Anda di halaman 1dari 15

Makalah

“Aspek Hukum Dalam Badan Usaha Koperasi”

Disusun Oleh :

Justika Tri Mulyani : C1A017002

Selvia Dwi Putri : C1A017040

Eka Sebtiani : C1A017047

Alisha Tiara Neshia : C1A017078

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami,akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tugas makalah ini pada dasarnya membentuk kami untuk bisa mengerti dan dapat
memahami lebih dalam mengenai mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi. Di dalam makalah
ini kami menjelaskan tentang“Aspek Hukum Dalam Badan Usaha Koperasi”.

Dan kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kami. Untuk itu kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifaat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam hal tentang organisasi perekonomian, yang terpenting dan mendasar untuk
mempelajari hukum koperasi adalah pengetahuan dasar tentang ideologi, paham, dan sistem
yang dihubungkan dengan latar belakang secara teori maupun praktik yang dianut oleh suatu
Negara. Badan organisasi koperasi memiliki karakteristik dan cara tersendiri dalam
melakukan kegiatan perekonomiannya. Lebih jauh lagi dalam aktivitas perekonomian dunia,
bahwa eksistensi koperasi benar-benar hadir didalam kehidupan sehari-hari; seperti
dilingkungan para pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, pedagang, dan pejabat pemerintahan.
Hal itu disebabkan karena pada dasarnya ideologi perekonomian itu sendiri memang
menghendaki berkooperasi, yang biasa disebut dengan ekonomi kerakyatan.   Dengan
demikian, keberadaan organisasi koperasi dan cara bekerja yang sifatnya melayani sangat
bermanfaat baik bagi anggota koperasi maupun orang-orang yang memerlukan pelayanan
jasa-jasanya.
Pasal 1 ayat (3) Bab I, Amandemen Ketiga Undang-Undang dasar 1945 menegaskan
kembali bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, artinya bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan (machstaat), dan pemerintahan berdasar sistem konstitusi (hukum dasar), bukan
absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Sebagai konsekuensi dari Pasal 1 yat (3)
Amandemen ketiga UUD 1945, 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap warga
negara yaitu supremasi hukum; kesetaraan di hadapan hukum; dan penegakan hukum
dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum.
Menurut Saleh (1990), “Hukum merupakan pranata yang pada akhirnya
menentukan bagaimana kesejehateraan yang dicapai tersebut dapat
dinikmatisecara merata, bagaimana keadilan sosial dapat diwujudkan dalam
kehidupanmasyarakat dan bagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapatmembawa kebahagiaan rakyat banyak”.Sebagai pelaku bisnis tentu tidak akan
terlepas dari hukum, khususnyahukum bisnis. Hukum bisnis bertujuan untuk
memberikan kepada para pelakubisnis berupa keadilan, kepastian hukum, dan
ketertiban dalam menjalankankegiatan bisnis mereka. Dengan demikian, hukum
sangat berperan mengaturbisnis agar bisnis bisa berjalan dengan lancar, tertib, dan aman,
sehingga tidak adapihak-pihak yang dirugikan akibat adanya kegiatan bisnis tersebut.
Apabila hukum ditegakkan dan ketertiban diwujudkan maka kepastian rasa aman, tentram,
atupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud. Ketiadaan penegakkan hukum dan
ketertiban dan ketertiban akan menghambat pencapaian masyarakat yang berusaha dan
bekerja dengan baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut menunjukkan
adanya keterkaitan yang serat antara damai, adil dan sejahtera. Untuk itu perbaikan pada
aspek keadilan akan memudahkan pencapaian kesejahteraan dan kedamaian.
Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-
orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu
usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.1 Dalam
persaingan global sekarang ini, koperasi juga harus mengemban misi negara yang sangat
berat, yaitu sebagai sakaguru perekonomian nasional, atau tiangnya perekonomian nasional,
atau dasar ekonomi nasional. Dalam Pasal 3 UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan bahwa tujuan koperasi di Indonesia adalah: “Memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”

Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena Koperasi di dalam


sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan
untuk menjalankan peranannya secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih
menghadapai hambatan struktural dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan.
Dengan demikian masih perlu perhatian yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan
Koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia
yang merupakan sistem perekonomian yang yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945
Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen,
berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi
dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang
sarat dengan nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri
sendiri (self help), percaya pada diri sendiri (self reliance), dan kebersamaan (cooperation) akan
melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi
untuk mampu bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya.

1.2 Rumusan masalah


- Apa saja aspek hukum dalam badan usaha koperasi?

1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui apakah sebenarnya yang menjadi dasar aspek hukum
dalam badan usaha koperasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah badan hukum yang berdasar atas asas kekeluargaan yang semua
anggotanya terdiri dari perorangan atau badan hukum dengan tujuan untuk mensejahterakan
anggotanya. Koperasi juga bisa diartikan sebagai badan usaha yang mempunyai anggota yang
setiap anggota memiliki tugas dan tanggung jawab masing masing dimana setiap anggota
mempunyai hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang akan diambil dan koperasi
memiliki prinsip berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas kekeluargaan yang tercantum
pada Undang Undang Nomor 25 tahun 1992. Dasar pembentukan koperasi terkait dengan pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “perekonomian disusun
berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Asas kekeluargaan ini sering dikaitkan dengan koperasi,
sebab asas pelaksanaan usaha koperasi adalah kekeluargaan. Pengkoperasian itu sendiri telah
diatur di dalam Undang-Undang dan juga telah banyak mengalami penyempurnaan hingga yang
terakhir ini yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012. Itu menunjukkan
komitmen Pemerintah dengan koperasi, yaitu pemerintah telah menata regulasi pengkoperasian
Indonesia dengan Undang-Undang awal hingga Undang-Undang akhir.

 Tujuan Koperasi :
Koperasi tetap memiliki tujuan dimana tujuan tersebut dititik beratkan pada kepentingan
para anggota dan bukan menimbun kekayaan sendiri.Berikut adalah tujuan koperasi,
bukan hanya untuk anggota melainkan juga untuk para konsumennya atau pelanggan.
1. Bagi produsen, ada keinginan untuk menawarkan barang dengan harga yang
cukup tinggi.
2. Bagi konsumen, ada keinginan untuk memperoleh barang baik dengan harga yang
lebih rendah,
3. Sedangkan bagi usaha kecil, ada keinginan untuk mendapatkan modal usaha
yang ringan dan mengadakan usaha bersama.
B. Koperasi Dalam Cabang Ilmu (Pengetahuan) Hukum

Untuk dapat dikatakan sebagai cabang ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat
keilmuan sebagai berikut:

1. Harus mempunyai obyek tertentu, maksudnya bahwa sasaran pokok pembahasannya


adalah tentang kegiatan manusia dalam menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pembahasan harus menggunakan metode tertentu, yaitu metode berpikir yang umum
digunakan adalah metode deduksi, metode induksi, dan metode komparatif.
3. Jalan pikiran harus logis dan sistematis, bahwa hubungan antara suatu ilmu dengan ilmu
yang lain dalam arti ilmu ini berdiri sendiri dalam kedudukannya (ilmu pengetahuan tidak
dibenarkan berdiri sendiri terlepas sama sekali dengan ilmu yang lain).

C. Koperasi adalah Subjek Hukum: Persoonrecht

Ketentuan hukum yang menjadi landasan operasional koperasi diwilayah negara kesatuan
RI tidak hanya sebatas pada konstitusi (UUD 1945) mulai dari pedoman kebijaksanaan publik
disektor ekonomi (GBHN) peraturan dasar (UU), peraturan teknis tentang pelaksanaan
perkoperasian (PP, kepress, kepmen), sampai dengan berbagai aspek-aspek dasar dan asas-asas
umum hukum yang sering disebut dengan ketentuan yang lex generalis dalam hukum perdata.

Dalam pasal 1653 menyebutkan beberapa macam jenis perkumpulan yang dibedakan
berdasarkan peruntukannya yang dapat dikategorikan sebagai aspek hukum, yaitu:

1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah.


2. Badan hukum yang diakui keberadaannya.
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diizinkan keberadaannya.
4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.

D. Aspek Hukum Perikatan Dalam Pendirian Koperasi

Kitab undang-undang hukum perdata mengatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu itu disebut sebagai prestasi, kebalikannya jika
perikatan itu diabaikan maka pihak tersebut dinyatakan sebagai wanprestasi (pasal 1234). Tiap-
tipa perikatan dilahirkan baik karena adanya persetujuan maupun disebabkan oleh undang-
undang (pasal 1233). Agar persetujuan menjadi sah, maka harus terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: adanya kata sepakat, kesepakatan yang dibuat mereka yang cakap yang ingin
mengikatkan diri, adanya suatu hal (objek) tertentu, dan dengan maksud halal (pasal 1320).

Koperasi sebagai suatu badan hukum pasti memiliki hubungan hukum dengan subjek
hukum lainnya seperti pengurus, anggota, maupun pihak ketiga di luar koperasi. Maka setiap
hubungan hukum yang terjadi antara para pihak harus mengacu kepada peraturan yang berlaku
sebagaimana diatur dalam Bab III tentang perikatan pada KUH Perdata. Pendirian koperasi
merupakan aspek hukum pertama yang terjadi dalam ranah hukum koperasi. Jika akta pendirian
yang merupakan perikatan tersebut tidak mengikuti ketentuan syarat sah perjanjian sebagaimana
Pasal 1320 – 1337 KUH Perdata maka koperasi tersebut pada saat pendiriannya tidak memiliki
dasar hukum sebagai badan hukum. Maka disini aspek hukum perikatan haruslah terpenuhi
dalam pendirian koperasi. perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak
lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu
akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan.

Sebagaimana umumnya badan hukum lainya. Koperasi juga mempunyai anggota. Anggota
Koperasi adalah sekaligus pengurus jasa Koperasi. Yang dapat menjadi anggota Koperasi adalah
setiap warga Negara Indonesia yang mampu tindakan hukum. Dalam keanggotaan suatu
Koperasi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup
usaha Koperasi;
2. Keanggotaan koperasi dapat diperoleh atau diaakhiri sebagaimana diatur dalam Anggaran
Dasar;
3. Keanggotaan koperasi dapat di pindahtangankan.
4. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi.
5. Disamping prinsip – prinsip diatas, setiap anggota koperasi mempunyai hak dan
kewajiban.
Adapun yang menjadi hak dan kewajiban setiap anggota koperasi adalah:
1. Kewajiban
 Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang
telah disepakati dalam Rapat Anggota;
 Berpartisipasi dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh koperasi;
 Mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas dasar kekeluargaaan.
2. Hak
 Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan sesuatu dalam Rapat
anggota;
 Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas;
 Meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam ketentuan Anggaran
Dasar;
 Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar Rapat Anggota, baik
di minta maupun tidak di minta;
 Memanfaatkan Koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama
anggota;
 Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar.
Adapun prinsip-prinsip dasar koperasi dalam undang-undang perkoperasian adalah
sebagai berikut:

1. Keanggotaan di dalam koperasi bersifat sukarela dan terbuka


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masimg-masing anggota
4. Pemberian balas jasa usaha yang terbatas terhadap modal
5. Kemandirian
6. Rencana Usaha, Bentuk dan Jenis Koperasi

Rencana usaha biasanya sudah terjadi sebelum koperasi didirikan, para calon pendiri
telah membicarakan rencana usaha dalam pertemuan-pertemuan yang mereka adakan untuk
sebuah koperasi. Setelah itu, maka ditentukan usaha yang mereka kehendaki dan disebut dengan
bentuk koperasi. Terdapat 2 bentuk koperasi, yaitu koperasi primer (beranggotakan orang per
orang) dan koperasi sekunder (beranggotakan koperasi-koperasi primer). Kemudian barulah
jenis-jenis koperasi yang dapat dibedakan berdasarkan adanya kesamaan dalam melakukan
kegiatan usaha.

E. Modal Dasar Pendirian

Organisasi koperasi bukanlah organisasi yang didirikan untuk wadah menampung modal
atau bantuan dari pihak ketiga, orang lain atau pemerintah, tetapi merupakan sebuah organisasi
swadaya yang mandiri yang didirikan menjadi sebuah wadah untuk berkumpul, bekerja sama
dalam berusaha untuk meningkatkan kegiatan ekonomi para anggotanya. Jadi, organisasi
koperasi merupakan suatu organisasi yang didirikan dengan tanpa modal karena koperasi
merupakan salah satu dari organisasi perusahaan, yang didirikan untuk mengakumulasikan
potensi keuangan (modal). Aturan mengenai permodalan koperasi tidak diatur secara detail; yaitu
didalam UU Perkoperasian meliputi modal sendiri, dan modal pinjaman.

F. Nama dan Domosili Koperasi

Ketentuan mengenai nama dan tempat kedudukan koperasi merupakan salah satu dari
ketentuan minimal yang harus dicantumkan dalam AD koperasi. UU perkoperasian harus
memberikan aturan yang jelas mengenai nama yang bagaimana yang dapat dipergunakan sebagai
suatu koperasi, seperti yang diatur oleh ketentuan perundang-undangan terhadap nama yang
dapat dipakai oleh sebuah perseroan terbatas, asal tidak bertentangan dengan hak atas kekayaan
intelektual dan tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum, termasuk ketentuan perundang-
undangan.

G. Pengesahan dan Penolakan Akta Pendirian oleh Otoritas Perkoperasian

Di dalam akta pendirian atau anggaran dasar suatu koperasi yang dibuat (autentik) oleh
dan ditandatangani dihadapan notaris harus dicantumkan nama-nama anggota atau orang-orang
yang dipercayai atau ditunjuk untuk duduk dalam organisasi manajemen koperasi. Pengesahan
akta pendirian akan diperoleh dalam jangka waktu paling lama 3 bulan setelah pengajuan dan
diumumkan dalam berita Negara RI. Untuk mengenai penolakan dalam pengesahan, alasan
penolakan itu akan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu paling lama 3
bulan setelah pengajuan.
H. Perolehan Status Badan Hukum

Perolehan status badan hukum dimual semenjak sebuah koperasi mendapatkan


pengesahan atas akta pendirian atau anggaran dasar di hadapan notaris. Dengan mendapatkan
status badan hukum maka sebuah badan usaha koperasi menjadi subjek hukum yang memiliki
hak dan kewajiban, sehingga terhadap pihak ketiga apabila diperlukan dapat dengan jelas dan
tegas mengetahui siapa yang dapat diminta bertanggung jawab atas jalannya usaha badan hukum
koperasi tersebut. Dengan menggunakan logika, maka ketika koperasi sudah berupa badan
hukum, maka secara tegas harus diatur pula tentang hal-hal pembubaran badan hukum koperasi.
Apabila terjadi pembubaran maka para anggota hanya bertanggung jawab sebatas simpanan
pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan yang disetorkannya. Dalam hal anggota koperasi
yang memberikan pinjaman pribadi pada koperasi, ia mempunyai posisi yang sama dengan para
kreditur lain dalam hal menuntut pelunasan piutang kepada badan hukum koperasi.

I. Badan Hukum Koperasi

Badan hukum koperasi telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yakni undang-
undang koperasi no 25 tahun 1992 khususnya pada pasal 9-14. Pasal-pasal tersebut berbunyi :

1. Pasal 9
Badan hukum koperasi akan diberikan dan dimiliki secara sah oleh pihak tertentu
setalah mendapatkan izin dari pemerintahan atas akta pendirian yang mereka
miliki.

2. Pasal 10
- Mengajukan pengesahan dengan sebuah permintaan secara tertulis disertai
dengan akta pendirian koperasi ke dinas koperasi setempat.
- Akta pendirian dinyatakan syah kurang lebih dalam kurun waktu tiga
bulan setelah diterimanya permintaan tertulis dari pendiri koperasi atas
pengesahan tersebut.
- Pengesahan atas akta pendirian koperasi akan diumumkan dalam berita
Negara Republik Indonesia.
3. Pasal 11
- Ketika permintaan pengesahan koperasi ditoak, pemberitahuan akan
dilakukan paling lambat 3 bulan setelah permintaan tersebut diterima.
Dalam hal ini pendiri koperasi berhak untuk mengajukan badan hukum
baru yang ttentunya telah menyempurnakan dari permintaan pengesahan
sebelumnya.
- Dengan adanya penolakan pengesahan akta pendirian, pendiri koperasi
bisa mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 bulan sejak
ditolaknya permintaan tersebut.
- Keputusan terhadap diperbolehkan atau tidaknya permintaan ulang akan
diberitahukan paling lama 1 bulan sejak permintaan ulang sebelumnya
diterima

4. Pasal 12
- Perubahan atas anggaran dasar dilaksanakn dan ditentukan melalui rapat
anggota. Jadi apapun yang terjadi pengurus tidak bisa merubah anggaran
tersebut secara sepihak tanpa persetujuan dari semua anggota koperasi.
- Perubahan anggaran yang berkaitan dengan penggabungan, pembagian
dan perubahan terhadap bidang usaha koperasi harus dimintakan kepada
pemerintahan, namun sebelum itu harus mendapatkan persetujuan dari
seluruh anggota koperasi. Setelah persetujuan itu didapat maka pengurus
koperasi mengajukan pengesahan tersebut kepada pemerintah.

5. Pasal 13
Ketentuan mengenai segala bentuk persyaratan, tata cara pengesahan ataupun
penolakan pengesahan akta pendirian serta anggaran dasar yang tercantum dalam
pasal 9-12 akan dibahas lebih lanjut oleh peraturan pemerintahan.

6. Pasal 14
- Mengenai keperluan yang berhubungan dengan pengembanagan ataupun
efisiensi usaha koperasi, pihak terkait bisa melakukan beberapa cara
anatara lain : menggabungkan diri menjadi satu dengan koperasi lain
(membangun sebuah relasi atau kerjasama).
- Kerjasama atau peleburan yang telah dilakukan oleh pihak koperasi harus
mendapat persetujuan dari semua anggota koperasi melalui rapat anggota.

J. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi dan


Perubahan Anggaran Dasar Koperasi

Pada hakikatnya, anggaran dasar koperasi merupakan kumpulan ketentuan dan peraturan
yang dibuat oleh para pendiri koperasi atas dasar kesepakatan bersama; yang berlaku sebagai
undang-undang –by laws- terhadap anggota koperasi. Maka dapatlah dikatakan bahwa anggaran
dasar tersebut berlaku sebagai dokumen persetujuan, kontrak, ataupun perjanjian antar pendiri,
karena anggaran dasar sebagai perjanjian haruslah ditaati dan berlaku sebagai undang-undang
yang mengikat bagi pembuatnya (pasal 1338 KUH Perdata) sebagai kekuatan derivatif dari
hukum perikatan.

Perbedaan mencolok antara perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
”sebelum” dan ”sesudah” koperasi berstatus badan hukum dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang. Dari subjek yang melakukan perbahan, pada saat koperasi belum menjadi badan hukum
yang melakukan perbahan ialah para pendiri, sedangkan ketika koperasi telah menjadi badan
hukum maka yang melakukan perubahan ialah rapat anggota atau sesuai dengan anggran dasar
sebelumnya.

Setiap perubahan yang terjadi pada saat sebelum koperasi menjadi badan hukum hanya
berpengaruh kepada jangka waktu pendaftran koperasi pada otoritas berwenang saja yakni 3
bulan setelah permohonan yakni sejak permohonan perubahan terakhir. Kemudian perubahan
anggaran dasar setelah koperasi berbentuk badan hukum yang sangat tergantung pada seberapa
mendasarnya perubahan (misalnya perubahan nama koperasi, perubahan struktur modal, dll)
maka perubahan yang dihasilkan harus mendapat pengesahan dari otoritas yang berwenang.
Namun jika tidak menyangkut pasal-pasal yang mendasar maka tidak perlu mengajukan
permintaan pengesahan dari otoritas yang berwenang melainkan cukup dibuat dalam bentuk akta
autentik saja.
PENUTUP
Kesimpulan
Koperasi dibentuk, dibangun dan dikembangkan serta mempunyai tujuan untuk
mensejahterakan oleh dan untuk anggotanya. walaupun koperasi menjadi beragam, itu hanya
pada kegiatan keseharian sebagai akibat dari karakter masyarakat kita yang beragam. Sebagai
sebuah lembaga koperasi, aktualisasi prinsip dan nilai tidak harus menyimpang dari “jatidirinya”.
Segala penyimpangan, secara konsisten patut ditindak tegas, mulai dari peringatan hingga
tindakan hukum. Untuk sampai pada pemahaman makna “nilai dasar dan jatidiri koperasi”
diperlukan secara terus menerus pengkajian dan pembelajaran yang benar dan aktual tentang itu.
Tentunya tepat sasaran.

Pembelajaran Perkoperasian Indonesia dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,


maupun di masyarakat, perlu disesuaikan dengan karakter dan kondisi mereka. Karena itu, perlu
selalu dikaji ulang, dicermati dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemurniannya. Untuk
itu koperasi harus selalu bisa memperbaiki organisasinya agar selalu bisa mengikuti
perkembangan dan dinamika pasar sehingga tujuan koperasi dapat tercapai. Memperbaiki
organisasi secara internal maupun eksternal haruslah selalu berkesinambungan, agar koperasi
bisa bertahan ditengah era globalisasi yang penuh dengan hal-hal baru.

Saran
Karena masih banyaknya kekurangan dalam organisasi perkoperasian Indonesia,
pemerintah harus memfasilitasi berbagai macam perbaikan tersebut salah satunya dengan
pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan yang diusahakan memenuhi kebutuhan pasar dan
dunia usaha dalam kerangka pengembangan ekonomi kerakyatan. Dalam hal ini kalangan
perguruan tinggi seyogyanya memantau orientasi pembangunan masa depan dan juga
fleksibel/luwes dalam menyesuaikan antara silabus pendidikan dengan kebutuhan koperasi,
dunia usaha serta industri. Dalam masa industriallisasi mendatang, dorongan peningkatan
penyerapan tenaga kerja terutama pada industri menengah dan kecil. Karena pada kedua
kelompok inilah, proporsi tenaga kerja diharapkan dapat terserap sekitar 70-80% dari tambahan
angkatan kerja baru. Dengan demikian, penekanan pembangunan mendatang sejalan dengan
dorongan gerakan pengentasan kemiskinan nasional.

Pembangunan sistem informasi harus terkait dengan semua sarana pengembangan


ekonomi kerakyatan, termasuk dalam komoditi dan angkatan kerja. Penciptaan sistem ekonomi
sangat terkait dengan informasi maupun sektor-sektor lain seperti komoditi, angkatan dan
lapangan kerja maupun distribusinya. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan aspek
ketenagakerjaan juga memiliki peta-peta tentang kebutuhan lapangan kerja menurut spesifikasi
lulusan, jenjang dan jenis pendidikan. Informasi distribusi semacam ini akan memudahkan para
pengambil kebijaksanaan untuk memantau kondisi kebutuhan SDM yang ada di berbagai tempat
di Indonesia. 

Anda mungkin juga menyukai