Anda di halaman 1dari 18

KONSEP TIMBANG TERIMA

Makalah ini Diajukan Untuk Pemenuhan Mata Ajar Managemen Keperawatan


Tingkat III A

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


1. Afina Shafa Yulita (18001)
2. Mahya Indrastuti (18033)
3. Melviana Putri (18037)
4. Shean Agatha Manullang (18038)
5. Siti Endah Maoladi (18067)
6. Syaiful Bahri (18038)

AKPER HERMINA MANGGALA HUSADA

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa, atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep
Timbang Terima. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Managemen
Keperawatan.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. Suryani Hartati,M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Direktur Akademi Keperawatan


Hermina Manggala Husada.
2. Ns. Junita Maratur Silitonga, M.Kep. selaku Koordinator dan Dosen Mata
Kuliah Managemen Keperawatan.
3. Ria Anugerahwati,Ners,M.Kep.selaku Dosen Mata Kuliah Managemen
Keperawatan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik yang membangun, khususnya dari koordinator dan dosen mata kuliah Managemen
Keperawatan. guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.

Jakarta, 23 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan Umum.................................................................................................2

1.3 Tujuan Khusus................................................................................................2

1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................2

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Timbang Terima..........................................................................3


2.2 Tujuan Timbang Terima................................................................................3
2.3 Langkah-langkah dalam melakukan timbang terima.................................4
2.4 Timbang Terima dengan SABR....................................................................4

BAB III :KASUS


3.1 Kasus................................................................................................................9

BAB IV :PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pembahasan kasus........................................................................................11

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………...…….....14
5.2 Saran…………………………………………………………...…………....14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan


dan menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar
shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi
timbang terima yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa
medis, diagnosa keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan
rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara
lisan dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu
terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima
merupakan bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien
sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat
penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan,
dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat.
Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul
kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya
informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan
keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan

1
menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima yang telah
dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

1.2 Tujuan Umum

Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa mampu


mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan
baik dan mampu bermain peran, sehingga kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.

1.3 Tujuan Khusus

1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian dari Timbang Terima.


1.3.2 Untuk Mengetahui Tujuan dari Timbang Terima.
1.3.3 Untuk Mengetahui Langkah-Langkah dari Timbang Terima.
1.3.4 Untuk Mengetahui Timbang Terima dengan SABR.

1.4 RumusanMasalah

1.4.1 Apa yang dimaksud dari Timbang Terima?


1.4.2 Apa Tujuan dari Timbang Terima?
1.4.3 Bagaimana Langkah-Langkah dari Timbang Terima?

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Timbang Terima


Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain.
Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.
Friesen (2010) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain
laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

2.2 Tujuan Timbang Terima


1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (datafokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan

3
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.
Timbang terima (handover)memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan

2.3 Langkah – langkahdalammelakukanTimbangTerima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untukdinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.(Nursalam, 2002)

2.4 Timbang Terima dengan SABR

Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di rumah


sakit. Alvarado, et al (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian sentinel
yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah
sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Sejalan dengan prinsip
komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012) membagi kegiatan timbang terima
menjadi beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap post timbang terima.
Menurut Jefferson (2012), dalam melakukan timbang terima ada
perkembangan alternative komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu
metode SBAR. Rekomendasi WHO2 pada tahun 2007, mewajibkan untuk anggota

4
Negara WHO dalam memperbaiki pola komunikasi pada saat melakukan operan
jaga harus menggunakan suatu standard yang strategis yaitu dengan mengunakan
metode komunikasi S-BAR. Proses komunikasi S-BAR terbukti telah menjadi alat
komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan
komunikasi yang urgen, terutama antara dokter dan perawat.
a. Definisi SABR
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke
dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR
memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau
tim kesehatan lainnya.
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face
to face yang terdiridari 4 komponenyaitu:
1. S (Situation): merupakan suatu gambaran yang terjadipadasaatitu.
2. B (Background): merupakan sesuatu yang melatar belakangi
situasi yang terjadi.
3. A (Assessment): merupakan suatu pengkajian terhadap suatu
masalah.
4. R (Recommendation): merupakan suatu tindakan dimana meminta
saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk
masalah tersebut.(Jefferson,2012).
b. RuangLingkup SBAR
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,
Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi
catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga
kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
1) Situation :
- Bagaimana situasi yang akan dibicarakan / dilaporkan
- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2) Background :
- Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan
situasi

5
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru
3) Assessment :
Berbagai hasil penilaian klinis perawat
- Apa temuan klinis ?
- Apa analisis dan pertimbangan perawat ?
- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4) Recommendation :
apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
- Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter ?
- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi
pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi ?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
Nama : Tn.Aumur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3
hari perawatan, DPJP :drSetyoko, SpPD, diagnosamedis : Gagal ginjal
kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
2. Background (B) :

6
a. Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24
jam.
b. Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c. Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d. Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f. Diet : rendah protein 1 gram
3. Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu
37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak
napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
b. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
c. Pasien masih mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
a. Awasi balance cairan
b. Batasi asupan cairan
c. Konsul kedokter untuk pemasangan dower kateter
d. Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1
ampul
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f. Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
1. Situation (S) :
a. Selamat pagi Dokter, saya Noerrochmat perawat Nusa Indah 2
b. Melaporkan pasien nama Tn.A mengalami penurunan pengeluaran
urine 40 cc/24 jam, mengalami sesak napas
2. Background (B) :
a. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis

7
b. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang
dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
c. Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
d. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema
ekstremitas bawah dan asites
e. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
f. Kesadaran compos mentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
a. Saya piker masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :
a. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM
b. Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?
c. Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?

8
BAB III
KASUS

1. OPERAN TIM A
LAPORAN KEGIATAN
a) Ny. T(42 thn) (5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU:
baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala 7.
Masalah keperawatan: Nyeri, Resiko infeksi dan gangguan integritas
kulit. Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi &
distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500
mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka
dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus
NaCl 20 tts/mnt. Persiapan lain tidak ada.
b) Ny. Y (47 thn) (5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah,
komposmentis, pucat, anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt,
S: 37 C. Keluhan nyeri diarea anal, skala 7 dari 10. Masalah
keperawatan: Nyeri. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan
distraksi dan relaksasi. Rencana yang belum dilakukan : pemberian
asam mefenamat 500 mg peroral.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet.
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke
Internis, Persiapan kolon in loop.
2. OPERAN TIM B
LAPORAN KEGIATAN
a) Ny. D(41 thn) (5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik,
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: takut kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas.
Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Motivasi individu.
Rencana yg belum dilakukan: Relaksasi, Pendidikan klien. Terapi:
Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral.
Persiapan lain : Cek darah rutin.
b) Ny. M (67 thn) (5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU : baik,
komposmentis. TD: 150/80, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C.
Keluhan nyeri skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Resikio
tinggi infeksi, gangguan integritas kulit. Rencana yang sudah
dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi, ganti balut, Injeksi
Cefotaxim 500 mg. Rencana yang belum dilakukan : pemberian asam
mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV.

9
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg.
Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

10
BAB IV

TINJAUAN KASUS

Perawat menyampaikan overran pada Perawat berikutnya mengenai hal


yang perlu disampaikan dalam overran:

a. Jumlah pasien
4 Pasien
a. Identitas pasien dan diagnosa medis
1) Pasien 1
 Nama : Ny. T
 Umur : 42 thn
 No. RekamMedis : 5880049
 DiagnosaMedis : Ca. Mamae Post Mastektomi
2) Pasien ke-2
 Nama : Ny. Y
 Umur : 47 thn
 No. RekamMedis : 5873281
 DiagnosaMedis : Ca. Recti
3) Pasien ke-3
 Nama : Ny. D
 Umur : 41 thn
 No. RekamMedis : 5874031
 DiagnosaMedis : Ca. Mammae
4) Pasien ke-4
 Nama : Ny. M
 Umur : 67 thn
 No. RekamMedis : 5870051
 DiagnosaMedis : Tumor Kulit
b. Data (keluhan/subyektif dan obyektif)
1) Ny. T (42thn)
Keluhan : nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala
2) Ny. Y (47thn)
Keluhan : nyeri diarea anal, skala 7 dari 10
3) Ny. D (41thn)
Keluhan : takut kalau mau dioperasi
4) Ny. M (67thn)
Keluhan : nyeri skala 7 dari 10
c. Masalah keperawatan yang masih muncul

11
1) Ny. T (42thn)
 Nyeri
 Resiko infeksi
 gangguan integritas kulit.
2) Ny. Y (47thn)
Nyeri
3) Ny. D (41thn)
Ansietas
4) Ny. M (67thn)
 Nyeri
 Resiko tinggi infeksi
 gangguan integritas kulit.
d. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan secara murni
1) Ny. T (42thn)
i. Sudahdilaksanakan:
 monitor TTV,
 Relaksasi & distraksi,
 ganti balut,
 Injeksi Tramadol 1 ampul,
 Injeksi Cefotaxim 500 mg.
ii. Belumdilaksanakan:
 Kaji tanda-tanda infeksi,
 Kaji luka dan
 kaji nyeri.
 Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg,
 Infus NaCl 20 tts/mnt.
2) Ny. Y (47thn)
i. Sudahdilaksanakan:
 monitor TTV
 distraksi dan relaksasi.
ii. Belumdilaksanakan:
 Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1
tablet.

3) Ny. D (41thn)
i. Sudahdilaksanakan:
 monitor TTV,
 Motivasi individu.
ii. Belumdilaksanakan:
 Relaksasi,
 Pendidikan klien.

12
 Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1
tablet peroral.
4) Ny. M (67thn)
i. Sudahdilaksanakan:
 monitor TTV
 distraksi dan relaksasi
 ganti balut
 Injeksi Cefotaxim 500 mg.
ii. Belumdilaksanakan:
 pemberian asam mefenamat 500 mg peroral,
 MonitorTTV.
 Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg.
e. Intervensi kolaborasi dan dependen
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang).
1) Ny. T (42thn)
Persiapan lain tidak ada.
2) Ny. Y (47thn)
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke
Internis, Persiapan kolon in loop.
3) Ny. D (41thn)
Persiapan lain : Cek darah rutin.
4) Ny. M (67thn)
Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

BAB V
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan
Timbang adalah suatu cara dalam meyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terma
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantan shift. Selain
laporan tar shift dapat disampaikan juga infomasi –informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan
keperawatan yang optimal.

3.2 Saran

Dalam aplikasi timbang terima harus dipahami alur overran, dan point-
point yang harus diklarifikasi oleh PP dan PA yang sedang berdinas saat
itu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam,(2010).Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

PSIK, (2011).Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program


Pendidikan Ners. Surabaya.

15

Anda mungkin juga menyukai