Anda di halaman 1dari 37

Update Tatalaksana COVID-

19
Erlina Burhan
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan
PENDAHULUAN

 Penyebaran via droplet langsung maupun tidak langsung,


 Potensi airborne
 Mutasi virus
 Positif Persisten
 Re-infeksi
 Sangat dinamis
 Vaksin
WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard [Internet]. Covid19.who.int. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.who.int/
COVID-19 G. Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 [Internet]. covid19.go.id. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
DEFINISI OPERASIONAL

SUSPEK PROBABLE

KONTAK
KONFIRMASI
ERAT

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS SUSPEK

Salah 1 dari Kriteria di Bawah Ini:

• ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum muncul *ISPA: demam (> 380C) / riwayat
gejala ada riwayat perjalanan / tinggal di demam; disertai salah satu gejala
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan penyakit pernapasan
transmisi lokal • Batuk
• Salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari • Sesak napas
terakhir sebelum muncul gejala ada riwayat kontak • Sakit tenggorokan
dengan kasus konfirmasi / probable COVID-19 • Pilek
• ISPA berat / Pneumonia berat yang membutuhkan • Pneumonia ringan-berat
perawatan di RS DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS PROBABLE

Kasus suspek dengan: Belum ada


• ISPA berat / ARDS / hasil lab RT-
meninggal PCR atau
• Gambaran klinis meyakinkan satu kali
COVID-19 PCR negatif

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS KONFIRMASI

 Dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19


dibuktikan dari pemeriksaan lab RT-PCR
Kasus Konfirmasi dengan Gejala (Simptomatik)
Kasus Konfirmasi tanpa Gejala (Asimptomatik)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KONTAK ERAT

Riwayat kontak dengan kasus probable / konfirmasi


COVID-19
• Kontak tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter + jangka waktu
> 15 menit
• Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll)
• Orang yang memberikan perawatan langsung, tanpa menggunakan
APD sesuai standar
• Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

Tanpa
Ringan Sedang
Gejala

Berat Kritis

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

RINGAN SEDANG
• Tanpa bukti pneumonia virus / hipoksia • Remaja / dewasa
• Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas • Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
pendek, myalgia sesak, takipnea)
• Gejala tidak spesifik: nyeri tenggorokan, • Tanpa pneumonia berat (SpO2 > 93%
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual, room air)
muntah, anosmia, ageusia  sebelum • Anak-anak
onset gejala pernpasan • Klinis pneumonia tidak berat (batuk / sulit
• Gejala atipikal pada pasien usia tua / napas + napas cepat dan/atau retraksi
immunocompromised dinding dada)
• Tanpa pneumonia berat

Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

BERAT
Remaja/ Dewasa Anak-Anak
• Tanda klinis pneumonia DAN salah satu dari • Tanda klinis pneumonia DAN salah satu dari
• RR > 30 x/menit • Sianosis sentral / SpO2 < 93%
• Distres pernapasan berat • Distres pernapasan berat
• SpO2 <93% room air • Tanda bahaya umum (tidak mampu
menyusui / minum, letargi, penurunan
kesadaran, kejang)
• Napas cepat / tarikan dinding dada /
takipnea

Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

KRITIS
•Pasien dengan ARDS,
sepsis, dan syok sepsis

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Algoritma Tatalaksana COVID-19 Agustus
2020. Jakarta, 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: PCR Swab

 Untuk diagnosis: hari ke-1 dan 2


 Maksimal swab dilakukan hanya 3 kali pada satu pasien
 Bila pemeriksaan hari ke-1 menunjukkan hasil positif  tidak perlu swab hari ke-2
 Bila pemeriksaan hari ke-1 menunjukkan hasil negatif  swab hari ke-2
 PCR untuk follow-up hanya dilakukan pada pasien dengan gejala
berat
 Untuk pasien rawat inap, PCR swab hanya dilakukan MAKSIMAL 3 kali
 follow up dilakukan 10 hari setelah pengambilan swab yang positif

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: Tanpa Gejala

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis

• Isolasi mandiri di rumah 10 hari sejak • Ukur suhu tubuh 2x sehari


pengambilan spesimen diagnosis • Menggunakan masker jika keluar kamar
• Dipantau oleh petugas FKTP • Cuci tangan
• Kontrol di FKTP setelah 10 hari • Jaga jarak
karantina • Terapkan etika batuk
• PCR follow up dilakukan pada hari ke • Cuci alat makan-minum segera dengan
11/12 sabun
• Jika terjadi peningkatan suhu tubuh >
380C  lapor petugas ke FKTP

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: Tanpa Gejala (Farmakologi)

 Vitamin C dengan pilihan:


 Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
 Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
 Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
 Komorbid (+)  lanjutkan pengobatan
 Rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB  konsultasi ke SpPD / SpJP
 Obar dengan sifat antioksidan
 Obat suportif lainnya
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: Gejala Ringan

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis

• Isolasi mandiri di rumah selama • Sama dengan pasien tanpa gejala


maksimal 10 hari sejak muncul
gejala + 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan
• Dipantau oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah masa isolasi
selesai
• PCR follow up dilakukan pada hari
ke 11/12

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: Gejala Ringan (Farmakologi)

 Vitamin C dengan pilihan:  Antivirus (salah satu di bawah ini)


 Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14
hari)  Oseltamivir (Tamiflu) 2x75mg 5-7 hari
 Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30  Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
hari) 2x400/100mg 10 hari
 Multivitamin dengan kandungan  Favipiravir (Avigan) 2x600mg 5 hari
viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
 Dianjurkan konsumsi vitamin C, B, E,  Klorokuin fosfat 2x500mg (5-7 hari)
zink atau hidroksiklorokuin 1x400mg (5-7
 Azitromisin 1x 500mg selama 5 hari hari) diberikan jika rawat inap dan
 Pengobatan komorbid/komplikasi tidak ada kontraindikasi
 Obat suportif  Terapi simptomatik
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi
COVID-19: Gejala Sedang

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis

• Rujuk ke RS dengan perawatan • Istirahat total, berikan kalori dan


COVID-19/ RS darurat COVID-19 hidrasi yang adekuat, cek
• Isolasi di RS perawatan COVID- keseimbangan elektrolit, terapi
19/RS darurat COVID-19 oksigen
• PCR swab sesuai jadwal • Pemeriksaan darah perifer
lengkap dengan hitung jenis.
Pantau CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan foto toraks

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-
19: Gejala Sedang (Farmakologi)

 Vitamin C 3x200-400mg dalam 100cc NaCl 0.9% habis Oseltamivir (Tamiflu)


dalam 1 jam IV 2x75mg (5-7 hari)
ATAU
Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
2x500mg 1x500mg IV/oral ATAU
(5-7 hari) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
Hari 1: Loading dose 2x1600mg
ATAU ATAU Hari 2-5: 2x600mg
ATAU
Hidroksiklorokuin Hari 1: Levofloksasin Remdesivir
2x400mg dilanjutkan (curiga infeksi bakteri) 200mg IV drip hari 1dan
1x400mg (5-7 hari) 1x750mg IV/oral (5-7 hari) 1x100mg IV drip (har ke 2 sp ke 5 atau ke )

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Tatalaksana Pasien Terkonfirmasi COVID-
19: Gejala Sedang (Farmakologi)

 Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP


 Pengobatan simptomatis
 Pengobatan komorbid/komplikasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Algoritma Tatalaksana COVID-19 Agustus 2020. Jakarta, 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS

Isolasi & Pemantauan


• Di ruang isolasi RS Rujukan / rawat secara kohorting
• PCR swab sesuai jadwal

Non Farmakologis
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi, O2
• Pantau: DPL, hitung jenis, CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH,
d-dimer
• Perburukan  Xray toraks serial
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS

Monitoring Monitoring Keadaan Kritis


• Frekuensi napas > 30x/menit • Gagal napas yang butuh ventilasi mekanik,
• SpO2 < 93% syok, gagal multiorgan yang butuh ICU
• Gagal napas + ARDS  pertimbangkan
• PaO2/FiO2 < 300 mmHg ventilator mekanik
• ↑ keterlibatan area paru > 50% pada • Pencegahan perburukan penyakit
radiologi toraks dalam 24-48 jam • ARDS/Efusi paru luas: high flow nasal
• ↑ CRP progresif cannula / HFNC (lebih disarankan) atau
• Asidosis laktat progresif non-invasive mechanical ventilation / NIV
• Edema paru: batasi resusitasi cairan
• Posisikan pasien sadar dalam posis
tengkurap (awake prone position)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Algoritma Tatalaksana COVID-19 Agustus 2020. Jakarta, 2020.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Algoritma Tatalaksana COVID-19 Agustus 2020. Jakarta, 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS
(TERAPI OKSIGEN)

NRM (Non-Rebreathing Mask)


• 15 lpm  titrasi sesuai SpO2

HFNC (High Flow Nasal Canulla)


• FiO2 100%  titrasi sesuai SpO2 | Berikan 1 jam  evaluasi
• Risiko aerosol!  lakukan di ruangan bertekanan negatif
• Apakah mencapai perbaikan & kriteria ventilasi aman (Indeks ROX)?

Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas


 > 4,88 pada jam ke 2,6,12  tidak perlu ventilasi invasif
 < 3,85  risiko tinggi untuk intubasi
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS
(TERAPI OKSIGEN)

NIV (non-invasive ventilation) Kriteria ventilasi aman:


 Vol. tidal < 8 mL/kg
• Berikan 1 jam  evaluasi
• Perbaikan & mencapai kriteria ventilasi aman  lanjutkan  Gejala gagal napas (-)
ventilasi  nilai ulang 2 jam kemudian  Peningkatan FiO2/PEEP
• Risiko aerosol!  lakukan di ruangan bertekanan negatif

• Perhatian khusus
• Jangan digunakan pada pasien syok
• ARDS ringan – sedang  kombinasi awake prone position
+ HFNC/NIV 2x2 jam/hari  perbaikan oksigenasi & ↓
kebutuhan intubasi
• ARDS berat  langsung ventilasi invasif
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS
(TERAPI OKSIGEN)

Ventilasi •Sama dengan protokol ventilator ARDS


Mekanik •Vol. tidal < 8 mL/kg
•P plateau < 30 cmH2O
Invasif •Titrasi PEEP & recruitment maneuver
(Ventilator) •Target driving pressure rendah

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS
(TERAPI OKSIGEN)

ECMO (Extra Corporeal Kontraindikasi Absolut


Membrane Oxygenation) • Clinical Fraility Scale kategori > 3
Dapat diberikan bila fasilitas dan sumber
daya tersedia, memenuhi indikasi, dan • Ventilasi mekanik >10 hari
setelah pasien menerima terapi posisi • Komorbid bermakna
prone dan ventilator ARDS yang maksimal • DM tidak terkontrol + disfungsi organ kronik
• Gagal organ multipe; berat
Indikasi • Injuri neurologik akut berat
• PaO2/FiO2 <60mmHg (>6 jam) • Perdarahan tidak terkontrol
• PaO2/FiO2 <50mmHg (>3 jam) • Kontraindikasi pemakaian antikoagulan
• pH <7,20 + Pa CO2 >80mmHg (>6 jam) • Dalam proses resusitasi jantung paru

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS (FARMAKOLOGI)

 Vitamin C 200-400mg/8 jam dalam 100cc NaCl 0.9%


habis dalam 1 jam IV Oseltamivir (Tamiflu)
2x75mg (5-7 hari)
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam IV ATAU
Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
Hari 1-3: 2x500 mg (oral) 1x500mg IV/oral ATAU
Hari 4-10: 2x250 mg (oral) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
Hari 1: Loading dose 2x1600mg
ATAU ATAU Hari 2-5: 2x600mg
ATAU
Hidroksiklorokuin Levofloksasin Remdesivir
1x400 mg (oral) (curiga infeksi bakteri) 200mg IV drip hari 1 dan
(5 hari)  EKG/3 hari 1x750mg IV/oral (5-7 hari) 1x100mg IV drip( 2-5 sp 10 hari)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT/KRITIS (FARMAKOLOGI)

 Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP


 Deksametason 6 mg/24 jam (10 hari) atau kortikosteroid lain yang
setara pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen / ventilator
 Tatalaksana bila terdapat
 Komorbid / komplikasi
 Syok
 Terapi tambahan lain sesuai kondisi klinis pasien / ketersediaan di faskes
apabila terapi standar tidak memberikan respon perbaikan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
PERLAKUAN TERHADAP PEKERJA

KONTAK ERAT TERKONFIRMASI (POSITIF)


• Dilakukan swab untuk pemeriksaan • Tindak lanjut melihat dari gejala,yaitu:
RT- PCR pada hari 1 dan 2 oleh • Tanpa gejala:karantina mandiri 10
petugas kesehatan yang hari  kontrol ke puskesmas/FKTP
terlatih/kompeten. terdekat
• Apabila tidak tersedia,dapat • Gejala ringan: karantina mandiri
dilakukan pemeriksaan Rapid Tes (RT) sampai 10 hari sejak muncul gejala
• Hasil negatif  karantina mandiri 10 + 3 hari bebas gejala  kontrol
hari  periksa ulang  jika positif kembali ke puskesmas/FKTP
dilakukan RT 2 kali selama 2 hari terdekat
beruturut-turut • Gejala sedang dan berat: rujuk
• Hasil positif  tindakan sesuai Rumah Sakit
dengan alur pasien terkonfirmasi

SUSPEK: Harus segera dirujuk ke Rumah Sakit rujukan yang ditunjuk

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung Keberhasilan Usaha Pada Situasi Pandemi. 2020. Jakarta
GEJALA YG MUNGKIN MASIH TERSISA PASCA
KESEMBUHAN

Batuk, Sakit kepala,


Anosmia,
Fatigue kongesti, nyeri-nyeri
ageusia
sesak napas badan

Nyeri
Diare, mual abdomen dan Confusion
nyeri dada

World Health Organization. Long-term Effects of


Covid-19. Geneva: World Health Organization;
2020
Apakah masih bisa sakit lagi setelah
sembuh (Re-infeksi)

 Seorang yang sudah sembuh, mempunyai Antibodi dalam tubuhnya yg


memberikan kekebalan terhadap virus penyebab COVID19
 Namun antibodi yang terbentuk akan menghilang dalam waktu 3 -12
bulan
 Sehingga setelah 3-12 bulan masih ada kemungkinan untuk tertular ulang
atau reinfection
 Oleh sebab itu walaupun sudah sembuh, tetap harus menjalankan
protokol kesehatan
VAKSINASI COVID-19

• Perkembangan penelitian vaksin COVID-19 (data WHO)


• Uji Klinis Manusia  42 vaksin (fase 3 = 10; fase 2 = 13; fase 1 = 29)
• Uji Pre-Klinis  156 vaksin
• Lolos Uji Klinis Fase 3  syarat dianggap efektif & dapat digunakan umum
• Syarat vaksin dianggap berhasil dan boleh digunakan
• Efektivitas >50%
• Orang yang divaksin minimal diikuti selama 2 bulan setelah penyuntikan terakhir
• Aman  efek samping minimal
INDONESIA:
3 kandidat vaksin masih menunggu Uji Klinis Fase 3 Harus Tetap
selesai
Vaksin BUKAN senjata pamungkas
Fokus di
PENCEGAHAN!
WHO Draft Landscape of COVID-19 Candidate Vaccines – 15 October 2020 | Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
Vaksin untuk Pencegahan

-Uji coba vaksin COVID-19 terus berlanjut.


-Vaksin hanya spesifik untuk satu
penyakit.
-Vaksin Covid untuk sakit Covid,
sehingga vaksin influenza tidak bisa
digunakan untuk mencegah covid-19

-Vaksin saat ini masih dalam tahap uji coba


di Bandung dan diperkirakan selesai pada
pertengahan tahun 2021

Sumber: https://www.nationalgeographic.com/science/health-and-human-
body/human-diseases/coronavirus-vaccine-tracker-how-they-work-latest-
developments-cvd/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai