Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

TEORI KLASIK ADAM SMITH

Kelompok 2
1. ARBY REZKIANSYAH (C1A018051)
2. MUHAMMAD ALI WOPI (C1A018057 )
3. CICI AGUSTI (C1A018059 )
4. DIMAS RAMADHANI (C1A018061 )
5. INGKEN YULIANA PUTRI (C1A018063 )
6. MUHAMMAD RIFQI SAPUTRA (C1A018069 )
7. MEDYA SURYATI (C1A018075 )
8. VIKA PATRICIA (C1A019004 )
PEMBAHASAN

Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market capitalist,


kebijaksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The Wealth of
Nation” adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide ekonomi yang
sekarang dikenal sebagai ekonomi klasik. Inspirasi dari buku ini tidak lain berasal dari
gurunya sewaktu menuntut ilmu di Universitas Glasgow yakni Francis Hutcheson dan teman
kuliahnya David Hume (Becker, 2007).

2.1 Latar Belakang atau Alasan Munculnya Pemikiran Klasik (Adam Smith)
Pemikiran-pemkiran tentang ekonomi sudah sangat berkembang pada abad ke 15, saat
terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai
cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke 18, setelah Adam Smith muncul. Adam
Smith merupakan tokoh utama aliran ekonomi yang dikenal sebagai aliran klasik.

Aliran atau mazhab yang dikembangkan Adam Smith disebut mazhab klasik karena
gagasan-gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-
pakar ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualisme tidak banyak berbeda
dengan paham hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus masa Yunani kuno. Begitu juga
dengan pendapatnya agar pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (Laissez faire laissez passer) sudah dibicarakan oleh Francis Quesnai
sebelumnya.

Adam Smith sebagai pendiri paham klasik hidup pada tahap awal revolusi industri di
Inggris. Situasi yang ada pada saat itu, menjadi acuan bagi Adam Smith dalam
mengembangkan pemikirannya. Pandangan-pandangannya yang optimis tentang kekayaan
bangsa-bangsa tidak orisinal, tetapi dia telah berhasil mengutuhkan berbagai pandangan yang
relevan dengan pembahasannya. Pembahasan teori ongkos produksi, upah, laba, dan sewa. Di
samping itu, teori pembangunannya telah memperhitungkan pertumbuhan penduduk,
pembagian kerja dan akumulasi modal.

Pendekatan Adam Smith, bila dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran paham


sebelumnya, lebih terpadu, konsisten, mendalam, dan bersifat lebih umum. Membicarakan
kekayaan sangat penting, karena itulah subyek pengkajian ekonomi. Dia menantang
pandangan kaum Merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan itu terdiri dari uang dan
logam-logam mulia. Perdagangan internasional bukan semata-mata untuk mendapatkan
logam-logam mulia, tetapi untuk pertukaran komoditi yang diperlukan, memperluas pasar,
dan hal ini akan meningkatkan pembagian kerja.

2.2 Pokok Pemikiran Klasik (Adam Smith)


Pembahasan Smith lebih banyak bersifat mikro dengan penekanan pada penentuan
harga yang dilakukan dengan pendekakatan deduktif beserta dengan penjelasan historisnya.
Smith berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus utamanya adalah peningkatan
individu melalui kesederhanaan dan perilaku yang baik, menabung dan berinvestasi,
perdagangan dan pembagian kerja, pendidikan dan pembentukan kapital, serta pembuatan
teknologi baru. Beliau lebih tertarik untuk meningkatkan kemakmuran ketimbang membagi-
bagi kemakmuran (Becker, 2007).
Salah satu pemikiran Smith yang tertuang dalam buku-bukunya, menghasilkan
sebuah  pemikiran mengenai sistem ekonomi kapitalisme. Pemikiran kapitalisme adalah
sebuah sistem ekonomi yang filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas
pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Roh
pemikiran ekonomi Adam Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan
pemerintah. Model pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari bahasa
Perancis, digunakan pertama kali oleh para fisiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk perlawanan
terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan. Laissez-faire menjadi sinonim untuk
ekonomi  pasar bebas yang ketat selama awal dan pertengahan abad ke-19 (Skousen, 2005).
Secara umum, istilah Laissez Faire dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang
tidak menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. “In economics,
Laissez-faire means allowing industry to be free of government restriction, especially
restrictions in the form of tariffs and government monopolies.” Adam Smith memandang
produksi dan perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan
perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith menganjurkan
pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas
baik dalam ruang lingkup domestik maupun internasional (Skousen, 2005).
Teori-teori Adam Smith antara lain :

A. Hakikat Manusia Serakah


Manusia pada hakikatnya memiliki sifat serakah, Rakus, egoistis, dan mementingkan
diri sendiri yang sudah dikenal oleh pemikir-pemikir masa Yunani Kuno, seperti Plato dan
Mandeville. Mandeville menganggap sikap rakus manusia ini memberikan dampak sosial-
ekonomi negative bagi masyarakat. Untuk menghindari dampak ini, Mandeville
menganjurkan adanya campuran tangan pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith
berpendapat bahwa sikap egois manusia dapat memacu pertumbuhan ekonomi sepanjang ada
prsaingan bebas. Walaupun motif kepentingan diri sendiri kurang begitu mulia, bukan berarti
kita harus menolak berbisnis dengan orang lain, itu hanya akan menghancurkan diri sendiri.

B. Mekanisme Pasar Bebas


Smith sangat mendukung motto laissez faire-laissez passer yang menghendaki campur
tangan pemerintah seminimal mungkin dalam perekonomian. Nanti akan ada suatu tangan tak
ketara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian kea rah keseimbangan. Jika
banyak campur tangan pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang akan
membawa perekonomian pada ketidakefisienan (inefficiency) dan ketidakseimbangan.
Pandangan Smith ini kemudian telah menandai suatu perubahan yang sangat revolusioner
dalam pemikiran politik. Dimasa merkantilis, Negara ditempatkan diatas individu.
Sebaliknya, menurut kaum Klasik dan fisiokrat, individulah yang harus diutamakan. Bahakn
tugas negaralah yang menjamin terciptanya kondisi  bagi setiap orang untuk bertindak
melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing.

C. Teori Nilai (Value Theory)


Menurut Smith, barang memiliki nilai, yaitu Nilai guna (value in use) dan nilai tukar
(value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga
(labor) yang menghasilkan barang tersebut. Bagaimana caranya ? Smith, menyatakan untuk
mengukur tenaga labor dalam menghasilkan barang tidak bisa hanya diukur dari jam kerja
saja, melainkan keterampilan setiap orang. Ia mengunakan “harga“ labor atau upah sebagai
alat ukur. Tingkat upah sekaligus menentukan perbedaan tingkaat keterampilan labor.
Perbedaan keterampilan tenaga kerja dalam menghasilakan barang digunakan Smith untuk
mematok harga.

Menurut Smith, hubungan nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang mempunyai
nilai guna tinggi kadang-kadang tidak bisa ditukar dengan barang lain. Nilai tukar bagi Smith
dapat diartikan dengan kemampuan suatu barang untuk memperoleh barang lain. Jika
diperhatikan, konsep nilai Smith bersifat mendua. Ia belum atau tidak paham tentang harga
relatif, perbedaan utilitas total dengan  utilitas marjinal dan utilitas rata-rata. Smith hanya
terfokus pada  utilitas total saja. Kelemahan Smith ini, bisa dipecahkan oleh muridnya
sendiri, yaitu Alfred Marshall.

D. Teori Pembagian Kerja (division of labor)


Menurut pandangan Smith, pembagian kerja akan mendorong spesialisasi;
orang akan memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-
masing. Adanya spesialisasi, setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang
yang dibutuhkan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, menghasilakn satu jenis barang
yang kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu diperdagangkan di pasar. Pembagian
kerja ini menyebabkan setiap orang ahli di bidangnya masing-masing. Dengan
demikian, produktivitas meningkat, sehingga hasil produksi secara total juga akan
meningkat.

E. Teori Akumulasi Kapital


Adam Smith menjelaskan cara terbaik untuk meningkatkan laba ialah dengan
melakukan investasi, yaitu membeli mesin dan peralatan. Dengan adanya mesin dan
peralatan, produktivitas labor akan semakin meningkat. Produktivitas labor ini berarti
peningkatkan produksi perusahaan . jika semua perusahaan melakukan hal yang sama,
output nasional atau kesejahteraan masyarakat akan meningkat pula. Smith
menganggap pentingnya arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Maka
sistem ekonomi klasik oleh smith ini sering disebut sistem ekonomi liberal, juga
sering disebut sistem ekonomi kapitalisme. Teori akumulasi capital ini sangat di kritik
oleh pakar-pakar sosialis, terutama oleh Karl Marx.

F. Pengaruh Pandangan Adam Smith

 Paham individualisme yang lebih memperhatikan kebahagiaan di bumi membuat


pihak gereja akhirnya berkolaborasi dengan paham individualisme dan menganjurkan
agar manusia ekonomi (economy man) bertindak sebagai penganut kristen yang baik,
karena jika gereja tetap tidak setuju dengan paham individualis maka akan berdampak
pada tertinggalnya gereja.
 Sistem ekonomi pasar berdasarkan persaingan sempurna yang memberikan kebebasan
yang seluas-luasnya untuk unit-unit perekonomian agar melakukan yang terbaik bagi
kepentingan mereka masing-masing, dan negara-negara yang menganut sistem ini
mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
 Ajaran tentang perekonomian liberal menandai adanya perubahan yang revolusioner
dalam pemikiran ekonomi.
 Sejak era Adam Smith kepentingan individu lebih diutamakan namun juga tidak
mengenyampingkan urusan negara

Anda mungkin juga menyukai