1. peningkatan keamanan, 2. ketepatan penggunaan dan 3. pengamanan distribusi. Penggolongan obat dilakukan berdasarkan kriteria tertentu 1. mekanisme aksi, 2. penamaan obat, 3. jenis obat, dll. Penggolongan obat berdasarkan kriteria tertentu Obat jadi: obat dalam keadaan murni atau campuran, dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil,supositoria atau bentuk lain.
Obat paten: obat jadi dengan nama dagang
terdaftar atas nama si pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
Obat baru: obat yang berisi suatu zat, baik
sebagai bagian yang berkhasiat, maupun yang tak berkhasiat,misalnya : pengisi, pelarut, bahanpembantu atau komponen lain yang belum dikenal, hingga tidk diketahui khasiat dan keamanannya. Obat asli: obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
Obat tradisional: obat jadi atau obat berbungkus
yang berasal dari bahan alam &tumbuh- tumbuhan, hewan, mineral), diolah secara sederhana berdasakan penhalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
Obat essential: obat yang paling dibutuhkan
untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak yang meliputi diagnosa,profilaksi, dan rehabilitasi. Obat generik berlogo: obat essential yang tercantum dalam daftar obat Essential Nasional DOEN dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan persyaratan CPOB (cara pembuatan obat yang baik)
Obat Wajib Apotek : obat keras yang
dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. (mis. Ranitidin, Asam mefenamat, obat TBC, Na diklofenak Penggolongan Berdasar Efek Farmakologi 1.Sistemik: obat terdistribusi melalui sirkulasi sistemik ke sebagian besar jaringan 2.Lokal: Obat terdistribusi pada tempat- tempat tertentu yg diinginkan. Efek obat terbatas pada lokasi sekitar tempat pemberian. Sebagai contoh : salep kulit, tetes mata, tetes hidung. Bentuk padat (solid): serbuk, tablet, kapsul, suppositoria, Bentuk setengah padat (semi solid): : salep, krim, pasta, jeli Bentuk cair (liquid): solutiones/larutan, sirup, elixer, guttae/obat tetes, injeksi, enema, gargarisma, douche, suspensi, emulsi, infusa, aerosolum Bentuk gas 1. Berdasarkan tujuan pemberian obat: a. Penetapan diagnosa, prefentif dan kuratiif penyakit. b. Rehabilitatif dan promotif kesehatan c. Kontrasepsi 2. Berdasarkan penggunaan obat : a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) b. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) Obat baku/bahan obat: Substansi yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (buku resmi lainnya yang ditetapkan pemerintah) Obat Jadi: Obat standart, obat generik: obat dengan komposisi dan nama teknis standart seperti dalam Farmakope Indonesia atau buku lain yang ditetapkan pemerintah. Obat Paten: Trade name: obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar seperti nama pabrik atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya dan obat tersebut obat yang masih dilindung oleh hak patennya. Obat off Paten: obat yang telah habis masa patennya Obat Generik: obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan-sediaan obat yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal (Obat Generik Berlogo). Obat Generik bisa berupa obat off paten yang terdiri atas branded generik dan generik (berlogo). Obat asli: Obat tradisional, jamu, fitofarmaka: obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia. Obat dengan nama dagang: Obat generik yang dibuat oleh pabrik dengan nama yang berbeda dengan nama generiknya tetapi komposisinya sama dengan generiknya. Yang membedakan adalah bentuk sediaan, rasa, kemasan dan promosi Asam; contoh acetosal, acidum ascorbinium, barbitalum Basa; contoh alucol, bisacodyl, hidrochlorothiazida Garam; contoh : natrium chlorida, papaverine HCI, atropine sulfas, Garam/senyawa kompleks; contoh: magnesium trisilikat, cynacobalamin, aluminium/ kalium sulfat. Ester; contoh: chloramphenicol palmitat, adrenaline bitartrat, gliceryl guayacolate Kristal mengandung air: contoh ampiciline trihiodrat, calcii lactas, codein HCI Isotop radioaktif: contoh : chlormerodin Hg, natrii yodida. Antihipertensi: obat yg digunakan dalam terapi hipertensi. Contohnya: Diuretika, Ca Channel Blocker, Vasodilators, B Blocker, Angiotensin Reseptor Blocker Antiasma: obat yang digunakan dalam terapi asma, contohnya: Bronkodilator, Antiinflamsi Antihiperlipidemia: obat yg digunakan dalam menurunkan hiperlipidemia. Antihiperglikemia: obat yang digunakan dalam menurunkan kadar gula darah Antibiotik: terapi infeksi bakteri Antifungi/antijamur : terapi infeksi jamur Antivirus : terapi infeksi virus Anti protozoa : terapi infeksi protozoa Antiinflamsi : terapi untuk mengurangi proses inflamasi Dekongestan : terapi untuk melegakan saluran nafas Analgetik: obat yang digunakan dalam menurunkan nyeri Antipiretik: obat yang digunakan dalam menurunkan demam, dll Nama kimia : nama asli senyawa kimia Nama generik : nama yang lebih mudah yg disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia. Nama resmi yg telah ditetapkan dalam farmakope Indonesia dan INN (international Non-propietary Names) dari WHO untuk zat berkhasiat yg dikandungnya Nama dagang/merk : nama yg diberikan oleh masing-masing produsen obat. Obat bermerek kadang disebut juga obat paten Obat generik berlogo : obat yg diprogram oleh pemerintah dengan nama generik yang dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yg Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah Obat generik esensial : obat generik terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Obat digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya/tempat obat berikatan. 1. Mekanisme Proksimat: mekanisme kerja obat yang secara fisik mempengaruhi tubuh 2. Mekanisme Ultimat: mekanisme kerja obat yang secara kimiawi menimbulkan reaksi spesifik dan non spesifik terhadap fungsi sel Dengan diketahuinya mekanisme kerja/tempat obat berikatan, kita dapat mengetahui efek obat terhadap tubuh (baik efek yg diharapkan ataupun efek yg tidak diharapkan)Secara garis besar dibedakan 2 : 1. chemotherapeutic agents (untuk penyakit infeksi dan kanker) dan 2. Pharmacodynamic agents (untuk non infeksi, kolinergik, adrenergik, halusinogenik, sedativ dll ) Pengaruh additif Efek Samping Pengaruh adiktif Idiosinkrasi Pengaruh habituasi Allergie Pengaruh sinergistik Fotosensitasi Withdrawal Syndrome Efek toksik Toleransi Resistensi : Tachyphylaxis 1. Resistensi Primer Kumulasi 2. Resistensi sekunder Placebo 3. Resistensi Episomal Inkomptabilitas Dosis obat dibedakan atas : 1.Dosis Minimalis 2.Dosis Therapi: sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik 3.Dosis Maksimalis: batas dosis yang relatif masih aman diberikan pada penderitau 4.Dosis Letalis: dosis yang menyebabkan kematian 5.Dosis Toksis: osis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat menyebabkan terjadinya keracunan obat 6. Initial dose: dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan tujuan agar konsentrasi / kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal 7. Loading Dose: Dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis 8. Maintenance Dose: Dosis obat yang diperlukan untuk memelihara-mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang dieliminasi dari dosis yang terdahulu Per oral ( per.os,p.os. , Per inhalasi/ per enteral ) intrarespiratorial Sublingual, buccal atau Aural bukal Rectal intravaginal Parenteral atau injeksi Urethral 1. Intramusculair Intranasal 2. Subcutan 3. Intra Venous 4. Intratheccal 5. Intracutan 6. Intravena 1.Obat Bebas 2.Obat Keras 3.Obat Psikotropika Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat OTC = Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Tidak membahayakan pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan Ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam Ini merupakan tanda obat yang paling "aman". Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, ) Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W): obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, Memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan Semua obat bebas dan obat bebas terbatas diwajibkan di dalam bungkusnya disertakan brosur yang menerangkan : Cara pemakaian obat, Dosis (jumlah takaran), kontraindikasi, Kemungkinan adanya gangguan alergi terhadap obat serta gejal-gejalanya. Apabila tidak dipenuhi obat tersebut dinyatakan sebagai obat Keras. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, Memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit/ menyebabkan mematikan. Yang berhak memiliki serta menyimpan obat daftar G dalam jumlah yang patut disangka bahwa obat tersebut tidak akan digunakan sendiri adalah: PBF (pedagang besar farmasi) APA (apoteker pengelola apotik) Dokter yang berizin (dr,drg) Dokter hewan (dalam batas haknya) Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan dengan segala konsekuensi yang sudah kita tahu. Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahakan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah. Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Jenis –jenis yang termasuk psikotropika: a. Extasy b. Sabu-sabu Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,serta memiliki potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (mis. Brolamfetamin). Psiktropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat,mengakibatkan sindroma ketergantungan (mis.Amfetamin, sekobarbital) Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang,mengakibatkan sindroma ketergantungan (mis.Amobarbital, pentobarbital) Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatandan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ untuk tujuan ilmu pengetahuanserta mempunyai potensi ringan,mengakibatkan sindroma ketergantungan(mis. Klordiazepoksida, diazepam, dll) Adalahzat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan,
hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Opiod (Opiat) Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan: • Morfin • Heroin (putaw) • Codein • Demerol (pethidina) • Methadone Kokain Cannabis (ganja) Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Semakin berkembangnya teknologi, diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Sayang sediaan yang lebih praktis belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik. Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a. jamu, b. obat ekstrak alam, dan c. fitofarmaka Obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan (berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut) serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu. Adalah obat tradisional yang disajikan dari 1. Ekstrak (penyaringan bahan alam) yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. 2. Membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. 3. Telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.