuh diri
Rasa bersalah Tangis
Kemarahan Penderitaan
Sikap putus asa Perilaku
Ketidakmampuan mengharap/mencari
berkonsentrasi Fobia
Halusinasi penglihatan, Perasaan tidak berharga
pendengaran, dan sentuhan
mengenai objek atau orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini membahas mengenai laporan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap
klien dengan masalah berduka situasional. Laporan asuhan keperawatan pada bab
ini meliputi pengkajian kasus klien kelolaan utama, masalah keperawatan yang
muncul pada klien, dan penentuan diagnosa keperawatan psikososial utama yang
diambil penulis. Dalam menentukan diagnosa keperawatan psikososial utama,
pada bab ini penulis menggambarkan pohon masalah berdasarkan data pengkajian
yang telah dikumpulkan oleh penulis sebelumnya.
Saat pertama kali berinteraksi dengan klien, yaitu pada tanggal 7 Mei 2013
diperoleh data bahwa klien masih tampak gelisah dan tidak tenang. Raut
wajah klien tampak tegang, nada suara terkadang tampak meninggi ketika
berinteraksi dengan orang lain dan nampak kurang bersabar. Keluarga
mengatakan ketika hari pertama rawat, klien tampak seperti orang yang
mengalami syok dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri serta sering
terlihat bersedih dan menangis.
23 Universitas Indonesia
Klien mengatakan andai saja dirinya menjaga pola makan dan tidak makan
‘ikan asin’ pada malam harinya mungkin dirinya tidak seperti saat ini. Klien
mengatakan takut tidak dapat kembali seperti dulu lagi dan tidak dapat
beraktivitas seperti dulu lagi. Selain itu, klien juga mengatakan jika
keadaannya seperti ini terus dirinya tidak bisa lagi menjaga warung,
memasak, menjaga cucu-cucunya dan mengikuti pengajian seperti biasanya.
Pada saat pemeriksaan klien tampak sadar, namun bicara kurang jelas (bicara
pelo). Keadaan umum sakit sedang dan tampak lemah, kesadaran compos
mentis, dimana verbal klien mengalami afasia. Tanda-tanda vital
menunjukkan bahwa tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 88 x /menit,
pernapasan 22 x/menit, suhu 36,7oC. Pemeriksaan jantung dan paru klien
dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan hemiparese
sinisitra dengan kekuatan 1, parase nervus VII sinistra dan XII dextra. Klien
mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot
sebesar 5555 .
3333
5555 3333
Universitas Indonesia
Masalah psikososial lain yang muncul sebagai akibat adanya masalah fisik
pada klien adalah ansietas. Hal ini nampak pada respon klien yang
menyatakan ketakutan “Tidak bisa seperti dulu lagi dan tidak dapat
beraktivitas seperti dulu lagi”. Selain itu terlihat dari adanya respon
penyesalan yang diucapkan klien saat berinteraksi. Klien masih tampak
tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, dan mulut tampak kering.
Analisa data: terlampir
Ansietas
Berduka Situasional
Kehilangan
Universitas Indonesia
Bab ini membahas mengenai hasil analisis situasi terkait dengan pemberian
asuhan keperawatan situasional yang telah dilakukan sebelumnya yang
dihubungkan dengan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga dapat
dicari alternatif pemecahan masalah jika ditemukan adanya kesenjangan. Analisis
situasi ini dikaitkan dengan masalah kesehatan utama yang timbul dan
dihubungkan dengan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
(KKMP). Selain itu, penulis juga menambahkan profil lahan praktik untuk
memberikan gambaran mengenai kondisi dari tempat layanan kesehatan yang
dijadikan penulis sebagai lahan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap klien.
Rumah Sakit Mardzoeki Mahdi (RSMM) Bogor merupakan rumah sakit yang
berada di wilayah perkotaan, yaitu di bagian barat Kota Bogor. Seperti
diketahui, dewasa ini penduduk perkotaan harus berhadapan dengan berbagai
masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat
(Anies, 2005). Pertambahan jumlah penduduk adalah faktor predisposisi bagi
masalah kesehatan di lingkungan perkotaan. Sempitnya ruang hidup ditambah
minimnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman
lingkungan menyebabkan masyarakat perkotaan mengalami berbagai masalah
kesehatan.
26 Universitas Indonesia
Ruang Antasena merupakan ruang rawat inap kelas II dan III di RSMM yang
menangani masalah kesehatan orang dewasa dan lansia dengan kapasitas
sebanyak 35 tempat tidur. Ruang Antasena dikelompokkan menjadi dua
klasifikasi penyakit, yaitu ruang penyakit dalam dan ruang penyakit bedah.
Menurut hasil rekapitulasi data penyakit selama tahun 2012 di ruang
Antasena, terdapat beberapa penyakit yang sering terjadi di ruang Antasena
setiap bulannya, baik di ruang penyakit bedah maupun penyakit dalam,
diantaranya penyakit DM, DHF, thypoid, TBC, stroke, CHF, hipertensi,
kanker, tumor, dan appendiksitis. Dari berbagai masalah penyakit yang sering
terjadi di ruang Antasena, lebih dari 80% masuk dalam kategori penyakit
perkotaan.
Universitas Indonesia
kesehatan klien saat ini, yaitu stroke non-hemoragik. Dari hasil pengkajian
terhadap klien, baik dari hasil observasi, wawancara terhadap klien dan
keluarga maupun data sekunder rekam medis, didapatkan klien “Ibu A” saat
ini tinggal diwilayah perkotaan, yaitu daerah Balumbang Jaya, Kota Bogor.
Seperti diketahui, menurut data Riskesdas (2007) angka kejadian (prevalensi)
stroke di wilayah Jawa Barat melebihi prevalensi Nasional, yaitu sebesar
9.3%. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan
Antasena, penyakit stroke masuk ke dalam peringkat 10 besar dari banyaknya
kasus yang sering ditangani di RSMM Bogor, khususnya ruang Antasena.
Faktor lain yang juga mempengaruhi timbulnya penyakit stroke adalah terkait
stress emosional. Seperti diketahui, stress emosional kini telah melanda
Universitas Indonesia
segenap lapisan masyarakat. Hal ini terutama akibat beban ekonomi yang
semakin berat, kehidupan keras yang menuntut persaingan ketat,
ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah dicapai, kesulitan dalam hubungan
antar manusia, dan sebagainya (Anies, 2005). Stres yang berkepanjangan
inilah yang akan membahayakan karena akan mempengaruhi jantung, dimana
dapat menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Akibatnya
jantung bekerja lebih berat dan meningkatkan resiko timbulnya penyakit
stroke.
Klien sendiri mengakui bahwa selama ini dirinya kurang menjaga pola makan
dan tidak pernah berolahraga. Tidak ada makanan yang dipantang oleh klien
meskipun dirinya mengetahui memiliki hipertensi. Klien mengatakan sangat
jarang sekali kontrol ke puskemas atau pelayanan kesehatan lainnya untuk
memeriksakan hipertensi yang dialaminya, kecuali jika ada keluhan yang
dirasakan cukup berat oleh klien. Selain itu, klien mengakui bahwa dirinya
memang selama ini cenderung mudah emosional dan kurang bersabar dalam
bertindak.
Stroke yang dialami klien menimbulkan berbagai masalah fisik pada dirinya,
salah satunya adalah hemiparase tubuh bagian kiri yang menyebabkan klien
mengalami kehilangan salah satu fungsi tubuhnya sehingga muncul masalah
hambatan mobilitas fisik. Kehilangan fungsi tubuh ini memicu timbulnya
respon berduka situasional pada klien. Hasil pengkajian terhadap faktor
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kehilangan yang dirasakan klien yang sudah masuk dalam kategori sesuai
dengan teori kehilangan yang dikemukan oleh Miller. Pada lansia, proses
Universitas Indonesia
berduka sering kali dikaitkan dengan kehilangan dalam diri mereka, seperti
perubahan peran, perubahan citra tubuh, atau penurunan fungsi tubuh.
Kehilangan tersebut terkadang lebih sulit diterima dibandingkan kehilangan
orang terdekat (Miler, 1999 dalam Carpenito, 2006). Respon yang dialami
biasanya ada rasa sedih dan perasaan tidak berguna.
Evaluasi terhadap TUK 6 dan TUK 7, yaitu klien sudah mampu menyebutkan
cara kehilangan dengan ikhlas dan menggunakan sistem pendukung yang ada.
Klien sudah mampu mengambil hikmah dari kehilangan yang dialaminya dan
mau kembali mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
Universitas Indonesia
Penggunaan support system yang ada disekitar klien dan keyakinan religious
yang kuat merupakan hal penting yang berpengaruh dalam mengatasi rasa
berduka situasional sehingga dapat meningkatkan status fungsional klien.
Menurut Miller (1999) (dalam Carpenito, 2006), dukungan sosial dan
keyakinan religious yang kuat memiliki pengaruh yang besar terhadap respon
seseorang menghadapi kehilangan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Hilari, et al (2010), bahwa untuk mengatasi rasa stress dari proses berduka
pada penderita stroke yang harus dilakukan adalah mengatasi faktor pemicu
munculnya rasa stress tersebut. Faktor pemicu yang dimaksud adalah
kurangnya dukungan sosial (support system), kesepian akibat mekanisme
koping yang buruk, dan ketidakpuasaan terhadap lingkungan sosial.
Universitas Indonesia
Menurut teori Kubler-Ross (1969) (dalam Moyle & Hogan, 2006), tahapan
berduka terdiri dari dari lima tahap, meliputi tahap pengingkaran, kemarahan,
tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Namun, pada kasus yang terjadi,
masalah berduka yang ditemukan pada klien tidak sampai menimbulkan
perasaan depresi pada klien. Klien hanya mengalami tahap pengingkaran dan
kemarahan pada hari pertama rawat, tahap tawar-menawar dan langsung pada
tahap penerimaan yang ditunjukkan dengan respon klien yang berbeda-beda.
Setiap tahap berduka yang terjadi pada klien perlu menjadi perhatian bagi
perawat karena respon dalam memberikan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan terhadap klien pun akan berbeda meskipun tujuan asuhan
keperawatan yang akan diberikan tetap sama.
Cara lain yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menekankan pada
pengungkapan perasaan terkait harapan di masa depan klien setelah terkena
stroke. Disini penulis lebih menggali keinginan-keinginan klien di masa
depan setelah keluar dari rumah sakit nantinya. Cara ini efektif dilakukan
karena perasaan klien lebih banyak tergali lagi sehingga memunculkan emosi
Universitas Indonesia
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang dilakukan penulis adalah
menumbuhkan keyakinan religious klien yang kuat. Seperti diketahui,
keyakinan religious yang kuat merupakan hal penting yang berpengaruh
dalam mengatasi rasa berduka situasional sehingga dapat meningkatkan status
fungsional klien. Hal ini sesuai dengan teori Miller (1999) (dalam Carpenito,
2006) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang memiliki pengaruh
yang besar terhadap respon seseorang menghadapi kehilangan adalah
keyakinan religious yang kuat. Cara ini dapat dilakukan oleh perawat lainnya
karena dapat membantu menghantarkan klien pada tahap akhir berduka, yaitu
tahap penerimaan.
Universitas Indonesia
Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penulisan karya ilmiah
berdasarkan asuhan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien sebelumnya.
Penulis menyimpulkan hasil karya ilmiah ini secara keseluruhan. Selain itu, dalam
bab ini juga terdapat saran dari penulis yang dapat digunakan bagi bidang
keilmuan, aplikatif dan metodologis.
5.1 Kesimpulan
Penyakit stroke dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan bagi
masyarakat karena dianggap sebagai penyakit yang mematikan dari 10 jenis
penyakit mematikan yang masuk dalam daftar data Riskesdas pada tahun
2007. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang
di seluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian
sebanyak 5 juta orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang
permanen. Prevalensi stroke di Indonesia sendiri ditemukan sebesar 8.3 per
1000 penduduk yang menderita stroke atau sebesar 8.3%.
39 Universitas Indonesia
merupakan akibat lanjut dari respon kehilangan dan berduka yang dirasakan
oleh seseorang yang baru mengalami stroke. Pada klien yang penulis kelola,
ternyata klien yang mengalami masalah berduka tidak mengalami tahap
depresi. Pada awal pengkajian, penulis menemukan klien sudah dalam tahap
tawar menawar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
memberikan saran terkait hasil pemberian asuhan keperawatan berduka
situasional pada klien yang mengalami stroke sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Deiner, E., & Lucas, R.E. (2000). Handbook of emotions. New York: Guilford.
DepKes RI. (2008). Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan
Litbangkes DepKes RI.
Dunn, Elswatte, and Elliot (2009). Grief and its manifestations. Nursing Standard.
Vol.18, No. 45, 45-51.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fredickson, et al, (2000). Motivation and emotion. New York: American Scientist.
Hilari., et al. (2010). Psychological distress after stroke and aphasia: the first six
months. Medical Sciences, Sage Publication Group. Vol.24, No.2, 181-190.
42 Universitas Indonesia
Lanreville, Philippe., et al. (2009). The role of activity restriction in post stroke
depressive symptoms. American Psychological Association. Vol.54, No.3,
315-322.
Moyle, W.P., & Hogan, N.S. (2006). Grief theories and models applications to
hospice nursing practice. Journal Of Hospice And Palliative Nursing.
Vol.10, No.6.
Price, Sylvia A., & Wilson, L.M. (2003). Patofisiologi: Konsep klinis proses-
proses penyakit. (Edisi ke-6). Jakarta: EGC.
Seale., et al. (2010). Change in positive emotion and recovery of functional status
following stroke. Rehabilitation Psychology. Vol.55, No.1: 33-39.
Stroke Association. (2008). Risk factors for stroke and type of stroke in persons
with isolated systolic hypertension. Journal of The American Heart
Association. Vol.29, 1333-1340.
Townend., et al. (2010). Feeling sad and useless: an investigation into personal
acceptance of disability and its association with depression following stroke.
Medical Sciences, Sage Publication Group. Vol.24, No.6, 555-564.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN
B. Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit dengan alasan mengalami kelemahan anggota
badan sebelah kiri. Klien mengatakan ketika bangun pagi merasa lengan dan
tungkai kirinya terasa lemas dan terasa kesemutan. Sekitar jam 11.00 ketika
memasak, lengan dan tungkai kirinya terasa semakin berat dan lemas, klien
mulai sulit berjalan dan wajahnya, terutama bibirnya terlihat tidak simetris.
Jam 13.00 keluarga mengatakan bicara klien sudah mulai pelo, lengan dan
tungkai kiri tidak bisa digerakkan lagi, dan kepala terasa berat sehingga
keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit.
kecuali jika ada keluhan yang dirasakan berat oleh klien. Biasanya klien
hanya mengkonsumsi obat ‘captropil’ yang biasanya dibeli diwarung.
Keluarga juga mengatakan bahwa selain hipertensi, klien juga mengalami
penyakit asam urat sejak dua tahun yang lalu.
: perempuan
: laki-laki
: meninggal
: klien
Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Orang tua klien, yaitu ayahnya
memiliki riwayat stroke dan juga hipertensi. Suami klien, yaitu Bpk M
meninggal 15 tahun yang lalu karena DM. Klien dan suaminya dikaruniai 6
orang anak, 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Saat ini, klien tinggal
bersama anak pertamanya, menantu, dan kedua cucunya.
F. Pengkajian Fisik
2) Tanda-tanda vital:
- Nadi: 88 x/menit
- RR: 22x/menit
- Suhu: 36.7 0 C
- Abdomen
Bentuk abdomen tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri tekan,
peristaltik usus ada, BU 10 x/menit, tidak ada pembesaran masa.
- Genitourinaria dan anus: tidak diperiksa
- Kulit dan kuku
Warna kulit sawo matang, bersih, tidak terdapat lesi, tidak tampak
jaundice, turgor kulit baik.kuku bersih.
- Ekstremitas
Akral hangat, simetris, tidak ada sianosis, CRT < 3 detik, tidak ada
fraktur, kekuatan otot 5555 5555
3333 3333
- Kebersihan diri:
Klien biasanya mandi 2 x sehari. Namun ketika di rawat di rumah sakit,
klien hanya di lap saja oleh keluarganya.
2) Psikologis
- Keadaan emosi:
Saat pertama kali berinteraksi dengan klien, yaitu pada tanggal 7 Mei
2013, klien masih tampak gelisah dan tidak tenang. Raut wajah klien
tampak tegang, nada suara terkadang tampak meninggi ketika
berinteraksi dengan orang lain dan nampak kurang bersabar. Keluarga
mengatakan ketika hari pertama rawat, klien tampak seperti orang yang
mengalami syok dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri serta
sering terlihat bersedih dan menangis.
Klien mengatakan andai saja dirinya menjaga pola makan dan tidak
makan ‘ikan asin’ pada malam harinya mungkin dirinya tidak seperti
saat ini. Klien mengatakan takut tidak dapat kembali seperti dulu lagi
dan tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi. Selain itu, klien juga
mengatakan jika keadaannya seperti ini terus dirinya tidak bisa lagi
menjaga warung, memasak, menjaga cucu-cucunya dan mengikuti
pengajian seperti biasanya.
3) Sosial
- Dukungan keluarga:
Klien mengatakan saat ini dirinya tinggal bersama anak pertamanya,
menantu dan kedua cucunya. Menurutnta, dukungan terbesar berasal
dari keluarga, terutama anak-anaknya, mulai dari anak pertama hingga
anak terakhirnya. Klien mengatakan setiap hari anak-anaknya yang
berada di satu kota selalu bergantian menunggu dirinya di rumah sakit,
hanya anak kelima dan keenam saja yang belum menjenguknya karena
rumahnya berada di luar kota.
- Hubungan keluarga:
Klien mengatakan hubungan antar keluarga cukup baik dan akur.
Sangat jarang sekali anak-anaknya terlibat percekcokan atau
perselisihan. Menurut klien, meskipun dirinya jarang bertemu dengan
kesemua anaknya, tetapi komunikasi tetap berjalan lancar.
- Hubungan dengan oran lain:
Klien mengatakan dirinya tetap aktif mengikuti pengajian. Dalam
seminggu, dirinya bisa aktif mengikuti pengajian 3-4 kali. Klien
mengatakan senang mengikuti pengajian karena selain menambah ilmu
agama, juga dapat menambah teman, meningkatkan tali persaudaraan
dan silaturahmi. Hal ini terlihat saat klien di rawat di rumah sakit,
banyak teman-teman dan tetangga kline datang menjenguk klien secara
bergantian.
H. Data Penunjang
1) Pemeriksaan EKG:
Hasil: normal sinus rhtym
HEMATOLOGI
4. Hematokrit 40 %
KIMIA DARAH
1. SGOT 25 U/L
2. SGPT 26 U/L
ANALISA DATA
TUM: Klien TUK 1: Klien Setelah 3x interaksi, klien Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya yang baik
dapat dapat membina menunjukkan tanda-tanda menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar yang kuat bagi klien
melewati hubungan saling percaya kepada perawat : terapeutik: dalam mengekspresikan perasaannya.
tahapan proses percaya dengan 1. Klien dapat berinteraksi secara 1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Menunjukkan keramahan dan sikap
berduka yang perawat. aktif dengan perawat, yang verbal maupun non verbal; bersahabat;
adaptif. ditunjukkan dengan: 2. Perkenalkan nama, nama panggilan 2. Agar klien tidak ragu kepada
- Ekspresi wajah perawat dan tujuan perawat perawat;
bersahabat berkenalan;
- Menunjukkan rasa senang 3. Tanyakan nama lengkap dan nama 3. Menunjukkan bahwa perawat ingin
- Ada kontak mata panggilan yg disukai klien; kenal dengan klien;
- Mau berjabat tangan 4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati 4. Agar klien percaya kepada perawat;
- Mau menyebutkan nama janji setiap berinteraksi dengan
- Mau duduk berdampingan klien;
dengan perawat 5. Tunjukkan sikap empati dan 5. Penerimaan yang sesuai dengan
- Bersedia mengungkapkan menerima klien apa adanya; keadaan yang sebenarnya dapat
masalah yang dihadapi meningkatkan keyakinan pada
keluarga serta merasa adanya suatu
pengakuan.
6. Tanyakan perasaan klien dan 6. Perhatian yang diberikan dapat
masalah yang dihadapi klien. meningkatkan harga diri klien.
TUK 2: Klien Setelah 3x interaksi, klien 1. Tunjukkan sikap menerima sehingga 1. Ungkapan perasaan dapat
mampu mampu: klien tidak takut mengungkapkan meringankan beban klien;
mengungkapkan 1. Mengungkapkan perasaan perasaannya secara terbuka tentang
perasaan yang dialaminya saat kehilangan. Dukung reaksi berduka
kehilangan akan kehilangan orang yang klien yang adaptif;
orang yang dicintainya; 2. Identifikasi bersama klien apa yang 2. Pengetahuan yang diterima tentang
dicintai dengan 2. Mengekspresikan dirasakan saat kehilangan salah satu perasaan yang berhubungan konsep
cara yang perasaannya akan proses fungsi tubuh. kehilangan dapat membantu
positif. kehilangan dengan aman. meringankan perasaan bersalah yang
menghasilkan respon tersebut.
TUK 3 : Klien Setelah 3x interaksi, klien 1. Jelaskan pada klien tentang konsep 1. Menghentikan presepsi idealis klien
mengetahui mampu kehilangan, yaitu : dan agar klien mampu menerima
tahapan proses 1. Menyebutkan konsep - Menyangkal, jelaskan manfaat aspek positif dan negatif dari konsep
berduka. yang kehilangan; tahap menyangkal klien, jangan kehilangan.
TUK 4: Klien Setelah 3x interaksi, klien dapat 1. Identifikasi bersama klien arti 1. Klien tidak mangalami proses
dapat menyebutkan arti kehilangan dan kehilangan. Tanyakan apa yang berduka yang berkepanjangan dan
menggambarkan hikmah yang dapat dipetik. diharapkan klien terhadap peristiwa disfungsional;
arti kematian ini;
atau kehilangan. 2. Identifikasi bersama klien hikmah 2. Menambah kekuatan klien dalam
yang dapat diambil dari peristiwa menghadapi kenyataan ini.
ini.
TUK 5:Klien Setelah 3x interaksi, klien dapat 1. Identifikasi bersama klien faktor- 1. Membantu klien menemukan koping
dapat menyebutkan faktor-faktor yang faktor yang mengancam yang adaptif untuk menghadapi
menggunakan mengancam penyelesaian proses penyelesaian proses berduka: proses berduka klien.
koping yang berduka - Ketergantungan kepada orang
adaptif dalam lain;
menghadapi - Konflik yang tidak teratasi;
proses berduka. - Sistem pemdukung tidak
adekuat;
- Jumlah kehilangan sebelumnya;
- Kesehatan fisik dan psikologis
klien.
TUK 6 : Setelah 3x interaksi, Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien mengenai 1. Membantu klien untuk mengambil
Klien dapat menyebutkan cara menerima cara menghadapi musibah dengan hikmah dari setiap kejadian sehingga
menyebutkan kehilangan dengan ikhlas : ikhlas : mampu menerima kehilangan dengan
cara kehilangan 1. Mendekatkan diri kepada - Mendekatkan diri kepada Tuhan ikhlas.
dengan ikhlas. Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Esa, melalui;
melalui; perbanyak sholat perbanyak sholat sunnah,
sunnah, membaca al-qur an, membaca Al-Qur’an, berdoa,
berdoa, beristighfar, beristighfar, bersholawat,
membaca buku-buku agama; membaca buku-buku agama;
2. Mengidentifikasi hikmah - Mengidentifikasi hikmah dari
dari peristiwa ini. peristiwa ini seperti klien
TUK 7:Klien Setelah 3x interaksi, klien dapat 1. Libatkan keluarga sebagai sistem 1. Keluarga merupakan support system
dapat menggunakan sistem pendukung pendukung klien dalam menghadapi yang dapat memberi kekuatan dan
menggunakan yang ada. proses berduka dengan cara: dukungan klien dalam menghadapi
sistem - Dukung reaksi berduka keluarga proses berduka.
pendukung yang yang adaptif;
ada. - Identifikasi dan tekankan
kekuatan yang dimiliki keluarga;
- Dukung privasi keluarga untuk
saling menceritakan perasaan
berduka satu sama lain;
- Dukung keluarga untuk
menemani dan menasehati klien;
- Identifikasi lembaga-lembaga
yang dapat membantu misalnya,
majlis ta’lim, asuransi, dan
sebagainya.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP)
Rabu, Kerusakkan perfusi jaringan Mandiri: Subjektif:
8 Mei 2013 serebral 1. Mengkaji tingkat kesadaran dan GCS - Klien mengatakan mual dan rasa ingin muntah mulai
klien; berkurang;
Pukul: DS: 2. Mengevaluasi pupil dan ukuran bentuk - Klien mengatakan pusing sedikit berkurang.
08.00-08.15 WIB - Klien mengatakan kesamaan serta reaksi terhadap cahaya;
12.00-12.15 WIB kepala masih sering 3. Memberikan penjelasan kepada klien Objektif:
terasa pusing. dan keluarga tentang sebab-sebab - Tingkat kesadaran klien CM, GCS 15 dengan verbal afasia;
gangguan perfusi jaringan otak dan - TTV: TD=160/100 mmHg, Nadi=80 x/menit,
DO: akibatnya; RR=22x/menit, Suhu=36.5°C;
- Tingkat kesadaran CM; 4. Mengobservasi dan mencatat tanda- - Pupil isokor, diameter pupil 2/2, reflek terhadap cahaya +/+;
- GCS: 15, dengan verbal tanda vital dan peningkatan tekanan - Posisi kepala klien tampak lebih tinggi (200);
afasia; intrakranial tiap dua jam, - Klien tampak terpasang nasal kanul dengan aliran O2 2
- Tanda-tanda vital mengobservasi keluhan muntah; L/menit.
menunjukkan tekanan 5. Memberikan posisi kepala lebih tinggi
darah 180/110 mmHg, 15-30 dengan letak jantung (beri bantal Analisa:
nadi 88 x /menit, tipis); Masalah kerusakkan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian
DO: Planning:
- Ekspresi wajah klien u/ perawat
tampak murung; - Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien;
- Klien tampak tidak - Identifikasi bersama klien arti kehilangan;
bersemangat; - Identifikasi bersama klien hikmah yang dapat diambil dari
- Klien tampak sering peristiwa kehilangan ini;
menyalahkan diri sendiri; - Identifikasi bersama klien faktor-faktor yang mengancam
- Klien tampak gelisah dan penyelesaian proses berduka.
tidak tenang. u/ klien
- Ungkapkan perasaan yang mengganjal pada keluarga atau
orang yang dipercaya.
Hari ke-2
Planning:
u/ perawat
- Berikan dan motivasi latihan ROM secara teratur;
- Pantau adanya luka dekubitus pada klien;
- Bantu pemenuhan ADL klien.
u/ klien
- Latihan ROM secara mandiri sesuai jadwal;
- Ubah posisi tidur tiap 2 jam;
- Tingkatkan aktivitas ditempat tidur.
Jum’at, Berduka situasional 1. Mempertahankan hubungan saling Subjektif:
10 Mei 2013 percaya dengan klien; - Klien mengatakan masih mengingat nama perawat dan
DS: 2. Menunjukkan sikap menerima mengingat kontrak yang sudah disepakati;
Pukul: - Klien mengatakan sudah sehingga klien tidak takut - Klien mengatakan makna kehilangan adalah mensyukuri
09.00-09.30 WIB mulai menerima mengungkapkan perasaannya secara apa yang masih ada pada dirinya;
keadaannya saat ini terbuka tentang kehilangan; - Klien mengatakan hikmah dibalik semua kejadian yang
meskipun terkadang masih 3. Mengidentifikasi bersama klien arti menimpanya adalah harus lebih menyayangi tubuhnya dan
dibayang-bayangi rasa kehilangan; tidak menyia-nyiakan apa yang telah diberikan Tuhan
penyesalan; 4. Mengidentifikasi bersama klien kepadanya untuk kedepannya;
- Keluarga mengatakan hikmah yang dapat diambil dari - Klien mengatakan mensyukuri keadaannya ternyata lebih
klien sudah lebih terbuka peristiwa kehilangan ini; baik dari hari ke hari dari yang dia bayangkan sebelumnya.
dan mulai mau bercerita 5. Mengidentifikasi bersama klien faktor-
dengan keluarga. faktor yang mengancam penyelesaian Objektif:
proses berduka. - Ekspresi wajah klien tampak lebih cerah;
Hari ke-3
Planning:
u/ perawat
- Observasi TTV dan tanda-tanda peningkatan TIK tiap 4jam;
- Pertahankan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak
jantung (beri bantal tipis);
Analisa:
Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
Planning:
u/ perawat
- Berikan dan motivasi latihan ROM secara teratur;
- Bantu pemenuhan ADL klien.
u/ klien
- Latihan ROM secara mandiri sesuai jadwal;
- Ubah posisi tidur tiap 2 jam;
- Tingkatkan aktivitas ditempat tidur.
Sabtu, Berduka situasional 1. Mempertahankan hubungan saling Subjektif:
11 Mei 2013 percaya dengan klien; - Klien mengatakan masih mengingat nama perawat dan
DS: 2. Menunjukkan sikap menerima klien mengingat pertemuan yang sudah dijanjikan sebelumnya;
Pukul: - Klien mengatakan sangat ketika berinteraksi dengan klien; - Klien mengatakan merasa senang karena banyak yang
09.30-10.00 WIB mensyukuri dirinya masih 3. Mengidentifikasi bersama klien memperhatikan dirinya sehingga membuat dirinya menjadi
diberi umur panjang mengenai cara menghadapi musibah lebih bersemangat lagi;
meskipun dirinya harus dengan ikhlas; - Klien mengatakan cara menghadapi musibah dengan ikhlas
mengalami kehilangan 4. Memotivasi keluarga untuk selalu adalah dengan terus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
salah satu fungsi memberikan support atau dukungan Maha Esa dengan tetap menjalankan kewajiban sebagai
tubuhnya; kepada klien karena keluarga seorang muslim, memperbanyak sholat sunnah, membaca
- Keluarga mengatakan merupakan salah satu sistem Al-Qur an, berdoa, beristighfar, dan senantiasa bersholawat;
klien sudah lebih ceria dan pendukung klien agar klien dapat - Klien mengatakan sudah mulai menyadari bahwa apa yang
lebih terbuka dan mulai menghadapi proses berduka dengan menimpanya saat ini merupakan takdir Tuhan yang harus
mau bercerita dengan baik; diterimanya dengan ikhlas;
keluarga. Apalagi setelah 5. Memberikan informasi terhadap - Anak-anak klien mengatakan akan selalu bergantian
semua anaknya sudah keluarga tentang apa yang harus menemani klien di rumah nantinya dan akan terus
datang menjenguknya. dilakukan keluarga untuk mencegah menyemangati klien agar cepat sembuh.
dampak lebih lanjut terjadinya proses
berduka berulang pada klien setelah Objektif:
DO: keluar dari rumah sakit. - Ekspresi wajah klien tampak cerah dan mulai tersenyum;
- Klien tampak tenang; - Klien tampak lebih bersemangat;
- Ekspresi wajah klien
tampak lebih cerah; Analisa:
- Klien tampak lebih Masalah berduka situasional teratasi
bersemangat;
- Keluarga tampak Planning:
memperhatikan klien. u/ perawat
- Motivasi keluarga untuk terus memberikan dukungan dan
perhatian terhadap klien.
u/ klien
- Ungkapkan perasaan yang mengganjal pada keluarga atau
orang yang dipercaya.
BIODATA MAHASISWA
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Lampung
Agama : Islam
Nomor HP : 085658955589
Email : chie_oww@yahoo.com
rosiana.putri@ui.ac.id
Institusi Tahun
PENGALAMAN ORGANISASI