Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erika Nanda Putri

Kelas : 3B Ilmu Pemerintahan


Nim : 6670190120
Etika Pemerintahan

LITERATURE REVIEW

Jurnal Etika Politik

Pada jurnal Etika Politik yang ditulis oleh Eko Handono pada tahun 2016 terdapat 16
BAB. Pada BAB 1 menjelaskan mengenai etika dan moral yang diartikan sebagai ilmu
tentang apa yang baik dan buruk juga tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan
moralitas yaitu istilah yang tepat yang ditujukan pada perilaku yang secara sosial telah
disetujui. Pada BAB ini juga terdapat penjelasan mengenai kebebasan dan tanggung
jawab, kebebasan dapat diartikan sebagai keadaan dimana manusia dapat menentukan
perilaku dan tindakan nya sendiri, kebebasan ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu kebebasan
sosial politik dan kebebasan individual yang bersubjek pada masyarakat / rakyat dan
juga perorangan. Sedangkan tanggung jawab yaitu keadaan wajib menanggung segala
sesuatu nya atau fungsi menerima pembebanan akibat dari tindakan pribadi atau orang
lain. Kebebasan dan tanggung jawab ini sangat berkaitan antara satu dengan yang
lainnya yaitu kebebasan yang diberikan kepada setiap manusia dimana kemudian
manusia tersebut siap bertanggung jawab atas kebebasan yang telah di berikan.

Pada BAB 2 menjelaskan mengenai teori teori etika yang terdapat 11 teori yakni,
Individualisme, Liberalism, Sosialisme, Marxisme, Komunisme, Pragmatism, Altruisme,
Aksiologisme, Anarkisme, Developmentalisme, dan Humanisme. Yang masing masing
memiliki definisi yaitu :
1. Individualisme : Paham yang mengangggap manusia secara pribadi perlu
diperhatikan atau mementingkan hak perseorangan disamping kepentingan
masyarakat dan negara.
2. Liberalisme : Paham yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan politik atau dengan kata lain, paham yang
menjunjung tinggi martabat pribadi manusia dan kemerdekaannya.
3. Sosialisme : Ajaran atau paham kenegaraan dan ekonomi yang berusaha supaya
harta benda, industri, dan perusahaan menjadi milik negara.
4. Marxisme : Sebutan bagi pembakauan ajaran resmi oh teoris marxis, karl
kautsky. Marxisme sebagai ideology perjuangan kaum buruh menjadi komponen
intidalam ideology komunisme.
5. Komunisme : Nama gerakan kaum komunis. Komunisme adalah gerakan dan
kekuatan politik partai-partai komunis yang sejak revolusi Oktober 1917 di
bawah pimpinan W.I. Lenin menjadi kekuatan politis dan ideologis internasional.
6. Pragmatisme : Kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham,
doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dan sebagainya) bergantung pada
penerapannya bagi kepentingan manusia.
7. Altruisme : Manusia adalah makhluk multi dimensi, memiliki banyak segi,
mengandung berbagai unsur yag saling bertautan dan membentuk keseluruhan
dirinya.
8. Aksiologisme : Sistem etika yang menilai baik buruknya perbuatan dari segi
bernilai dan tak bernilainya, maka disebut juga etika aksiologis (axiological
ethics).
9. Anarkisme : Pandangan dan pendirian bahwa penguasa dalam masyarakat, entah
bentuknya pemerintahan atau raja itu tidak diperlukan.
10. Developmentalisme : Pandangan yang berkaitan dengan pertumbuhan,
perkembangan dan pembangunan.
11. Humanisme : Aliran pemikiran etis yang berasal dari gerakan yang menjunjung
tinggi manusia, menekankan harkat dan martabat serta peranan dan
tanggung jawab manusia.

Pada BAB 3 menjelaskan mengenai Politik yang diartikan sebagai suatu peristiwa,
kegiatan, atau proses yang melibatkan pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara
dalam membuat kebijakan, keputusan, atau mendistribusikan nilai (berupa barang dan
jasa) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa,
dan negara, juga membahas mengenai Hakikat Masyarakat, Negara dan Kekuasaan.

Pada BAB 4 menjelaskan mengenai Etika Politik yang mempertanyakan tanggung jawab
dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara
terhadap negara dalam perspektif etika politik, manusia memiliki Dimensi Politis yang
dapat dikaji dari 3 hal yaitu manusia sebagai mahluk sosial, manusia dengan dimensi
kesosialannya, dan dimensi politis kehidupan manusia. Pada BAB ini juga terdapat
penjelasan mengenai Urgensi Etika Politik dapat diartikan bahwa dalam situasi normal
pun etika politik dibutuhkan, sebab tanpa adanya etika politik atau kode tingkah laku
dikhawatirkan sikap dan perilaku politik para penyelenggara negara dan elit politik bisa
berseberangan dengan visi, misi, dan tujuan organisasi negara. Dan Dimensi Politik.

Pada BAB 5 menjelaskan mengenai Hak Kekuasaan Negara dalam 4 perspektif yakni
Plato, Aristoteles, Islam dan Pancasila. Dalam perspektif Plato menjelaskan mengenai
kesanggupan untuk meyakinkan (persuasi) orang lain agar orang yang telah diyakinkan
itu melakukan apa yang telah diyakininya sesuai dengan kehendak orang yang
melakukan persuasi. Dalam perspektif Aristoteles menjelaskan bahwa sumber
kekuasaan itu adalah hukum, yang berarti pula bahwa hukum memiliki kedaulatan dan
kewibawaan tertinggi. Sedangkan dalam perspektif Islam yaitu Sumber kekuasaan
dalam perspektif Islam dikategorikan ke dalam teori ketuhanan atau teokrasi. Dan yang
terakhir dalam perspektif Pancasila mengatakan bahwa sumber kekuasaan adalah
pengetahuan.

Pada BAB 6 menjelaskan mengenai Arti dan Tugas Pokok Pemerintah, Paradigma
Pemerintah yang menjelaskan bahwa kerangka berpikir atau perspektif yang digunakan
oleh para elit dalam mengelola pemerintahan serta Asas-Asas dan Etika Praktik
Pemerintahan yang digunakan untuk memperlancar hubungan antara yang memerintah
dan yang diperintah.

Pada BAB 7 menjelaskan mengenai Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah yang terdapat 2 hubungan, yaitu hubungan administrasi yakni hubungan yang
terjadi sebagai konsekuensi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
merupakan satu kesatuan dalam penyelenggaraan sistem administrasi daerah, dan
hubungan kewilayahan hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi dibentuk dan
disusunnya daerah otonom yang diselenggarakan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pada BAB 8 menjelaskan mengenai Birokrasi, Teori dan Tipologi Birokrasi yang
dipraktikan pada masa pemerintahan Soeharto yakni, Birokrasi Patrimonial,
Bureaucratic Polity, dan Birokratik Otoritarian. Pada BAB 8 juga menjelaskan mengenai
Patologi Biokrasi, Paradigma Birokrasi Modern dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu,
paradigma dibidang kelembagaan, paradigma manajemen sumber daya manusia,
paradigma pengembangan sistem kerja, serta paradigma pengembangan citra.
Pembahasan yang terakhir yakni Etika Birokrasi.

Pada BAB 9 menjelaskan mengenai Partai Politik, Syarat Pembentukan, Tujuan dan
Fungsi Partai Politik, Tipologi Partai Politik bermacam-macam yakni integratif dan
representatif, ideologis dan pragmatis, agamis dan sekuler, demokratis dan
revolusioner, massa dan elite, demokratis dan oligarki. Pada BAB 9 juga menjelaskan
mengenai Hak, Kewajiban dan Larangan Partai Politik.

Pada BAB 10 menjelaskan mengenai Klasifikasi Partai Politik yang dibagi menjadi 3
yakni sistem partai tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multi partai. Sedangkan
Sistem Kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi di antara sejumlah partai politik
dalam suatu sistem politik, dan Pengembangan Partai Politik di Indonesia yang dibagi
menjadi 7 periode yakni pada masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, masa
Indonesia merdeka, masa demokrasi liberal, masa demokrasi terpimpin, masa orde
baru, dan masa reformasi.

Pada BAB 11 menjelaskan mengenai Pemilu sebagai Sarana Kedaulatan Rakyat, Arti,
Asas, dan Tujuan Pemilu, Sistem Pemilu seperangkat metode atau cara warga
masyarakat memilih wakil mereka, Sistem Pemilu di Indonesia, dan Etika Pemilu
membahas mengenai persoalan etika dalam pelaksanaan pemilu, telah diatur dalam
undang-undang, baik UU pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota, maupun UU pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Pada BAB 12 menjelaskan mengenai Konsep Perwakilan adalah konsep yang


memberikan kewenangan atau kemampuan kepada seseorang atau kelompok untuk
bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Pada BAB 12 juga
menjelaskan mengenai Badan Legislatif di Indonesia. Terdapat juga penjelasan
mengenai DPR dan DPD sebagai Lembaga Legislatif. Kedudukan. Adapula Tugas dan
Wewenang DPR dalam Pasal 7C Amandemen UUD 1945 menyatakan bahwa kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat, Presiden tidak dapat membekukan atau
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Pada BAB 12 juga membahas Kode Etik DPR
dalam kode etik DPR ini diatur berbagai hal berkaitan dengan wewenang, tugas, dan
kewajibannya. Dan yang terakhir membahas Moralitas Hubungan Kerja DPR dan
Presiden menurut UUD 1945 tampak dari kerjasama yang baik antara kedua lembaga
tersebut, utamanya dalam membuat undang-undang.

Pada BAB 13 menjelaskan tentang Kedudukan, Tugas dan Kewajiban Pegawai Negeri
yang membahas mengenai Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur
negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil, merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan
pembangunan. Serta Sumpah, Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri.

Pada BAB 14 menjelaskan mengenai Partisipasi Politik yang mengartikan sebagai


tindakan-tindakan dimana para individu mengambil bagian dalam proses politik., juga
membahas Tipologi dan Bentuk Partisipasi Politik. Pada BAB 15 juga menjelaskan
mengenai Motif dan Fungsi Partisipasi Politik menurut Weber yang dikategorikan
menjadi 4 bagian yaitu rasional-bernilai, afektual-emosional, tradisional, dan rasional
bertujuan. Teori Partisipasi Politik menurut Faulks terdapat 3 teori yakni teori eltisme
demokratis, teori pilihan rasional, dan teori partisipasi. Dan yang terakhir adalah Etika
Partisipasi Politik Warga Negara.

Pada BAB 15 menjelaskan mengenai Maksud dan Tujuan Etika Kehidupan Berbangsa
sebagai konsep nilai moral dirumuskan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
berdasarkan TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 sebagai rumusan etika yang bersumber
dari ajaran agama, khususnya yang bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap
dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa, juga membahas Pokok-Pokok Etika
Kehidupan Berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas,
disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab dan
menjaga kehormatan diri sebagai warga bangsa. Dan yang terakhir adalah Arah
Kebijakan dan Kaidah Pelaksanaan Etika Kehidupan Berbangsa untuk membangun etika
kehidupan berbangsa.

Pada BAB 16 menjelaskan mengenai Pembangunan, Nilai inti Pembangunan terdapat 3


inti yang harus dijadikan basis kospetual untuk memahami arti pembangunan yakni
kecukupan hidup, harga diri dan kebebasan. Pada BAB 16 juga menjelaskan mengenai
Paradigma Pembangunan mencakupi model pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
ekonomi dengan redistribudi, pembangunan dengan menekankan pada pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, dan pembangunan berkelanjutan. Sedangkan
Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi
saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Penjelasan mengenai Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
membutuhkan 4 prinsip yaitu pemenuhan kebutuhan manusia, pemeliharaan
lingkungan, keadilan sosial dan penentuan nasibnya sendiri. Dan yang terakhir adalah
Etika Pembangunan Berkelanjutan yang berhubungan erat dengan masalah etika,
mengingat bahwa konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada masa depan
(future) dan juga memfokuskan diri pada masalah kemiskinan (poverty).

Jurnal Etika Pemerintahan

Pada jurnal etika pemerintahan yang ditulis oleh Ismail pada tahun 2017 terdapat 10
BAB. Pada BAB 1 menjelaskan mengenai pengertian dasar etika yang dilanjutkan
dengan pengertian dan penjelasan mengenai etika pemerintahan juga pentingnya
mengimplementasi kan etika dalam menyelenggarakan pemerintahan. Kemudian disini
dijelaskan mengenai definisi etika pemerintahan. Sebelum itu penjelasan mengenai
pemerintahan yaitu organisasi dalam mana diletakkan hak untuk melaksanakan
kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Sedangkan etika pemerintahan dapat diartikan
sebagai aturan dan pedoman tentang panduan bersikap dan berperilaku untuk
sejumlah kelompok yang berbeda dalam lembaga pemerintahan, termasuk para
pemimpin terpilih (seperti presiden dan kabinet menteri), DPR (seperti anggota
parlemen), staf politik dan pelayan publik. Selanjutnya pemaparan mengenai
pentingnya etika dalam pemerintahan yang dimana berkaitan dengan nilai nilai
keutamaan yang berhubungan dengan hak-hak dasar warga negara selaku manusia
sosial atau mahluk sosial.

Pada BAB 2 menjelaskan mengenai Konsep HAM yang didasarkan pada keyakinan
bahwa semua manusia diberkahi dengan hak tertentu hanya karena alasan sebagai
manusia. Selanjutnya Konsep Kekuasaan dan Legitimasi Pemerintahan adalah
kekuasaan yang berkembang atas dasar dan berangkat dari nilai-nilai intern yang
mengemuka dan sering bersifat konvensional bahwa seorang pimpinan mempunyai
hak sah untuk mempengaruhi bawahannya. Dan yang terakhir adalah Demokrasi dan
Pemerintahan yang Etis.

Pada BAB 3 menjelaskan mengenai Relativitas Etika Pemerintahan mempunyai arti


Keanekaragaman adat, budaya, dan agama telah membuat penilaian terhadap sebuah
tindakan bersifat relative. Selanjutnya membahas Pancasila sebagai Sumber Etika
Pemerintahan dimana Pancasila digali dari bumi Indonesia sebagai nilai moral yang
sudah berlaku semenjak nenek moyang menduduki tanah Indonesia, sudah merupakan
etika perilaku hidup bangsa-bangsa. Lalu Nilai Agama sebagai Sumber Etika
Pemerintahan dalam mengajarkan manusia untuk menghindari perbuatan salah, jahat
dan buruk. Dan yang terakhir adalah Nilai Budaya Indonesia sebagai Sumber Etika
karena pola perilaku hasil interaksi yang turun-temurun menjadi suatu kebiasaan baik
secara individu maupun kelompok dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan masyarakat banyak, telah menjadi suatu norma kehidupan dalam
kepemerintahan yang terinternalisasi menjadi bentuk suatu etika dalam pemerintahan.

Pada BAB 4 menjelaskan mengenai Asas-Asas Umum dalam Penyelenggaraan


Pemerintah, Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih Bebas KKN pada umumnya
berlangsung pada masyarakat yang memiliki kontrol sosial yang efektif yang
merupakan ciri dari masyarakat demokratis di mana kekuasaan pemerintahannya
terbatas dan tidak bisa bertindak sewenang-wenang terhadap negara termasuk di
dalamnya melakukan penyalahgunaan wewenang dan KKN.

Pada BAB 5 menjelaskan mengenai Jenis Korupsi dan Bahaya Korupsi yang dapat
dikatakan telah terjadi, jika seorang pemegang kekuasaan atau fungsionaris pada
kedudukan publik yang melakukan tindakan-tindakan tertentu dari orang-orang yang
akan memberikan imbalan (apakah uang atau materi lain), sehingga dengan demikian
merusak kedudukannya dan kepentingan publik. Selanjutnya Bentuk Kolusi dan
Dampaknya, dalam Pemerintahan bentuk kerjasama antara pejabat pemerintah
dengan oknum lain secara ilegal pula (melanggar hukum) untuk mendapatkan
keuntungan material bagi mereka. Dan yang terakhir adalah Bentuk Nepotisme dan
Dampaknya bagi Pemerintahan yang dilakukan lantaran didorong naluri, sebagai salah
satu bentuk dari pemilihan keluarga dan kroni dengan merugikan kepentingan
masyarakat secara luas.

Pada BAB 6 menjelaskan mengenai Hak dan Kewajiban PNS diatur dalam Undang-
undang nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Undang-undang
nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Selanjutnya membahas
mengenai Larangan-larangan bagi PNS yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintah
Nomor 53 tahun 2010 terdapat 15 larangan. Dan yang terakhir adalah Penilaian
Pekerjaan PNS proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan
dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil yang ditampilkan
berupa produk, jasa ataupun suatu proses.

Pada BAB 7 menjelaskan mengenai Konsep Akuntabilitas memuat unsur penting seperti
kualitas, obligasi, kemauan dan responsibiliti. Akuntabilitas berarti sarana yang
mencegah sesuatu dari melakukan kesalahan. Selanjutnya adalah Dimensi
Pertanggungjawaban, dari sisi dimensi pertama manajemen kehendak-kehendak
lembaga melalui mekanisme pertanggungjawaban itu membutuhkan adanya sumber
kontrol otoritatif dan unsur kedua dalam sistem pertanggungjwaban adalah derajat
kontrol atas pilihan-pilihan lembaga serta operasi-operasi yang dilaksanakan oleh
sumber-sumber kontrol tersebut.

Pada BAB 8 menjelaskan mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Aparatur Sipil Negara ada 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Selanjutnya
adalah Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam Pemilu Legislatif dan Pemilihan Kepala
Daerah dalam konteks Pilkada, netralitas birokrasi sangat diperlukan agar pimpinan
daerah yang terpilih benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat, kompeten, dan
memiliki integritas. Netralitas PNS terhadap partai politik, diindikasikan dengan
adanya aparatur pegawai negeri yang bebas dari keanggotaan/kepengurusan partai
politik. Selanjutnya adalah Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam Kepentingan Konflik
serta Netralitas Birokrasi dan Strategi Menumbuhkan Netralitas Birokrasi yakni
menempatkan pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik yang tidak
dipengaruhi oleh kekuatan politik.

Pada BAB 9 menjelaskan mengenai Hak Dasar Warga Negara dalam Pelayanan Umum
seperti hak pelayanan keamanan dan ketentraman yang didukung dengan pendekatan
pendayagunaan (rowing), pengendalian, pemberdayaan (empowerment), pengawasan
dan keterbukaan (guiding and democratic) dalam gerak dan kegiatan yang
mengutamakan kepentingan kepada masyarakat melalui public service/pelayanan
masyarakat. Selanjutnya adalah Menjelaskan Etika dalam Pelayanan Umum selain
bersumber kepada nilai etika yang berlaku bagi masyarakat seperti nilai agama, nilai
budaya, nilai adat istiadat, Pancasila dan UUD 1945 dan lain-lainnya juga berlaku etika
khusus seperti Panca Prasetya KORPRI. Atas dasar etika moral tersebutlah, maka PNS
berupaya melaksanakan pelayanan umum dengan sebaik-baiknya serta di maksimalkan
tanpa ada pamrih maupun didasari oleh kepentingan pribadi maupun golongan. Dan
yang terakhir adalah Model Kualitas Pelayanan untuk Membangun Kepercayaan Publik.

Pada BAB 10 menjelaskan mengenai Pentingnya Kode Etik Aparatur Sipil Negara dalam
upaya untuk membantu mereka dalam organisasi dipanggil untuk membuat keputusan
(biasanya sebagian besar, jika tidak semua) memahami perbedaan antara ‘benar’ dan
‘salah’ dan menerapkan pemahaman ini untuk keputusan organisasi. Selanjutnya adalah
Panca Prasetya Korpri sebagai Bagian Kode Etik Aparatur Sipil Negara diharapkan
segenap anggota KORPRI dapat menempatkan kedudukannya selaku pemikir,
perencana, pelaksana, pengendali, dan pengawas dalam tugas-tugas pemerintahan di
satu pihak serta sebagai pengayom.
Perbedaan Antara Jurnal Etika Politik Dan Jurnal Etika Pemerintahan

Pada jurnal Etika Politik terdiri atas 16 BAB dimana lebih mengacu kepada teori teori
etika, teori politik dan kebebasan serta tanggung jawab terhadap kebebasan tersebut.
Jurnal Etika Politik lebih mengacu kepada kegiatan-kegiatan politik di Indonesia beserta
partai politik dan pemilihan umum. Jurnal etika politik menjelaskan mengenai perilaku
yang harus di tekankan pada lembaga lembaga politik dan juga masyarakat.

Jurnal Etika Politik juga mengacu kepada etika kebebasan berperilaku terutama
perilaku berpolitik, namun juga dibahas mengenai tanggung jawab yang harus
ditanggung oleh pelaku politik. Perilaku politik pada jurnal ini diataranya yaitu Presiden
dan Wakil Presiden, DPR, DPRD, Gubernur, Walikota, dan lain lain. Etika berpolitik
mengatur setiap pelaku politik atau para politikus untuk menjalankan sistem politik
dengan baik dan bersih dengan berpegang teguh pada tanggung jawab.

Sedangkan pada jurnal Etika Pemerintahan terdiri atas 10 BAB dimana mengacu kepada
etika dalam sistem pemerintahan. Kasus etika pemerintahan juga melekat pada Hak
Asasi Manusia dimana pemerintahan yang baik harus memiliki etika yang baik dengan
mengutamakan ham masyarakat. Etika Pemerintahan juga mengacu kepada kasus-
kasus KKN dan korupsi dimana dijelaskan KKN adalah salah satu kasus dalam
pemerintahan yang melanggar etika.

Jurnal Etika Pemerintahan juga menjelaskan mengenai kode etik pegawai Pegawai
Negeri Sipil yang dimana mengatur etika-etika sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dari kedua
jurnal tersebut memiliki kesamaan yaitu menjelaskan mengenai etika-etika dan teori
etika. Yang membedakan adalah jurnal Etika Politik lebih mengacu kepada etika
berpolitik sedangkan jurnal Etika Pemerintahan mengacu kepada etika pada sistem
pemerintahan beserta lembaga lembaga nya dan sipil yang ada dalam sistem
pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai