Anda di halaman 1dari 17

 

LAPORAN E X P E R T  TENTANG
  TENTANG PERAWATAN LUKA
LAPARATOMI
ATAS INDIKASI ILEUS OBSTRUKTIF DI KHANTIL 1
RSUD KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD PANDU GAGAR DZIKRULLAH

SN 152113

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Di Eropa, istilah ileus diartikan sebagai suatu kelainan obstruksi
mekanik dan atonia usus yang berhubungan dengan pembedahan perut
(laparatomi)) atau peritonitis. Walau bagaimanapun, pada negara-negara yang
(laparatomi
 berbahasa Inggris, istilah obstruksi digunakan untuk suatu kemacetan
mekanik yang timbul akibat suatu kelainan struktural yang menyebabkan
suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus. Istilah ileus dimaksudkan
untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi fungsional.
Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran
urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang
abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik
operasi laparotomi.
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo
sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga
laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau
 peritoneal.
 peritoneal. Istilah
Istilah lain untuk laparotomi
laparotomi adalah celiotomi.(
celiotomi.( Fossum,
Fossum, 2005)
2005)
Keuntungan penggunaan teknik laparotomi medianus adalah tempat
 penyayatan
 penyayatan mudah ditemukan
ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai
 penanda,
 penanda, sedikit terjadi perdarahan dan di daerah tersebut sedikit mengandung
mengandung
syaraf. Adapun kerugian yang dapat terjadi dalam penggunaan metode ini
adalah mudah terjadi hernia jika proses penjahitan atau penangan post operasi
kurang baik dan persembuhan yang relatif lama.
Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini digunakan teknik operasi
laparotomi medianus cental dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas.
Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan
organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk
menegakkan diagnosa.
Bedah laparatomy  juga merupakan tindakan dengan pembedahan.
Proses penyembuhan lukanya akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi,
 

 proliferasi, fibroblastik dan maturasi (Hendro, 2005). Kesembuhan luka


operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi ke dalam jaringan
(Kartinah, 2006).

Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk membahas


 bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien post laparatomy
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

B.  Tujuan Penulisan


1.  Tujuan Umum

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memberikan informasi dan


menambah pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit Ilius obstruktif, makalah
ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah / KMB.

2.  Tujuan Khusus

-  Untuk mengetahui definisi dari Ilius obstruktif  


-  Untuk mengetahui etiologi Ilius obstruktif  
-  Untuk mengetahui manifestasi klinis Ilius obstruktif  
-  Untuk mengetahui penatalaksanaan Ilius obstruktif  
-  Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Ilius obstruktif pada pasien
KMB 
 

BAB II

ISI

A.  ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


1.  Definisi
Laparatomi adalah prosedur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen.
(Sjamsurihidayat dan Jong, 2006). 
Bedah Laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dilakukan pada bedah digesif dan kandungan. Adapun tindakan digesif
yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi (Smeltzer,
2005).
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain
(Yunichrist, 2008): 
a.  Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
 perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup,
serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis.
Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta
di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,
dan organ dalam pelvis.
 b.  Paramedian
yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5
cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan
indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ
 pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian
insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi
anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan
insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
 

c.  Transverse upper abdomen incision


yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy da
splenektomy.
d.  Transverse lower abdomen incision
yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior
spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.

2.  Etiologi
Laparatomidi sebabkan oleh smeltzer 2005:
1.  Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2.  Peritonitis
3.  Perdarahan saluran pencernaan.
4.  Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5.  Masa pada abdomen

3.  Manifestasi Klinis


Manifestasi yang biasa timbul pada pasien laparatomi ileus menurut
Dermawan, 2010:
 Nyeri kram pada perut yang terasa
teras a seperti gelombang dan bersifat
kolik. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi
fekal dan tidak dapat flatus (sering muncul). Muntah mengakibatkan
dehidrasi dan juga dapat mengalami syok.
Konstipasi mengakibatkan peregangan pada abdomen dan nyeri
tekan. Kemudian anoreksia dan malaise menimbulkan demam dengan
tandaterjadinya takikardi. Pasien mengalami diaphoresis dan terlihat
 pucat, lesu, haus terus menerus, tidak nyaman, dan mukosa
mukosa mulut kering. 

4.  Komplikasi
1.  Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas
dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai
 

emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu


latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang
dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
2.  Buruknya intergriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilokokus aurens, organisme; gram positif. Stapilokokus
mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
 paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik
dan antiseptik.
3.  Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.
Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.
Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada
dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

5.  Pemeriksaan Penunjang


-  Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus
 besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran
kencing.
-  Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
-  Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
-  IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
-  Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut
yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma
tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat,
dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang
ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris
tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
 

-  Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan


memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium.

6.  Patofisiologi
Menurut Dermawan, 2010, ketika peristaltic berhenti daerah usus
yang terlibat akan menjadi kembung dengan gas dan cairan. Dalam satu
hari kurang lebih 8 liter cairan dikeluarkan ke dalam lambung dan usus
halus, secara normal sebagian besar cairan ini direabsorbsi di dalam
kolon. Jika peristaltic berhenti, bagaimanapun akan banyak cairan
tertahan di dalam lambung dan usus kecil. Cairan yang tertahan ini
meningkatkan tekanan pada dinding mukosa dan jika tidak dikeluarkan
mengakibatkan iskemic nekrosis, invasi bakteri dan akhirnya peritonitis.
Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya
 potassium dari sel mengakibatkan alkolosis hypokalemik. Ketika
obstruksi mekanik terjadi gelombang peristaltik sebelah proksimal dari
daerah obstruksi meningkat sebagai usaha untuk mendorong isi usus
melewati obstruksi. Gerakan peristaltik ini menyebabkan bising usus
yang tinggi.
Kandungan abdomen akibat usus yang kembung akan
menyebabkan ventilasi paru-paru terganggu oleh tekanan pada
diafragma. Tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan retensia
urine. Konstipasi terjadi pada obstruksi mekanik karena sebagian dari
feses biasanya lewat daerah obstruksi. Jika peristaltik berhenti
sepenuhnya seperti pada ileus paralitik atau obstruksi organik yang
komplit, maka tidak terjadi defekasi sama sekali (obstruksi).
Laparatomi merupakan operasi besar dengan membuka rongga
abdomen yang merupakan stressor pada tubuh. Respon tersebut terdiri
dari respon sistem saraf simpati dan respon hormonal yang bertugas
melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stres terhadap sistem cukup
gawat atau kehilangan banyak darah maka mekanisme kompensasi tubuh
 

terlalu berat sehingga shock akan menjadi akibatnya. Respon


metabolisme juga terjadi karbohidrat dan lemak dimetabolisme untuk
memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam
amino yang akan digunakan untuk membangun sel jaringan yang baru.
Pemulihan fungsi usus,khususnya fungsi peristaltik setelah laparatomi
 jarang menimbulkan kesulitan.
Illues adinamik atau paralitik selalu terjadi selama satu sampat
empat hari setelah laparatomi, bila keadaan ini menetap disebabkan
karena peradangan di perut berupa peritonitis atau abses dan karena
 penggunaan obat-obat sedatif (Sjamsuhidayat,2003). Tindakan
 pembedahan menimbulkan adanya luka yang menandakan adanya
kerusakan jaringan. Adanya luka merangsang reseptor nyeri sehingga
mengeluarkan cairan zat kimia berupa histamine, bradikimin,
 prostaglandin akibatnya timbul nyeri. 
 

   Pathway
 Pathway  

 predisposisi pascaoperatif bedah


abdominal

ILIUS

Hipomotolitas(kelumpuhan)
intestinal

Ketidakmampuan Hilangnya kemampuan intestinal Gangguan


absorpsi air dalam pasase material feses gastrointestinal

Penurunan intake air konstipasi Mual, muntah,


kembung, anoreksia

Penurunan volume
Kekurangan
cairan intra sel
vollume cairan
Asupan nutrisi
tidak adekuat
Resiko Kehilngan cairan dan
syok(hipovolemik) elektrolit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Resiko ketidakseimbangan
ketidakseimbangan
elektrolit
Respon lokal saraf

terhadap inflamasi
Respons pisikologis misintretasi Kecemasan
 perawatan dan pengobatan  pemenuhan
Distensi abdomen

ansietas
nyeri
 

7.  Penatalaksanaan
1.  Tirah Baring total 24 jam, kemudian mobilisasi secara bertahap.
2.  Kontrol tensi, nadi tiap 15 menit, suhu tiap 30 menit bila stabil tiap 4
 jam.
3.  Selama 13-24 jam pertama, pemasukan makanan per os distop.
Kemudian secara bertahap diberikan makanan cair hingga padat sesuai
keadaan penderita.
4.  Bila kesakitan, berikan analgetik narkotik, betadine 50mg maksimal 4
kali dalam 24 jam.
 

A.  Resum Kasus


1.  Pengkajian
I.  Identitas Pasien
 Nama : Ny. S
Alamat : Karanganyar, Jawa tengah
Umur : 47 Th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta

II.  Riwayat Keperawatan


a.  Keluhan Utama
Sesak nafas dan Nyeri Pada Uluhati
 b.  Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas sejak lebih kurang satu bulan, hilang
timbul, pada awalnya sesak timbul setelah aktivitas, sesak nafas
 berkurang dengan duduk, bertambah berat dengan berbaring dan
 beraktivitas, riwayat terbangun dari tidur malam karena sesak, tidur
minimal 1 dengan 2 bantal, sesak nafas memberat dalam 3.5 jam.
 pasien juga mengeluh nyeri dada didaera hulu hati, keringat dingin,
muntah, batuk, demam
c.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada keluarga sebelum nya yang
mengalami penyakit yang serupa.

d.  Riwayat Sosial


-  Hubungan dengan anggota keluarga : sebagai ayah/orang
tua dari anak-anaknya dan Klien mengatakan hubungan dengan
anak-anaknya dan istrinya berjalan dengan baik dan keluarganya
selalu setia menemani dirinya di rumah sakit dan pasien
 

mengatakan dia tinggal serumah pada mertuanya dan hubungan


dengan mertuanya baik-baik saja tidak mengalami masalah
-  Hubungan dengan teman sebaya : kelien mengatakan
hubungan dengan masyarakatnya baik danpada siang hari pasien
 berangkat kerja untuk mencari napkah keluarga
keluarga nya
-  Lingkungan rumah :Keluarga mengatakan
lingkungan rumah nya bersih dan pasien mengatakan tinggal
serumah pada mertuanya  

III.  Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Compusmentis
Berat badan : 50 kg
Tinggi Badan :170 cm
Kepala : mesochepal
Mata : konjungtiva pucat, skelera tidak  ikterik
 ikterik
Mulut : stomatitis (-).
Telinga :
-  Tidak pendarahan
-  Tidak ada lesi pada daun telinga
-  Bentuk simetris Kanan = kiri
a.  Leher :
-  tidak  terdapat pembesaaran
 terdapat pembesaaran kelenjar getah bening,
-  tidak terdapat peningkatan
terdapat peningkatan JVP.
 b.  Thoraks :
-  Inspeks : bentuk simetris, tidak ada jejas, tidak ada retraksi
dinding dada.
-  Palpasi : tactil fremitus kanan-
fremitus kanan-kiri
kiri sama.
 sama.  
-  Perkusi : kanan-kiri sonor.
-  Auskultasi : vesicular semua lapang paru.
lapang paru. BJ
 BJ 1-2 murni.
c.  Abdomen :
-  Inspeksi : bentuk soepel
 

-  Auskultasi : peristaltic (+) 15 x/m.


-  Palpasi : tidak teraba hepar, terdapat nyeri tekan regio
hipogastrik.
-  Perkusi : timpani (+).
d.  Inguinalis: tidak ada pembesaran
ada pembesaran inguinalis.
e.  Ekstremitas (kulit dan kekuatan)
-  Turgor kulit baik
-  kulit dingin
-  acral pucat
-   pengisian kapiler ± 3-4 detik
-  terpasang IV line di lengan sebelah kiri
-  tidak ada edema,
ada edema, kekuatan
 kekuatan keempat ekstremitas lemah.
TD :140/90 mmHg
 N : 92 x/menit
S : 34,9 °C
RR : 29 x/menit

Dari data yang ada maka didapatkan diagnose yang muncul yaitu:

1.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam


dan atau diforesis.
2.   Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
3.  Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan
atau kekakuan.
4.  Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan.
 

B.  HASIL
Berdasarkan wawancara dengan kedua perawat senior yaitu:
 siapaaaaaa
Laparatomi adalah tindakan pembedahan insisi pada dinding
abdomen dengan indikasi adanya trauma abdomen, adanya masalah pada
usus dan lain2. Tindakan perawatan luka adalah suatu tindakan yang
dilakukan bertujuan mencegah terjadinya infeksi pada luka agar luka
tersebut cepat sembuh. Pada Tn.S dilakukan medikasi perhari untuk
menjaga kebersihanya agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh.
Kalau untuk prinsip tindakanya yaitu dari bersih ke steril karena pada saat
membuka balutan kita menggunakan prinsip bersih dan setelah itu baru
kita menggunakan prinsip steril.

 Dr. penyakit dalam 2

Laparatomi merupakan suatu tindakan pembedahan yang insisi


 pada abdomen. Sedangkan perawatan luka adalah tindakan yang bertujuan
mencegah terjadinya infeksi pada daerah perlukaan. Pada Tn. S dilakukan
 perawatan luka setiap hari, untuk prinsip tindakan yaitu steril tetapi pada
saat membuka balutan kita menggunakan prinsip steril, kenapa demikian?
karena apa bila langsung memakai prinsip steril pada saat perawatan
lukanya maka tindakan kita itu tidak lagi steril melainkan prinsip bersih.

C.  PEMBAHASAN
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi. Laparo
sendiri berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan.
Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding
abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi.(
Fossum, 2005)

Perawatan luka adalah suatu tindakan yang dilakukan bertujuan


mencegah terjadinya infeksi pada luka agar luka tersebut cepat sembuh.
Prinsipnya yaitu steril.
 

Jurnal yang saya dapat adalah perawatan luka pada paien post op
laparatomi yang akan saya bahas disini adalah prinsip dari tindakan
 perawatan luka yang dilakukan. Pada prinsip nya perawatan luka itu
adalah steril karena tindakan yang kita lakukan bertujuan mencegah
terjadinya infeksi. Tetapi pada pelaksanaan nya banyak hanya melakukan
nya dengan prinsip bersih.
Menurut kedua dokter bedah yang saya wawancara prinsip bersih itu
memang dapat dilakukan tetapi hanya pada awal tindakan perawatan luka
yaitu pada saat membuka balutan sampai penyiapan lokasi luka yang akan
dilakukan perawatan, untuk tindakan selanjutnya harusnya dilakukan
tindakan steril karena tindakan pembersihan luka itukan berhubungan
langsung dengan perlukaan
perlukaan pasien. Tetapi pada kenyataan dipraktiknya
 banyak yang hanya melakukannya semua dengan prinsip bersih. Hal ini
disebabkan karena untuk mengubah prinsip dari tindakan bersih ke
tindakan steril tersebut itu ribet dilakuakan karena kita yang tadi nya
sudah memakai handscoon bersih itu menganggap sudah cukup
melakukannya dengan hanscoon tersebut. Padahal handscoon tersebut
sudah terpapar dengan balutan luka pada saat kita membukanya, dan
seharusnya kita mengganti dengan handscoon steril karena tujuan dari
tindakan perawatan luka adalah mencegah infeksi.
Kesimpulannya prinsip bersih pada perawatan luka itu bisa dilakukan
tetapi hanya sebatas tindakan membuka balutan dan menyiapkan lokasi
luka yang akan dilakukan perawatan, untuk tindakan selanjutnya
seharusnya dilakukan dengan prinsip steril karena tujuan dari tindakan
 perawatan luka adalah mencegah infeksi.
 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari hasil wawancara dengan kedua dokter Bedah ini dapat saya
simpulkan bahwa
bahwa Laparatomi Adalah
Adalah Suatu Proses Pembedahan Insisi Di
Bagian Dinding Abdomen Dengan Indikasi
Indikasi adanya trauma abdomen, adanya
masalah pada usus Sumbatan feses pada usus dan tumor di Bagian Usus.
Tindakan perawatan luka adalah suatu tindakan yang dilakukan
 bertujuan mencegah terjadinya infeksi pada luka agar luka tersebut cepat
sembuh. 
Dengan Demikian Pada luka Laparatomi Ny.S Harus Dilakukan
Perawatan Luka Setiap Hari
Hari Untuk
Untuk Mencegah Terjadinya Infeksi
Infeksi Serta
Mempercepat Proses Penyembuhan Luka. 

B.  Saran
1.  Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai teori tambahan pada
 pembelajaran mahasiswa, khususnya Medikal Bedah agar dapat
diaplikasikan dengan baik dipraktek keperawatan Medikal Bedah
2.  Perawat
Agar perawat lebih mengetahui dan memahami penanganan pasien,
tindakan apa yang dapat dilakukan dan prinsip tindakan dilakukan
dengan benar Pada Pasien Laparatomi agar keluhan yang di rasakan
oleh pasien cepat teratasi Dan Kesembuhan Pasien Lebih Cepat.
 

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : EGC. 

Dermawan, D : Rahayuningsih, T, 2010. Keperawatan


2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
 Pencernaan. 

Potter & Perry, 2005. Buku


2005. Buku Ajar Fundamental
Fundamental Keperawatan Volume 2,
2, EGC,
Jakarta. 

Wilkinson M, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC. 

Zwani. 2007. Asuhan
2007. Asuhan Keperawatan Pada
Pada Pasien dengan Obstruksi Usus 

Subiston,D.C.2005  Buku
 .Buku Ajar Bedah.
Bedah. Jakarta : EGC 
EGC 

Donna Ignatavician, (2006).  Medical Surgical Nursing . Volume 2. St. Louis


Missouri: Elsevier Sounders

Inayah, iin. 2005 .Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Bedah . 202. EGC.
Jakarta.

Price &Wilson, (2007).  Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit .


Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai