PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Premenstrual syndrome merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi
secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi (Nugroho & Utomo, 2014). PMS
ditandai dengan gejala ketidaknyamanan perut, sakit kepala, nyeri, cepat marah dan stres
(Chen et al., 2014). Disebut sebagai Premenstrual Syndrome bila terdapat 1 gejala mood
(emosi) dan 1 gejala fisik, yang dialami 3 siklus berturut-turut (Elvira, 2010). Gejala PMS yang
paling umum adalah suasana hati yang labil, mudah marah, nafsu makan menigkat, pelupa,
sulit berkonsentrasi, mudah menangis, haus, jerawat, gangguan pencernaan, muka merah,
jantung berdebar, pusing dan edema ekstremitas bawah. Gejala premenstrual syndrome
biasanya timbul selama 7-10 hari terakhir dari siklus menstruasi (Fritz & Speroff, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) dibawah
naungan WHO menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar
permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan
dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta
masalah kegemukan (0,5%). Gangguan menstruasi mejadi permasalahan utama pada wanita
di Indonesia. (Damayanti, 2013). Prevalensi PMS di beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan hasil yang berbeda. Di Jakarta Selatan menunjukkan 45% siswi SMK mengalami
PMS. Di Kudus didapatkan prevalensi PMS pada mahasiswi Akademi Kebidanan sebanyak
45,8%. Di Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA mengalami PMS, sedangkan di Purworejo
pada siswi sekolah menengah atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6%. Di Semarang tahun
didapatkan prevalensi kejadian PMS sebanyak 24,9% (Pratita & Margawati, 2013).
Bagi beberapa wanita, gejala premenstrual syndrome ini ada yang masuk dalam
kategori berat, sehingga dapat mengganggu aktivitas mereka (NIH, 2014). Khusus bagi remaja
putri yang bersekolah, dapat mengganggu kualitas kesehatan, konsentrasi, prestasi dan
keaktifan kegiatan belajar di sekolah. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Delara et al., (2012) yang menunjukkan bahwa siswi dengan gangguan
premenstrual syndrome mengalami beberapa penurunan, seperti kondisi mental, peran fisik
dan fungsi sosial.
Masalah yang dihadapi oleh para remaja usia subur adalah ketidaktahuan mereka
mengenai PMS (Premenstrual Syndrome) (Farujiah, 2017). Kurangnya pengetahuan remaja
putri tentang PMS membuat remaja putri tidak sadar akan pentingnya kesehatan reproduksinya
bahkan tidak memperhatikan kesehatan diri. Pengetahuan tentang PMS sangat penting agar
dapat bersikap positif terhadap gejalanya (Kusmiran, 2011).
Studi yang dilakukan oleh Sidabutar (2012) di SMA Hang Tuah I Surabaya
menggambarkan pengetahuan remaja putri tentang PMS masih kurang (70,15%), dan angka
kejadian PMS (53,73%), dari penelitian ini di dapatkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan tentang PMS dengan kejadian PMS. Kurangnya pengetahuan remaja putri
tentang PMS membuat remaja putri tidak sadar akan pentingnya kesehatan reproduksinya
bahkan tidak memperhatikan kesehatan diri. Kurangnya pengetahuan tentang PMS
kebanyakan membuat remaja putri ini tidak melakukan penanganan terhadap PMS.
Pengetahuan tentang PMS sangat penting agar dapat bersikap positif terhadap gejalanya.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek, sehingga sikap positif ditunjukkan dengan mampu melakukan
penanganan dini dan pencegahan dini terhadap PMS (Kusmiran, 2011).
Berdasarkan berbagai ulasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
mendalam tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri tentang premenstrual
syndrome di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri
tentang premenstrual syndrome di Indonesia?’’
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
remaja putri tentang premenstrual syndrome di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pada remaja putri tentang premenstrual
syndrome di Indonesia.
b) Mengetahui distribusi frekuensi sikap pada remaja putri tentang premenstrual syndrome
di Indonesia.
BAB II. METODE
2. Database Pencarian
3. Kata Kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci ( AND, OR, NOT or AND NOT) yang
digunakan untuk memperluas atau menspesifikan pencarian sehingga mempermudah dalam
penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam literature review ini
disesuaikan dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:
OR OR OR OR OR
Strategi Pencarian artikel pada proposal penelitian ini menggunakan format kerangka
PICOS yang terdiri dari :
a. Populasi yaitu populasi atau masalah yang diambil dalam topik penelitian yang sudah
ditentukan dalam literature review.
b. Intervensi yaitu tindakan atau penatalaksanaan yang dipilih dalam topik penelitian yang
sudah ditentukan.
c. Pembanding yaitu tindakan atau penatalaksaan lain yang digunakan sebagai pembanding
intervensi dalam topik penelitian literature review.
d. Luaran yaitu hasil yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik yang
telah ditentukan dalam literature review.
e. Desain penelitian yaitu metode penelitian yang digunakan pada penelitian terdahulu.
Tabel 2 berikut merupakan kriteria dalam literature review yang berjudul gambaran
pengetahuan dan sikap remaja putri tentang premenstrual syndrome di Indonesia mengikuti
format PICOS. Kriteria tersebut digunakan sebagai landasan relevansi artikel yang digunakan.
Jumlah artikel penelitian yang terduplikasi dan tidak relevan setelah dihapus
Screening (n=16)
Eligibility
Artikel teks lengkap dinilai untuk Artikel teks lengkap yang di
kelayakannya eksklusi dengan alasan
(n=13) (n=3)
(n=3)
Included
(n=7)
Dari hasil telaah menggunakan critical appraisal dari 10 artikel penelitian diperoleh
artikel yang mencapai skor cut off 50% sebanyak 5 artikel dengan nilai masing-masing
skor sebagai berikut :