Kelompok 2
1. ARBY REZKIANSYAH (C1A018051)
2. MUHAMMAD ALI WOPI (C1A018057 )
3. CICI AGUSTI (C1A018059 )
4. DIMAS RAMADHANI (C1A018061 )
5. INGKEN YULIANA PUTRI (C1A018063 )
6. MUHAMMAD RIFQI SAPUTRA (C1A018069 )
7. MEDYA SURYATI (C1A018075 )
8. VIKA PATRICIA (C1A019004 )
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang atau Alasan Munculnya Pemikiran Klasik (Adam Smith)
Pemikiran-pemkiran tentang ekonomi sudah sangat berkembang pada abad ke 15, saat
terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi pengakuan terhadap ilmu ekonomi sebagai
cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada abad ke 18, setelah Adam Smith muncul. Adam
Smith merupakan tokoh utama aliran ekonomi yang dikenal sebagai aliran klasik.
Aliran atau mazhab yang dikembangkan Adam Smith disebut mazhab klasik karena
gagasan-gagasan yang ia tulis sebetulnya sudah banyak dibahas dan dibicarakan oleh pakar-
pakar ekonomi jauh sebelumnya. Misalnya, soal paham individualisme tidak banyak berbeda
dengan paham hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus masa Yunani kuno. Begitu juga
dengan pendapatnya agar pemerintah melakukan campur tangan seminimal mungkin dalam
perekonomian (Laissez faire laissez passer) sudah dibicarakan oleh Francis Quesnai
sebelumnya.
Adam Smith sebagai pendiri paham klasik hidup pada tahap awal revolusi industri di
Inggris. Situasi yang ada pada saat itu, menjadi acuan bagi Adam Smith dalam
mengembangkan pemikirannya. Pandangan-pandangannya yang optimis tentang kekayaan
bangsa-bangsa tidak orisinal, tetapi dia telah berhasil mengutuhkan berbagai pandangan yang
relevan dengan pembahasannya. Pembahasan teori ongkos produksi, upah, laba, dan sewa. Di
samping itu, teori pembangunannya telah memperhitungkan pertumbuhan penduduk,
pembagian kerja dan akumulasi modal.
Menurut Smith, hubungan nilai guna dan nilai tukar suatu barang yang mempunyai
nilai guna tinggi kadang-kadang tidak bisa ditukar dengan barang lain. Nilai tukar bagi Smith
dapat diartikan dengan kemampuan suatu barang untuk memperoleh barang lain. Jika
diperhatikan, konsep nilai Smith bersifat mendua. Ia belum atau tidak paham tentang harga
relatif, perbedaan utilitas total dengan utilitas marjinal dan utilitas rata-rata. Smith hanya
terfokus pada utilitas total saja. Kelemahan Smith ini, bisa dipecahkan oleh muridnya
sendiri, yaitu Alfred Marshall.