PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta
sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
harus mencakup aspek jasmani dan kejiwaan disamping spiritual. Untuk itu
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
ini ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam
bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal
salah satunya adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi
masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, dan
1
2
kecerdasan jika ditelusuri adalah akibat langsung ataupun tidak langsung dari
kekurangan gizi,(widoyono,2011).
dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan
lebih. Status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
masa yang rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
berakibat pada kematian. Kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada
kelompok yang rentan gizi, karena pada masa itu merupakan masa peralihan
Kasus gizi buruk yang menimpa anak-anak dibawah lima tahun (balita)
juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 2007 prevalensi anak balita yang
mengalami gizi kurang dan buruk masing-masing 18,4% dan 36,8% sehingga
tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan buruk menurun menjadi masing-masing
17,9% dan 35,6%, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu
(Depkes RI 2010).
Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor yang saling berkaitan satu
yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh,
Faktor penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak atau penyebab
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap dalam kaitannya dengan status gizi pada anak balita
salah satunya dapat dilihat dari kebiasaan yang salah dari ibu terhadap
4
program prioritas yaitu : KB, KIA, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare
dengan sasaran bayi balita dan pasangan usia subur dan ibu hamil (Supariasa,
2009).
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI,
2011).
kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2015, status gizi
kurus 0,39%, kurus 3,43%, normal 92,11% dan gemuk 4,07%. Terdapat 58
Tabel 1.1 Data Status Gizi Balita (0-5 tahun) Berdasarkan BB/TB
Tahun 2015 (Urutan 5 Puskesmas yang Persentasi Status
Gizi Sangat Kurus Tertinggi) di Kabupaten Sukabumi
Jumlah Sangat
No Puskesmas % Kurus %
Balita Kurus
1 Gunung Guruh 3.109 26 0,84 218 7,0
2 Nyalindung 2.337 19 0,81 142 6,1
3 Citarik 2.376 15 1,5 194 5,4
4 Surade 3.326 13 0,40 178 5,5
5 Cisolok 7073 12 0,20 315 5,2
( Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2015)
merupakan urutan pertama persentase status gizi sangat kurus dan kurus di
kurus sebanyak 26 balita (0,84%), kurus 218 balita (7,0%), yang ada di
Gunung Guruh, Desa Cikujang, Desa Kebon Manggu, Desa Sinar Resmi,
Desa Cibentang . Data status gizi balita berdasarkan BB/TB ditiap Desa di
wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh dapat dilihat pada Tabel 1.2
Tabel 1.2 Data Status Gizi Balita (0-5 tahun) Berdasarkan BB/TB
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Guruh Pada Tahun
2015
Jumlah Sangat
No Desa % Kurus %
Balita Kurus
1 Gunung Guruh 799 5 0,62 72 9,0
2 Cikujang 805 15 1,86 44 5,46
3 Kebon Manggu 500 4 0,8 30 6,0
4 Sinar Resmi 681 6 0,9 18 2,64
5 Ci Bentang 324 0 0 21 3,24
( Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Gunung Guruh Tahun 2015)
Guruh. Desa Gunung Guruh adalah Desa yang status gizi sangat kurus dan
kurus balitanya dari keseluruhan kasus gizi sangat kurus di wilayah kerja
Puskesmas Gunung Guruh. Data dari tabel diatas status gizi sangat kurus
konsep yang diuji cobakan dalam membuat status gizi balita meningkat
ini bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50%,
7
bahkan lebih. Hal ini terbukti pada awal penelitian terdapat 90.6% anak
dengan status gizi kurang dan 9.4% anak dengan status gizi buruk, dan pada
akhir penelitian didapatkan hasil yaitu tidak ada lagi anak balita dengan status
gizi buruk, sedangkan balita dengan status gizi kurang turun menjadi 45.3%.
pemanfaatan Posyandu dan tentang status gizi yang harus dilakukan oleh ibu
balita.
tepatnya Rw 01, dengan cara wawancara pada 10 ibu yang mempunyai balita,
Pemanfaatan
Status Gizi BB/TB
Usia Jenis BB TB Posyandu
No
(bulan) kelamin (Kg) (cm) Sangat
Kurus Normal Gemuk
Kurus
1 9 P 7,6 69
+
2 33 L 13 94 +
3 57 P 16 99 +
4 48 P 15 98 +
5 27 P 15 88 -
6 56 P 15,8 99 +
7 59 L 14,9 103 +
8 23 L 8,6 78 -
9 41 L 9,5 72 -
10 28 P 9 87 -
gizi balitanya, 1 balita memiliki status gizi gemuk, 2 balita memiliki status
gizi kurus, dan 1 balita memiliki status gizi sangat kurus dan kunjungan
dengan status gizi balitanya normal dan konjungan posyandu rutin. Dilihat
dari jarak tempuh ke posyandu, 4 dari 10 ibu balita mempunyai jarak tempuh
posyandu ±200 meter dan 2 dari 10 ibu balita mempunyai jarak tempuh ±600
meter. Dilihat dari tingkat pendidikan dari 10 ibu balita, 7 berpendidikan SD,
9
2 berpendidikan SMP dan 1 berpendidikan SMA. Dilihat dari aspek social ibu
balita, 6 dari 10 ibu mempunyai interaksi social yang baik, sedangkan 4 ibu
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Sikap Ibu dalam Pemanfaatan
Posyandu dengan Status Gizi Balita di Desa Gunung Guruh Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan status gizi balita desa Gunung Guruh wilayah kerja Puskesmas
D. Kegunaan Penelitian
1. Untuk Peneliti
2. Bagi Puskesmas
E. Kerangka Pemikiran
penelitian.
antara konsumsi, penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi yang dibedakan
anara satus gizi baik, kurang dan buruk. Balita merupakan masa yang rawan
banyak aspek di kemudian hari setelah dewasa bahkan dapat berakibat pada
kematian. Kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada umur tersebut, anak
mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk kelompok yang rentan gizi,
karena pada masa itu merupakan masa peralihan dan mulai mengikuti pola
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah sikap
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
pada suatu objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian
normal.
yang mempengaruhi status gizi balita yaitu salah satunya adalah sikap. Sikap
dalam kaitannya dengan status gizi pada anak balita adalah sikap ibu dalam
Keterangan:
: Hubungan
F. Hipotesis
13
penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan sikap ibu dalam
Bentuk hipotesis :
H0: Tidak ada hubungan antara sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu
Kabupaten Sukabumi.
H1: Ada hubungan antara sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan
Sukabumi.