Anda di halaman 1dari 40

Ns. Rida Darotin, M.Kep.

 Penggolongan obat dimaksudkan untuk


1. peningkatan keamanan,
2. ketepatan penggunaan dan
3. pengamanan distribusi.
 Penggolongan obat dilakukan berdasarkan
kriteria tertentu
1. mekanisme aksi,
2. penamaan obat,
3. jenis obat, dll.
 Penggolongan obat berdasarkan kriteria
tertentu
 Obat jadi: obat dalam keadaan murni
atau campuran, dalam bentuk serbuk, cairan,
salep, tablet, pil,supositoria atau bentuk lain.

 Obat paten: obat jadi dengan nama dagang


terdaftar atas nama si pembuat atau yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya.

 Obat baru: obat yang berisi suatu zat, baik


sebagai bagian yang berkhasiat, maupun yang
tak berkhasiat,misalnya : pengisi, pelarut,
bahanpembantu atau komponen lain yang belum
dikenal, hingga tidk diketahui khasiat dan
keamanannya.
 Obat asli: obat yang didapat langsung dari
bahan-bahan alamiah Indonesia, diolah secara
sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.

 Obat tradisional: obat jadi atau obat berbungkus


yang berasal dari bahan alam &tumbuh-
tumbuhan, hewan, mineral), diolah secara
sederhana berdasakan penhalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.

 Obat essential: obat yang paling dibutuhkan


untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat terbanyak yang meliputi
diagnosa,profilaksi, dan rehabilitasi.
 Obat generik berlogo: obat essential
yang tercantum dalam daftar obat
Essential Nasional DOEN dan
mutunya terjamin karena diproduksi
sesuai dengan persyaratan CPOB
(cara pembuatan obat yang baik)

 Obat Wajib Apotek : obat keras yang


dapat diserahkan tanpa resep dokter
oleh Apoteker di apotek.
(mis. Ranitidin, Asam mefenamat, obat
TBC, Na diklofenak
Penggolongan Berdasar Efek Farmakologi
1.Sistemik: obat terdistribusi melalui sirkulasi
sistemik ke sebagian besar jaringan
2.Lokal: Obat terdistribusi pada tempat- tempat
tertentu yg diinginkan. Efek obat terbatas pada
lokasi sekitar tempat pemberian. Sebagai contoh :
salep kulit, tetes mata, tetes hidung.
 Bentuk padat (solid): serbuk, tablet, kapsul,
suppositoria,
 Bentuk setengah padat (semi solid): : salep,
krim, pasta, jeli
 Bentuk cair (liquid): solutiones/larutan,
sirup, elixer, guttae/obat tetes, injeksi,
enema, gargarisma, douche, suspensi,
emulsi, infusa, aerosolum
 Bentuk gas
1. Berdasarkan tujuan pemberian obat:
a. Penetapan diagnosa, prefentif dan
kuratiif penyakit.
b. Rehabilitatif dan promotif kesehatan
c. Kontrasepsi
2. Berdasarkan penggunaan obat :
a. Medicamentum ad usum internum
(pemakaian dalam)
b. Medicamentum ad usum externum
(pemakaian luar)
 Obat baku/bahan obat: Substansi yang
ditetapkan oleh Farmakope Indonesia (buku
resmi lainnya yang ditetapkan pemerintah)
 Obat Jadi: Obat standart, obat generik: obat
dengan komposisi dan nama teknis standart
seperti dalam Farmakope Indonesia atau buku
lain yang ditetapkan pemerintah.
 Obat Paten: Trade name: obat jadi dengan nama
dagang yang terdaftar seperti nama pabrik atau
yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus
asli dari pabrik yang memproduksinya dan obat
tersebut obat yang masih dilindung oleh hak
patennya.
 Obat off Paten: obat yang telah habis masa
patennya
 Obat Generik: obat dengan nama generik,
nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan INN (International
Non-propietary Names) dari WHO untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik
ini ditempatkan sebagai judul dari monografi
sediaan-sediaan obat yang mengandung nama
generik tersebut sebagai zat tunggal (Obat
Generik Berlogo). Obat Generik bisa berupa
obat off paten yang terdiri atas branded
generik dan generik (berlogo).
 Obat asli: Obat tradisional, jamu,
fitofarmaka: obat yang didapat langsung dari
bahan-bahan alamiah Indonesia.
 Obat dengan nama dagang: Obat generik
yang dibuat oleh pabrik dengan nama yang
berbeda dengan nama generiknya tetapi
komposisinya sama dengan generiknya. Yang
membedakan adalah bentuk sediaan, rasa,
kemasan dan promosi
 Asam; contoh acetosal, acidum ascorbinium,
barbitalum
 Basa; contoh alucol, bisacodyl, hidrochlorothiazida
 Garam; contoh : natrium chlorida, papaverine HCI,
atropine sulfas, Garam/senyawa kompleks; contoh:
magnesium trisilikat, cynacobalamin, aluminium/
kalium sulfat.
 Ester; contoh: chloramphenicol palmitat, adrenaline
bitartrat, gliceryl guayacolate
 Kristal mengandung air: contoh ampiciline trihiodrat,
calcii lactas, codein HCI
 Isotop radioaktif: contoh : chlormerodin Hg, natrii
yodida.
 Antihipertensi: obat yg digunakan dalam terapi
hipertensi. Contohnya: Diuretika, Ca Channel
Blocker, Vasodilators, B Blocker, Angiotensin
Reseptor Blocker
 Antiasma: obat yang digunakan dalam terapi
asma, contohnya: Bronkodilator, Antiinflamsi
 Antihiperlipidemia: obat yg digunakan dalam
menurunkan hiperlipidemia.
 Antihiperglikemia: obat yang digunakan dalam
menurunkan kadar gula darah
 Antibiotik: terapi infeksi bakteri
 Antifungi/antijamur : terapi infeksi jamur
 Antivirus : terapi infeksi virus
 Anti protozoa : terapi infeksi protozoa
 Antiinflamsi : terapi untuk mengurangi proses
inflamasi
 Dekongestan : terapi untuk melegakan saluran nafas
 Analgetik: obat yang digunakan dalam menurunkan
nyeri
 Antipiretik: obat yang digunakan dalam menurunkan
demam, dll
 Nama kimia : nama asli senyawa kimia
 Nama generik : nama yang lebih mudah yg
disepakati sebagai nama obat dari suatu
nama kimia. Nama resmi yg telah ditetapkan
dalam farmakope Indonesia dan INN
(international Non-propietary Names) dari
WHO untuk zat berkhasiat yg dikandungnya
 Nama dagang/merk : nama yg diberikan oleh
masing-masing produsen obat. Obat
bermerek kadang disebut juga obat paten
 Obat generik berlogo : obat yg diprogram
oleh pemerintah dengan nama generik yang
dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yg
Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah
 Obat generik esensial : obat generik terpilih
yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.
 Obat digolongkan berdasarkan mekanisme
kerjanya/tempat obat berikatan.
1. Mekanisme Proksimat: mekanisme kerja obat
yang secara fisik mempengaruhi tubuh
2. Mekanisme Ultimat: mekanisme kerja obat
yang secara kimiawi menimbulkan reaksi
spesifik dan non spesifik terhadap fungsi sel
 Dengan diketahuinya mekanisme
kerja/tempat obat berikatan, kita dapat
mengetahui efek obat terhadap tubuh (baik
efek yg diharapkan ataupun efek yg tidak
diharapkan)Secara garis besar dibedakan 2 :
1. chemotherapeutic agents (untuk penyakit
infeksi dan kanker) dan
2. Pharmacodynamic agents (untuk non
infeksi, kolinergik, adrenergik,
halusinogenik, sedativ dll )
 Pengaruh additif  Efek Samping
 Pengaruh adiktif  Idiosinkrasi
 Pengaruh habituasi  Allergie
 Pengaruh sinergistik  Fotosensitasi
 Withdrawal Syndrome  Efek toksik
 Toleransi  Resistensi :
 Tachyphylaxis 1. Resistensi Primer
 Kumulasi 2. Resistensi sekunder
 Placebo 3. Resistensi Episomal
 Inkomptabilitas
Dosis obat dibedakan atas :
1.Dosis Minimalis
2.Dosis Therapi: sejumlah obat yang memberikan
efek terapeutik
3.Dosis Maksimalis: batas dosis yang relatif masih
aman diberikan pada penderitau
4.Dosis Letalis: dosis yang menyebabkan
kematian
5.Dosis Toksis: osis obat yang diberikan melebihi
dosis terapeutik, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya keracunan obat
6. Initial dose: dosis permulaan yang diberikan
pada penderita dengan tujuan agar konsentrasi
/ kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih
awal
7. Loading Dose: Dosis obat untuk memulai
terapi, sehingga dapat mencapai konsentrasi
terapeutik dalam cairan tubuh yang
menghasilkan efek klinis
8. Maintenance Dose: Dosis obat yang diperlukan
untuk memelihara-mempertahankan efek klinik
atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai
dengan dosis regimen
Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat
yang dieliminasi dari dosis yang terdahulu
 Per oral ( per.os,p.os. ,  Per inhalasi/
per enteral ) intrarespiratorial
 Sublingual, buccal atau  Aural
bukal  Rectal intravaginal
 Parenteral atau injeksi  Urethral
1. Intramusculair  Intranasal
2. Subcutan
3. Intra Venous
4. Intratheccal
5. Intracutan
6. Intravena
 1.Obat Bebas
 2.Obat Keras
 3.Obat Psikotropika
 Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa
resep dokter (disebut obat OTC = Over The Counter),
terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
 Tidak membahayakan pemakai dalam batas dosis
yang dianjurkan
 Ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam
 Ini merupakan tanda obat yang paling "aman".
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di
apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter.
 Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala
penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi
vitamin (Livron B Plex, )
 Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W):
obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih
bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter,
 Memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo),
anti flu (Noza).
 Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera
peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar
warna gelap atau kotak putih bergaris tepi
hitam, dengan tulisan sebagai berikut
 P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan
pemakaiannya.
 P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk
bagian luar dari badan.
 P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh
ditelan.
 P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk
dibakar.
 P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir,
jangan ditelan
Semua obat bebas dan obat bebas terbatas
diwajibkan di dalam bungkusnya disertakan
brosur yang menerangkan :
Cara pemakaian obat,
Dosis (jumlah takaran), kontraindikasi,
Kemungkinan adanya gangguan alergi
terhadap obat serta gejal-gejalanya.
Apabila tidak dipenuhi obat tersebut
dinyatakan sebagai obat Keras.
 Obat keras (dulu disebut obat daftar G =
gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat
keras yang untuk memperolehnya harus dengan
resep dokter,
 Memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi
hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
 Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung
hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan
lain-lain).
 Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai
sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni
tubuh, memperparah penyakit/ menyebabkan
mematikan.
Yang berhak memiliki serta menyimpan obat
daftar G dalam jumlah yang patut disangka
bahwa obat tersebut tidak akan digunakan
sendiri adalah:
PBF (pedagang besar farmasi)
APA (apoteker pengelola apotik)
Dokter yang berizin (dr,drg)
Dokter hewan (dalam batas haknya)
 Obat-obat ini sama dengan narkoba yang
kita kenal dapat menimbulkan ketagihan
dengan segala konsekuensi yang sudah kita
tahu.
 Karena itu, obat-obat ini mulai dari
pembuatannya sampai pemakaiannya
diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan
hanya boleh diserahakan oleh apotek atas
resep dokter. Tiap bulan apotek wajib
melaporkan pembelian dan pemakaiannya
pada pemerintah.
 Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat
menurunkan aktivitas otak atau
merangsang susunan syaraf pusat dan
menimbulkan kelainan perilaku, disertai
dengan timbulnya halusinasi
(mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan alam perasaan dan
dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang)
bagi para pemakainya.
Jenis –jenis yang termasuk psikotropika:
a. Extasy
b. Sabu-sabu
 Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi,serta memiliki potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan (mis.
Brolamfetamin).
 Psiktropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/ untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat,mengakibatkan sindroma
ketergantungan (mis.Amfetamin, sekobarbital)
 Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/ untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang,mengakibatkan sindroma
ketergantungan
(mis.Amobarbital, pentobarbital)
 Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatandan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/
untuk tujuan ilmu pengetahuanserta
mempunyai potensi
ringan,mengakibatkan sindroma
ketergantungan(mis. Klordiazepoksida,
diazepam, dll)
 Adalahzat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu
bagi mereka yang menggunakan dengan
memasukkannya ke dalam tubuh manusia.

 Pengaruh tersebut berupa pembiusan,


hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat ,
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan
yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya.
 Opiod (Opiat)
Bahan-bahan opioida yang sering
disalahgunakan:
• Morfin
• Heroin (putaw)
• Codein
• Demerol (pethidina)
• Methadone
 Kokain
 Cannabis (ganja)
 Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau
jamu dan fitofarmaka.
 Semakin berkembangnya teknologi, diciptakan
peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses
produksi sehingga industri jamu maupun industri
farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk
ekstrak.
 Sayang sediaan yang lebih praktis belum diiringi
dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji
klinik. Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu:
a. jamu,
b. obat ekstrak alam, dan
c. fitofarmaka
 Obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan
(berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun
jamu tersebut) serta digunakan secara tradisional.
 Pada umumnya, mengacu pada resep peninggalan
leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam
bahkan lebih.
 Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris.
 Jamu telah digunakan secara turun-menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara
langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
 Adalah obat tradisional yang disajikan dari
1. Ekstrak (penyaringan bahan alam) yang dapat
berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
2. Membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja
yang mendukung dengan pengetahuan maupun
ketrampilan pembuatan ekstrak.
3. Telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart
kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan
ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
 Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan
alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai
dengan uji klinik pada manusia.
 Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para
profesi medis untuk menggunakan obat herbal di
sarana pelayanan kesehatan.
 Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya
jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

Anda mungkin juga menyukai