Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan

sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta

sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang

mempunyai derajat kesehatan yang tinggi. Pembangunan manusia seutuhnya

harus mencakup aspek jasmani dan kejiwaan disamping spiritual. Untuk itu

pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat,

cerdas dan produktif (Adisasmito, 2010).

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat Indonesia seperti

ini ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang

bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal

diseluruh wilayah Indonesia (Adisasmito, 2010).

Upaya yang cukup penting terhadap peningkatkan derajat kesehatan

salah satunya adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi

masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan

produktivitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, dan

menurunnya daya kerja fisik terganggunya perkembangan mental dan

1
2

kecerdasan jika ditelusuri adalah akibat langsung ataupun tidak langsung dari

kekurangan gizi,(widoyono,2011).

Menurut Supriasa, (2009) Gizi (Nutrition) adalah proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan

lebih. Status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Almatsier, 2006). Periode bawah lima tahun (balita) merupakan

masa yang rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat

menentukan banyak aspek di kemudian hari setelah dewasa bahkan dapat

berakibat pada kematian. Kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada

umur tersebut, anak mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk

kelompok yang rentan gizi, karena pada masa itu merupakan masa peralihan

dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa.

Kasus gizi buruk yang menimpa anak-anak dibawah lima tahun (balita)

juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 2007 prevalensi anak balita yang

mengalami gizi kurang dan buruk masing-masing 18,4% dan 36,8% sehingga

Indonesia termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90%

kontribusi masalah gizi dunia (UN-SC on Nutrition 2008). Walaupun pada


3

tahun 2010 prevalensi gizi kurang dan buruk menurun menjadi masing-masing

17,9% dan 35,6%, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu

mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah terpencil,

(Depkes RI 2010).

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat

namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

dan pelayanan kesehatan saja. Terdapat banyak faktor penyebab timbulnya

masalah gizi oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan

berbagai sektor yang terkait (Supariasa, 2009).

Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor yang saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi,

yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh,

konsumsi makan yang kurang yang akhirnya berdampak pada kematian.

Faktor penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak atau penyebab

infeksi. Faktor penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,

pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor

penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan, keterampilan, prilaku dan sikap (Adisasmito, 2010).

Faktor penyebab tidak langsung yang mempengaruhi gizi adalah sikap.

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap dalam kaitannya dengan status gizi pada anak balita

salah satunya dapat dilihat dari kebiasaan yang salah dari ibu terhadap
4

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berperan dalam usaha perbaikan

gizi( Notoatmodjo, 2012).

Dengan adanya kesenjangan status gizi pada balita, maka pemerintah

Indonesia berupaya untuk memperbaiki kesenjangan status gizi pada balita

dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan berupa pos pelayanan terpadu

atau sering dikenal dengan Posyandu (Hasan, 2013).

Usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang dilakukan selama ini

dititikberatkan pada penggunaan pesan-pesan gizi sederhana melalui kegiatan

yang dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri Kegiatan tersebut dipusatkan

diposyandu yang merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) yang paling memasyarakat dewasa ini. Posyandu yang meliputi 5

program prioritas yaitu : KB, KIA, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare

dengan sasaran bayi balita dan pasangan usia subur dan ibu hamil (Supariasa,

2009).

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan kesehatan dasar

untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI,

2011).

Posyandu merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang

bersentuhan langsung dengan masyarakat, sebaiknya Posyandu digiatkan


5

kembali seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi

permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Sikap ibu dalam

pemanfaatan Posyandu tentu berpengaruh pada keadaan status gizi anak

balitanya. Karena salah satu tujuan Posyandu adalah memantau peningkatan

status gizi masyarakat terutama balita.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2015, status gizi

balita berdasarkan BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) menurut

WHO 2005 (World Health Organization), menunjukan status gizi sangat

kurus 0,39%, kurus 3,43%, normal 92,11% dan gemuk 4,07%. Terdapat 58

Puskesmas di Kabupaten Sukabumi, yang menempati 5 besar persentase

tertinggi Puskesmas dengan status gizi sangat kurus berdasarkan hitungan

BB/TB di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Status Gizi Balita (0-5 tahun) Berdasarkan BB/TB
Tahun 2015 (Urutan 5 Puskesmas yang Persentasi Status
Gizi Sangat Kurus Tertinggi) di Kabupaten Sukabumi

Jumlah Sangat
No Puskesmas % Kurus %
Balita Kurus
1 Gunung Guruh 3.109 26 0,84 218 7,0
2 Nyalindung 2.337 19 0,81 142 6,1
3 Citarik 2.376 15 1,5 194 5,4
4 Surade 3.326 13 0,40 178 5,5
5 Cisolok 7073 12 0,20 315 5,2
( Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi tahun 2015)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa Puskesmas Gunung Guruh

merupakan urutan pertama persentase status gizi sangat kurus dan kurus di

Kabupaten Sukabumi berdasarkan hitungan BB/TB. Jumlah balita yang sangat

kurus sebanyak 26 balita (0,84%), kurus 218 balita (7,0%), yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh. Puskesmas Gunung Guruh berada di


6

wilayah Kecamatan Gunung Guruh dan mempunyai 5 desa yaitu Desa

Gunung Guruh, Desa Cikujang, Desa Kebon Manggu, Desa Sinar Resmi,

Desa Cibentang . Data status gizi balita berdasarkan BB/TB ditiap Desa di

wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Data Status Gizi Balita (0-5 tahun) Berdasarkan BB/TB
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Guruh Pada Tahun
2015

Jumlah Sangat
No Desa % Kurus %
Balita Kurus
1 Gunung Guruh 799 5 0,62 72 9,0
2 Cikujang 805 15 1,86 44 5,46
3 Kebon Manggu 500 4 0,8 30 6,0
4 Sinar Resmi 681 6 0,9 18 2,64
5 Ci Bentang 324 0 0 21 3,24
( Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Gunung Guruh Tahun 2015)

Berdasarkan Tabel 1.2 dari 5 Desa di wilayah kerja Puskesmas Gunung

Guruh. Desa Gunung Guruh adalah Desa yang status gizi sangat kurus dan

kurus balitanya dari keseluruhan kasus gizi sangat kurus di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Guruh. Data dari tabel diatas status gizi sangat kurus

sebanyak 5 balita (0,62%), kurus sebanyak 72 balita (9,0%).

Puslitbang Gizi Bogor (2007), menyebutkan ada enam tahap dalam

konsep yang diuji cobakan dalam membuat status gizi balita meningkat

melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang, Banten. Pertama

pengorganisasian masyariakat, kedua pelatihan, ketiga penimbangan balita,

keempat penyuluhan gizi, kelima pemberian makanan tambahan, dan keenam

penggalangan dana. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa konsep

ini bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50%,
7

bahkan lebih. Hal ini terbukti pada awal penelitian terdapat 90.6% anak

dengan status gizi kurang dan 9.4% anak dengan status gizi buruk, dan pada

akhir penelitian didapatkan hasil yaitu tidak ada lagi anak balita dengan status

gizi buruk, sedangkan balita dengan status gizi kurang turun menjadi 45.3%.

Peran perawat menurut Effendi dan Makhfudli (2009) perawat minimal

dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan

keperawatan, pendidik atau penyuluhan kesehatan, penemu kasus,

penghubung, dan koordinator, pelaksana konseling dan model peran (role

mode). Peran perawat komunitas adalah sebagai pendidik serta pelaksana

konseling keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan peran tersebut perawat diharapkan dapat memberikan

pemahaman dan mendukung individu, keluarga dan masyarakat dalam

pemanfaatan Posyandu dan tentang status gizi yang harus dilakukan oleh ibu

balita.

Hasil study pendahuluan yang dilakukan di Desa Gunung Guruh

tepatnya Rw 01, dengan cara wawancara pada 10 ibu yang mempunyai balita,

dapat diliihat pada Tabel 1.3.


8

Tabel 1.3 Studi Pendahuluan Pemanfaatan Posyandu dan Status gizi


balita berdasarkan TB/BB

Pemanfaatan
Status Gizi BB/TB
Usia Jenis BB TB Posyandu
No
(bulan) kelamin (Kg) (cm) Sangat
Kurus Normal Gemuk
Kurus
1 9 P 7,6 69 
+
2 33 L 13 94  +

3 57 P 16 99  +

4 48 P 15 98  +

5 27 P 15 88  -

6 56 P 15,8 99  +

7 59 L 14,9 103  +

8 23 L 8,6 78  -

9 41 L 9,5 72  -

10 28 P 9 87  -

Berdasarkan Tabel 1.3, menunjukan bahwa dari 10 ibu yang

mempunyai balita, 4 dari 10 ibu pemanfaatan Posyandu negatif dengan status

gizi balitanya, 1 balita memiliki status gizi gemuk, 2 balita memiliki status

gizi kurus, dan 1 balita memiliki status gizi sangat kurus dan kunjungan

posyandu tidak rutin. Sedangkan 6 dari 10 ibu pemanfaatan Posyandu positif

dengan status gizi balitanya normal dan konjungan posyandu rutin. Dilihat

dari jarak tempuh ke posyandu, 4 dari 10 ibu balita mempunyai jarak tempuh

ke posyandu ± 300 meter, 4 dari 10 ibu balita mempunyai jarak tempuh ke

posyandu ±200 meter dan 2 dari 10 ibu balita mempunyai jarak tempuh ±600

meter. Dilihat dari tingkat pendidikan dari 10 ibu balita, 7 berpendidikan SD,
9

2 berpendidikan SMP dan 1 berpendidikan SMA. Dilihat dari aspek social ibu

balita, 6 dari 10 ibu mempunyai interaksi social yang baik, sedangkan 4 ibu

mempunyai interaksi social yang kurang dengan masyarakat yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Sikap Ibu dalam Pemanfaatan Posyandu dengan

Status Gizi balita di Desa Gunung Guruh Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Sikap Ibu dalam Pemanfaatan

Posyandu dengan Status Gizi Balita di Desa Gunung Guruh Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan sikap ibu dalam

pemanfaatan posyandu dengan status gizi Balita di Desa Gunung Guruh

wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran tentang sikap ibu dalam pemanfaatan

Posyandu di Desa Gunung Guruh wilayah kerja Puskesmas Gunung

Guruh Kabupaten Sukabumi.


10

b. Mengidentifikasi gambaran tentang status gizi balita Desa Gunung

Guruh wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi.

c. Mengidentifikasi hubungan sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu

dengan status gizi balita desa Gunung Guruh wilayah kerja Puskesmas

Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi.

D. Kegunaan Penelitian

1. Untuk Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pengalaman baru mengenai hubungan sikap ibu dalam pemanfaatan

posyandu dengan status gizi balita.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna untuk mengembangkan program atau masukan tentang masalah

gizi dan posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

lembaga pendidikan agar dapat merencanakan kegiatan pendidikan, dalam

lingkup ilmu kesehatan masyarakat khususnya bidang gizi kesehatan

masyarakat sehingga lulusan mahasiswa keperawatan diharapkan mampu

memberikan kontribusinya dalam pelayanan kesehatan.


11

E. Kerangka Pemikiran

Menurut Riduwan (2010), kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran

dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah

penelitian.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari keseimbangan

antara konsumsi, penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi yang dibedakan

anara satus gizi baik, kurang dan buruk. Balita merupakan masa yang rawan

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat menentukan

banyak aspek di kemudian hari setelah dewasa bahkan dapat berakibat pada

kematian. Kekurangan gizi terjadi pada balita, karena pada umur tersebut, anak

mengalami pertumbuhan yang pesat dan termasuk kelompok yang rentan gizi,

karena pada masa itu merupakan masa peralihan dan mulai mengikuti pola

makan orang dewasa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah sikap

ibu dalam pemanfaatan posyandu. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak

pada suatu objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.


12

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Ibu yang mempunyai sikap

positif terhadap posyandu, cenderung akan rutin membawa anaknya ke

posyandu, begitupun sebaliknya. Seghingga ibu balita yang mempunyai sikap

positif terhadap pemanfaatan posyandu, cenderung status gizi balitanya

normal.

Kerangka pemikiran dalam penelitian yang akan diteliti adalah faktor

yang mempengaruhi status gizi balita yaitu salah satunya adalah sikap. Sikap

dalam kaitannya dengan status gizi pada anak balita adalah sikap ibu dalam

pemanfaatan posyandu. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan

kerangka pemikiran sebagai berikut.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Sikap Ibu Dalam


Pemanfaatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di
Desa Gunung Guruh Wilayah Kerja Puskesmas
Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi.

Sikap ibu dalam Status gizi Balita


pemanfaatan posyandu

Keterangan:

: Faktor yang di teliti

: Hubungan

F. Hipotesis
13

Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil

penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau

ditolak (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada hubungan sikap ibu dalam

pemanfaatan posyandu dengan status gizi balita di Desa Gunung Guruh

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi”.

Bentuk hipotesis :

H0: Tidak ada hubungan antara sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu

dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh

Kabupaten Sukabumi.

H1: Ada hubungan antara sikap ibu dalam pemanfaatan posyandu dengan

status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Gunung Guruh Kabupaten

Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai