PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana teori wealth of nation menurut Adam smith?
b. Bagaimana pengaruh pandangan adam smith?
1.3. Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Politik
dan menambah wawasan dalam memahami pemikiran-pemikiran para ekonom
dunia. Selain itu untuk membandingkan pemikiran ekonomi masa lalu dengan masa
sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Wealth of Nation Menurut Adam Smith
Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem
ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan
hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem
ini merupakan sekumpulan kebijakan ekonomi yang juga merujuk kepada
pemikiran bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith. Ruh pemikiran ekonomi Adam
Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Model
pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari bahasa Perancis
yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk
perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan. Laissez-faire
menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebasyang ketat selama awal dan
pertengahan abad ke-19 (Skousen, 2005). Secara umum,istilah ini dimengerti
sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak menginginkan adanyacampur tangan
pemerintah dalam perekonomian. In economics, Laissez-faire means allowing
industry to be free of government restriction, especially restrictions in the formof
tariffs and government monopolies. Adam Smith memandang produksi dan
perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan
perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith
menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam
bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik maupun
internasional (Skousen, 2005). Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga
mendukung prinsip kebebasan alamiah, yakni setiap manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya tanpa campur tangan
pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan dalam
perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga kerja. Lebih
lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada dasarnya tindak laku manusia berasal
pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas kasian ataupun
perikemanusiaan (Deliarnov, 2010). Meskipun terdengar kurang baik, hal ini bukan
berarti kita tidak dapat berhubungan dengan sesama manusia, kita tetap bisa
menjalankan bisnis dengan manusia. Namun, perlu dingat bahwa manusia
melakukan segala sesuatunya berdasar pada self-interest manusia itu sendiri.
Dalam pembagian kerja, Smith menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja
akan lebih maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor) . Yang
artinya pembagian melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan
menghasilkan output yang lebih baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan
dengan menggunakan teknologi-teknologi baru dalam sistem produksi akan
meningkatkan hasil produksi pula. Maka dari itu, Smith percaya pada kekuatan
investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.
Berbicara mengenai arti nilai dalam ekonomi, Smith mengidentifikasikan
barang memiliki dua nilai yakni nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in
exchange). Nilai tukar barang akan ditentukan oleh jumlah tenaga (labor) yang
diperlukan salam menghasilkan barang tersebut, sedangkan nilai guna adalah nilai
kegunaan atau fungsi barang itu sendiri (Deliarnov, 2010). Contoh nilai tukar
barang dapat dilihat dari tingkat keterampilan ataupun lama waktu yang digunakan
dalam proses pembuatan barang yang nantinya dipakan dalam menentukan harga.
Menurut Smith, hubungan antara nilai tukar dan nilai guna bersifat relatif. Hal ini
terlihat dari perumpamaan air dan intan yang ia jelaskan sebagai contoh kasus
dimana air yang notabene memiliki nilai guna lebih tinggi, tidak memiliki harga
yang lebih tinggi pula dibandingkan intan yang sebenarnya tidak memiliki nilai
guna. Teori nilai Smith sebenarnya merupakan salah satu kelemahan dari teori
klasik yang tidak mengedepankan nilai utilitas, namun persoalan paradoks ini
selanjutnya mampu dipecahkan oleh murid Smith yakni Alfred Marshall
(Deliarnov, 2010).
Perbedaan utama mengenai teori ekonomi klasik dan neoklasik dapat dilihat
dari konsep utility. Dalam ekonomi klasik, utility tidak menjadi kajian dalam
pelbagai teori yang dibawa olehnya baik dari segi nilai, labor ataupun pertumbuhan.
Dalam teori klasik, nilai kesetimbangan lah yang menjadi patokan harga
dibandingkan nilai-nilai penawaran dan permintaan (supply and demand).
Sedangkan dalam neoklasik, nilai keperluan menjadi prioritas utama disamping
nilai kesetimbangan yang juga digunakan dalam mengontrol supply and demand
(Button, 2014). Dari segi nilai (value), ekonomi klasik dan neoklasik memiliki
definisi yang sangat berbeda. Dalam teori klasik, nilai suatu barang sama dengan
harga yang digunakan dalam produksi. Sedangkan dala neoklasik, nilai suatu
barang bertumpu pada fungsi supply and demand. Maka dari itu, dalam ekonomi
klasik, value bersifat inherent (tidak terpisahkan) dan dalam neoklasik value
bersifat perceived property (dirasakan). Dengan kata lain, dalam neoklasik nilai
merupakan harga sedangkan dalam neoklasik nilai berarti keperluan. Hal ini
selanjutnya menjadi permasalahan baru bagi ekonomi klasik dalam mendifinisikan
profi dalam kegiatan ekonomi. Apabila nilai sama dengan harga, maka
darimanakah profit atau keuntungan tersebut dapat diperoleh ? hal ini dikritik oleh
para kaum neoklasik yang mendifinisikan profit sebagai kelebihan dari pendapatan
diatas biaya atau ongkos. Jadi, jika penawaran dan permintaan untuk hasil barang
dengan harga lebih tinggi dari tenaga kerja dan modal yang masuk ke dalam biaya
produksi, maka barang dan komponennya hanya memiliki harga keseimbangan
juga berbeda (Button, 2014). Selanjutnya, dari segi rasionalitas neoklasiklah yang
cenderung menekankan nilai-nilai ini. Dalam neoklasik, individu memiliki pilihan
rasional yang menjadi acuan dalam perilaku jual beli, dimana individu cenderung
untuk memaksimalkan keperluan mereka dan perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan. Sedangkan dalam teori klasik, tidak ada perbedaan
antara perusahaan dan individu mengenai prinsip rasionalitas. Yang ada hanya
tingkat pendapatan keuntungan yang sama antara perusahaan dan pekerja (salah
satu keuntungan ekonomi yang dikarenakan invisible hand dalam pasar bebas).
Terakhir adalah mengenai konsep keseimbangan. Bagi ekonomi klasik,
keseimbangan (equilibrium) dapat dicapai apabila tabungan sama dengan investasi,
sedangkan bagi neoklasik keseimbangan terjadi dalam titik pertemuan antara kurva
penawaran dan permintaan. Hal ini merupakan perbedaan yang paling fundemantal
antar ekonomi klasik dan neoklasik, karena keduanya menggunakan komponen
unsuryang berbeda (Button, 2014).
Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas. Dapat dikatakan
bahwa hampir semua pembahasan di bedang ekonomi dikaitkan dengan hampir
semua pembahasan di bidang ekonomi dikaitkan dengan pandangan Smith.
Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa paham individualisme Smith tidak
sama dengan egoisme. Kedua sifat tersebut mamang sama-sama mementingkan diri
sendiri. Akan tetapi implikasi kedua paham tersebut sangat berbeda dikaitkan
dengan perhatian terhadap orang atau kelompok masyarakat lain. Kalau dalam
egoisme orang mementingkan orang lain, dalam individualisme orang yang
mementingkan diri sendiri memaksanya untuk ikut memperhatikan (considerant)
terhadap kepentingan orang lain.
Magnum opus Smith ini telah mendapt pengakuan hampir di seluruh dunia.
H.L. Mencken menyatakan, Tak ada lagi buku yang lebih memikat dalam bahas
inggris. Sejarawan Arnold Toynbee menegaskan bahwa The Wealth of Nations
dan mesin uap telah meghancurkan dunia lama dan menciptakan dunia baru .
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan