Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia dilahirkan dengan segala kebutuhan. Pada awal kebutuhan


manusia masih bersifat sederhana. Namun, dengan semakin berkembangnya
peradaban manusia maka semakin banyak dan semakin bervariasinya kebutuhan
manusia itu sendiri. Sehingga menyebabkan ketidak seimbangan antara kebutuhan
yang selalu meningkat dengan sumber daya alam yang ada.

Dengan berkembangnya kebutuhan hidup manusia yang tidak seimbang,


maka para pakar ekonomi pun mulai memecahkan masalah-masalah yang dialami
oleh mansyarakat. Para ekonomi mulai membuat teori-teori ataupun pemikiran-
pemikiran yang lebih cermerlang dalam mengatasi perkembangan ekonomi.

Dari semua teori-teori para pakar ekonomi tidak semuanya mampu


mengatasi permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, tidak semua
persoalan didunia ini hanya persoalan ekonomi. Namun, dapat kita amati bahwa
persoalan seperti persoalan ideologi, politik, sosial, budaya, agama, keamanan dan
sebagainya ternyata berawal dari ekonomi juga. Dengan demikian dalam makalah
kali ini, kami berusaha membahas bagaimana pandangan serta teori Adam Smith
dalam menghadapi permasalahan ekonomi yang muncul.

Kemakmuran Negara (Wealth of Nations) dan yang lebih kecil pengaruhnya


Teori Moral Sentimen, telah menjadi titik awal untuk segala pertahanan atau kritik
atau bentuk kapitalisme, yang terpenting dalam tulisan Marx dan ekonomi manusia.
Karena kapitalisme laissez-faire seringkali dihubungkan dengan keegoisan tak
terkontrol, ada gerakan baru yang menekankan filosofi moral Smith, dengan fokus
simpati kepada seseorang.

1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana teori wealth of nation menurut Adam smith?
b. Bagaimana pengaruh pandangan adam smith?
1.3. Tujuan

Tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Politik
dan menambah wawasan dalam memahami pemikiran-pemikiran para ekonom
dunia. Selain itu untuk membandingkan pemikiran ekonomi masa lalu dengan masa
sekarang.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Teori Wealth of Nation Menurut Adam Smith

Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market


capitalist, kebijksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern.
An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa
disingkat The Wealth of Nation adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang
berisi tentang ide-ide ekonomi yang sekarang dikenal sebagai ekonomi klasik.
Inspirasi dari buku ini tidak lain berasal dari gurunya sewaktu menuntut ilmu di
Universitas Glasgow yakni Francis Hutcheson dan teman kuliahnya David Hume
(Becker, 2007). Tulisan Smith juga terdiri dari penjelasan menyeluruh megenai
berbagai tulisan merkantilis dan fisokrat yang disentiskannya dengan baik menjadi
satu bahan kajian ekonomi. Perbedaan pendapat antara Smith dan kaum merkantilis
salah satunya mengenai faktor yang menentukan kemakmuran, dimana kaum
merkantilis percaya bahwa alamlah yang menentukan tingkat kemakmuran.
Sedangkan menurut Smith, penentuan tingkat kemakmuran adalah kemampuan
manusia sendiri sebagai faktor produksi. Pembahasan Smith lebih banyak bersifat
mikro dengan penekanan pada penentuan harga yang dilakukan dengan
pendekakatan deduktif beserta dengan penjelasan historisnya. Smith berpandangan
optimis tentang masa depan dunia. Fokus utamanya adalah peningkatan individu
melalui kesederhanaan dan prilaku yang baik, menabung dan berinvestasi,
perdagangan dan divisi kerja, pendidikan dan pembentukan kapital, serta
pembuatan teknologi baru. Beliau lebih tertarik untuk meningkatkan kemakmuran
ketimbang membagi-bagi kemakmuran (Becker, 2007).

Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem
ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan
hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem
ini merupakan sekumpulan kebijakan ekonomi yang juga merujuk kepada
pemikiran bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith. Ruh pemikiran ekonomi Adam
Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan pemerintah. Model
pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire yang berasal dari bahasa Perancis
yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk
perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan. Laissez-faire
menjadi sinonim untuk ekonomi pasar bebasyang ketat selama awal dan
pertengahan abad ke-19 (Skousen, 2005). Secara umum,istilah ini dimengerti
sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak menginginkan adanyacampur tangan
pemerintah dalam perekonomian. In economics, Laissez-faire means allowing
industry to be free of government restriction, especially restrictions in the formof
tariffs and government monopolies. Adam Smith memandang produksi dan
perdagangan sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan
perdagangan maksimal dan menghasilkan kekayaan universal, Smith
menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan ekonomi kepada rakyat dalam
bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik maupun
internasional (Skousen, 2005). Dalam bukunya The Wealth of Nations, Smith juga
mendukung prinsip kebebasan alamiah, yakni setiap manusia memiliki
kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya tanpa campur tangan
pemerintah. Ini mengandung pengertian negara tidak boleh campur tangan dalam
perpindahan dan perputaran aliran modal, uang, barang, dan tenaga kerja. Lebih
lanjut, Smith juga sependapat bahwa pada dasarnya tindak laku manusia berasal
pada kepentingan sendiri (self-interest) bukan belas kasian ataupun
perikemanusiaan (Deliarnov, 2010). Meskipun terdengar kurang baik, hal ini bukan
berarti kita tidak dapat berhubungan dengan sesama manusia, kita tetap bisa
menjalankan bisnis dengan manusia. Namun, perlu dingat bahwa manusia
melakukan segala sesuatunya berdasar pada self-interest manusia itu sendiri.
Dalam pembagian kerja, Smith menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja
akan lebih maksimal apabila dilakukan pembagian kerja (division of labor) . Yang
artinya pembagian melalui spesialisasi perorangan yang melakukan produksi akan
menghasilkan output yang lebih baik dan lebih efisien. Smith juga menjelaskan
dengan menggunakan teknologi-teknologi baru dalam sistem produksi akan
meningkatkan hasil produksi pula. Maka dari itu, Smith percaya pada kekuatan
investasi dalam pembelian atau penggunaan teknologi.
Berbicara mengenai arti nilai dalam ekonomi, Smith mengidentifikasikan
barang memiliki dua nilai yakni nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in
exchange). Nilai tukar barang akan ditentukan oleh jumlah tenaga (labor) yang
diperlukan salam menghasilkan barang tersebut, sedangkan nilai guna adalah nilai
kegunaan atau fungsi barang itu sendiri (Deliarnov, 2010). Contoh nilai tukar
barang dapat dilihat dari tingkat keterampilan ataupun lama waktu yang digunakan
dalam proses pembuatan barang yang nantinya dipakan dalam menentukan harga.
Menurut Smith, hubungan antara nilai tukar dan nilai guna bersifat relatif. Hal ini
terlihat dari perumpamaan air dan intan yang ia jelaskan sebagai contoh kasus
dimana air yang notabene memiliki nilai guna lebih tinggi, tidak memiliki harga
yang lebih tinggi pula dibandingkan intan yang sebenarnya tidak memiliki nilai
guna. Teori nilai Smith sebenarnya merupakan salah satu kelemahan dari teori
klasik yang tidak mengedepankan nilai utilitas, namun persoalan paradoks ini
selanjutnya mampu dipecahkan oleh murid Smith yakni Alfred Marshall
(Deliarnov, 2010).

Perbedaan utama mengenai teori ekonomi klasik dan neoklasik dapat dilihat
dari konsep utility. Dalam ekonomi klasik, utility tidak menjadi kajian dalam
pelbagai teori yang dibawa olehnya baik dari segi nilai, labor ataupun pertumbuhan.
Dalam teori klasik, nilai kesetimbangan lah yang menjadi patokan harga
dibandingkan nilai-nilai penawaran dan permintaan (supply and demand).
Sedangkan dalam neoklasik, nilai keperluan menjadi prioritas utama disamping
nilai kesetimbangan yang juga digunakan dalam mengontrol supply and demand
(Button, 2014). Dari segi nilai (value), ekonomi klasik dan neoklasik memiliki
definisi yang sangat berbeda. Dalam teori klasik, nilai suatu barang sama dengan
harga yang digunakan dalam produksi. Sedangkan dala neoklasik, nilai suatu
barang bertumpu pada fungsi supply and demand. Maka dari itu, dalam ekonomi
klasik, value bersifat inherent (tidak terpisahkan) dan dalam neoklasik value
bersifat perceived property (dirasakan). Dengan kata lain, dalam neoklasik nilai
merupakan harga sedangkan dalam neoklasik nilai berarti keperluan. Hal ini
selanjutnya menjadi permasalahan baru bagi ekonomi klasik dalam mendifinisikan
profi dalam kegiatan ekonomi. Apabila nilai sama dengan harga, maka
darimanakah profit atau keuntungan tersebut dapat diperoleh ? hal ini dikritik oleh
para kaum neoklasik yang mendifinisikan profit sebagai kelebihan dari pendapatan
diatas biaya atau ongkos. Jadi, jika penawaran dan permintaan untuk hasil barang
dengan harga lebih tinggi dari tenaga kerja dan modal yang masuk ke dalam biaya
produksi, maka barang dan komponennya hanya memiliki harga keseimbangan
juga berbeda (Button, 2014). Selanjutnya, dari segi rasionalitas neoklasiklah yang
cenderung menekankan nilai-nilai ini. Dalam neoklasik, individu memiliki pilihan
rasional yang menjadi acuan dalam perilaku jual beli, dimana individu cenderung
untuk memaksimalkan keperluan mereka dan perusahaan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan. Sedangkan dalam teori klasik, tidak ada perbedaan
antara perusahaan dan individu mengenai prinsip rasionalitas. Yang ada hanya
tingkat pendapatan keuntungan yang sama antara perusahaan dan pekerja (salah
satu keuntungan ekonomi yang dikarenakan invisible hand dalam pasar bebas).
Terakhir adalah mengenai konsep keseimbangan. Bagi ekonomi klasik,
keseimbangan (equilibrium) dapat dicapai apabila tabungan sama dengan investasi,
sedangkan bagi neoklasik keseimbangan terjadi dalam titik pertemuan antara kurva
penawaran dan permintaan. Hal ini merupakan perbedaan yang paling fundemantal
antar ekonomi klasik dan neoklasik, karena keduanya menggunakan komponen
unsuryang berbeda (Button, 2014).

2.2. Pengaruh Pandangan Adam Smith

Pengaruh pandangan dan pemikiran Adam Smith sangat luas. Dapat dikatakan
bahwa hampir semua pembahasan di bedang ekonomi dikaitkan dengan hampir
semua pembahasan di bidang ekonomi dikaitkan dengan pandangan Smith.

Sebagai contoh, individualisme dan materialisme tidak murni ajaran Smith.


Jika ditelusuri ke belakang, paham individulisme sebelumnya berasal dari paham
hedonisme, yang sudah dikembangkan oleh pemikir-pemikir ekonomi dari masa
Yunani Kuno. Paham hedonisme dirumuskan pertama kali oleh pemikir Yunani
Kuno Aristippus, dan disempurnakan oleh Epicurus.

Paham materialisme oleh pemikir-pemikir ekonomi klasik disebarluaskan,


dan ternyata kemudian ikut dianut oleh banyak orang di bnyak negara. Paham
materialisme dan individualisme sukar dibendung, bahkan oleh kekuasaan gereja
sekalipun. Karena perbedaan diatas, tidak heran kalau pada mulanya kekuasaan
gereja ingin membendung ajaran materialisme yang lebih memperhatikan
kebahagiaan di bumi ini.

Sistem ekonomi pasar tidak membutuhkan perencanaan dan pengawasan


dari pihak mana pun. Orang sering keliru menganggap bahwa sistem ekonomi
liberal yang didasarkan pada paham individualisme ini akan mengakibatkan
terganggunya harmoni sosial. Tetap Smith justru berpandangan sebaliknya.
Menurut Smith, walau tiap orang didorong untuk mengejar kepentingan masing-
masing, adanya persaingan bebas akan menjamin bahwa masyarakat secara
keseluruhan akan menerima benefit. Dalam doktrin perekonomian liberal harmoni
sosial justru bisa timbul dari konflik individu-individu.

Dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa paham individualisme Smith tidak
sama dengan egoisme. Kedua sifat tersebut mamang sama-sama mementingkan diri
sendiri. Akan tetapi implikasi kedua paham tersebut sangat berbeda dikaitkan
dengan perhatian terhadap orang atau kelompok masyarakat lain. Kalau dalam
egoisme orang mementingkan orang lain, dalam individualisme orang yang
mementingkan diri sendiri memaksanya untuk ikut memperhatikan (considerant)
terhadap kepentingan orang lain.

Lebih jelas, memperhatikan kepntingan pribadi dalam paham


individualisme tidak harus menyebabkan tidak harus menyebabkan berkurangnya
perhatian terhadap kepentingan orang lain. Sebagaimana pernah diucapkan oleh
J.S. Mill, salah seorang tokoh klasik lainnya yang berjasa membuat ilmu ekonomi
yang selama ini diejek sebagai dismal science: Orang bisa saja bersaing di sektor
ekonomi dan bersifat sosial di bidang distribusi pendapatan.

Sistem ekonomi pasar berdasarkan persaingan sempurna yang


dikembangkan oleh Smith oleh banyak pakar seringkali diakui sebagai organisasi
masyarakat terbaik yang mungkin dikembangkan. Hal ini terbukti dimana jumlah
negara yang menganut sistem pasar ini makin lama makin banyak saja dari tahun
ke tahun. Sebagaimana diketahui, sistem perekonomian liberal yang lebih
mengandalkan mekanisme pasar dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi
pada awalnya dikembangkan dan dipraktekkan di negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat.

Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar terbukti menikmati


tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sedang negara-negara yang
mengabaikan kekuatan mekanisme pasar dalam mengalokasikan sumberdaya dan
mendistribusikan barang dan jasa tertatih-tatih dalam melaksanakan pembangunan.
Semua bukti tersebut terlalu keras untuk menyangkal bahwa sistem perekonomian
yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar jauh lebih unggul dibanding
sistem ekonomi kemasyarakatan lainnya. Semua itu tidak lepas dari jasa seorang
pemikir ekonomi klasik Adam Smith.

Dukungan Smith terhadap kebebasan alamiah menimbulkan pemikiran baru


di kalangan generasi yang kemudian. Sebagian besar negeri di seluruh dunia yang
mulai bergerak menuju perdagangan bebas bisa diikatkan dipengaruhi oleh karya
Adam Smith. The Wealth of Nations adalah dokumen ideal untuk melengkapi
revolusi industri dan hak-hak politik mausia.

Magnum opus Smith ini telah mendapt pengakuan hampir di seluruh dunia.
H.L. Mencken menyatakan, Tak ada lagi buku yang lebih memikat dalam bahas
inggris. Sejarawan Arnold Toynbee menegaskan bahwa The Wealth of Nations
dan mesin uap telah meghancurkan dunia lama dan menciptakan dunia baru .
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Adam Smith sebagai Bapak ekonomi modern dengan teori klasiknya


memiliki pandangan-pandangan baru yang pada masanya merupakan tahap awal
revolusi industri. Pembahasannya terentang dari teori ongkos produksi, upah, laba,
sewa, serta teori pembangunan yang turut memperhitungkan nilai pembagian kerja
dan akumulasi modal. Landasan pandangan ekonomi kalsik adalah kepentingan
pribadi (self-interest) dengan kemerdekan alamiah, sehingga setiap orang dengan
tepat mengetahui apa yang perlu dan menguntungkan bagi dirinya. Bila
dibandingkan dengan pemikiran-pemikiran paham sebelumnya, teori Smith
cenderung lebih terpadu, konsisten, mendalam, dan bersifat lebih umum dengan
banyak membicarakan mengenai kekayaan. Beliau juga menantang pandangan
kaum Merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan itu terdiri dari uang dan
logam-logam mulia. Menurut Smith, perdagangan internasional bukan semata-mata
untuk mendapatkan logam-logam mulia tetapi untuk pertukaran komoditi yang
diperlukan, memperluas pasar dan hal ini yang akan meningkatkan pembagian
kerja. Mengenai perbedaanya dengan neoklasik, penulis berpendapat bahwa teori
klasikyang diusung oleh Smith memiliki banyak kekurangan yang belum bisa
dijelaskan dari sisi rasionalitas seperti halnya yang telah disempurnakan oleh
neoklasik. Definisi mengenai keperluan, penawaran dan permintaan seharusnya
juga diperhitungkan oleh teori kalsikdalam mencapai keuntungan yang diinginkan
seperti halnya masalah paradoks mengenai air dan intan yang belum bisa dijelaskan
dengan baik oleh teori klasik.
DAFTAR PUSTAKA

Becker, Gary.S., 2007. Economic Theory. New Jersey:Transaction


Publishers.
Button, Andrew., 2014. Difference Between Classical & Neoclassical
Economics. Terdapat di :
http://www.ehow.com/info_7904133_difference-between-classical-
neoclassical-economics.html. (diakses pada 30 November 2016).

Anda mungkin juga menyukai