Anda di halaman 1dari 9

KETEL UAP

ANALISISI PERFORMANSI KETEL UAP

1. Evaporasi Fluida Kerja


Udara dan uap air merupakan substansi kerja yang sangat penting yang digunakan pada
mesin-mesin termal. Selanjutnya uap air adalah zat kerja pertama yang dimanfaatkan dengan
sukses untuk menggerakkan mesin-mesin termal, dan selama abad ke-18 hingga abad ke-19
penggunaannya sangat luas dan dikenal dengan era steam. Pada abad ke-20 terlihat suatu
penurunan penggunaan uap air ini sebagai zat kerja untuk mesin-mesin termal, kecuali untuk
stasiun-stasiun pembangkitan tenaga raksasa. Bagaimanapun, uap tidak kehilangan popularitas
sebagai media pemanas dan menjadi penerapan yang luas pada industri dan komersial. Properti
pabrik besar dan komersial sering dilengkapi dengan pemanas uap untuk kenyamanan dan
proses penerapan. Juga, uap banyak digunakan dalam industri obat dan makanan, dan di rumah
sakit untuk pemanasan dan sterilisasi.
Nilai uap sebagai media pemanas adalah fakta bahwa uap mampu mentransfer sejumlah
besar energi panas. Ini karena panas bukan hanya panas sensible atau merubah temperatur/suhu
untuk fase konstan, tetapi juga panas laten atau panas merubah fase untuk temperatur konstan.
Sebagai contoh, Tabel 1 menunjukkan energi panas yang tersedia untuk 1 kg beberapa zat
umum pada tekanan ruang dan pada temperature 100oC jika masing-masing zat kemudian
didinginkan hingga 20oC.
Tabel 1. Energi panas (dalam kilo-Joule) tersedia untuk 1 kg zat apabila didinginkan dari
100oC hingga 20oC
Substance Heat energy (kJ) per kilogram
Mercury 11.2
Copper 31.2
Steel 36.8
Aluminium 70.4
Air 81.4
Water 335
Steam 2592

Energi termal yang tertinggi tersedia ada pada uap, bahkan komparatif pada temperatur
rendah terbukti.

1.1. Sifat-sifat uap air


Bayangkan kuantitas sejumlah kecil fluida air dalam ruang peralatan silinder-dan-
piston (gambar 1). Air tersebut dikondisikan pada tekanan atmosfir normal dan massa
pistonnya sendiri diabaikan, sehingga tekanan terhadap air adalah juga pada atmosfer normal
(tekanan absolut). Fluida air pada temperatur sedikit di atas titik beku, ambil 0,01oC (kondisi
1-cair unsaturated).
Apabila panas terus disuplai dan temperaturnya naik hampir benar-benar secara linear
disebabkan fakta bahwa pada dasarnya kapasitas panas spesifik tetap konstan. Piston ternyata
tetap pada permukaan air menunjukkan bahwa tekanan uap lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Ada sedikit kenaikan volume air yang dipanaskan: maka perubahan kecil piston bergerak hanya
jarak yang sangat kecil.
Apabila temperatur air dinaikkan hingga 100oC, maka ada suatu perubahan tiba-tiba
dan air tersebut mulai mendidih (kondisi 2-cair saturasi). Sekarang tekanan uap dari penguapan
air sama dengan tekanan atmosfer dan piston mulai bergerak naik. Bagaimanapun
temperaturnya tidak berubah dan tetap pada 100oC. Temperatur ini diketahui sebagai
temperatur saturasi, Tsat. Pada saat piston naik penguapan semakin terbentuk menjadi uap
air. Disana ada sejumlah bintik-bintik air yang bercampur dengan uap dan campuran ini jika
disana masih ada air yang tidak mendidih maka disebut uap basah.
Selanjutnya apabila panas ditambahkan, maka semakin lebih banyak air dikonversi
menjadi steam dan piston bergerak naik karena terjadi ekspansi volume yang lebih besar.
Apabila setengah dari air telah dikonversi menjadi steam, kemudian steam adalah dalam
kondisi 3-50% uap kering. Temperaturnya masih tetap 100oC.
Dengan penambahan panas selanjutnya, semua air dan bintik-bintik telah dikonversi
menjadi steam dan steam sudah 100% kering. Kondisi ini adalah kondisi 4-uap saturasi
(gambar 1.4). oleh karena itu telah terjadi volume ekspansi yang besar sekali, hampir 1700 kali
dari volume aslinya air semula.

Apabila penambahan panas diteruskan maka steam berlaku sebagai suatu gas
(walaupun belum gas sempurna). Temperaturnya, tekanan dan volumenya semuanya naik, dan
kondisi ini, steam diketahui sebagai uap panas lanjut atau uap superheat.

Untuk proses non-flow, persamaan yang berlaku:


Q – W = U2 – U1
Juga, untuk proses tekanan konstan, persamaan yang berlaku:
W = p(V2 – V1)
Tapi p2 = p1 = p.
∴ 𝑊 = 𝑝2 𝑉2 − 𝑝1 𝑉1
∴ 𝑄 − 𝑝2 𝑉2 + 𝑝1 𝑉1 = 𝑈2 − 𝑈1
∴ 𝑄 = (𝑈2 + 𝑝2 𝑉2 ) − (𝑈1 + 𝑝1 𝑉1 )
Dari persamaan: H = U + pV
∴ 𝑄 = 𝐻2 − 𝐻1
𝐻
Enthalpi Spesifik ℎ = 𝑚, atau H = mH

Oleh karena itu,


𝑄 = 𝑚(ℎ2 − ℎ1 )
 Persamaan ini adalah berlaku untuk massa m untuk jumlah uap, air atau uap basah, atau
perubahan dari satu ke yang lain.
 Persamaan ini berguna untuk sistem tertutup pada tekanan konstan dan juga untuk
keadaan aliran-steady(tetap konstan) sistem terbuka belum tentu pada tekanan konstan
dimana perpindahan panas terjadi melalui batas sistem tetapi tidak ada kerja yang
terjadi, dan perubahan Energi Kinetik dan Energi Potensial diabaikan. Ini terjadi karena
persamaan energi aliran-steady adalah
Q – W = H2 – H1
Dan tanpa perpindahan kerja eksternal,
Q = H2 – H1 = m(h2 – h1), sama dengan di atas
 Penggunaan notasi dot untuk menunjukkan ‘per satuan waktu’, persamaan bisa juga
dituliskan sebagai berikut
 
Q  m(h2  h1 )
Dimana:

Q = Laju perpindahan panas (W)

m = Laju aliran massa (kg/det)
Dengan massa awal 1 kg maka panas yang berpindah adalah h2 – h1, yaitu perubahan
enthalpi spesifik. Titik nol dari enthalpi spesifik pada umumnya adalah dengan mengambil air
pada tekanan 1 atm dan pada suatu temperatur sedikit di atas titik beku. Dengan skala ini, maka
enthalpi spesifik cair saturasinya (atau fluida), dicatat hf, adalah 419 kJ/kg, dan enthalpi spesifik
uap saturasi (atau gas), dicatat hg, adalah 2676 kJ/kg.

Enthalpi spesifik berbeda antara cair saturasi dan uap saturasi, dicatat hfg, adalah sama
dengan panas laten spesifik untuk penguapan yang mana adalah 2257 kJ/kg. Karenanya
hfg = hg - hf
atau
hg = hf + hfg

2. Sistem sirkukasi
Pada umunya air masuk dapur pada header bagian bawah ekonomiser. Kemudian air
mengalir ke arah atas melalui esonomiser dan keluar melalui keluran pemanas ke dalam pipa
yang terhubung denga

Sirkulasi air ketel


Gambar 2 Sirkulasi air ketel

Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit
daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau dari fluida kerjanya yang
mengalami perubahan fase selama siklus pada saat evaporasi dan kondensasi, oleh karena itu
fluida kerja untuk siklus Rankine harus merupakan uap. Siklus Rankine ideal tidak melibatkan
beberapa masalah irreversibilitas internal. Irreversibilitas internal dihasilkan dari gesekan
fluida, throttling, dan pencampuran, yang paling penting adalah irreversibilitas dalam turbin
dan pompa dan kerugian-kerugian tekanan dalam penukar-penukar panas, pipa-pipa,
bengkokan-bengkokan, dan katup-katup.
Temperatur air sedikit meningkat selama proses kompresi isentropik karena ada
penurunan kecil dari volume jenis air, air masuk boiler sebagai cairan kompresi pada kondisi
2 dan meninggalkan boiler sebagai uap kering pada kondisi 3. Boiler pada dasarnya penukar
kalor yang besar dimana sumber
panas dari pembakaran gas, reaktor nuklir atau sumber yang lain ditransfer secara
esensial ke air pada tekanan konstan. Uap superheater pada kondisi ke 3 masuk ke turbin yang
mana uap diexpansikan secara isentropik dan menghasilkan kerja oleh putaran poros yang
dihubungkan pada generator lisrik. Temperatur dan tekanan uap jatuh selama proses ini
mencapai titik 4, dimana uap masuk ke kondensor dan pada kondisi ini uap biasanya
merupakan campuran cairan-uap jenuh dengan kualitas tinggi.
Uap dikondensasikan pada tekanan konstan di dalam kondensor yang merupakan alat
penukar kalor mengeluarkan panas ke medium pendingin.

Gambar 1. Bagan alir siklus Rankine sederhana


Sumber : Cengel

2 3

Boiler 4

1 5

Gambar 2 Diagram alir dengan superheater


Gambar 4. Diagram T-s siklus Rankine ssuperhetaer
Sumber : Cengel

Metode Pengkajian Efisiensi Boiler


Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada skripsi ini adalah
metode langsung. Secara umum skripsi ini akan membahas analisa nilai kalor bahan bakar dan
perhitungan efisiensi boiler.
Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi
pada boiler atau ketel uap yang didapatkan dari perbandingan antara energi yang dipindahkan
atau diserap oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan energi kimia dari bahan bakar.
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler :
1) Metode Langsung
Energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang
terkandung dalam bahan bakar boiler. Metodologi ini dikenal juga sebagai, metode input-
output’ karena kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran/output (steam) dan
panas masuk/input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. (Ir. Syamsir A. Muin, Pesawat-
pesawat konversi 1 (Ketel Uap) 1988:223).
Keterangan:
Ws = kapasitas produksi uap ( kg uap/jam )
Wf = konsumsi bahan bakar ( kg/jam )
h3 = entalpi uap ( kJ/kg )
h1 = entalpi air umpan/pengisi ketel ( kJ/kg )
LHV = nilai kalor pembakaran rendah (kJ/kg)

Keuntungan metode langsung:


a) Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler
b) Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
c) Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan
d) Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark
Kerugian metode langsung:
a) Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi sistem
yang lebih rendah
b) Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat
efisiensi

2) Metode Tidak Langsung


Efisiensi merupakan perbedaan antar kehilangan dan energi masuk. Metodologi
Standar acuan untuk Uji Boiler di tempat dengan menggunakan metode tidak langsung adalah
British Standard, BS 845:1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code Steam
Generating Units.
Metode tidak langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat
dihitung dengan mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut:
Efisiensi boiler (n) = 100 - (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Dimana kehilangan yang terjadi dalam boiler adalah kehilangan panas yang diakibatkan
oleh:
i. Gas asap kering ke cerobong
ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar
iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang/ fly ash
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah/ bottom ash
vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung
Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan
oleh pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh
perancangan.
Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan metode
tidak langsung adalah:
a) Analisis ultimate bahan bakar (H₂, O₂, S, C, kadar air, kadar abu)
b) Persentase oksigen atau CO₂ dalam gas buang
c) Suhu gas buang dalam °C (Tf)
d) Suhu awal dalam °C (Ta) dan kelembaban udara dalam kg/kg udara kering
e) LHV bahan bakar dalam kkal/kg
f) Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
g) LHV abu dalam kkal/kg (untuk bahan bakar padat)

Keuntungan metode tidak langsung:


Dapat diketahui neraca bahan dan energi yang lengkap untuk setiap aliran, yang dapat
memudahkan dalam mengidentifikasi opsi-opsi untuk meningkatkan efisiensi boiler.

Kerugian metode tidak langsung:


a) Perlu waktu lama untuk analisa komposisi unsur-unsur dalam bahan bakar yang dapat
terbakar dan yang tidak dapat terbakar, kandungan uap air/moisturenya.
b) Memerlukan fasilitas laboratorium untuk analisis.

Salah satu contoh pemakaian ketel uap menggunakan metode langsung untuk analisis,
sehingga penulis mengambil data langsung adalah data-data operasi boiler atau ketel uap merk
VICKERS HOSKIN di PT. PP London Sumatera kapasitas 40 ton/jam pada PKS Bagerpang
Serdang Bedagai Sumatera Utara. Untuk menganalisis performansi dengan metode langsung
maka data-data operasi yang diambil dan dicatat meliputi :
 Steam pressure superheater (bar)
 Temperatur feed tank (°C)
 Temperatur daerator (°C)
 Temperatur out let steam (°C)
 Steam flow (ton uap/jam).
SIKLUS RANKINE SUPERHEAT/REHEAT.
Berikut gambar di bawah ini menunjukkan sebuah diagram alir dan diagram siklus teoritis
untuk pembangkit tenaga menggunakan superheater dan reheater. Pemakaian kedua alat ini
bertujuan menaikkan energi kandungan uap yang sangat tinggi dan tentu meningkatkan
efisiensi yang tinggi.
Pada sistem ini, uap yang dihasilkan di boiler dipanaskan lanjut di superheater dan uap ini
digunakan memutar turbin dengan tekanan yang lebih tinggi. Uap keluaran turbin tersebut
dipanaskan ulang (reheating) pada peralatan pemanas ulang atau reheater, selanjutnya uap
reheat ini digunakan memutar turbin dengan tekanan yang lebih rendah. Kedua turbin bisa
berdiri sendiri masing-masing memiliki satu rumah turbin yang berbeda, namun bisa juga satu
poros dan satu rumah turbin, namun masukan dan keluaran uap adalah masing-masing.

Gambar 5. Diagram alir dan diagram T – s Siklus Rankine


dengan superheater.

Anda mungkin juga menyukai