Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

MODUL PRAKTIKUM

KEHILANGAN TEKANAN KARENA GESEKAN

(FRICTION LOSS)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I


PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2013

68
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan
B. Tujuan Percobaan
 Mempelajari dasar-dasar dinamika fluida
 Mempelajari sifat fluida Inkompressible dalam jaringan pipa, khususnya
kehilangan tekanan akibat gesekan fluida
 Memberikan motif untuk penghematan energi dalam operasi pabrik.

C. Latar Belakang

Dinamika fluida merupakan cabang disiplin ilmu dari mekanika fluida. Ia


hanya membahas tentang gerak aliran fluida. Aliran ini terbagi menjadi 2 tipe,
antaranya :
1. Aliran lurus (laminer)
2. Aliran Bergolak (turbulen)
Aliran laminer terjadi apabila aliran lancer, sehingga aliran fluida – fluida
yang saling mengalir dengan lancar. Sedang aliran turbulen terjadi jika diatas
kecepatan tertentu, dimana tergantung pada sejumlah faktor, maka aliran akan
bergolak.
Solusi untuk masalah dinamika fluida biasanya melibatkan perhitungan
berbagai property dari fluida seperti :
- Kecepatan
- Tekanan
- Densitas, dan
- Suhu, sebagai fungsi ruang dan waktu.

BAB II

69
LANDASAN TEORITIS

A. PENGERTIAN KEHILANGAN TEKANAN


Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air
bersih atau air minum suatu perkotaan. Dalam perkembanganya sistem instalasi pipa
memerlukan pengawasan dan perawatan yang kontinyu, hal ini untuk mengurangi
kerugian-kerugian akibat kondisi instalasi yang salah satunya dipengaruhi umur pipa.
Permasalahan-permasalahan yang sering timbul akibat kurangnya perawatan dan
umur pipa antara lain : a) kebocoran, b) lebih sering terjadi kerusakan pipa atau
komponen lainnya, c) besarnya tinggi energi yang hilang dan d) penurunan tingkat
layanan penyediaan air bersih untuk konsumen (Kodoatie, 2002: 262). Permasalahan-
permasalahan di atas diperparah lagi dengan meningkatnya  sambungan-sambungan
baru  di  daerah  permukiman   maupun industri dengan  tanpa memperhatikan  
kemampuan ketersediaan air  dan kemampuan sistem jaringan air minum tersebut.
Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa
yang  digunakan  untuk  mengalirkan  atau  mendistribusikan  air  ke  masyarakat.
Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan dikedua tempat, tekanan
terjadi  karena  adanya  perbedaan  elevasi  muka  air  atau  karena  digunakannya
pompa yang lebih sering untuk mengalirkan air dari tempat yang rendah ketempat
yang lebih tinggi. Penggunaan pompa dapat pula bertujuan untuk mengurangi adanya
faktor gesekan antara aliran air dengan dinding basah pipa yang timbul di sepanjang
saluran pipa sebagai akibat adanya viskositas cairan.
Pada saat ini, masih banyak digunakan pipa besi (galvanis ) dan pipa jenis
polivinil chlorida (PVC) oleh masyarakat, pipa-pipa tersebut tersedia dipasaran
dengan berbagai merek baik yang diproduksi oleh industri dalam negeri maupun dari
produk impor. Penggunaan pipa oleh masyarakat tentunya dengan berbagai
pertimbangan sesuai dengan kebutuhan, misalnya : saluran pipa harus lebih tahan
terhadap korosi, tahan terhadap temperatur tinggi, tidak mudah pecah atau bocor dan
mudah dipasang secara flexible.
Salah satu gangguan atau hambatan yang sering terjadi dan tidak dapat
diabaikan pada aliran air yang menggunakan pipa adalah kehilangan energi akibat
gesekan dan perubahan penampang atau pada tikungan serta gangguan–gangguan lain
yang mengganggu aliran normal. Hal ini menyebabkan aliran air semakin lemah dan
mengecil.
70
Perencanaan sistem distribusi air didasarkan pada 2 (dua) faktor utama yaitu
kebutuhan air dan tekanan (Brebbia & Ferrante, 1983 dalam Triatmojo 1996 : 58).
Kebutuhan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan tipe sistem distribusi
yang di inginkan misalnya dipakai kebutuhan 125 liter / orang untuk suatu jaringan,
maka kita harus merencanakan debit dan tekanan yang akan diberikan. Sedangkan
tekanan menjadi penting karena tekanan rendah akan mengakibatkan masalah dalam
distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar akan memperbesar kehilangan
energi. (Triatmojo 1996 : 58).
Kehilangan energi adalah besar tingkat kehilangan energi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kecepatan aliran air dalam saluran. Secara umum
kehilangan energi dikelompokan menjadi 2 (dua) :
1.   Kehilangan energi akibat gesekan.
Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer
(Triatmojo, 1996 : 58) atau major loss (Kodoatie 2002 : 245). Terjadi pada pipa lurus
berdiameter konstan.
2.   Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya.
Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya disebut
juga kehilangan energi skunder (Triatmojo 1996 : 58)  atau minor loss (Kodoatie 2002
: 245). Misalnya terjadi pada pembesaran tampang (expansion), pengecilan
penampang (contraction), belokan atau tikungan.
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pada sistem
distribusi jaringan air minum. Sistem jaringan ini merupakan bagian yang paling
mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan
yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efisien. Jumlah atau debit air
yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan industri yang dilayani, serta
perlu diperhitungkan pertumbuhannya dimasa yang akan datang.
Dalam perencanaan jaringan pipa air bersih di tentukan oleh kebutuhan air dan
tekanan aliran yang diperlukan. Tekanan akan menimbulkan energi aliran, tekanan
kecil akan mengakibatkan masalah dalam distribusi, sedang bila tekanan besar akan
mempertinggi kehilangan energi.
Perlunya penelitian mengenai kehilangan energi pada pipa lurus maupun
adanya perubahan penampang terutama pada pipa jenis polivinil chlorida (PVC)
berdiameter ½ “dan ¾”, hal ini mengingat pipa jenis ini masih banyak dipergunakan
pada pemukiman penduduk maupun industri. Selain itu pipa jenis PVC sangatlah
71
berbeda dengan pipa jenis lainya sehingga sangat dibutuhkan informasi tentang
berapa besar kehilangan energi pada pipa jenis ini.

B. TEORI HIDROLIK
1. Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindahan tenaga dengan
mempergunakan zat cair atau fluida sebagai perantara. Dalam system hidrolik fluida
cair berfungsi sebagai penerus gaya, minyak mineral adalah jenis fluida cair yang
umum dipakai. Pada prinsipnya bidang hidromekanik (mekanika fluida) dibagi
menjadi dua bagian seperti berikut :
1. Hidrostatik, yaitu mekanika fluida yang diam, disebut juga teori persamaan
kondisi-kondisi dalam fluida.
2. Hidrodinamik, yaitu mekanika fluida yang bergerak, disebut juga teori aliran
(fluida yang mengalir).

Prinsip dasar dari pada hidrolik adalah karena sifatnya yang sangat sederhana.
Zat cair tidak mempunyai bentuk yang tetap, zat cair hanya bisa membuat bentuk
menyesuaikan dengan yang ditempati. Zat cair pada prakteknya mempunyai sifat
tidak dapat terkompresi, beda dengan fluida gas yang sangat mudah sekali
dikompresi. Hal ini sangat didukung oleh sifatnya yang selalu menyesuaikan bentuk
yang ditempatinya dan tidak dapat dikompresi. Untuk menjamin bahwa pesawat
hidrolik harus aman dalam operasinya, hal ini dipenuhi oleh sifat zat cair yang tidak
dapat dikompresi. Gambar 2.2 menunjukkan, apabila tuas itu ditekan kuat-kuat ke
arah botol yang tertutup rapat, maka botol itu akan pecah dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan oleh sifat zat cair yang meneruskan gaya ke segala arah.

Gambar 2.2. Zat cair tidak kompresibel

72
Gambar 2.3 memperlihatkan dua buah silinder yang berukuran sama, kedua
silinder dihubungkan oleh pipa, kemudian silinder diisi dengan minyak oli hingga
mencapai batas sama. Dua buah torak ditaruh di atas kedua permukaan minyak oli,
kemudian salah satu silinder ditekan dengan gaya tekan yang ringan tetapi gaya tekan
itu akan diteruskan menjadi gaya dorong yang besar. Tekanan ini diteruskan
keseluruh system, dan dipakai ke torak yang lain hingga naiklah torak tersebut.

Gambar 2.3 Zat cair meneruskan tekanan kesegala arah


Prinsip ini dipakai pada alat-alat pengangkat. Dengan membuat perbandingan
diameter yang berbeda akan mempengaruhi gaya angkat dan gaya penekannya.
Diameter silinder penekan dibuat lebih kecil dari pada silinder penerima beban
(Gambar 2.3) memberikan gaya tekan yang ringan tetapi gaya tekan itu akan
diteruskan menjadi gaya dorong yang besar.
Secara diagram, gerak perpindahan hidrolik adalah seperti terlihat pada
gambar 2.4 yang mengubah dari energi listrik atau panas menjadi energi hidrolik
hingga mekanik. Hidrolik dapat dinyatakan sebagai alat yang memindahkan tenaga
dengan mendorong sejumlah cairan tertentu. Komponen pembangkit minyak
bertekanan disebut pompa, dan sebaliknya, komponen pengubah tekanan hidrolik
(minyak bertekanan) menjadi gerak mekanik disebut elemen kerja. Pada prinsipnya
elemen kerja ini dapat menghasilkan dua macam gerakan utama, gerakan linier (lurus)
dihasilkan dari elemen kerja silinder, dan gerakan putar dihasilkan dari elemen kerja
motor hodrolik.

73
PEMAKAI Operasi
PEMBANGKIT Kontrol Elemen
Pompa Hidrolik
Motor listrik Silinder dan yang akan
=//= hidrolik dan unit Motor hidrolik digerakan
atau pengatur

Energi listrik
Energi Energi Energi Energi
atau mekanik hidrolik hidrolik mekanik
energi panas

Gambar 2.4 Diagram Aliran Sistem Hidrolik


Sebagai penggerak pompa hidrolik dapat digunakan motor listrik atau motor
bakar sebagai penggerak utamanya. Setelah minyak hidrolik dipompa pada tekanan
tertentu, kemudian disalurkan ke katup pengarah yang bertugas mengatur arah cairan
hidrolik mengalir. Hal ini terlihat sekali pada suatu alat yang terdiri dari beberapa
elemen kerja, elemen kerja pada gambar 2.4 disebutkan sebagai pemakai (user),
sampai disini baru didapatkan hasil gerakan mekanik saja, yang akhirnya diteruskan
menjadi gerakan yang dimanfaatkan sebagai gaya pengangkat suatu benda, misalnya
pada fork-lift. Peralatan hidrolik memerlukan ketelitian gerakan, keamanan dan
keselamatan, dan hemat energi dalam pengoperasiannya, seluruh persyaratan yang
dituntut itu dapat dipenuhi dengan melengkapi komponen-komponen tertentu yang
disebut katup-katup pengatur. Pada gambar 2.5, minyak hidrolik ditampung dalam
reservoar 2, dari reservoar ini dipompa pada debit dan tekanan tertentu, tergantung
pada beban dan kecepatan gerak beban tarsebut. Semakin besar beban yang diangkat,
dipres, atau di tekan pada tekanan tertentu akan memerlukan tekanan yang relatif
tinggi.
Sebagai pertimbangan berikut akan diuraikan tentang kerugian dan
keuntungan bila memakai tenaga hidrolik.
1. Keuntungannya :

74
a. Dalam sistem hidrolik, gaya yang sangat kecil dapat digunakan untuk
menggerakan atau mengangkat beban yang sangat berat dengan cara mengubah
system perbandingan luas penampang silinder.
b. Sistem hidrolik menggunakan minyak mineral sebagai media pemindah
gayanya. Pada system ini bagian-bagian yang bergesekan terselimuti oleh lapisan
minyak (oli).
c. Beban dengan mudah dikontrol memakai katup pengatur tekanan (relief
valve), dengan peralatan pencegah beban lebih pada sistem-sistem yang lain. Karena
apabila ada beban lebih tidak segera diatasi akan merusak komponen-komponen itu
sendiri.
2. Kerugiannya.
Sistem hidrolik membutuhkan suatu lingkungan yang betul-betul bersih.
Komponen-komponennya sangat peka terhadap kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh debu, korosi, dan kotoran-kotoran lain, serta panas yang
mempengaruhi sifat-sifat minyak hidrolik. Dengan demikian kebocoran-kebocoran
akan timbul sehingga menurukan efisiensi.
2.Aliran Dalam Hidrodinamik
Hubungan-hubungan antara debit, luas penampang, kecepatan aliran fluida
dalam suatu luas penampang tertentu disebut mekanika fluida bergerak
(hidrodinamik). Apabila fluida mengalir melalui pipa dengan ukuran diameter yang
berbeda-beda, volume fluida yang sama mengalir dalam waktu yang sama pula, tetapi
yang berubah adalah kecepatan volume aliran.

V
Q= t Q = volume aliran atau debit (liter/detik)
V = volume (liter)
t = waktu (detik)
2
A = luas penampang ( m )
s = panjang aliran (jarak yang ditempuh)
A.s
V = A.s sehingga Q = t

75
s
Jarak yang ditempuh per satuan waktu disebut kecepatan v = t (m/detik).
Perkalian antara kecepatan aliran dengan luas penampang yang dilalui menghasilkan
debit.
Q=A.v
Sehingga persamannya (kontinuitas) menjadi

A 1 . v1 = A 2 . v 2 dan Q1 = Q2
Menurut persamaan Bernoulli yang dipakai pada suatu fluida yang mengalir
dinyatakan bahwa : jumlah energi dari fluida yang mengalir akan berubah selama
energi tidak diberikan dari luar atau dipakai ke luar. Fluida dalam system hidrolik
terdiri dari energi-energi, energi kinetic yang disebabkan oleh baret fluida sebenarnya
dan kecepatan fluida itu melakukan gerak, dan energi potensial dalam bentuk tekanan.
Menurut persamaan Bernoulli dinyatakan bahwa :
2
p+v
g.h+ ρ2 = konstan
Berhubungan dengan energi tekanan ( energi potensial ), berarti :
ρ
p total = pst + ρ . g . h + 2 . v2
pst = tekanan statik
ρ . g. h = tekanan pada ketinggian permukaan zat cair
ρ
2 v2 = pusat ( permukaan ) tekanan
3. Fluida Hidrolik
Pada prinsipnya fluida dapat berbentuk cair atau gas. Istilah fluida dalam
hidrolik datang dari istilah umum yang berbentuk cair dan digunakan sebagai media
pemindah daya atau tenaga. Fluida hidrolik dalam aplikasinya mempunyai empat
tujuan utama, yaitu; (1) sebagai pemindah (penerus) gaya; (2) pelumas pada bagian-
bagian yang bergesekan; (3) pengisi celah; (4) sebagai pendingin atau penyerap panas
yang timbul akibat gesekan.
Sifat-sifat zat cair atau fluida antara lain adalah :
1. Mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah atau dari
permukaan yang tinggi ke permukaan yang lebih rendah.

76
2. Bentuknya selalu berubah-ubah sesuai dengan tempatnya.

BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
 Alat
1. Pipa Orifice
2. Pipa Nozzle
3. Pipa Venturi
4. Thermometer
 Bahan
1. Air
B. Metode
 Prosedur Kerja
1. Menutup semua vent valve dan drain valve, kemudian di buka semua.
2. Menjalankan pompa sirkulasi.
3. Mengukur beda tegangan tekanan dengan manometer U terbalik, dengan
laju arus aktual di ukur dengan rota meter.
4. Tekanan keluar dan laju arus dapat di ubah, diulangi pengukuran sampai 3
kali, lalu diambil data yang paling stabil.
5. Kemudian udara di purging melalui vent valve.

C. Gambar Rangkaian

77
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek


 PIPA
TEMPERATUR
PERBEDAAN TEKANAN
LAJU ARUS ℃
PERCOBAAN
Q (m3/jam) Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1”
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)
1 0,4 17 43 39 33

2 0,5 10 30 19 33

3 0,6 9 33 8 33

 SAMBUNGAN
PERBEDAAN TEKANAN
Laju Arus TEMPERATU
PERCOBAA Elbo V cock
Q R Reducer Reducer Gate Globe Elbo
N w V Tiba” Tiba”
(m3/jam) ℃ 3-4 5-6 7-8 9-10 w
1-2 11-12
1 0,4 33 63 68 52 67 73 49 48 26 49
2 0,5 33 41 36 39 43 38 33 31 25 37
3 0,6 33 12 15 21 26 34 12 40 21 24

78
 KATUB
PERBEDAAN TEKANAN (mmHg)
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Orifice Venturi Nozzle
Q (m3/jam) ℃
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,4 33 16 34 39

2 0,5 33 12 34 23

3 0,6 33 11 12 28

d1/2 = 0,0161 m
d3/4 = 0,0216 m
d1 = 0,0296 m
d11/2 = 0,0416 m
do = 0,0147 m
dv = 0,0119 m
dn = 0,0131 m
L = 2m

79
B. Pembahasan
1. Dik = Q1 = 0,4 m3/jam

1 mmHg = 0,0135 mH2O

h1/2 = pipa ½ = 17 mmHg x 0,0135 mH2O = 0,2312 mH2O


h3/4 = pipa 3/4 = 43 mmHg x 0,0135 mH2O = 0,5848 mH2O
h1 = pipa 1 = 49 mmHg x 0,0135 mH2O = 0,5304 mH2O
 Laju Arus
m3 1 jam
Q1 = 0,4 ×
jam 3600 dtk
= 0,00011 m3/dtk
= 1,1 x 10-4 m3/dtk
 Kecepatan Air dalam Pipa
Q1 0,00011m 3 /dtk
 V½ = π = 3,14
¿¿ ¿¿
4 4
0,00011 m/ dtk
=
0,000196
= 0,561224 m/dtk
Q1 1,1 X m3 /dtk
 V¾ = π = 3,14
¿¿ ¿¿
4 4
0,00011 m/ dtk
=
0,000366249
= 0,304709 m/dtk
Q1 0,0003 m3 /dtk
 V1 = π = 3,14
¿¿ ¿¿
4 4
0,00011 m/ dtk
=
0,000687785
= 0,1601164 m/dtk

 Faktor gesekan untuk aliran air dalam pipa


1 1
2gh d 2 ( 9,8 ) 0,2312 m H 2 O(0,0161)
 λ½ = 2 2 =
¿¿
¿¿

80
0,0729
= 62994475,64 X 10−8

= 10-1mH2O
3 3
2gh d 2 ( 9,8 ) 0,5848 m H 2 O(0,0261)
 λ¾ = 4 4 =
¿¿
¿¿
0,2475
= 18569514,94 X 10−8

= 13 X 10-1 mH2O
2gh1d1 2 ( 9,8 ) 0,5304 m H 2 O( 0,0296)
 λ1 ` =
¿¿
=
¿¿
0,3077
= 5127452,31 X 10−8

= 60X10-1 mH2O
Dik = T = 34 ℃
X −X 1 Y −Y 1
=
X 2− X 1 Y 2−Y 1
33−30 Y −0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796
3 Y −0,00796
=
5 −O , 00072
5Y = 0,03764
Y = 0,007528 m2/dtk

 Bilangan Reynold untuk air dalam pipa


1 1
d xv
 Red ½ = 2 2 = 0,0161 m x ¿ ¿
V
= 12002,7980 x 10−4
3 3
d xv 0,0216 m x 3047,09 X 10−4 m/dtk
 Red ¾ = 4 4 =
0,007528 x 10−4 m2 /dtk
V
= 8742,9816 x 10−4
d1 x v1 0,0296 m x 1601,164 X 10−4 m/dtk
 Red 1 = =
V 0,007528 x 10−4 m2 /dtk
= 6295,7564 x 10−4

81
2. Dik =
Elbow (1-2) = 63 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,8568 mH2O
Reducer (3-4) = 68 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9248 mH2O
Reducer (5-6) = 52 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,7072 mH2O
Gate (7-8) = 67mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9112 mH2O
Globe (9-10) = 73 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9928 mH2O
Cock (11-12) = 49 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,6664 mH2O
Elbow (27-28) = 48 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,6528 mH2O
Tiba`` (29-30) = 26 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,3536 mH2O
Tiba`` (31-32) = 49 mmHg. 0,0136mH2O = 0,6664 mH2O

 Coefficient of Head Loss Across


h 1−2 0,8568 m H 2 O
 E1-2 = 2 = 2
(V 1) /2 g (1601,164 X 10−4) /2 X 9,8
0,8568 m H 2 O
=
−19,5
= -0,043938 mH2O
h 3−4
0,9248 m H 2 O
 E3-4 = 1 2 =
(V 1 ) /2 g −19,5
2
= -0,04742 mH2O
h5−6
0,7072m H 2 O
 E5-6 = 1 2 =
(V 1 ) /2 g −19,5
2
= -0,03626 mH2O
h7 −8 0,9112 m H 2 O
 E7-8 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,04672 mH2O
h9−10 0,9928 m H 2 O
 E9-10 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,05091 mH2O
h11−12 0,6664 m H 2 O
 E11-12 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,03417 mH2O

82
h 27−28 0,6528 m H 2 O
 E27-28 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,03347 mH2O
h29−30 0,3536 m H 2 O
 E29-30 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,01813 mH2O
h11−12 0,6664 m H 2 O
 E31-32 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,03417 mH2O

 Laju Arus Per Detik Q1


π 2 3,14
 Qo = do √ 2 g x ho = (0,0147 m)2 √ 2 x 9,8 x 12,55 m H 2 O
4 4
= 0,0026 m3/dtk
π 2 3,14
 Qv = dv √ 2 g x hv = (0,0119 m)2 √ 2 x 9,8 x 12,55 m H 2 O
4 4
= 0,0017 m3/dtk
π 2 3,14
 Qn = dn √ 2 g x hn = (0,0131 m)2 √ 2 x 9,8 x 12,55 m H 2 O
4 4
= 0,0021m3/dtk

 Koefisien arus dari orifice, nozzle, dan pipa venture


Q1 = 0,00011 m3/dtk
Q1 0,00011 m 3 /dtk
Co = = = 117,5
Qo 0,0026 m 3 /dtk
Q1 0,00011 m 3 /dtk
Cv = = = 179,70
Qv 0,0017 m 3 /dtk
Q1 0,00011 m 3 /dtk
Cn = = = 145,476
Qn 0,0021 m 3 /dtk

83
C. Tabulasi Data

TEMPERATUR
PERBEDAAN TEKANAN
 LAJU ARUS ℃
PERCOBAAN
Q (m3/jam) Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1”
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)
1 0,4 17 43 39 33

2 0,5 10 30 19 33

3 0,6 9 33 8 33

PIPA
KECEPATAN AIR DALAM PIPA
FAKTOR GESEKAN BILANGAN REYNOLD
(m/dtk)
Red Red Red
Pipa ½ Pipa ¾ Pipa 1 λ½ λ¾ λ1
½ (104) ¾ (104) 1 (104)
5612,24 X 3047,091 X 1601,164 X 12002,7980x 8742,9816x 6295,7564x
10-1 13x10-1 60x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4
7086,16 X 3847,33 X 2021,672 X 14185,1372x 1033,6159x 7440,4412x
0,48x10-1 6x10-1 20x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4
8136,26 X 4434,32 X 2328,96 X 17458,6306x 12717,065x 9157,4665x
0,28x10-1 4x10-1 5x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4

84
 SAMBUNGAN

PERBEDAAN TEKANAN
PERCOBAA Laju Arus TEMPERATUR V cock
N Q (m3/jam) ℃ Elbow Reducer Reducer Gate Globe
V Elbow Tiba” Tiba”
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10
11-12
1 0,4 33 63 68 52 67 73 49 48 26 49
2 0,5 33 41 36 39 43 38 33 31 25 37
3 0,6 33 12 15 21 26 34 12 40 21 24

COEFFICIENT OF HEAD LOSS


Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V
Elbow Tiba” Tiba”
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12
-0,043938 -0,04742 -0,03626 -0,04672 -0,05091 -0,03417 -0,033476 -0,018133 -0,03417

-0,02850 -0,02503 -0,02711 -0,02989 -0,026241 -0,022944 -0,02155 -0,01735 -0,0257

-0,00836 -0,0104 -0,01464 -0,018133 -0,0237 -0,008360 -0,02789 -0,0146 -0,0167

 KATUB

85
PERBEDAAN TEKANAN
TEMPERA KOEFISIEN ARUS (-)
PERCOBA LAJU ARUS (mmHg)
TUR
AN Q (m3/jam) Orifice Venturi Nozzle
℃ Co Cv Cn
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,4 33 16 34 39 0,002585 0,001743 0,002112

2 0,5 33 12 34 23 0,002585 0,001743 0,002112

3 0,6 33 11 12 28 0,002585 0,001743 0,002112

86
BAB V
Kesimpulan dan Saran

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yaitu :
1. Terjadinya perbedann beda tegangan tekanan akibat terjadi penyempitan luas
penampang pipa yang berbeda sehingga besar tekanan yang diberikan pada
laju arus menjadi hilang diakibat karena factor gesekan.
2. Besar tegangan tekanan akibat fitting atau penyambungan pipa yang berbeda
jenis mengakibat perubahan tekanan yang semakin kecil sehingga tekanan
menjadi terabaikan dengan aliran air memiliki laju arus yang berbeda.
3. Tekanan yang terjadi pada pipa yaitu pada fitting pipa orifice, venture, dan
nozzle mengakibatkan kehilangan tekanan yang sangat signifikan sehingga
laju arus semakin kecil pada setiap pipa.

B. SARAN
Adapun saran yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan yaitu :
1. Perhatikan kondisi air pada tangki air harus terisi penuh apabila tidak terisi
penuh udara akan masuk melalui pipa dan data akan menjadi salah.
2. Pastikan laju air pada pipa tidak mengalami tekanan dari luar.
3. Periksa apakah semua valve sudah tertutup saat alat dijalankan.

87
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Crristie J. Geankoplis, (1997), “Transport Process and Unit Operation”, 3rd Ed.,
Prentice-Hall Of India
Stanley M. Walas, (1988), “ Chemical Process Equipment “, 10th Butterworth
Publisher USA.
Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), ”Operasi Teknik
Kimia”, Jilid 1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga

88

Anda mungkin juga menyukai