Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Muhammad Rifqi
Saputra
UNIVERSITAS BENGKULU
BISNIS EKONOMI
PEMBANGUNAN
2021
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau, menyebabkan perbedaan
karakteristik wilayah yang beragam dan itu adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari.
Karena karakteristik wilayah yang berbeda – beda berpengaruh kuat pada terciptanya pola
pembangunan ekonomi, sehingga menjadi suatu kewajaran apabila pola pembangunan
ekonomi di Indonesia tidak seragam. Ketidakseragaman ini berpengaruh kepada kemampuan
setiap wilayah yang mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan
lambat. Kemampuan tumbuh dari setiap wilayah ini kemudian menyebabkan terjadinya
ketimpangan baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah.
Kondisi ini merupakan tantangan dalam pembangunan yang harus dihadapi mengingat
masalah kesenjangan pendapatan itu dapat menyulitkan dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi nasional yang berlandaskan pemerataan. Ketimpangan menjadi masalah klasik bagi
negara – negara berkembang oleh karena itu ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan
hanya dapat dikurangi sampai pada tingkat yang bisa diterima oleh suatu sistem sosial tertentu
agar tetap terpelihara dalam proses pertumbuhannya. Kritik yang timbul dalam proses
pembangunan pada dasarnya bukanlah sehubungan dengan pertumbuhan yang telah dicapai
akan tetapi karena perkembangan pembangunan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut
tidak mampu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, bahkan dapat
menciptakan ketimpangan pendapatan semakin besar.
Ketimpangan pembangunan selama ini berlangsung dengan berbagai bentuk, aspek, dan
dimensi. Seperti ketimpangan hasil pembangunan misalnya ketimpangan kegiatan atau proses
pembangunan itu sendiri dan pendapatan perkapita atau pendapatan daerah. Timbulnya
kawasan-kawasan kumuh di beberapa kota besar, tidak hanya itu hadirnya pemukiman mewah
di tepian kota atau bahkan di pedesaan adalah suatu bukti nyata ketimpangan yang terjadi
sekarang ini. Gaya hidup masyarakat yang berbeda merupakan bukti lain dari ketimpangan ini.
Secara administratif, Provinsi Bengkulu terdiri atas 9 kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu
Tengah, Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Kepahiang, Lebong, Rejang Lebong,
Muko Muko, dan Seluma. Serta 1 kota yaitu Kota Bengkulu.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada tahun 2010 sebesar 281,2 ribu jiwa
(16,4 persen), kemudian pada tahun 2011 mengalami kenaikan penduduk miskin menjadi
303,4 ribu jiwa (17,36 persen). Pada tahun 2012 kembali mengalami kenaikan namun tidak
terlalu signifikan sebanyak 313,7 ribu jiwa (17,51 persen). Selanjutnya tahun 2013 provinsi
bengkulu masih mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak 323,5 jiwa (17,75
persen). Pada tahun 2014 provinsi bengkulu mengalami penurunan jumlah penduduk miskin
sebanyak 316,50 ribu jiwa (17,09 persen). Kembali naik jumlah penduduk miskin di provinsi
Bengkulu sebanyak 334,07 ribu jiwa (17,88 persen).