Harlina Pratiwi Hapsari Kti D-III Keperawatan Pada
Harlina Pratiwi Hapsari Kti D-III Keperawatan Pada
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLTEKKES KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuania-Nya, peneliti dapat menyelesaikan KTI ini. Penulisan KTI ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangat sulit bagi peneliti untuk menyusun KTI ini. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih terutama kepada Ibu Ns. Nova Yanti, S.Kep, M.Kep,
Sp.KMB selaku pembimbing I, dan Ibu Ns. Yessi Fadriyanti, S.Kep, M.Kep selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
saya. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada :
Peneliti
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Materai
6000
Tanda Tangan :
Lampiran 5 : Surat keterangan selesei penelitian dari Ruang Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang
Lampiran 6 : Lembar konsultasi KTI
Riwayat Pendidikan
Kelainan atau gangguan pada hati yang sering berdampak terhadap vena portal
adalah sirosis hepatis. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang menyebabkan
perubahan bentuk parenkim hati dan gangguan fungsi hati sehingga terjadinya
penurunan perfusi dan berkomplikasi terhadap hipertensi portal yang dapat
menimbulkan varises esofagus. Varises esofagus yang terjadi pada suatu waktu
mudah pecah, sehingga timbul perdarahan yang massif pada saluran cerna
(Sudoyo, 2009).
Perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas (SCBA) ataupun saluran
cerna bagian bawah (SCBB) merupakan salah satu kasus gawat darurat yang
memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian
karena adanya gangguan hemodinamik (Sudoyo, 2009). Menurut World Journal
Gastroenterol (WJG) tahun 2015, perdarahan saluran cerna atas atau yang
dikenal dengan hematemesis melena merupakan kasus kegawatan dibidang
gastroenterologi
Insidensi hematemesis melena di negara barat mencapai 100 hingga 160 kasus
per 100.000 penduduk atau mencapai 400.000 pertahun dengan penyebab
terbanyak di Amerika Serikat yaitu tukak peptik sekitar 40 % (Holster dan
Kuipers, 2012). Hasil yang sama ditunjukan pada penelitian sebelumnya oleh
Hearnshaw (2010) di Inggris, dengan penyebab terbanyak adalah tukak peptik
sebanyak 36%, diikuti oleh varises esofagus sebanyak 11%. Sementara itu di
Indonesia, tahun 2009 terdapat 1673 kasus hematemesis melena di SMF
Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo Surabaya. Sebanyak 76,9% disebabkan
karena pecahnya varises esofagus, 19,2% gastritis erosif, 1,0% tukak peptik,
0,6% kanker lambung, dan 2,6% karena sebab-sebab lain (Adi, 2009). Hal
serupa juga terjadi di RS Pemerintah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta tahun
2009 dimana urutan tiga penyebab terbanyak adalah pecahnya varises esofagus,
gastritis erosif, dan tukak peptik (Sudoyo, 2009).
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah
sakit pemerintah yang menjadi rujukan untuk wilayah Sumatera bagian tengah,
berdasarkan data dari rekam medik pada pasien dengan BPJS, terlihat adanya
peningkatan kasus hematemesis melena dari 92 kasus di tahun 2015 menjadi 125
kasus di tahun 2016 atau ada sekitar 10 orang yang di rawat setiap bulannya.
Pada bulan januari hingga bulan maret 2017 ada 40 kasus yang dirawat dengan
diagnosa hematemesis melena di Ruang Interne Pria (Rekam Medik RSUP Dr.
D. Djamil Padang, 2017). Sehubungan dengan hal itu, berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Azmi, dkk, di Instalasi
Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP Dr. M. Djamil Padang selama periode Januari
2010 – Desember 2013 didapatkan data dari 1598 pasien yang dilakukan
pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD), sebanyak 176 pasien
Selama empat puluh tahun terakhir ini pengobatan atau terapi pada pasien
hematemesis melena mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik pengobatan
bagi pasien saat perdarahan akut maupun untuk pengobatan jangka panjang guna
mencegah perdarahan ulang. Namun demikian, angka mortalitas pada kasus ini
Selain karena faktor usia dan kormobiditas yang menyertai, kematian pada kasus
hematemesis melena sering disebabkan karena adanya perdarahan dalam jumlah
yang banyak dan cepat. Hipotensi orthostatik yang lebih besar dari 10mmHg
biasanya menunjukkan penurunan volume darah sebesar 20 % atau lebih dengan
gejala yang timbul meliputi sinkop, kepala terasa ringan, mual, berkeringat, dan
rasa haus. Apabila kehilangan darah mendekati 40 % dari volume darah, gejala
syok akan sering terjadi disertai takikardi dan hipotensi yang nyata, kemudian
kulit penderita tampak pucat dan teraba dingin (Sudoyo, 2013). Menurut ASGE
tahun 2012 berdasarkan studi meta-analysisnya di Amerika, kebanyakan pasien
dengan hematemesis melena akan menampakkan gejala sinkop 14,4%, presinkop
43,2%, dispepsia 18%, nyeri epigastrium 41%, rasa terbakar di dada 21%, nyeri
abdominal - 10%, disfagia 5%, berat badan turun 12%, ikterik 5,2%, darah
merah per nasogastric tube, darah segar per rektum, hipotensi, dan koagulopati
berat (Caestecker, 2011). Sehingga pasien dengan hematemesis melena akan
mengalami beberapa masalah keperawatan berupa risiko perdarahan, mual,
kekurangan volume cairan, risiko syok hipovolemik, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, ketidakefektifan pola nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, nyeri akut dan intoleransi aktivitas.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2017 di Ruangan
Interne Pria RSUP Dr. M . Djamil Padang terdapat satu orang pasien dengan
diagnosa hematemesis melena yaitu Tn. D, yang memasuki hari rawatan kedua.
Tn. D terpasang IVFD RL dan baru direncanakan untuk pemasangan kateter.
Selama di rawat Tn. D sudah mengalami muntah darah yang berwarna terang
selama 2 kali, perawat ruangan sudah melakukan asuhan keperawatan dengan
baik yaitu dengan memberikan injeksi somatostatin untuk menghentikan
perdarahan namun masih ada intervensi yang harus dioptimalkan lagi seperti
pemantauan status hemodinamik untuk menilai tanda-tanda syok pada pasien,
resusitasi cairan, bilas lambung untuk menilai perdarahan yang terjadi, serta
pengaturan diit pasien karena pasien harus puasa minimal 24-48 jam.
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan
bagi pasien dalam menghadapi kondisinya, hal ini menunjukkan bahwa perawat
berperan untuk memenuhi kebutuhan akan psikologis pasien baik secara
langsung maupun dengan memberikan motivasi kepada keluarganya, disamping
tetap melakukan tindakan terapi pemulihan terhadap kondisi pasien. Pemberian
asuhan keperawatan yang sesuai tentu akan memulihkan dampak terhadap pasien
baik secara psikologis maupun secara fisik.
Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian pada pasien yang
mengalami hematemesis melena dan membandingkannya dengan teori, dengan
judul penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yaitu “Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Hematemesis Melena di Ruangan Interne Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti di atas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan hematemesis melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah
Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017?
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan hematemesis
melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah Ruang Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
hematemesis melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah Ruang
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada pasien
dengan hematemesis melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah
Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
hematemesis melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah Ruang
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi pada pasien dengan hematemesis
melena ec sirosis hepatis di IRNA Non Bedah Ruang Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
dalam mengaplikasikan ilmu tentang penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan hematemesis melena.
Sementara itu menurut Bararah & Jauhar (2013) perdarahan saluran cerna
atas adalah perdarahan yang berasal dari bagian proksimal ligamentum treitz
dengan manifestasi klinik berupa hematemesis dan melena. Hematemesis
adalah muntah yang mengandung darah berwarna merah terang atau
kehitaman akibat proses denaturasi, sedangkan melena adalah perdarahan
saluran cerna atas yang keluar melalui rektum dan berwarna kehitaman atau
seperti ter. Pada perdarahan saluran cerna yang masif, darah yang keluar
melalui rektum dapat berwarna merah terang (hematokesia) akibat waktu
singgah yang cepat dalam saluran cerna.
b. Kelainan di Lambung
1) Gastritis Erosiva Hemoragika
Obat-obatan golongan salisilat dapat menimbulkan iritasi pada
mukosa lambung dan dapat merangsang timbulnya tukak
(ulcerogenic drugs). Selain itu obat-obatan lain yang dapat
menimbulkan hematemesis seperti golongan kortikostreoid,
butazolidin, reserpin, alkohol, dan lain-lain. Apabila dilakukan
endoskopi akan tampak erosi di angulus, dan antrum yang multiple
dan sebagian diantaranya tampak bekas perdarahan atau masih
terlihat perdarahan yang aktif di sekitar daerah erosi.
2) Tukak Lambung
Tukak lambung lebih sering menimbulkan perdarahan terutama yang
letaknya di angulus dan prepilorus bila dibandingkan dengan tukak
duodeni dengan perbandingan 23,7% : 19,1%. Tukak lambung yang
timbulnya akut biasanya bersifat dangkal dan multiple yang
digolongkan sebagai erosi. Umumnya tukak ini disebabkan oleh obat-
obatan sehingga timbul gastritis erosive hemoragika. Insidensi tukak
lambung di Indonesia jarang ditemukan. Sebelum timbulnya
hematemesis dan melena dirasakan rasa nyeri dan pedih di sekitar ulu
hati, sifat perdarahan yang ditimbulkan tidak begitu masif bila
dibandingkan karena pecahnya varises esofagus.
c. Kelainan di Duodenum
1) Tukak Duodeni
Tukak duodeni yang menyebabkan perdarahan secara panendoskopi
terletak di bulbus, umumnya penderita mengeluh nyeri dan pedih di
bagian abdomen atas agak ke kanan.
2) Karsinoma Papila Vaterii
Karsinoma papilla vaterii merupakan penyebaran dari karsinoma di
ampula, ampula vater adalah bagian yang menghubungkan saluran
empedu dan saluran pankreas ke usus kecil yang mengatur aliran
cairan pankreas dan empedu ke dalam usus melalui kontraksi dan
relaksasi sfingter Oddi. Kanker ini menyebabkan penyumbatan
saluran empedu dan saluran pankreas yang pada umumnya sudah
dalam fase lanjut. Gejala yang ditimbulkan selain kolestatik
ekstrahepatal juga dapat menyebabkan perdarahan yang bersifat
tersembunyi (occult bleeding). Tumor ampulla dapat menyebabkan
anemia defisinesi Fe dan perdarahan masif pada saluran cerna bagian
atas atau dimanifestasikan dengan hematemesis melena. Perdarahan
merupakan gejala sekunder akibat adanya massa ampulla yang besar
(2,5 x 2, x 2 cm).
d. Penyakit Darah
Penyakit darah seperti leukemia, disseminated intravascular coagulation
(DIC), purpura trombositopenia dan hemofilia. Kehilangan atau
kerusakan pada salah satu sel darah yang mengakibatkan trombositopenia
3. Patofisiologi
Penyakit sirosis hepatis menyebabkan jaringan parut yang menghalangi
aliran darah dari usus yang kembali ke jantung dan meningkatkan tekanan
dalam vena portal (hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal
menjadi cukup tinggi, darah yang mengalir di sekitar hati melalui vena-vena
dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang
paling umum yang dilalui darah untuk menuju hati adalah vena-vena yang
melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esofagus) dan bagian atas dari
lambung. Sebagai akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan
tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan bagian bawah
dan lambung bagian atas mengembang dan disebut sebagai gastrik varises,
semakin tinggi tekanan portal, maka varises semakin besar dan pasien
Selain varises esofagus, kelainan pada esofagus yang sering terjadi adalah
esofagogastritis korosiva, tukak esofagus, dan sindroma Mallory-weiss.
Esofagogastritis korosiva ini sering terjadi akibat benda asing yang
mengandung asam sitrat dan asam HCL yang bersifat korosif mengenai
mukosa mulut, esofagus dan lambung seperti yang terkandung dalam air
keras (H2SO4). Sehingga penderita akan mengalami muntah darah, rasa panas
terbakar dan nyeri pada mulut, dada, serta epigastrium. Sindroma Mallory-
weiss terjadi di bagian bawah esofagus dan lambung, gangguan ini awalnya
disebabkan karena muntah-muntah yang lama dan kuat sehingga
menimbulkan peningkatan intra abdomen dan menyebabkan pecahnya arteri
submukosa esofagus, kemudian laserasi pada esofagus yang terjadi dapat
merobek pembuluh darah sehingga menimbulkan perdarahan.
b. Anoreksia
Anoreksia berarti kehilangan nafsu makan. Ini merupakan gejala
gangguan pencernaan dan terjadi dalam semua penyakit yang
menyebabkan kelemahan umum. Kondisi ini hasil dari kegagalan aktivitas
di abdomen dan sekresi cairan lambung karena vitalitas rendah yang, pada
gilirannya, dapat disebabkan oleh berbagai penyebab.
b. Dampak psikososial
Dampak psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri. Kehidupan sosialnya
secara umum juga akan terganggu karena mengalami isolasi dan menarik
diri, terjadi perubahan pada pola aktivitas sehari-hari, perubahan pola
makan dan cara makan, serta perubahan pada pola seksual.
c. Dampak Ekonomi
Secara ekonomi, pasien akan mengeluarkan banyak biaya untuk
pelaksanaan diit khusus, biaya untuk alat-alat diversi khusus, dan biaya
pengobatan sedangkan pasien juga akan kehilangan pekerjaannya.
7. Penatalaksanaan
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) penatalaksanaan pada pasien dengan
hematemesis melena diantaranya sebagai berikut:
a. Penatalaksaan Medis
1) Resusitasi cairan dan produk darah
3) Perawatan definitif
a) Terapi endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilaksanakan sedini mungkin untuk
mengetahui secara tepat sumber perdarahan, baik yang berasal
dari esofagus, lambung, maupun duodenum.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Bararah dan Jauhar (2013)
penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
hematemesis melena antara lain sebagai berikut:
1) Pengaturan Posisi
a) Pasien dipertahankan istirahat sempurna, karena gerakan seperti
batuk akan meningkatkan tekanan intra abdomen sehingga
perdarahan berlanjut.
b) Meninggikan bagian kepala tempat tidur untuk mengurangi aliran
darah ke sistem porta dan mencegah refluk ke dalam esofagus.
2) Pemasangan NGT
Tujuannya adalah untuk aspirasi cairan lambung, bilas lambung
dengan air, serta pemberian obat-obatan seperti antibiotik untuk
menetralisir lambung.
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hadi (2013) dalam menegakkan penyebab diagnosa pada pasien
hematemesis melena diperlukan pemeriksaan penunjang diantaranya
adalah:
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hitung darah lengkap untuk mengetahui penurunan Hb, Ht,
jumlah eritrosit dan peningkatan leukosit.
b) Profil hematologi, untuk mengetahui perpanjangan masa
protombin dan tromboplastin, biasanya terjadi peningkatan.
c) Pemeriksaan kimia darah biasanya menunjukkan peningkatan
kadar BUN, natrium, total bilirubin dan ammonia, serta
penurunan kadar albumin.
d) Elektrolit, untuk mengetahui penurunan kalium serum,
peningkatan natrium, glukosa serum, dan laktat.
e) Gas darah arteri, untuk mengetahui terjadinya alkalosis respiratori
dan hipoksemia, serta gangguan keseimbangan asam basa lainnya.
f) Test faal hati untuk mengetahui kelainan fungsi hati apabila
penderita mengalami sirosis hepatis dengan pecahnya varises
esofagus.
g) Test faal ginjal untuk mengetahui ada tidaknya kelainan fungsi
ginjal.
3) Pemeriksaan Endoskopi
a) Untuk menentukan asal dan sumber pendarahan
b) Keuntungan lain yaitu dapat diambil foto, aspirasi cairan dan
biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik, pemeriksaan dilakukan
sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.
2. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan
NANDA Internasional (2016) :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal
e. Risiko syok berhubungan dengan hipovolemi
f. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
ensefalopati
g. Konfusi akut berhubungan dengan proses penyakit
h. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
i. Mual berhubungan dengan iritasi gastrointestinal
c. Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernafasan
d. Pemberian analgesik
1. Cek perintah pengobatan
2. Cek riwayat alergi obat
3. Pilih dan kombinasikan
d. Manajemen energi
1. Kaji status fisiologis pasien
terhadap kelelahan
2. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
3. Pilih intervensi yang
mengurangi kelelahan
4. Tentukan jenis dan banyak
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Saryono, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah pasien-pasien
dengan diagnosa hematemesis melena ec sirosis hepatis di Ruang Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Sampel
Sampel adalah suatu objek yang diteliti yang mewakili suatu populasi.
Pemilihan partisipan mengacu pada teknik purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang bertujuan mengambil sampel tidak berdasarkan
strata, kelompok atau acak tetapi berdasarkan pertimbangan / tujuan tertentu
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial,
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa dapat ditegakkan
jika data-data yang telah ada dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Analisa data mencakup data pasien, masalah, dan penyebabnya. Data
pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang didapat saat interaksi
dengan pasien, dan keluhan pasien, sedangkan data objektif adalah data
yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Diagnosa keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa
keperawatan adalah problem, etiologi dan symptom, Format diagnosa
keperawatan terdiri dari nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa
keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal dan
paraf dipecahkannya masalah.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan disesuaikan, terdiri dari hari dan
tanggal dilakukan implementasi keperawatan, diagnosa keperawatan,
tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan, dan tanda tangan
yang melakukan implementasi keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan data subjek dan objek yang
dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan
tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan
selama perencanaan. Evaluasi terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf
yang mengevaluasi tindakan keperawatan.
F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan
pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari keluarga pasien, rekam medis dan Ruangan Interne Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada kedua pasien dengan hematemesis melena. Data yang telah
didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan melihat perbedaan antara
partisipan 1 dengan partisipan 2, kemudian dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan pada pasien dengan hematemesis melena. Analisa yang dilakukan
Penelitian pada Tn.N (partisipan 2) dilakukan di ruang HCU yang terdiri dari 10
tempat tidur di wing A dan 10 tempat tidur di wing B. Ruang HCU dipimpin oleh
seorang karu yang dibantu juga oleh 4 katim.
B. Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan di IRNA Non Bedah penyakit dalam melibatkan 2
partisipan yang berjenis kelamin laki-laki dan memiliki diagnosa medis yang
sama yaitu hematmesis melena ec sirosis hepatis post nekrotik stadium
dekompensata + ensefalopaty hepatikum grade 2 + bronkopneumonia.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan partisipan
dan keluarga, observasi kondisi partisipan dan melalui studi dokumentasi pada
status pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan berupa
data subjektif dan data objektif. Berikut ini 2 diagnosa keperawatan yang
ditegakkan perawat ruangan dan 5 diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
pengkajian dan observasi dari peneliti.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
1. Diagnosa pada studi 1. Diagnosa pada studi dokumentasi
dokumentasi keperawatan keperawatan
a. Risiko perdarahan berhubungan a. Ketidakefektifan pola nafas
dengan gangguan berhubungan dengan penurunan
gastrointestinal ekspansi paru
b. Ketidakefektifan perfusi b. Risiko perdarahan berhubungan
jaringan perifer berhubungan dengan gangguan gastrointestinal
dengan kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat
2. Diagnosa berdasarkan hasil 2. Diagnosa berdasarkan hasil
observasi peneliti observasi peneliti
a. Risiko perdarahan berhubungan a. Risiko perdarahan berhubungan
dengan gangguan dengan gangguan gastrointestinal
gastrointestinal b. Ketidakefektifan pola nafas
b. Nyeri akut berhubungan dengan berhubungan dengan penurunan
agen cidera biologis ekspansi paru
c. Ketidakefektifan perfusi c. Ketidakefektifan perfusi jaringan
jaringan perifer berhubungan perifer berhubungan dengan kurang
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan berdasarkan hasil studi dokumentasi, wawancara
serta observasi partisipan 1 dan partisipan 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Tindakan keperawatan yang dilakukan Tindakan keperawatan yang
selama 5 hari dari tanggal 18 mei 2017 dilakukan selama 6 hari dari tanggal
hingga 22 mei 2017 untuk diagnosa 19 mei 2017 hingga 24 mei 2017
risiko perdarahan berhubungan dengan untuk diagnosa ketidakefektifan pola
gangguan gastrointestinal antara lain : nafas berhubungan dengan
a. mencatat nilai Hb dan Ht sebelum penurunan ekspansi paru antara lain :
dan sesudah pasien kehilangan a. memonitor kecepatan, kedalaman,
darah irama, dan kesulitan bernafas
b. memonitor tanda dan gejala b. menyatat penggunaan otot bantu
perdarahan yang menetap yaitu nafas, dan retraksi pada otot dada
muntah darah dan BAB berdarah c. mengauskultasi suara nafas dan
c. monitor komponen koagulasi darah menyatat adanya suara nafas
(PT, PTT, dan trombosit) tambahan
d. memonitor tanda-tanda vital d. memonitor keluhan sesak nafas
e. mempertahankan tirah baring dan kegiatan yang dapat
f. memberikan produk penggantian meningkatkan sesak nafas
e. memberikan bantuan terapi nebu
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada partisipan 1 dan partisipan 2 mengacu pada NOC
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
a. Evaluasi dari hasil tindakan a. Evaluasi dari hasil tindakan
keperawatan yang telah diberikan keperawatan yang telah diberikan
kepada Tn. A dari tanggal 18 mei kepada Tn. N dari tanggal 19 mei
2017 hingga 22 mei 2017 untuk 2017 hingga 24 mei 2017 untuk
diagnosa risiko perdarahan diagnosa ketidakfektifan pola
berhubungan dengan gangguan nafas berhubungan dengan
gastrointestinal berdasarkan NOC penurunan ekspansi paru
yaitu kontrol risiko teratasi, fungsi berdasarkan NOC yaitu status
gastointstinal baik, koagulasi pernafasan baik, ventilasi adekuat
darah baik, dengan data evaluasi dengan data evaluasi hari pertama
hari pertama Tn. A tidak dan hari kedua pasien mengeluh
mengalami mual dan muntah nafasnya sesak, dengan RR 28 x/i
darah, warna BAB masih dengan O2 5l/i. Pada hari ketiga
kehitaman dan lengket. Pada hari dan keempat sesak mulai
keempat warna BAB mulai berkurang, retraksi dinding dada
berubah menjadi cokelat, muntah tidak ada, pernafasan cuping
darah tidak ada, nilai hasil hidung tidak ada, dan terpasang
laboratorium terakhir mengalami O2 3l/i. Pada hari kelima pasien
peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, sudah tidak tergantung lagi
APTT : 35,4 detik, trombosit : dengan O2, dan implementasi
3
224.000/mm . Pada hari ke 5 dihentikan pada hari kelima.
implementasi risiko perdarahan
teratasi, dan pasien boleh pulang. b. Evaluasi dari hasil tindakan
keperawatan yang telah diberikan
b. Evaluasi dari hasil tindakan kepada Tn. N dari tanggal 19 mei
keperawatan yang telah diberikan 2017 hingga 24 mei 2017 untuk
b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua pasien mengeluh muntah darah, BAB berwarna gelap
atau hitam dan lengket. Muntah darah dan BAB berdarah dengan warna
yang gelap merupakan manifestasi dari perdarahan gastrointestinal.
Menurut Smeltzer dan Bare (2013), penyakit sirosis hepatis menyebabkan
jaringan parut yang menghalangi aliran darah dari usus yang kembali ke
jantung dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal),
semakin tinggi tekanan portal, maka varises semakin besar dan pasien
berkemungkinan mengalami perdarahan dari varises-varises yang ada di
kerongkongan (esofagus) atau lambung. Varises dapat pecah dan
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal yang masif.
Perubahan warna pada BAB disebabkan oleh HCL lambung, pepsin dan
diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul
dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8
jam untuk merubah warna feses menjadi hitam (Smeltzer dan Bare, 2013).
Tn. N mengalami sesak nafas, hal ini akibat hormon-hormon tertentu yang
dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi
secara abnormal. Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar
alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam
alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan
pengerahan tenaga.
Berbeda dengan Tn. N yang tidak memiliki riwayat merokok, alkohol atau
pun mengonsumsi obat-obatan. Tn. N juga tidak memiliki riwayat
hepatitis sebelumnya. Namun keluarga Tn. N yaitu adik kandungnya
menderita penyakit hepatitis. Menurut asumsi peneliti, risiko terjadinya
sirosis hepatis pada Tn. N adalah penularan dari penderita yang
mengalami hepatitis itu sendiri.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin,
CRT > 3 detik. Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari
perfusi jaringan perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena
perdarahan yang terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada Tn.A
ditemukan adanya distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi pada kuadran
kanan atas, terdapat spider nevi dan umbilikus menonjol.
h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua pasien tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.
i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua pasien antara lain
pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan laboratorium kimia
klinis, pemeriksaan laboratorium imunologi serologi, dan pemeriksaan
laboratorium urinalisa. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling
menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin serta
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA International 2016, berdasarkan teori masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan hematemesis melena ada 13 masalah
keperawatan. Namun berdasarkan hasil pengamatan, perawat ruangan
menegakkan 2 diagnosa keperawatan pada Tn.A yaitu risiko perdarahan
berhubungan dengan gangguan gastrointestinal dan ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang faktor
pemberat. Kemudian pada Tn.N berdasarkan hasil pengamatan, perawat
ruangan menegakkan 2 diagnosa keperawatan yaitu risiko perdarahan
berhubungan dengan gangguan gastrointestinal dan ketidakfektifan pola nafas
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Hal ini berhubungan dengan asites yang dialami oleh pasien. Apabila
terjadi asites maka terjadi penekanan pada diafragma sehingga terjadinya
pennyempitan ekspansi paru dan menimbulkan sesak.
Data dari hasil pengkajian dan observasi pada Tn. N menyatakan bahwa
pasien mengeluh nafasnya sesak, adanya retraksi dinding dada dan
penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi napas vesikuler, wheezing (-),
ronkhi (+), pernafasan 30 x/menit, terpasang O2 binasal 5 l/i.
Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Tn. A didapatkan data bahwa
pasien mengatakan badannya terasa lemah dan sulit braktivitas, akral
teraba dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis, nilai Hb 8,7 g/dl, Ht
: 25 % dan CRT > 3 detik. Sementara itu hasil pengkajian dan
pemeriksaan pada Tn. N didapatkan bahwa pasien mengatakan badannya
terasa lemah, akral teraba dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis,
nilai Hb 8,3 g/dl, Ht : 28 % dan CRT > 3 detik.
Menurut asumsi peneliti, akibat dari pengkajian yang tidak maksimal dan
diagnosa keperawatan yang tidak ditegakkan, maka beberapa tindakan
keperawatan tidak dapat terencana dengan baik sehingga proses asuhan
keperawatan menjadi kurang efektif dan tidak maksimal. Perawat seharusnya
dapat merencanakan tindakan keperawatan sebaik mungkin dengan menilai
masalah keperawatan yang ada kedua partisipan.
4. Implementasi keperawatan
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanankan
oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh. Namun
peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
perawat ruangan dan mahasiswa praktik yang sedang dinas di ruangan
tersebut melalui dokumentasi pada status pasien serta buku laporan. Tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien oleh perawat umumnya sesuai
dengan intervensi yang ada pada NIC.
Sementara itu pada Tn. N evaluasi hari pertama, muntah darah sudah tidak
ada, warna BAB hitam. Pada hari ke lima,Tn. N tidak mengalami muntah,
warna BAB sudah berubah lebih terang. Nilai hasil laboratorium terakhir
mengalami peningkatan yaitu PT : 11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit :
168.000/mm3. Pada hari ke 6 implementasi risiko perdarahan dihentikan, dan
pasien pindah ruangan untuk perbaikan.
Sementara itu pada Tn. N evaluasi hari pertama dan kedua implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
1 unit tanggal 21 mei 2017, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi dan pasien pindah ruangan
untuk perbaikan.
Sementara itu pada Tn. N evaluasi hari pertama hingga hari ketiga
implementasi pasien masih terpasang NGT alir, dan mendapat diit DH1
makanan cair tetapi pada hari kempat NGT tidak dialirkan lagi. Pada hari
kelima pasien mendapat diit DH2 makanan cair yaitu susu. Pada hari keenam
Sementara itu pada Tn. N evaluasi hari pertama hingga ketiga pasien
mengeluh badannya lemah dan sulit untuk bergerak dan beraktivitas, pada hari
keempat dan kelima pasien mengatakan aktivitasnya masih perlu dibantu.
Pada hari keenam pasien pindah ruangan untuk perbaikan.
5. Hasil evaluasi selama 7 hari pada tanggal 18 Mei – 24 Mei dalam bentuk
SOAP. Hasil yang tercapai berdasarkan NOC yaitu nyeri terkontrol, tingkat
nyeri berkurang, tingkat kecemasan berkurang, status pernafasan baik, fungsi
gastrointestinal baik, kontrol risiko, status sirkulasi baik, perfusi jaringan:
perifer efektif, integritas kulit dan membran mukosa baik, pengetahuan :
proses penyakit, status nutrisi : asupan makanan dan cairan adekuat, nafsu
makan meningkat, perawatan diri : aktivitas sehari-hari terpenuhi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui direktur agar diadakannya pelatihan tentang metode asuhan
keperawatan pada pasien hematemesis melena kepada pegawai khususnya
perawat untuk update ilmu agar proses asuhan keperawatan lebih maksimal.
Adi, P. 2009. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas: Ilmu Penyakit
Dalam, jilid I, edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Alema ON, Martin DO, Okello TR. 2012. Endoscopic findings in upper gastrointestinal
bleeding patients at Lacor Hospital. Northern Uganda. African Health Sciences.
Maret 06, 2017.http://www.bioline.org.br/ pdf?hs12088.
Dicky, dkk. 2014. Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Gangguan Fungsi Hati pada
Subjek Pria Dewasa Muda di Kelurahan Tateli dan Teling Atas Manado.
Maret 06, 2017. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
172333&val=1001&title=HUBUNGANKONSUMSIALKOHOLDENGANG
ANGGUANFUNGSIHATIPADASUBJEKPRIADEWASAMUDADIKELUR
AHANTATELIDANTELINGATASMANADO.
Grace, P. A., & Neil, R. B. 2007. At a Glance Ilmu Bedah, edisi3.Jakarta: Erlangga.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Tn. A
2) Tempat/ Tanggal Lahir : Sijunjung, 01 Juli 1967
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Tidak Sekolah
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Tanjung Lolo, Sijunjung
9) Diagnosa Medis : Hematemesis melena ec pecah varises
esofagus ec sirosis hepatis post nekrotik stadium dekompensata +
ensefalopati hepatikum grade II + Bronkopneumonia
10) No. MR : 978521
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama :
e. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kepala
I: kulit kepala bersih, tidak ada lesi, penyebaran rambut tidak merata
P: tidak teraba udem
2) Pemeriksaan wajah
I: wajah simetris kiri dan kanan, tampak pucat, dan tidak ada lesi
P: tidak ada udem
3) Pemeriksaan mata
I: konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokohor diameter 2mm/2mm
P: tidak teraba udem palpebra
4) Pemeriksaan telinga
I: simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan atau darah yang
keluar dari lubang telinga
5) Pemeriksaan hidung
I: hidung simetris, tidak ada sianosis, tidak ada pernafasan cuping
hidung, terpasang NGT
P: tidak ada nyeri tekan sinus
6) Pemeriksaan mulut dan faring
f. Data Psikologis
g. Data Sosial
Pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dengan orang lain.
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan
pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat.
h. Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa Allah akan
memberikan kesembuhan kepadanya.
i. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 17 mei 2017
Hemoglobin : 8,7 g/dl (14-18 g/dl)
Hematokrit : 25 % (40-48 %)
Trombosit : 128.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)
Leukosit : 11.270/mm3 (5.000-10.000/mm3)
PT : 16,2 detik (10,0 – 13,60 detik)
Mikroskopis
Lekosit : 13 – 15 /LPB
Eritrosit :1-2
2. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
Do:
- PT : 16,2 detik
- APTT : 44,5 detik
Do:
- Pasien tampak meringis
- TD : 90/60 mmHg
- N : 90 x/menit
- S : 37,5 C
- P : 22 x/menit
3 Ds: Ketidakefektifan Kurang pengetahuan
- Pasien mengatakan perfusi jaringan tentang faktor
badannya terasa lemah perifer pemberat
Do:
- Hb : 8,7 g/dl
- Ht : 25 %
- Konjungtiva anemis
- CRT > 3 detik
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
Do:
- Pasien terpasang NGT
- Pasien mendapat terapi diit
DH1 dengan jenis makanan
cair
- Total protein: 6,2 g/dl
- Albumin : 2,6 g/dl
5 Ds: Intoleransi aktivitas Kelemahan
- Pasien mengatakan sulit
untuk bergerak karena nyeri
pada perutnya
Do:
- Pasien bedrest
- Aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
- Pasien terpasang infuse pada
tangan kiri dan kateter
- Pasien tampak lemah
d. Pengaturan posisi
1. Berikan posisi terapeutik
2. Lindungi bagian tubuh
yang terganggu
3. Pertahankan posisi yang
tepat
4. Topang tulang blakang
selama perubahan posisi
5. Ajarkan pasien cara untuk
mengurangi tekanan dan
keutuhan kulit
e. Terapi relaksasi
1. Gambarkan manfaat dari
relaksasi
2. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tanpa distraksi
3. Dapatkan perilaku yang
dapat melihat adanya
relaksasi
4. Tunjukkan dan praktikan
teknik relaksasi
5. Evaluasi laporan individu
terkait relaksasi
6. Evaluasi dan
dokumentasikan respon.
f. Peningkatan tidur
1. Tentukan pola aktivitas
pasien
2. Jelaskan pentingnya tidur
3. Monitor pola tidur pasien
4. Dorong pasien menetapkan
rutinitas tidur
5. Ajarkan pasien
menghindari makanan
sebelum tidur
b. Manajemen energi
10. Kaji status fisiologis
pasien terhadap kelelahan
11. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
12. Pilih intervensi yang
mengurangi kelelahan
13. Tentukan jenis dan
banyak aktifitas yang
dilakukan
14. Monitor intake nutrisi
untuk mengetahui sumber
energy
15. Kolaborasi dengan
ahli gizi mengenai asupan
energi yang sesuai
kebutuhan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tindakan Paraf
Tanggal / Hari
Keperawatan Keperawatan
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Evaluasi Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan
19 mei Risiko perdarahan bd S:
2017 gangguan gastrointestinal - Pasien mengatakan tidak
ada muntah
- Pasien mengatakan BAB
nya berwarna hitam dan
lengket
O:
- Konjungtiva anemis
- PT: 16,2 detik
APTT: 44,5 detik
Trombosit: 119.000/mm3
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Tn. N
2) Tempat/ Tanggal Lahir : Padang, 24 desember 1951
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Pensiunan PNS
8) Alamat : Jalan Parak Laweh RT 04 RW 06 no.6
kelurahan parak laweh pulau aia nan duo puluh kecamatan lubuk
begalung.
9) Diagnosa Medis : Hematemesis melena ec pecah varises
esofagus ec sirosis hepatis post nekrotik stadium dekompensata +
ensefalopati hepatikum grade II + Bronkopneumonia
10) No. MR : 520931
5) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kepala
I: kulit kepala bersih, tidak ada lesi, penyebaran rambut tidak merata
P: tidak teraba udem
2) Pemeriksaan wajah
I: wajah simetris kiri dan kanan, tampak pucat, dan tidak ada lesi
P: tidak ada udem
3) Pemeriksaan mata
I: konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter 2mm/2mm
P: tidak teraba udem palpebra
4) Pemeriksaan telinga
I: simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan atau darah yang
keluar dari lubang telinga
5) Pemeriksaan hidung
I: hidung simetris, tidak ada sianosis, tidak ada pernafasan cuping
hidung, terpasang NGT
P: tidak ada nyeri tekan sinus
6) Pemeriksaan mulut dan faring
I: bibir simetris, mukosa bibir kering
7) Pemeriksaan leher
I: tidak ada pembesaran vena jugularis
P: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid
8) Pemeriksaan thorak
I: simetris kiri dan kanan, ada retraksi dinding dada
P: fremitus kiri dan kanan sama
P: sonor
4. Data Psikologis
1) Status Emosional
Pasien tampak sabar dan mampu untuk mengontrol emosinya
2) Kecemasan
Pasien terlihat tidak cemas namun masih dalam batas wajar
3) Pola Koping
Koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan
4) Gaya Komunikasi
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
6) Data Sosial
Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien lain dan tenaga
kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat.
7) Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa Allah akan
memberikan kesembuhan kepadanya. Pasien tetap melaksanakan sholat dan
berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya.
8) Data Penunjang
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 19 mei 2017
Hemoglobin : 8,3 g/dl (14-18 g/dl)
Hematokrit : 28 % (40-48 %)
Trombosit : 80.000/mm3 (150.000-400.000/mm3)
Leukosit : 15.620/mm3 (5.000-10.000/mm3)
PT : 16,4 detik (10,0 – 13,60 detik)
APTT : 37,5 detik (29,20 – 39,40 detik)
b. Mikroskopis
Lekosit : 0 – 1 /LPB (< 5)
Eritrosit : 2 – 3 /LPB (<1)
Silinder : negatif (negatif)
Kristal : negatif (negatif)
Epitel : positif (positiff)
3. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperawatan
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
g. Manajemen cairan
7. Monitor status hidrasi
8. Monitor makanan dan
cairan yang dikonsumsi
9. Berikan terapi IV yang
ditentukan
10. Tawari makanan
ringan (jus buah)
11. Dukung pasien dan
keluarga dalam pemberian
makanan yang baik
Berikan produk darah yang
sesuai
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan f. Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 13. Tentukan status gizi
d. Manajemen energi
18. Kaji status fisiologis
pasien terhadap kelelahan
19. Anjurkan pasien
mengungkapkan
kemampuannya
20. Pilih intervensi yang
mengurangi kelelahan
21. Tentukan jenis dan
banyak aktifitas yang
dilakukan
22. Monitor intake nutrisi
untuk mengetahui sumber
energy
23. Kolaborasi dengan
ahli gizi mengenai asupan
energi yang sesuai
kebutuhan
24. Tingkatkan tirah
baring dan waktu istirahat
pasien
25. Lalukan ROM
pasif/aktif
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tindakan Paraf
Tanggal / Hari
Keperawatan Keperawatan
19 mei 2017 Ketidakefektifan pola 1. Memonitor kecepatan,
nafas bd penurunan kedalaman, irama, dan kesulitan
ekspansi paru bernafas.
2. Mencatat pergerakan dada,
ketidaksimetrisan,
penggunanaan otot bantu nafas,
dan retraksi pada otot
3. Memonitor pola nafas
4. Menyiapakaan peralatan
oksigen dan siapkan humidifier
E. EVALUASI KEPERAWATAN