DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Pendahuluan....................................................................................................... 4
2. Istilah – istilah dalam Reverse Osmosis.............................................................. 8
a. Ph............................................................................................................ 8
b. Total Suspended Solid (TSS).................................................................... 9
c. Total Disolved Solid (TDS)....................................................................... 10
d. Turbidity.................................................................................................. 12
e. Conductivity............................................................................................ 13
f. ORP.......................................................................................................... 14
g. Pre-treatment......................................................................................... 15
1
BAB III PENGOPERASIAN PADA KONDISI KHUSUS
2
DAFTAR GAMBAR & TABEL
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Pltu pangkalan susu 2 x 200 MW, merupakan pembangkit listrik yang menggunakan
batubara sebagai bahan bakarutama untuk menghasilkan uap/steam. Siklus air dalam sistem
PLTU merupakan siklus tertutup, dimana air yang berada pada kondensor hotwell
dipompakan menuju boiler untuk dipanaskan menjadi uap. Uap yang dihasilkan didalam
boiler kemudian digunakan untuk memutar turbin generator sehingga listrik dengan
kapasitas 200 mw tersebut dapat dihasilkan. Uap yang digunakan untuk memutar turbin
kemudian didinginkan didalam kondensor sehingga berubah menjadi air dan selanjutnya
dipompakan kembali kedalam boiler. Secara ideal air yang berada pada siklus PLTU
jumlahnya tetap dan tidak berkurang sehingga disebut dengan siklus air tertutup, tetapi pada
kenyataanya air tersebut perlu untuk ditambah. Penambahan air pada siklus PLTU tersebut
dikarenakan adanya air yang hilang / sengaja dibuang oleh operator. Berkurangnya air pada
siklus PLTU diantaranya terjadi pada proses blowdown, sampling kimia ataupun kebocoran
yang lain. Berkurangnya air dalam siklus PLTU tersebut perlu ditambah untuk menjamin
keberlangsungan proses pembangkitan listrik.
4
Dari penjelasan diatas fungsi dari water treatment plant ( WTP ) dalam sistem Pltu
adalah sebagai auxiliary plant / plant penunjang dalam pengoperasian Pltu untuk
menghasilkan air demineralized sebagai air penambah pada siklus PLTU dengan jumlah dan
kualitas yang cukup. Jumlah air penambah yang dibutuhkan relative cukup banyak sehingga
pada umumnya digunakan air laut sebagai bahan baku air penambah tersebut. Air laut
tersebut diolah menjadi air tawar selanjutnya air tawar tersebut dimurnikan atau dihilangkan
kandungan ion-nya sehingga menjadi air demineralized.
Beberapa cara yang biasanya terdapat dalam pembangkit listrik untuk mengubah air
laut menjadi air tawar, diantaranya dengan desalination plant dan RO plant. Pada
desalination plant, air laut diubah menjadi air tawar dengan cara evaporasi. Air laut
dipanaskan (biasanya menggunakan steam sebagai pemanasnya) sampai temperatur
tertentu kemudian dialirkan kedalam flash chamber.Didalam flash chamber air laut yang
sudah dipanaskan akan menguap kemudian uap tersebut didinginkan sehingga mengembun
dan menghasilkan air distillate atau air tawar.
Sedangkan prinsip kerja dari Reverse Osmosis adalah berdasarkan pada peristiwa
osmosis yang terjadi di alam. Osmosis adalah proses alami, ketika dua cairan konsentrasi
yang berbeda dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel, cairan memiliki
5
kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi zat terlarut tinggi
untuk keseimbangan potensial kimia. Reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari
daerah konsentrasi zat terlarut tinggi melalui membran semipermeabel ke daerah
konsentrasi zat terlarut rendah dengan menerapkan tekanan melebihi tekanan osmotik.
Aplikasi terbesar dan paling penting dari reverse osmosis adalah pemisahan air murni dari air
laut dan air payau. Membran yang digunakan untuk reverse osmosis memiliki lapisan padat
dalam matriks polimer baik kulit membran asimetris atau lapisan interfasial dipolimerisasi
dalam membran tipis film komposit di mana pemisahan terjadi. Dalam kebanyakan kasus,
membran ini dirancang untuk memungkinkan air hanya untuk melewati melalui lapisan
padat, sementara mencegah bagian dari zat terlarut (seperti ion garam). Proses ini
mensyaratkan bahwa tekanan tinggi diberikan pada sisi konsentrasi tinggi membran,
biasanya 2-17 bar (30-250 psi) untuk air tawar dan payau, dan 40-82 bar (600-1200 psi)
untuk air laut, yang memiliki sekitar 27 bar (390 psi) tekanan osmotik alam yang harus
diatasi. Proses ini terkenal karena penggunaannya dalam desalinasi (menghilangkan garam
dan mineral lainnya dari air laut untuk mendapatkan air tawar), namun sejak awal 1970-an
itu juga telah digunakan untuk memurnikan air segar untuk aplikasi medis, industri, dan
domestik.
Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses osmosis, yaitu memberikan
tekanan balik dengan tekanan osmotik lebih besar pada permukaan cairan yang lebih kental,
maka cairan yang lebih murni akan menembus permukaan membran menjadi cairan yang
lebih murni (Heitmann, 1990). Berikut ini adalah gambar Mekanisme Kerja Reverse Osmosis.
6
Air yang mengandung garam-garaman (atau air dengan konsentrasi yang tinggi) dimasukan
dengan tekanan tertentu, sehingga melebihi tekanan osmotiknya, kedalam ruangan di bagian
kanan. Maka air (murni) akan berjalan melewati membran semi permeabel dan tertampung
di ruangan sebelah kiri. Tidak semua air bisa dilewatkan melalui membran tersebut, hal ini
tergantung pada tekanan yang diberikan dan karakter dari membran. Oleh karena itu, dalam
filter Reverse Osmosis akan dihasilkan air limbah (reject), yaitu air yang mengandung garam-
garaman konsentrasi tinggi.
Water Treatment Plant pada PLTU Pangkalan Susu menggunakan RO plant dan
demineralized plant, dimana pada RO Plant terdiri dari sistem SWRO (seawater Reverse
Osmosis) dan sistem FWRO (Fresh Water Reverse Osmosis). Sedangkan pada Demineralized
plant terdapat cation bed, anion bed dan mixbed untuk menghasilkan air demin.
Air laut sebagai air baku dipompakan menuju membran semi-permeable dengan
menggunakan pompa bertekanan tinggi, sehingga dapat menciptakan proses yang
berlawanan (reverse) dari proses alamiah osmosis. Membran semi-permeable hanya akan
mengijinkan molekul air yang melaluinya dan membuang bermacam-macam kontaminan
yang terlarut. Proses spesifik yang terjadi dinamakan ion eksklusi, dimana sejumlah ion pada
permukaan membran sebagai sebuah pembatas mengijinkan molekul-molekul air untuk
melaluinya seiring melepas substansi-substansi lain. Air yang melalui membran dinamakan
air produk yang biasanya ditampung dalam tangki. Air produk ini memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan dengan air bakunya. Sedangkan air yang tidak melalui membran (reject)
yang memiliki kandungan garam-garam yang tinggi dibuang dari membran. Akan tetapi air
reject dari proses RO memiliki energi dalam bentuk tekanan yang masih cukup tinggi,
sehingga biasanya didalam sistem RO dilengkapi dengan pressure exchanger untuk
memanfaatkan energi tersebut. Secara sederhana proses reverse osmosis dapat dilihat dari
gambar dibawah ini.
7
Gambar 4. Proses kerja reverse Osmosis
Ph
8
Gambar 5. Sifat air asam dan basa
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut
dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008) .
9
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS
umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk
kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun
anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat terlarut
dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L). Umumnya
berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat
melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada pengairan, pemeliharaan aquarium,
kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan lain-lain (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut dapat pula merupakan konsentrasi jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) di dalam air. Analisa total padatan
terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan
pada sifat atau hubungan ion. Selain itu, pengujian tidak memberikan wawasan dalam
masalah kualitas air yang spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan
sebagai uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut
total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, B.,2010).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah
rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat,
natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau
aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang
timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan
dan pelarutan batu dan tanah (Anonymous, 2010). Batas ambang dari TDS yang
diperbolehkan di sungai adalah 1000mg/L. Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh
10
ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan
serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan
alami ikan akan semakin berkurang (Alabaster dan Lloyd ,1982).
Ada dua metode yang sering digunakan dalam pengukuran TDS, yaitu:
1. Gravimetri
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Hal ini dikarenakan metode
gravimetri ditentukan melalui penimbangan langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat
lain.Bagian terbesar dari gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawaan
murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama. Adanya pengotor pada konstituen
dapat diuji dan bila perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling penting dalam
metode ini yaitu proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang
ditimbang mendekati murni (Irha, 2011).
2. Electrical Conductivity
Semakin banyak bahan (mineral logam maupun nonlogam) dalam air maka hasil
pengukuran akan semakin besar. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung
dalam air maka hasilnya mendekati nol, atau disebut air murni (Insan, 2008). Prinsip kerjanya
dengan menghubungkan 2 buah probe ke larutan yang diukur, kemudian dengan rangkaian
pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output yang menujukkan besar konduktivitas/daya
hantar listrik sampel air tersebut (Endrah, 2010).
11
Turbidity
Turbidity adalah derajat kekeruhan pada sebuah larutan. Semakin keruh suatu
larutan, maka turbidity larutan tersebut semakin tinggi Kekeruhan dilihat pada konsentrasi
ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan
Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah
ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki
tingkat atau kadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang
pasti memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan
oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material
organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari
partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah partikel
menghamburkan cahaya dalam suatu cairan.
Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan
sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat melindungi
organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan
sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan kebersihan nya. Pada
proses industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk memastikan
efisiensi dalam pengolahan atau proses industri terkait.
12
Gambar 7. Perbandingan nilai turbidity larutan
Conductivity
+ - + -
NA+
CL-
CL- CL-
NA+
NA+
Gambar 8. Conductivity
13
ORP
ORP (Oxidation Reduction Potential) adalah angka yang menunjukkan tinggi kadar
anti oksidan. Apabila angka menunjukkan (+) maka anti oksidan rendah, sedangkan angka (-)
menunjukkan kemampuan air sebagai anti oksidan yang tinggi. Anti Oksidan berguna untuk
Mengurangi Proses Oksidasi. Air minum yang normal memiliki 100 sampai 400 ORP yang
berarti tidak ada potensi pengurangan oksidasi.
Pada sistem RO, ORP adalah parameter penting untuk menentukan air laut yang
masuk kedalam membran RO sudah bebas dari chlorin dan larutan kimia yang bersifat oxidan
seperti bromine, ozone and hydrogen peroxide. Air laut yang kandungan ORP nya tinggi atau
bersifat oxidan dapat menyebabkan kerusakan pada membran RO sehingga kualitas produk
menurun.
SDI adalah suatu indicator yang digunakan untuk menentukan potensi fouling koloid
dari air laut / air baku yang masuk kedalam membran RO. Sumber – sumber koloid
diantaranya bakteri, tanah liat, koloidal silica, hasil-hasil korosi besi, dll. Semakin kecil nilai
SDI maka semakin bagus air laut sebagai air baku untuk proses RO. Nama lain untuk SDI
14
adalah kolloid-Index (KI) atau Fouling-Index (FI). Pengetesan SDI didefinisikan dalam standar
ASTM D4189, Standard Amerika untuk Pengujian Bahan.
Pretreatment
Pretreatment adalah proses treatment awal dari air laut untuk mengurangi
pengotor / kontaminan yang terkandung didalam-nya. Pada air laut pengotor yang berupa
koloid-koloid (ukuran 1-100 nm) tersebut tidak dapat mengendap sehingga diperlukan suatu
cara untuk mengendapkan pengotor/koloid tersebut. Biasanya terdiri dari proses koagulasi,
flokulasi dan pengendapan. Koagulasi adalah proses penggumpalan dari pengotor / koloid-
koloid yang terdapat pada air laut dengan nenambahkan cairan kimia. Flokulasi adalah
proses penambahan cairan kimia sehingga gumpalan-gumpalan yang terjadi pada proses
koagulasi dapat bergabung menjadi gumpalan-gumpalan yang lebih besar yang biasa disebut
dengan flok. Flok-flok tersebut mempunyai ukuran yang lebih besar sehingga lebih mudah
untuk diendapkan.
15
BAB II
PENGOPERASIAN WTP
Air laut dialirkan kedalam bak pretreatment yang terdiri dari coagulant tank, flokulant
tank dan clarifier tank. Terdapat 2 buah bak pretreatment, dimana satu operasi dan
satu stand-by. Proses pretreatment air laut dilakukan dengan penambahan larutan
kimia berupa coagulant, coagulant aid dan NaOCl.
Penambahan kimia dilakukan dengan bantuan 2 buah pompa coagulant, 2 buah
pompa coagulant aid, dan 2 buah pompa NaOCl. Pompa-pompa tersebut dapat diatur
speed maupun stroke pompa untuk mengatur jumlah injeksi kimia agar sesuai dengan
yang dibutuhkan. Setelah diinjeksi dengan larutan kimia, pengotor-pengotor yang
terdapat pada air laut akan mengendap pada tangki/bak coagulant, floculant maupun
clarifier dan secara periodic endapan kotoran tersebut dibuang ke parit dengan
bantuan katup drain yang bisa dioperasikan dari WTPCR. Setelah melalui proses
pretreatment, air laut ditampung didalam clarifier tank. Pada clarifier tank terdapat 2
buah pompa (clarified water pump) yang digunakan untuk mengalirkan air laut
menuju proses selanjutnya.
Air yang dipompa oleh Clarified water pump kemudian disaring oleh Self Cleaning
Filter, dimana filter tersebut dapat melakukan pembersihan secara auto bila DP dari
filter tersebut telah mencapai 50 KPa. Terdapat 2 buah self cleaning filter, dimana 1
operasi dan 1 stand-by. Setelah air laut melewati self cleaning filter, air laut akan
menuju kedalam MMF (Multi Media Filter). Terdapat 4 buah MMF, 2 operasi dan 2
lagi stand-by.
16
Air setelah melewati MMF akan dialirkan ke SWRO, dengan sebelumnya dilakukan
pengecekan mengenai syarat kualitas air yang diijinkan untuk masuk kedalam
membrane SWRO. Pengecekan kualitas air laut tersebut ditujukan untuk menjaga
membrane RO dari kerusakan ataupun Fouling. Terdapat 2 buah SWRO, dimana 1
operasi dan 1 stand by.
Setelah kualitas air laut memenuhi syarat masuk kedalam SWRO, air laut dialirkan
kedalam SWRO dengan terlebih dahulu melewati security filter/catridge filter.
Terdapat 2 buah catridge filter dimana 1 operasi dan 1 lagi stand-by. Air laut yang
keluar dari catridge filter akan melewati pompa HP Pump, Eri Booster Pump, dan ERI
(energy Recovery Device). Selanjutnya air laut tersebut melewati membrane SWRO
dan proses reverse osmosis terjadi.
Produk dari SWRO berupa fresh water akan ditampung didalam 1 st RO tank (2 buah)
dan air laut yang reject oleh membran SWRO yang disebut dengan concentrate akan
ditampung diconcentrate water tank selanjutkan dibuang ke laut/digunakan untuk
proses backwash MMF. Eri Booster Pump dan ERI adalah peralatan yang digunakan
untuk memaksimalkan tekanan air laut yang keluar membrane/reject yang masih
cukup tingga sehingga pemakaian energy untuk mengalirkan air laut ke SWRO dapat
di minimalkan.
FWRO adalah proses pemurnian air setelah SWRO, produk dari SWRO/fresh water
yang ditampung dalam tangki dipompakan oleh 2 nd RO booster pump menuju ke
security filter/ catridge filter. Terdapat 2 buah pompa dan 2 buah filter, dimana 1
operasi dan 1 stand-by. Setelah melewati filter, fresh water dipompa oleh HP booster
pump menuju FWRO. Produk dari FWRO ditampung dalam 2 nd RO tank (2buah),
sedangkan air yang tidak melewati membrane akan dibuang ke saluran pembuangan.
Cation exchanger, anion exchanger, dan mixbed exchanger adalah peralatan yang
digunakan untuk mengubah air produk FWRO menjadi air murni/air demin. Produk
FWRO yang ditampung dalam tangki dipompakan oleh ion exchanger menuju cation
bed, anion bed kemudian ke mixbed. Air keluar dari mixbed adalah produk berupa iar
demin yang digunakan untuk mengisi boiler.
17
1 2
3
Pretreatment
MMF
SWRO
FWRO
4
5 Cation, Anion, Mixbed
18
1.2 Dual media filter 3600x 6000 L 4 METITO
Q = 175 t/h
19
1.81 RO cleaning Tank V = 30 m3 1 METITO
Ø3500 x 32500
20
1.10 ERI Modules PX-260, Q=210 2 OMEX
m3/h
1st
1.12 RO Module 140 m3/h 2 OMEX
1st
1.13 RO water tank V 150 m3 2 METITO
6818x 4877 H
21
1.14 Sulfuric acid tank V= 500 L 1 METITO CAR
.1 900x 950 H BON
STE
EL
22
1.16 Sodium 1 METITO SS
.3 Metabisulphite 316
Agitator N=0.
25
Kw
23
2.2 Pipe Mixer DN250 1 OMEX N=15
kW
24
2.7 1st RO Flushing Q=280 t/h, 1 OMEX N=37
Pump P=0,30 MPa kW
25
2.13 DM Water V=1700 m3, 2 GPEC
Storage Tank 12016 x
14143
26
Injector
2.20 Anion Resin 1 OMEX
Injector
2.21 Compressed Air V=6 m3, 2 OMEX
Storage Tank 1400, P=0.8
mpa
27
Acid Injector
2.28 Acid Mist Booster DN500 1 OMEX
2.29 Safety Shower 1 OMEX
28
Alkali Injector
2.36 Alkali Dosing Equipped with 1 OMEX
Skit one tank and
two dosing
pumps
29
2. Pre Start WTP
Pre start peralatan WTP adalah tahapan pengecekan valve-valve untuk memastikan
sistem perpipaan dalam kondisi siap operasi. Adapaun valve-valve tersebut dapat dilihat
pada table dibawah ini.
JOPAA21AA801
Inlet Valve #1,#2 dari CWPke pretreatment Open
JOPAA21AA802
JOGDQ04AA002
1#/2# Coagulant aidstorage tank outlet valve Open
JOGDQ04AA004
JOGDQ04AA005
1#/2# Coagulant aid dosing pump inletvalve Open
JOGDQ04AA007
JOGDQ04AA009
1#/2# Coagulant aiddosing pump outlet valve Open
JOGDQ04AA013
30
JOGDQ04AA019
1#/2# Coagulantdosing outlet valve Open
JOGDQ04AA021
JOGDQ02AA001
1#/2# Disinfectant dosingpump outlet valve Open
JOGDQ02AA002
JOGDCO01AA001/
Compressed air tankinlet/outlet valve Open
JOGDCO01AA002
JOGBK04AA003
JOGBK05AA003 #1-#4 Double-mediumfilter outlet valve
Open
JOGBK06AA003
JOGBK07AA003
JOGCK04AA009
#1-#2 Rootsvalve Open
JOGCK04AA010
31
JOGCK02AA001
JOGCK03AA001 #1-#3 Filter backwashing pump inlet valve Open
JOGCK04AA001
JOGCK02AA003
JOGCK03AA003 #1-#3 Filter backwashing pump outletvalve Open
JOGCK04AA003
Mixer main pipe waterdischarging manualvalve
Open
SWRO
32
#1 Energy recoverydevice concentratedwater outlet
JOGBK11AA403 Open
valve
FWRO
JOGCK05AA002 1# First stage RO watertank outlet valve Open
JOGCK06AA002 2# First stage RO water tank outlet valve Open
JOGBK20AA001 1# Second stage RO booster pump inlet valve Open
JOGBK20AA003 1# Second stage RO booster pump inlet valve Open
JOGBK20AA004 2# Second stage RO booster pump inlet valve Open
JOGBK20AA006 2# Second stage RO booster pump inlet valve Open
JOGBK21AA001 1# FWRO safety filter inlet valve Open
JOGBK22AA001 2# FWRO safety filter inlet valve Open
JOGBK21AA002 1# FWRO safety filter outlet valve Open
33
JOGBK22AA002 2# FWRO safety filter outlet valve Open
JOGBK23AA002 1# FWRO high pressure outlet valve Open
JOGBK24AA002 2# FWRO high pressure outlet valve Open
JOGBK25AA001 1# FWRO outlet valve Open
JOGBK26AA001 2# FWRO outlet valve Open
JOGCK24AA001 1# Second stage RO watertank inlet valve Open
JOGCK25AA001 2# Second stage RO watertank inlet valve Open
JOGCK24AA002 1# Second stage RO watertank outlet valve Open
JOGCK25AA002 2# Second stage RO watertank outlet valve Open
JOGCK26AA001 1# Ion exchanger feedwaterpump inlet valve Open
JOGCK27AA001 2# Ion exchanger feedwaterpump inlet valve Open
JOGCK26AA003 1# Ion exchanger feedwateroutlet valve Open
JOGCK27AA003 2# Ion exchanger feedwateroutlet valve Open
JOGBK41AA001
1#/2#Cation bed manual inletvalves Open
JOGBK42AA001
JOGBK43AA001
1#/2#Anion bed manual inletvalves Open
JOGBK44AA001
JOGBK45AA001
1#/2# Mixed bed manual inletvalves Open
JOGBK46AA001
JOGBK47AA001
1#/2# Mixed bed manual outletvalves Open
JOGBK48AA001
JOGBK41AA001
1#/2# Demineralized watertank inlet valves Open
JOGBK42AA001
JOGBK41AA002
1#/2# Demineralized watertank outlet valves Open
JOGBK42AA002
JOGBK43AA001
1#/2# Demineralization pumpinlet valves Open
JOGBK44AA001
JOGBK43AA003
1#/2# Demineralization pumpoutlet valves Open
JOGBK44AA003
JOGBK45AA001
1#/2# Regeneration pump inletvalves Open
JOGBK46AA001
JOGCR12AA003
1#/2# Chemical waste waterpump outlet valves Open
JOGCR13AA003
JOGBK55AA002
1#/2# Compressed air tankintake valves Open
JOGBK56AA002
JOGBK55AA003
1#/2# Compressed air tankoutlet valves Open
JOGBK56AA003
JOGBQ07AA004 1#/2# Alkali dosing pump outletvalves Open
34
JOGBQ07AA005
JOGBQ07AA006 (Alkali) main dosing valve Open
Tabel 2. Check List Valve manual Start FWRO-Mixbed.
3. Start Pretreatment
4
1 2
7
5
Pastikan level tangki coagulant aid >50 %, Start coagulant aid dosing pump.
Pastikan level tangki NaOCl > 50 %, Start Naocl dosing pump.
Periksa kualitas air yang mengalir, dan sesuaikan injeksi dari coagulant maupun
coagulant aid bila diperlukan.
35
Start pretreatment dengan mengklik tombol “start pretreatment 1/2” pada DCS.
Proses drain akan berlangsung secara auto berdasar timer yang telah kita set.
Amati kenaikan level dari “clarified water tank”.
Catat hasil analisa kimia dari pretreatment.
Pastikan valve manual untuk clarified water pump, self cleaning filter dan MMF dalam
kondisi ready ( pengecekan dilakukan di Pre-start up, list valve untuk clarified water
pump, self cleaning filter dan MMF dapat dilihat di table 1).
Pastikan level dari clarified water tank > 3 m.
Pastikan katup drain mixer outletvalve / valve drain sebelum security filter (pada DCS)
dalam posisi open.
Open seawater inlet valve ( 1 ) & venting Valve ( 7 ).
Open Self Cleaning Filter #1 / #2 Outlet Valve
Start Clarified water pump.
Open Rinse valve ( 6 ).
36
Setelah air keluar dari venting valve ( 7 ), tutup venting valve ( 7 )dan lakukan flushing
± 10 menit.
Open seawater outlet valve ( 4 ) dan tutup Rinse valve ( 6 ).
Start concentrate water pump bila level dari tangki concentrate tinggi.
Lakukan pengecekan turbidity dan SDI dari air outlet MMF.
o SDI < 3 PH 6.5 – 7.5
o Turbidity < 1 Ntu
Catat hasil pengecekan kualitas air outlet MMF. Bila kualitas tidak memenuhi standart
lihat pada bagian troubleshooting langkah yang harus dilakukan.
5. Start SWRO
Pastikan Valve manual untuk SWRO yang akan dioperasikan dalam kondisi ready ( list
valve manual dapat dilihat pada table 1 ).
Pastikan draw off valve 1st RO outlet (5), draw off valve 1st RO module (9),
Concentrate valve (11) dalam posisi open.
Pastikan katup drain mixer outletvalve / valve drain sebelum security filter (pada DCS)
dalam posisi open.
37
Start Pretreatment & MMF, pastikan kualitas air laut outlet MMF telah memenuhi
syarat. Close katup drain mixer outletvalve / valve drain sebelum security filter.
Open 1st RO Inlet Valve (1), lakukan flushing selama ± 5 menit.
Start ERI Booster Pump, naikan frekuensi ERI Booster Pump secara bertahap sampai
dengan 85-90 %.
Lakukan flushing selama ± 5menit. Setelah selesai, close Draw off valve 1 st RO module
(9).
Start HP Pump, naikan frekuensi Hp Pump secara bertahapsampai dengan 85-90 %.
Bila conductivity produk RO sudah memenuhi standart (<800 µs/cm) dan stabil, close
draw off valve 1st RO outlet valve (5).
Tekan tombol interlock pada DCS,catat dan lakukan pengecekan secara berkala.
6. Start FWRO
Pastikan semua Valve manual dan peralatan dalam kondisi stand-by. Lakukan
pengecekan valve manual dengan menggunakan check list pada table-2.
Pastikan level tangki 1st RO > 3 m
Gambar 15.FWRO
Pastikan Valve 2nd RO inlet valve (3), valve drain produk to WWTP area (6), dan valve
drain concentrate (9) dalam posisi open.
38
Lakukan flushing dengan cara start 2 nd RO booster pump ± 120 detik, amati operasi
dari pompa dan sistem perpipaanya.
Setelah flushing selesai, start 2nd RO HP pump.
Setelah ± 30 detik, close valve drain concentrate (9).
Close valve drain produk to WWTP area (6) bila conductivity dari product RO sudah
<20 µs/cm.
Amati parameter-parameter berikut;
o Flow product >50 m3/h
o Recycle rate > 85 % ( recycle rate = Flow produk / flow inlet water )
o PH inlet water 8-9, start pompa alkali bila perlu.
Tekan tombol interlock pada DCS dan Lakukan pencatatan.
39
Pastikan semua Valve manual dan peralatan dalam kondisi stand-by. Lakukan
pengecekan valve manual dengan menggunakan check list pada table-2.
Pastikan leveltangki 2nd RO 1&2 > 3 m.
40
Start Ion Exchanger Pump 1/2. Amati operasi dari pompa dan sistem perpipaanya.
Pada Cation Bed
o Atur flow yang mengalir ± 50 m3/h.
o Bila air sudah keluar dari venting valve (9), maka close venting valve (9).
o Bila penunjukan Na+ pada cation bed <100 µg/l.open product water outlet
valve (5 dan ) close rinse (7) discharge valve.
o Bila penunjukan Na+ pada cation bed >100-200 µg/l, cation bed perlu
diregenerasi.
Pada Anion Bed
o Bila air sudah keluar dari venting valve (9), maka close venting valve (9).
o Bila penunjukan conductivity pada canion bed <5-10 µs/cm. open product
water outlet valve (5 dan ) close rinse discharge valve(7).
o Bila penunjukan conductivity pada canion bed >10 µs/cm, perlu di regenerasi.
Pada Mixbed
o Bila air sudah keluar dari venting valve (9), maka close venting valve (9).
o Bila penunjukan conductivity pada canion bed < 0,2 µs/cm dan SiO 2< 20µg/l,
open product water outlet valve (5 dan ) close rinse discharge valve (7).
o Bila penunjukan conductivity pada canion bed > 0,2 µs/cm dan SiO 2> 20µg/l,
Mixbed perlu diregenerasi.
Cation sampai dengan Mixbed sudah in service, lakukan pencatatan dan pengecekan
secara berkala.
41
8. Proses Stop Peralatan WTP
8.1 Proses Stop Pretreatment
Pastikan SWRO dan MMF dalam posisi stop.
Stop pretreatment dengan menekan tombol “stop pretreatment” pada DCS.
Stop Coagulant dosing pump, coagulant aid dosing pump, dan NaOCl dosing pump.
Open semua drain di coagulant tank, floculant tank, dan clarifier tank selama ± 120
detik untuk membuang kotoran yang mengendap.
Close katup Seawater Inlet Valve (JOGDB02AA001\JOGDB02AA002).
Pelaporan dan pencatatan.
42
Stop SWRO Eri Booster Pump dengan cara mengurangi frekuensi pompa secara
perlahan sampai dengan0%, kemudian klik pompa Booster pump dan klik stop.
Open katup drain mixer outletvalve / valve drain sebelum security filter .
Close 1st RO Inlet Valve.
Lakukan flushing SWRO dengan menggunakan SWRO Flushing Pump.
Lakukan pencatatan dan pelaporan.
43
Stop Ion Exchanger pump.
Pada mixbed, anion bed, dan cation bed
o Close Rinse Valve.
o Close Venting valve.
Lakukan Pelaporan dan pencatatan.
44
BAB III
PENGOPERASIAN PADA KONDISI KHUSUS
45
Settling 10 menit.
o Stop Blower.
o Close Air Blower Inlet Valve (5).
o Open blower drain valve.
Backwashing 30 menit
o Open Backwash Inlet Valve (3).
o Start Backwash Pump.
46
o Bila air sudah keluar dari venting valve, open Backwash Outlet Valve (5).
o Full open katup manual smaal backwash valve.Setelah 30 menit, stop pompa
ion exchanger.
Proses Water Discharge.
o Open middle discharge valve (8) dan venting valve (9).
o Bila air sudah tidak mengalir di middle discharge valve (8), close venting valve
(9).
Pilot injection 10 menit.
o Pastikan middle discharge valve (8) pada posisi open.
o Open Acid inlet valve (6).
o Open outlet valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada DCS.
o Start pompa regenerasi, atur flow yang mengalir 10-15 m 3/h dengan cara
mengatur bukaan valve manual ejector inlet valve.
o Pada proses ini belum ditambahkan Acid.
Injeksi Acid 40 menit.
o Pastikan pada cation bed, Acid inlet valve (6), middle discharge valve (8) dan
outlet valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada posisi open.
o Open katup outlet acid metering tank pada DCS.
o Pastikan flow yang mengalir ke cation bed 10-15 m3/h.
o Pastikan kosentrasi acid 2.5 % dengan cara mengatur pembukaan katup
manual pada outlet acid metering tank.
Exchange 40 menit.
o Pastikan pada cation bed, Acid inlet valve (6), middle discharge valve (8) dan
outlet valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada posisi open.
o Close outlet valve acid metering tank pada DCS.
o Close katup manual pada outlet acid metering tank, untuk memastikan tidak
ada acid yang mengalir.
o Pastikan flow yang mengalir ke cation bed 10-15 m3/h.
47
o Setelah 40 menit, close Acid inlet valve, middle discharge valve dan outlet
valve regeneration pump. stop pompa regenerasi.
Washing20 menit ( atau bila Na+<100 ppb ).
o Open service water inlet valve (2).
o Open Venting valve, start pompa ion exchanger.
o Bila air sudah mengalir dari saluran venting, open Rinse discharge valve.
o Proses dilakukan selama 20 menit atau bila nilai Na +<100 ppb.
o Stop pompa, proses regenerasi cation selesai.
Pencatatan dan pelaporan.
48
o Open Alkali inlet valve.
o Open outlet valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada DCS.
o Start pompa regenerasi, atur flow yang mengalir 10-15 m3/h dengan cara
mengatur bukaan valve manual ejector inlet valve.
o Pada proses ini belum ditambahkan Alkali.
Injeksi Alkali 40 menit.
o Pastikan pada cation bed, Alkali inlet valve, middle discharge valve dan outlet
valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada posisi open.
o Open katup outlet acid metering tank pada DCS.
o Pastikan flow yang mengalir ke cation bed 10-15 m3/h.
o Pastikan kosentrasi alkali 2.5 % dengan cara mengatur pembukaan katup
manual pada outlet alkali metering tank.
Exchange 40 menit.
o Pastikan pada anion bed, Alkali inlet valve (6), middle discharge valve (8) dan
outlet valve regeneration pump yang menuju ke ejector pada posisi open.
o Close outlet valve alkali metering tank pada DCS.
o Close katup manual pada outlet alkali metering tank, untuk memastikan tidak
ada alkali yang mengalir.
o Pastikan flow yang mengalir ke Anion bed 10-15 m3/h.
o Setelah 40 menit, close Alkali inlet valve, middle discharge valve dan outlet
valve regeneration pump. stop pompa regenerasi.
Washing 20 menit ( atau bila Na+<100 ppb ).
o Open service water inlet valve (2).
o Open Venting valve, start pompa ion exchanger.
o Bila air sudah mengalir dari saluran venting, open Rinse discharge valve.
o Proses dilakukan selama 20 menit atau bila nilai konduktivity <10 µs/cm.
o Stop pompa ion exchanger, proses regenerasi Anion selesai.
Pencatatan dan pelaporan.
49
5. Proses Regenerasi Mixbed ( Lihat gambar 18 )
Pastikan level Alkali measuring tank dan acid measuring tank dalam kondisi penuh.
Katup manualoutlet measuring tank yang menuju ke ejector dalam posisi open.
Pompa regenerasi/ion exchanger feed pumpdalam posisi pready. Katup inlet dan
outlet pompa dalam posisi open.
Katup manual inlet dan outlet ejector dalam posisi open.
Katup manual pada mixbed dalam posisi ready.
Compressed air dalam posisi ready.
Backwashing 30 menit.
o Open backwash inlet valve, venting valve, dan backwash outlet valve.
o Start pompa ion exchanger. Atur flow yang melewati mixbed 20-30 m3/h.
o Bila air sudah keluar dari katup venting, close katup venting.
o Bila sudah 30 menit.
o Stop pompa ion exchanger.
Settlement 5 menit
o Close backwash inlet valve, dan backwash outlet valve.
o Stop pompa regenerasi.
Water Discharge
o Open venting valve.
o Open upper discharge valve. Bila air sudah tidak keluar dari upper discharge
valve close venting valve dan upper discharge valve.
Pre - Injection
o Pastikan semua valve pneumatik pada mixbed dalam posisi close.
o Open middle discharge valve.
o Open alkali inlet valve dan acid inlet valve.
o Open outlet valve regeneration pump yang menuju ke alkali ejector dan acid
ejectorpada DCS.
50
o Start pompa regenerasi, atur flow 5-7 m3/h pada alkali ejector dan acid ejector
dengan cara mengatur katup manual inlet ejector. Flow yang mengalir bisa
dilihat pada DCS.
Injeksi acid & alkali 40 menit
o Open katup outlet Alkali measuring tank dan acid measuring tank.
o Atur kosentrasi alkali 2.5 % dengan cara mengatur katup outlet manual alkali
measuring tank.
o Atur kosentrasi acid 2.4 – 2.6 % dengan cara mengatur katup outlet manual
acid measuring tank.
o Setelah 40 menit, close katup outlet Alkali measuring tank dan acid measuring
tank.
Exchange 40 menit
o Close katup outlet manual alkali measuring tank dan acid measuring tank
untuk memastikan tidak ada alkali maupun acid yang mengalir.
o Setelah 40 menit, close alkali inlet valve, acid inlet valve dan stop pompa
regenerasi.
o Open water inlet valve.
Washing anion resin
o Open venting valve dan close middle discharge valve. Start pompa ion
exchanger.
o Bila air sudah keluar dari venting valve, open middle discharge valve dan close
venting valve.
o Proses washing selesai bila kosentrasi alkali pada inlet water dengan outlet
water hampir sama.
o Bila kosentrasi hampir sama, lanjut ke proses selanjutnya.
Mixed washing Alkali dan Acid
o Open rinse discharge valve dan close middle discharge valve.
o Atur flow yang mengalir 20-30 m3/h.
o Bila konduktivity < 10 µs/cm, stop pompa ion exchanger.
51
o Close semua katup pneumatik pada mixbed.
Mixing 5 menit
o Pastika pompa regenerasi dan ion exchanger dalam posisi off.
o Openrinse discharge valve dan venting valve.
o Bila air sudah tidak mengalir pada venting valve, close venting valve dan open
air inlet valve.
o Atur tekanan udara yang masuk ke dalam mixbed < 0.2 Mpa.
o Bila sudah 5 menit, close air inlet valve.
o Segera open water inlet valve dan start pompa ion exchanger.
Washing
o Open venting valve
o Atur flow yang mengalir 40-50 m3/h.
o Bila konduktivity < 0.2 µs/cm dan SiO 2 < 20 µg/l, stop pompa ion exchanger
dan close semua katup
o Proses regenerasi selesai.
o Pelaporan dan pencatatan.
52
BAB IV
BATASAN OPERASI
SATUA
NO PARAMETER OPERASI MIN MAX
N
1 Seawater Inlet Temperatur C 5 40
2 Seawater Inlet Pressure Mpa 0 0,6
3 Seawater inlet Turbidity NTU 0 20
4 Seawater Inlet Ph 5 9
5 Dosing Pump Pressure Mpa 0,02 0,14
6 Sludge pond Level M 0,8 3,65
7 Clarified Water Tank Level M 0,8 3,65
8 seawater booster pump out press Mpa 0,45 0,5
9 self cleaning diff pressure Mpa 0 0,05
10 mmf diff pressure Mpa 0 0,1
11 root fan outlet pressure Mpa 0 0,05
12 compressed air pressure Mpa 0,2 0,3
13 inlet water conductivity US/CM 0 100000
14 inlet water ph to swro 5 9
15 ORP MV -1000 280
16 inlet water temperature to swro C 15 40
17 SDI 0 3
18 safety filter inlet pressure Mpa 0,2 0,4
19 safety filter outlet pressure Mpa 0,15 0,4
20 hp pump outlet pressure Mpa 4 5,5
21 eri inlet flow T/H NORMAL 208
22 eri outlet flow T/H NORMAL 209
23 eri concentrated inlet pressure MPa 4 5,5
25 swro booster pump outlet press MPa 4 5,5
26 swro inlet press MPa 4 5,5
53
27 PRODUCT WATER FLOW T/H 0 140
28 PRODUCT WATER CONDUCTIVITY US/CM 0 800
29 1 ST RO TANK LEVEL M 0,8 5
30 Temperatur inlet 2 nd Ro C 0,8 5
31 Inlet ORP 2nd RO MV 0,8 5
32 PH 2nd RO Inlet Water 0,8 5
33 Current HP Pump 2nd RO A 0,8 5
34 Conductivity 2nd RO Product US/CM 0,8 5
35 Flow 2nd Ro Product t/h 0,8 5
36 2nd RO water tank level m 0,8 5
37 Current ion Exchanger Pump A 0,8 5
38 Inlet Flow Cation Exchanger t/h 0,8 5
39 Na Outlet Cation g/l 0,8 5
40 SiO Anion Exchanger g/l 0,8 5
41 Conductivity Anion Exchanger US/CM 0,8 5
42 SiO Anion Exchanger g/l 0,8 5
43 Conductivity Anion Exchanger US/CM 0,8 5
44 Demineralized water tank level m 0,8 5
54