MODUL PRAKTIKUM
(FRICTION LOSS)
68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari dasar-dasar dinamika fluida
Mempelajari sifat fluida Inkompressible dalam jaringan pipa, khususnya
kehilangan tekanan akibat gesekan fluida
Memberikan motif untuk penghematan energi dalam operasi pabrik.
C. Latar Belakang
BAB II
69
LANDASAN TEORITIS
B. TEORI HIDROLIK
1. Sistem Hidrolik
Sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindahan tenaga dengan
mempergunakan zat cair atau fluida sebagai perantara. Dalam system hidrolik fluida
cair berfungsi sebagai penerus gaya, minyak mineral adalah jenis fluida cair yang
umum dipakai. Pada prinsipnya bidang hidromekanik (mekanika fluida) dibagi
menjadi dua bagian seperti berikut :
1. Hidrostatik, yaitu mekanika fluida yang diam, disebut juga teori persamaan
kondisi-kondisi dalam fluida.
2. Hidrodinamik, yaitu mekanika fluida yang bergerak, disebut juga teori aliran
(fluida yang mengalir).
Prinsip dasar dari pada hidrolik adalah karena sifatnya yang sangat sederhana.
Zat cair tidak mempunyai bentuk yang tetap, zat cair hanya bisa membuat bentuk
menyesuaikan dengan yang ditempati. Zat cair pada prakteknya mempunyai sifat
tidak dapat terkompresi, beda dengan fluida gas yang sangat mudah sekali
dikompresi. Hal ini sangat didukung oleh sifatnya yang selalu menyesuaikan bentuk
yang ditempatinya dan tidak dapat dikompresi. Untuk menjamin bahwa pesawat
hidrolik harus aman dalam operasinya, hal ini dipenuhi oleh sifat zat cair yang tidak
dapat dikompresi. Gambar 2.2 menunjukkan, apabila tuas itu ditekan kuat-kuat ke
arah botol yang tertutup rapat, maka botol itu akan pecah dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan oleh sifat zat cair yang meneruskan gaya ke segala arah.
72
Gambar 2.3 memperlihatkan dua buah silinder yang berukuran sama, kedua
silinder dihubungkan oleh pipa, kemudian silinder diisi dengan minyak oli hingga
mencapai batas sama. Dua buah torak ditaruh di atas kedua permukaan minyak oli,
kemudian salah satu silinder ditekan dengan gaya tekan yang ringan tetapi gaya tekan
itu akan diteruskan menjadi gaya dorong yang besar. Tekanan ini diteruskan
keseluruh system, dan dipakai ke torak yang lain hingga naiklah torak tersebut.
73
PEMAKAI Operasi
PEMBANGKIT Kontrol Elemen
Pompa Hidrolik
Motor listrik Silinder dan yang akan
=//= hidrolik dan unit Motor hidrolik digerakan
atau pengatur
Energi listrik
Energi Energi Energi Energi
atau mekanik hidrolik hidrolik mekanik
energi panas
74
a. Dalam sistem hidrolik, gaya yang sangat kecil dapat digunakan untuk
menggerakan atau mengangkat beban yang sangat berat dengan cara mengubah
system perbandingan luas penampang silinder.
b. Sistem hidrolik menggunakan minyak mineral sebagai media pemindah
gayanya. Pada system ini bagian-bagian yang bergesekan terselimuti oleh lapisan
minyak (oli).
c. Beban dengan mudah dikontrol memakai katup pengatur tekanan (relief
valve), dengan peralatan pencegah beban lebih pada sistem-sistem yang lain. Karena
apabila ada beban lebih tidak segera diatasi akan merusak komponen-komponen itu
sendiri.
2. Kerugiannya.
Sistem hidrolik membutuhkan suatu lingkungan yang betul-betul bersih.
Komponen-komponennya sangat peka terhadap kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh debu, korosi, dan kotoran-kotoran lain, serta panas yang
mempengaruhi sifat-sifat minyak hidrolik. Dengan demikian kebocoran-kebocoran
akan timbul sehingga menurukan efisiensi.
2.Aliran Dalam Hidrodinamik
Hubungan-hubungan antara debit, luas penampang, kecepatan aliran fluida
dalam suatu luas penampang tertentu disebut mekanika fluida bergerak
(hidrodinamik). Apabila fluida mengalir melalui pipa dengan ukuran diameter yang
berbeda-beda, volume fluida yang sama mengalir dalam waktu yang sama pula, tetapi
yang berubah adalah kecepatan volume aliran.
V
Q= t Q = volume aliran atau debit (liter/detik)
V = volume (liter)
t = waktu (detik)
2
A = luas penampang ( m )
s = panjang aliran (jarak yang ditempuh)
A.s
V = A.s sehingga Q = t
75
s
Jarak yang ditempuh per satuan waktu disebut kecepatan v = t (m/detik).
Perkalian antara kecepatan aliran dengan luas penampang yang dilalui menghasilkan
debit.
Q=A.v
Sehingga persamannya (kontinuitas) menjadi
A 1 . v1 = A 2 . v 2 dan Q1 = Q2
Menurut persamaan Bernoulli yang dipakai pada suatu fluida yang mengalir
dinyatakan bahwa : jumlah energi dari fluida yang mengalir akan berubah selama
energi tidak diberikan dari luar atau dipakai ke luar. Fluida dalam system hidrolik
terdiri dari energi-energi, energi kinetic yang disebabkan oleh baret fluida sebenarnya
dan kecepatan fluida itu melakukan gerak, dan energi potensial dalam bentuk tekanan.
Menurut persamaan Bernoulli dinyatakan bahwa :
2
p+v
g.h+ ρ2 = konstan
Berhubungan dengan energi tekanan ( energi potensial ), berarti :
ρ
p total = pst + ρ . g . h + 2 . v2
pst = tekanan statik
ρ . g. h = tekanan pada ketinggian permukaan zat cair
ρ
2 v2 = pusat ( permukaan ) tekanan
3. Fluida Hidrolik
Pada prinsipnya fluida dapat berbentuk cair atau gas. Istilah fluida dalam
hidrolik datang dari istilah umum yang berbentuk cair dan digunakan sebagai media
pemindah daya atau tenaga. Fluida hidrolik dalam aplikasinya mempunyai empat
tujuan utama, yaitu; (1) sebagai pemindah (penerus) gaya; (2) pelumas pada bagian-
bagian yang bergesekan; (3) pengisi celah; (4) sebagai pendingin atau penyerap panas
yang timbul akibat gesekan.
Sifat-sifat zat cair atau fluida antara lain adalah :
1. Mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah atau dari
permukaan yang tinggi ke permukaan yang lebih rendah.
76
2. Bentuknya selalu berubah-ubah sesuai dengan tempatnya.
BAB III
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat
1. Pipa Orifice
2. Pipa Nozzle
3. Pipa Venturi
4. Thermometer
Bahan
1. Air
B. Metode
Prosedur Kerja
1. Menutup semua vent valve dan drain valve, kemudian di buka semua.
2. Menjalankan pompa sirkulasi.
3. Mengukur beda tegangan tekanan dengan manometer U terbalik, dengan
laju arus aktual di ukur dengan rota meter.
4. Tekanan keluar dan laju arus dapat di ubah, diulangi pengukuran sampai 3
kali, lalu diambil data yang paling stabil.
5. Kemudian udara di purging melalui vent valve.
C. Gambar Rangkaian
77
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
2 0,5 10 30 19 33
3 0,6 9 33 8 33
SAMBUNGAN
PERBEDAAN TEKANAN
Laju Arus TEMPERATU
PERCOBAA Elbo V cock
Q R Reducer Reducer Gate Globe Elbo
N w V Tiba” Tiba”
(m3/jam) ℃ 3-4 5-6 7-8 9-10 w
1-2 11-12
1 0,4 33 63 68 52 67 73 49 48 26 49
2 0,5 33 41 36 39 43 38 33 31 25 37
3 0,6 33 12 15 21 26 34 12 40 21 24
78
KATUB
PERBEDAAN TEKANAN (mmHg)
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Orifice Venturi Nozzle
Q (m3/jam) ℃
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,4 33 16 34 39
2 0,5 33 12 34 23
3 0,6 33 11 12 28
d1/2 = 0,0161 m
d3/4 = 0,0216 m
d1 = 0,0296 m
d11/2 = 0,0416 m
do = 0,0147 m
dv = 0,0119 m
dn = 0,0131 m
L = 2m
79
B. Pembahasan
1. Dik = Q1 = 0,4 m3/jam
80
0,0729
= 62994475,64 X 10−8
= 10-1mH2O
3 3
2gh d 2 ( 9,8 ) 0,5848 m H 2 O(0,0261)
λ¾ = 4 4 =
¿¿
¿¿
0,2475
= 18569514,94 X 10−8
= 13 X 10-1 mH2O
2gh1d1 2 ( 9,8 ) 0,5304 m H 2 O( 0,0296)
λ1 ` =
¿¿
=
¿¿
0,3077
= 5127452,31 X 10−8
= 60X10-1 mH2O
Dik = T = 34 ℃
X −X 1 Y −Y 1
=
X 2− X 1 Y 2−Y 1
33−30 Y −0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796
3 Y −0,00796
=
5 −O , 00072
5Y = 0,03764
Y = 0,007528 m2/dtk
81
2. Dik =
Elbow (1-2) = 63 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,8568 mH2O
Reducer (3-4) = 68 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9248 mH2O
Reducer (5-6) = 52 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,7072 mH2O
Gate (7-8) = 67mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9112 mH2O
Globe (9-10) = 73 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,9928 mH2O
Cock (11-12) = 49 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,6664 mH2O
Elbow (27-28) = 48 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,6528 mH2O
Tiba`` (29-30) = 26 mmHg. 0,0136 mH2O = 0,3536 mH2O
Tiba`` (31-32) = 49 mmHg. 0,0136mH2O = 0,6664 mH2O
82
h 27−28 0,6528 m H 2 O
E27-28 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,03347 mH2O
h29−30 0,3536 m H 2 O
E29-30 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,01813 mH2O
h11−12 0,6664 m H 2 O
E31-32 = 2 =
(V 1) /2 g −19,5
= -0,03417 mH2O
83
C. Tabulasi Data
TEMPERATUR
PERBEDAAN TEKANAN
LAJU ARUS ℃
PERCOBAAN
Q (m3/jam) Pipa ½” Pipa ¾ “ Pipa 1”
(25 – 26) (23 – 24) (21 – 22)
1 0,4 17 43 39 33
2 0,5 10 30 19 33
3 0,6 9 33 8 33
PIPA
KECEPATAN AIR DALAM PIPA
FAKTOR GESEKAN BILANGAN REYNOLD
(m/dtk)
Red Red Red
Pipa ½ Pipa ¾ Pipa 1 λ½ λ¾ λ1
½ (104) ¾ (104) 1 (104)
5612,24 X 3047,091 X 1601,164 X 12002,7980x 8742,9816x 6295,7564x
10-1 13x10-1 60x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4
7086,16 X 3847,33 X 2021,672 X 14185,1372x 1033,6159x 7440,4412x
0,48x10-1 6x10-1 20x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4
8136,26 X 4434,32 X 2328,96 X 17458,6306x 12717,065x 9157,4665x
0,28x10-1 4x10-1 5x10-1
10-4 10-4 10-4 10-4 10-4 10-4
84
SAMBUNGAN
PERBEDAAN TEKANAN
PERCOBAA Laju Arus TEMPERATUR V cock
N Q (m3/jam) ℃ Elbow Reducer Reducer Gate Globe
V Elbow Tiba” Tiba”
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10
11-12
1 0,4 33 63 68 52 67 73 49 48 26 49
2 0,5 33 41 36 39 43 38 33 31 25 37
3 0,6 33 12 15 21 26 34 12 40 21 24
KATUB
85
PERBEDAAN TEKANAN
TEMPERA KOEFISIEN ARUS (-)
PERCOBA LAJU ARUS (mmHg)
TUR
AN Q (m3/jam) Orifice Venturi Nozzle
℃ Co Cv Cn
17 - 18 15 - 16 13 - 14
1 0,4 33 16 34 39 0,002585 0,001743 0,002112
86
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yaitu :
1. Terjadinya perbedann beda tegangan tekanan akibat terjadi penyempitan luas
penampang pipa yang berbeda sehingga besar tekanan yang diberikan pada
laju arus menjadi hilang diakibat karena factor gesekan.
2. Besar tegangan tekanan akibat fitting atau penyambungan pipa yang berbeda
jenis mengakibat perubahan tekanan yang semakin kecil sehingga tekanan
menjadi terabaikan dengan aliran air memiliki laju arus yang berbeda.
3. Tekanan yang terjadi pada pipa yaitu pada fitting pipa orifice, venture, dan
nozzle mengakibatkan kehilangan tekanan yang sangat signifikan sehingga
laju arus semakin kecil pada setiap pipa.
B. SARAN
Adapun saran yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan yaitu :
1. Perhatikan kondisi air pada tangki air harus terisi penuh apabila tidak terisi
penuh udara akan masuk melalui pipa dan data akan menjadi salah.
2. Pastikan laju air pada pipa tidak mengalami tekanan dari luar.
3. Periksa apakah semua valve sudah tertutup saat alat dijalankan.
87
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Crristie J. Geankoplis, (1997), “Transport Process and Unit Operation”, 3rd Ed.,
Prentice-Hall Of India
Stanley M. Walas, (1988), “ Chemical Process Equipment “, 10th Butterworth
Publisher USA.
Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), ”Operasi Teknik
Kimia”, Jilid 1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga
88