Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL REVIEW

Konsep dan Pengertian Etika


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Pemerintahan
Dosen pengampu :
Bpk. Yeby Ma’asan Mayrudin, M.A

Kelompok 3 (B)
Disusun Oleh :
Aliyah (6670190107)
Erika Nanda Putri (6670190120)
Sofiatun Solihah ( 6670190108)

3B Ilmu Pemerintahan

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Pemerintahan
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang bertemakan tentang Penafsiran
Etika Pemerintahan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Mata kuliah Etika Pemerintahan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang adanya penafsiran mengenai etika,
sejarah kemunculan etika macam-macam etika dan objek etika. Terutama untuk mahasiswa
yang mengambil ilmu pemerintahan sebagai bentuk pemahaman mengenai etika. Tentunya
Kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yeby Ma’asan Mayrudin, M.A
selaku Dosen Mata Kuliah Etika Pemerintahan, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah bekerja sama
dalam membantu untuk membuat makalah ini . Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya
yang sangat besar sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Etika Pemerintahan tepat
pada waktunya.

Serang, 25 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………….
BAB II KAJIAN TEORI……………………………………………………………………….
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Etika dan Etika Pemerintahan………………………………………………
3.2 Sejarah Etika…………………………………………………………………………..
3.3 Macam – Macam Etika……………………………………………………………….
3.4 Objek Etika……………………………………………………………………………...
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..
4.2 Saran…………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika merupakan cabang filsafat mencakup pembenaran pada filosofis dan moral.
Etika selalu berkenaan dengan moralitas yang diperlukan dilingkungan masyarakat guna
dijadikan panduan untuk bertindak. Menurut kedua buku ini memiliki kesamaa dimana
kedua buku memberikan pengertian bahwa etika memberikan pembelajaran yang benar
dan yang salah ketika manusia berperilaku. Dilihat dari maksudnya saja memiliki
pemahaman yang sempit terkait makna etika, dikarenakan pengajaran hanya
memfokuskan kepada tindakan baik atau buruk seseorang.
Pemerintahan menerapkan sebuah kode etik yang digunakan oleh Aparatur Negeri
Sipil guna mencerminkan etika yang baik. Setiap indvidu dalam segi kehidupan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi keadaan disekitar lingkungan. Dalam
berorganisasi maupun dalam satuan instansi lembaga pemerintah, hal ini menjadi poin
yang sangat penting karena menjadi pondasi dan dasar utama yang dimiliki oleh
seseorang sejak lahiriah dan ditempatkan dalam suatu lingkungan. Selain itu hal ini pun
menjadi sangat penting karena menyadarkan kita akan pentingnya beretika bagi
kehidupan bangsa dan kesejahteraan warga Negara Indonesia.
Suatu sistem pemerintahan tercipta karena adanya etika yang terbangun dalam diri
setiap individu yang menjabat sebagai pegawai pemerintah, etika menjadi panduan
dikarenakan arahnya tidak keluar dari landasan hukum atau norma-norma yang sudah ada
di dalamnya. Fenomena seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme serta segala bentuk
pelanggaran yang telah memasuki level kelas tinggi yaitu di kalangan pejabat Negara,
membuat kami semangat untuk membahas lebih dalam dari makna etika pemerintahan.
Dengan menjabarkan bagaimana sejarah dari etika akan mengetahui macam-macam etika
pemerintahan, bahkan objek sasaran yang ada dalam etika memberikan sebuah deskripsi
atau gambaran isi dari pembahasan yang akan dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Etika dan Etika Pemerintahan?
2. Bagaimana Sejarah Etika?
3. Sebutkan Macam – Macam Etika?
4. Apa saja objek Etika?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
- Mampu menjelaskan makna dari etika.
- Mampu mendeskripsikan sejarah singkat awal kemuncuan etika dalam kehidupan
serta lingkungan yang berorganisasi.
- Mampu menyebutkan apa saja macam-macam etika yang ada.
- Mengetahui apa objek sasaran dalam bertika.
BAB II
KAJIAN TEORI

Dalam menjelaskan konsep dari etika tentu saja akan mendapatkan beberapa
pandangan yan berbagai macam, bahkan terkadang pemahaman dari para tokoh ini ada
saja yang memberikan kesalahpahaman pembaca dalam memahami makna yang
sebenarnya dari etika. Terdapat beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli
yang memungkinkan kita mampu membuka mata mengenai pemahaman makna etika
yang sebenarnya . Etika berasal dari Bahasa Yunani “Ethos” yang memiliki arti sebuah
tempat tinggal, kebiasaan, adat, akhlak seseorang, watak, perasaan, sikap, hingga cara
berpikir manusia mengartikan baik dan buruk. (Bertens 2001;4. Van Ness 2010;14).
Etika merupakan cabang filsafat mencakup pembenaran pada filosofis dan moral.
Etika selalu berkenaan dengan moralitas yang diperlukan dilingkungan masyarakat guna
dijadikan panduan untuk b Suseno (1994) dalam Eko Handoyo menjelaskan bahwa etika
terbagi menjadi 2 yaitu:
 Etika umum yang membahas tentang dasar-dasar yang berlaku bagi setiap individu
manusia.
 Etika khusus yang membahas dasar-dasar tersebut dalam berbagai lingkup hidup serta
hubungannya dengan kewajiban manusia.
Menurut Eko Handoyo (2017) dalam bukunya yang berjudul “Etika Politik”
menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia yang telah menjadi bagian dari individu
digolongan masyarakat tentunya memerlukan adanya norma yang mengatur dan
menentukan sikap serta perilaku yang dilakukan dalam bermasyarakat, penjelasan
tersebut yang dapat dipahami sebagai maksud dari etika sosial.
Sedangkan menurut Sumaryadi dalam Ismail (2017) yang terdapat pada bukunya
dengan judul “Etika Pemerintahan” memberikan sebuah pemahaman yang berbeda
dengan tokoh ahli sebelumnya, beliau menjelaskan bahwa konsep dari etika merupakan
sebuah kelanjutan dari filsafat moral, karena adanya hubungan etika dengan moralitas
yang diperlukan setiap individu sebagai acuan untuk bertindak.
Dapat diketahui dari beberapa penjelasan diatas, bahwa setiap penulis menyampaikan
gagasan pemikiran mereka terkait apa itu etika, dan dapat ditarik bahwa mereka
mengatakan etika sebagai suatu panduan atau cara menentukan benar atau tidaknya suatu
tindakan perilaku setiap individu dalam keberlangsungan hidup dilingkungan
masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Etika
Secara etimologi kata “etika” berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu Ethos dan Ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang
biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. 1 Istilah
moral berasal dari kata latin yaitu mores, yang merupakan bentuk jama dari mos,
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup. 2
Sedangkan dalam Bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya
budi pekerti. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut tata susila.3
Kebiasaan hidup yang baik ini lalu diabadikan dalam bentuk kaidah, aturan
dan norma yang disebarkan, dipahami dan diajarkan secara lisan dalam
masyarakat. Pada dasarnya kaidah, norma dan aturan ini menyangkut baik dan
buruk perilaku manusia, dan juga berisi tentang perintah yang harus dipatuhi dan
larangan yang harus dihindari.4
Etika selalu diidentikan dengan moral. Namun, meskipun sama-sama
berkaitan dengan baik dan buruknya perilaku manusia, etika dan moral memiliki
perbedaan pengertian. Moralitas cenderung pada pengertian nilai baik dan buruk
dari setiap perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika mengarah kepada ilmu
yang mempelajari tentang baik dan buruk setiap perbuatan manusia.
Etika disebut juga sebagai ilmu Normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan.
Filsafat Etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku
manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika individual sendiri.
Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu:
a. Tingkat Pertama: Semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa
rencana dalam hati atau niat.
b. Tingkat Kedua: Perbuatan nyata.
c. Tingkat Ketiga: Akibat atau hasil dari perbuatannya itu baik atau buruk.5

1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2000), hal. 217.
2
Ibid, hal. 672.
3
Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Wijaya, 1978), hal. 9.
4
Keraf A. Sonny, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), hal. 2.
5
Burhanuddin Salam, Etika Individual, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2000).
Maka, pemikiran benar dan salah, dan hakikat nilai didalam sebuah kehidupan
sangat bergantung pada 3 hal yaitu :
1. Cara berfikir, bertindak yang menjadi landasan seseorang dalam bertingkah
dan berprilaku.
2. Cara beradat dan berbudaya yang menjadi landasan berlakunya norma di
masyarakat.
3. Cara seseorang merujuk pada sumber nilai yang menjadi tujuan utama dalam
bertindak.
Bedasarkan penjelasan ini, maka kesimpulannya adalah etika yaitu suatu ilmu
yang membahas mengenai perilaku seseorang yang merujuk pada tindakan baik
dan buruk, benar dan salah kemudian seseorang menggunakan akal dan hati
nurani dan pikirannya yang baik dan benar untuk mencapai tujuan mereka.

3.2 Sejarah Etika


Secara pengertian historis bahwa etika sebagai usaha filsafat yang berasal dari
hancurnya tatanan moral dan moralitas di lingkungan Yunanipada 2500 tahun
lalu. Ini disebabkan pandangan lama mengenai baik dan buruk sudah tidak lagi
diakui. Para filsuf menanyakan kembali tentang norma dasar bagi perilaku
manusia.
Tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik dalam suatu
sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai bagian filsafat.
Menurut Poespoproddjo, kaum Yunani sering mengadakan perjalanan ke luar
negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat berbagai macam
kebiasaan, hukum, tata kehidupan dan lain-lainnya. Bangsa Yunani mulai
bertanya apakah miliknya, hasil pembudayaan negara tersebut benar-benar lebih
tinggi karena tiada seorang pun dari Yunani yang akan mengatakan sebaliknya,
maka kemudian diajukanlah pertanyaan mengapa begitu? Kemudian diselidikinya
semua perbuatan dan lahirlah cabang baru dari filsafat yaitu etika.6
Socrates dipandang sebagai perintis ilmu ahlak, karena beliau berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk membentuk perhubungan manusia dengan ilmu
pengetahuan. Beliau juga berpendapat bahwa akhlak dan bentuk berhubungan itu

6
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek, (Bandung: Pustaka Grafika,
1999), hal. 18.
adalah suatu hal yang tidak dibenarkan kecuali berdasarkan dengan ilmu
pengetahuan.7
Paham Antisthense, yang ada pada tahun 444-370 SM. Mengatakan bahwa
tuhan itu bersih dan tidak membutuhkan apapun. Dan mengatakan bahwa sebaik
baik nya manusia itu adalah yang berperilaku seperti tuhan atau sama dengan
akhlak ketuhanan. Maka manusia akan mengurangi kebutuhan nya seperti tuhan,
yaitu rela mendapatkan sesuatu dengan sedikit, senang menanggung derita, dan
tidak memperdulikannya. Mereka menghinakan orang orang kaya, mengabaikan
segala kelezatan, dan tidak perduli akan kekurangan dan kemiskinan dan cacian
manusia selama ia berpegang teguh pada kebenaran.
Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes, wafat pada 232 SM. Dia
memberi pelajara kepada teman-temannya untuk menghilangkan beban yang
dilakukan oleh ciptaan manusia dan peranannya.8 Setelah faham Antisthenes ini,
lalu datang Plato (427-437 SM). Beliau merupakan seorang ahli Filsafat Athena,
yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikiranya dalam Etika berdasarkan
'teori contoh'. Beliau berpendapat alam lain adalah alam rohani. Di dalam jiwa itu
ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan
tunduknya kepada hukum.9
Pokok yang utama tersebut adalah sebuah hikmat kebijaksanaan, keadilan,
keperwiraan, keberanian, dan lain lain. Hal tersebut adalah akar penopang bangsa.
Seperti apa yang kita ketahui, kebijaksanaan itu hal yang harus dimiliki oleh para
penegak hukum terutama hakim. Keberanian itu harus dimiliki oleh tentara.
Perwira itu bangsa dan keadilan harus dirasakan oleh kita semua. Pokok utama
tersebut lah yang dapat memberikan batasan kepada manusia dalam setiap
tindakan dan perbuatan, agar kita semua melakukan segala hal dengan baik dan
benar.

3.3 Macam-Macam Etika


Dalam membandingkan baik dan buruknya tingkah laku yang ada dalam
masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yakni:
a. Etika Deskriptif

7
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 45.
8
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 42.
9
Ahmad Amin, op. cit., hal. 47.
Pada etika ini usaha dalam menilai tindakan atau perilaku yang
berdasarkan pada norma baik atau buruknya yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang
sudah ada dalam masyarakat sebagai tumpuan yang bermartabat.
Etika deskriptif mempunyai 2 bagian yang sangat penting yaitu, yang
pertama adalah sejarah kesusilaan bagian ini timbul ketika seseorang
menerapkan metode historik dalam etika deskriptif. Dalam hal ini yang
diselidiki adalah anggapan mengenai baik dan buruk, norma-norma kesusilaan
yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang dianut oleh bangsa-bangsa
tertentu, yang kedua adalah fenomenologi kesusilaan. Dalam hal ini istilah
fenomenologi dipergunakan dalam arti seperti dalam ilmu pengetahuan
agama. Fenomenologi agama mencari makna keagamaan dari gejala-gejala
keagamaan, mencari logos, susunan batiniah yang mempersatukan gejala-
gejala ini dalam keselarasan tersembunyi dan penataan yang mengandung
makna. Demikian pula dengan fenomenologi kesusilaan yang menggambarkan
kesusilaan sebagaimana adanya, memperlihatkanciri-ciri pengenal, bagaimana
hubungan yang terdapat antara ciri yang satu dengan yang lain.
Etika yang membahas secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang menjadi tujuan oleh setiap manusia dalam
hidupnya diartikan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini juga membahas
tentang fakta secara apa adanya.

b. Etika Normatif
Di dalam perilaku serta tanggapan-tanggapan kesusilaannya, manusia
menjadikan norma-norma kesusilaan sebagai panutannya, sehingga kelompok
ini mendasarkan diri mereka pada sifat hakiki kesusilaan.
Etika menetapkan bahwa manusia memakai norma-norma sebagai
panutannya, tetapi tidak memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-
ukuran kesusilaan. Sah atau tidaknya norma-norma tetap tidak menjadi
persoalan yang diperhatikan hanya berlakunya.10
Etika normatif tidak sekedar menggambarkan norma-norma kesusilaan,
tetapi ia menunjukkan perilaku mana yang baik dan mana yang buruk. Etika
ini berusaha untuk membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu

10
Ibid, hal. 10.
tindakan etis atau tidak tergantung dengan keseuaiannya terhadap norma-
norma yang sudah dilakukan dalam suatu masyarakat.

c. Etika Deontologi
Etika ini diartikan sebagai suatu tindakan yang dinilai baik atau buruknya
berdasarkan apakah tindakan tersebut sesuai dengan kewajibannya atau tidak.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang
baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan seperti bersikap adil dengan semua orang. Sebaliknya suatu tindakan
dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral
sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.
Etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari tindakan
yang dilakukan apakah baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak
pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Atas
dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan
watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban.11
Etika deontologi menekankan pada kewajiban manusia untuk bertidak
baik. jadi, etika deontologi dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang baik,
bukan karena tindakan tersebut mendatangkan akibat baik, melainkan karena
tidakan tersebut baik untuk dirinya sendiri.
d. Etika Teleologi
Etika ini menilai baik dan buruk suatu tindakan karena tujuan atau akibat
dari tindakan tersebut, Suatu tinakan dikatakan baik apabila mendatangkan
akibat baik.
Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif. Kita dapat
bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari penilaian kita
tentang akibat dari tindakan tersebut. Demikian pula, suatu tindakan yang
jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa di benarkan oleh
kita hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik. 12 Etika teleologi
dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Teleology Hedonisme (hedone = Kenikmatan) yaitu tindakan yang
bertujuan untuk mencari kenikmatan atau kesenangan.

11
Keraf. A. Sonny, Etika Lingkungan, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), hal. 8-9.
12
Ibid, hal. 15.
 Teleology Eudamonisme (eudemonia = Kebahagiaan) yaitu tindakan yang
bertujuan mencari kebahagiaan yang hakiki.

e. Etika Keutamaan
Etika ini tidak mempersoalkan akibat dari suatu tindakan dan juga tidak
mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral
universal. Keutamaan dari etika ini adalah pengembangan karakter moral pada
diri setiap orang.
Etika keutamaan sangat menekankan pada pentingnya sejarah kehebatan
moral para tokoh besar dan kita belajar tentang nilai keutamaan dari cerita
dongeng atau sastra.
Etika keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia,
karena pesan moral hanya di sampaikan melalui cerita dan teladan hidup para
tokoh lalu membiarkan setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu.
Dan juga setiap orang dibiarkan untuk menggunakan akal budinya untuk
menafsirkan pesan moral itu, artinya terbuka kemungkinan setiap orang
mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, dan melalui itu kehidupan
moral menjadi sangat kaya oleh berbagai penafsiran.13

3.4 Objek Etika


Objek penyelidikan etika dapat diartikan sebagai pernyataan-pernyataan moral
yang merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan
dalam bidang moral. Terdapat 2 pernyataan mengenai moral yaitu, pertama
pernyataan tentang tindakan manusia, dan yang kedua pernyataan tentang manusia
itu sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia, seperti motif-motif,
maksud dan watak.14

13
Ibid, hal. 22-24.
14
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 60.

Anda mungkin juga menyukai