Anda di halaman 1dari 4

Gerakan Literasi Pada Era Revolusi Industri 4.

Nisrina Nurulafifah

Abstrak

Membaca buku membuat kita memiliki pengetahuan yang luas. Tetapi tingkat literasi di
Indonesia terbilang masih sangat rendah. Padahal angka melek huruf menjadi salah satu tolak
ukur kemajuan suatu negara. Pada era Revolusi Industri 4.0 kita harus bisa mengimbangi
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi ini sedikit banyak mempengaruhi tingkat minat baca
masyarakat. Kita harus bisa memanfaatkan kemudahan untuk mengakses bahan bacaan karena
kemajuan teknologi ini untuk meningkatkan gerakan literasi di Indonesia. Tetapi kita juga harus
bisa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan baik dan bijak.

Kata kunci : Literasi, Revolusi Industri 4.0

Pendahuluan

Pepatah mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Dengan banyak membaca buku,
kita akan memiliki pengetahuan yang luas dan pemikiran kita akan menjadi lebih terbuka.
Tetapi, Indonesia masih memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Padahal kemajuan suatu
negara dapat diukur dari tingkat angka melek hurufnya. Kegiatan membaca adalah hal yang
mudah dilakukan, tetapi sulit untuk dibiasakan. Remaja-remaja zaman sekarang lebih memilih
untuk menghabiskan waktu dengan berselancar di internet dan media sosial daripada
menghabiskan waktu untuk duduk dan membaca buku. Oleh karena itu, kita harus mencari cara
yang inovatif untuk bisa meningkatkan minat baca dan gerakan literasi di era digital ini.

Metode

Metode yang digunakan dalam pembuatan tulisan ini yaitu metode studi literatur untuk
mengumpulkan data yang diperoleh dari jurnal-jurnal dan artikel yang relevan dengan topik yang
diangkat.

Pembahasan
Revolusi Industri 4.0 membuat segala kegiatan mengacu pada teknologi informasi. Pada
zaman sekarang, kegiatan sehari-hari kita pasti tidak terlepas dari teknologi dan informasi,
bahkan kemajuan teknologi ini membuat segala aktivitas kita menjadi lebih mudah dan praktis.
Pada bidang pendidikan pun, kita harus mengikuti arus perkembangan teknologi agar
pembelajaran bersifat inovatif.

Ketika berbicara tentang pendidikan, kita tidak bisa terlepas dari kegiatan literasi.
Menurut UNESCO (2012) hanya 1 dari 1000 orang masyarakat Indonesia yang membaca. Data
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga menyebutkan bahwa warga Indonesia rata-rata
hanya membaca 0-1 buku per tahun, kita cukup tertinggal dari negara-negara ASEAN yang
membaca rata-rata 2-3 buku pertahun, terlebih dengan negara maju seperti Jepang yang rata-rata
10-20 buku pertahun. Data tersebut menunjukkan rendahnya tingkat literasi di Indonesia.

Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi sekarang ini tentu sedikit banyak
berpengaruh pada tingkat literasi dan minat baca pada generasi sekarang. Oleh kerena itu kita
perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi dan informasi dalam hal literasi.
Pada umumnya literasi diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan
rumusan literasi yang dibuat oleh kemendikbud yaitu kemampuan mengakses, memahami dan
menggunakan informasi secara kritis. Jika kita kaitkan dengan revolusi industri 4.0 yang
menuntut kita untuk menguasai teknologi, literasi bisa dilakukan dengan menggunakan
pemanfaatan teknologi dan internet. Tidak hanya dari buku cetak dan perpustakaan saja.
Sebenarnya terdapat beberapa komponen literasi, diantaranya literasi media, literasi teknologi
dan literasi visual. Literasi media yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media
yang berbeda, sedangkan literasi teknologi yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang
mengikuti teknologi serta etika dalam memanfaatkan teknologi, dan literasi visual adalah
kelanjutan dari literasi media dan literasi teknologi yang mengembangkan kemampuan dan
kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual.

Pada tahun 2015 pemerintah mengeluarkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
untuk menumbuhkan budi pekerti remaja melalui budaya literasi. Gerakan Literasi sekolah
merupakan suatu usaha dan atau kegiatan yang bersifat partisipasif dengan melibatkan warga
sekolah, akademisi, penerbit, media massa dan masyarakat. Kegiatannya yaitu dengan membaca
selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran. Untuk mengimbangi Revolusi Industri 4.0,
bahan bacaan untuk kegiatan tersebut bisa kita akses melalui media internet. Melalui internet,
kita dapat dengan mudah mengakses berbagai sumber bacaan dari berbagai situs dengan konten
yang beragam. Bahkan kita juga bisa menemukan berbagai macam buku elektronik untuk
menunjang pembelajaran. Hal ini juga lebih memudahkan kita untuk mengakses bahan bacaan
kapan saja dan dimana saja.

Tetapi, kekurangan dari literasi melalui media internet yaitu kita kurang fokus dan
mudah teralihkan karena kita menggunakan alat elektronik untuk membaca, selain itu konten
yang ada sangat luas sehingga kurang tersaring dengan baik. Untuk itulah kita harus bisa bijak
dalam memanfaatkan kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi.

Kesimpulan

Kemajuan teknologi informasi memang bisa mempengaruhi minat baca masyarakat,


tetapi kita harus bisa melihat peluang dan memanfaatkan kemajuan itu untuk meningkatkan
gerakan literasi. Karena kemajuan teknologi informasi memberi kita kemudahan untuk
mengakses bahan bacaan secara luas. Tetapi kita juga harus bijak dalam memanfaatkannya.

Daftar Pustaka

Budhijanto, Danrivanto (2018). Teori Hukum dan Revolusi Industri 4.0. Bandung: Logoz
Publishing.

Effendi, Ramlan (2016). Model Pembelajaran SQ3R Untuk Mengembangkan Kemampuan


Literasi Matematis Siswa. Jakarta: Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka.

Noor, Achmad Rouzni (2018). Mengenal Konsep Revolusi Industri 4.0. Jakarta: Detikinet.
(Diakses pada 13 November 2018).

Rachman, Fadhly Fauzi (2018). Apa Itu Revolusi Industri 4.0?. Jakarta: Detikfinance. (Diakses
pada 13 November 2018).

Solin, Mutsyuhito (2018). Sastra, Literasi dan Karakter. Medan: LP2M UMNAW.

Siregar, Sulaiman (2018). Peran Literasi Kritis Dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral.
Medan: LP2M UMNAW.
Suragangga, I Made Ngurah (2017). Mendidik Lewat Literasi untuk Pendidikan Berkualitas.
Denpasar: Lembaga Penjaminan Mutu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Wandasari, Yulisa (2017). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk
Pendidikan Berkarakter. Palembang: Universitas PGRI Palembang.

Anda mungkin juga menyukai