Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN RPK

(SP 1)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS :
a. Menurut keterangan perawat ruangan, pada Senin (10 Agustus 2015)
malam pasien memukul kaca di kamarnya karena merasa terganggu
dengan teman-temannya.
b. Pasien mengatakan ia merasa terganggu karena teman-temannya
rebut, pasien sudah berusaha menegur namun teman-temannya tidak
menghiraukan.
DO :
a. Wajah pasien tampak kesal.
b. Tampak luka jahitan pada lengan sebelah kiri.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
d. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
f. Pasien mampu mendemonstrasikan ulang cara mengontrol fisik I
(nafas dalam).
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
d. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
f. Membantu pasien mempraktikkan cara mengontrol fisik I (nafas
dalam).
g. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


1. Orientasi
“Assalamualaikum. Selamat pagi, bagaimana keadaan R hari ini?”
“Saya dengar hari Senin malam R memukul kaca hingga membuat
tangan R berdarah, bisa kita berbincang-bincang sekarang apa yang
membuat R memukul kaca? Berapa lama kita ingin berbincang-bincang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?”
2. Kerja
“Sekarang R bisa mulai menceritakan apa yang menyebabkan R
memukul kaca. Apa yang R rasakan saat itu?”
“Apakah R merasa kesal kemudian dada R berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan terkepal sebelum R memukul
kaca malam itu? Apakah ada tanda atau hal lain yang R rasakan?”
“Apa yang biasa R lakukan jika R merasa kesal atau marah seperti
waktu itu?”
“Bagaimana menurut R tindakan tersebut?”
“Menurut R apakah ada cara lain yang lebih baik untuk mengungkapkan
kemarahan agar tidak menimbulkan kerugian? Maukah R belajar cara
marah yang baik agar rasa jengkel R tersalurkan tetapi tidak
menimbulkan kerugian?”
“Nanti jika tanda-tanda marah yang R sebutkan tadi R rasakan kembali,
hal pertama yang bisa R lakukan adalah menarik nafas dalam.”
“Coba R perhatikan saya dulu yaa bagaimana caranya menarik nafas
dalam. Begini, pertama R tarik nafas melalui hidung, tahan sampai
hitungan ketiga, lalu hembuskan perlahan-lahan melalui mulut. Lakukan
berulang-ulang sampai perasaan kesal dan dada berdebar-debar tadi
hilang atau berkurang, kurang lebih selama 5 kali.”
“Nah coba sekarang R ulangi apa yang saya ajarkan tadi. Ya! Bagus
sekali R!”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan R setelah kita bercakap-cakap tadi?”
“Coba R sebutkan lagi cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
perasaan kesal R.”
“Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan ini di dalam jadwal harian R.
Menurut R jam berapa mau dimasukkan?”
“Baiklah bagaimana kalau besok saya datang lagi untuk melatih cara
mengendalikan marah dengan kegiatan fisik seperti membersihkan
kamar dan memukul bantal. Tempatnya di sini saja ya, jam 10.30
WITA.”

Anda mungkin juga menyukai