Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH GEOGRAFI POLITIK

PANDANGAN STRATEGI MENURUT ALFRET THIYEN MAHAN

OLEH :

KELOMPOK VII

1. LILIS SURYANI
2. KHOIRUN NAZMI S
3. ROBI MULIA
4. VIONNI SHINTYA M
5. SITI SYARIFA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
BAB I

PEMBAHASAN

A. Gagasan Geostrategi Menurut Alferd Thayer Mahan(18l40-1914)

Alferd Thayer Mahan adalah seoarang admiral dari angkatan laut Amerika Serikat dan telah
banyak menulis tentang peranan naval Policy yang ada di Negara Amerika Serikat, Perancis,
Itali, Rusia dan jepang. Sumbangannya tersebut diakui oleh American Historical Association
pada usia 44 tahun, ia diangkat menjadi rektor naval war collage di New Port. Dalam buku-
bukunya tersebut gagasan utamanya adalah: dalam berjuang memperebutkan kejuaraan dibidang
politik Internasional, Negara adikuasa lautan yang berhasil. Sehubungan dengan itu diajukan
empat aspek spatio politik dari peranana seas power di dunia, sebagai berikut :

a. Dibumi kita terdapat system lautan dan samudera yang terbentang berkesinambungan,
dan berfungsi menguntungkan bagi komunikasi antar beberapa bagian dibelahan bumi
ini.
b. Dibumi kita ada satu Negara yang lokasinya di daratan yang terjepit kuat yaitu Rusia.
Negara ini tanpa henti-hentinya berusaha untuk membebaskan diri dari kawasan Artik
yang penuh es disebelah utaranya, memubuka pintu-pintu ke benua Asia bagian selatan
dan timur, serta mendesakkan pengaruhnya ke Barat dengan cara menguasai Eropa Timur
secara politis dan militer.
c. Imperium Rusia Raya yang dikelilingi oleh Negara-negara maritime di Eropa, India, Asia
Tenggara dan Negara-negara tepi lautan teduh (Pasifik).
d. Dibumi terdapat tiga Negara kepulauan (Insular States) yang ada di luar benua Eurasia
yaitu: Britania Raya, Jepang, dan Amerika Serikat (diapit oleh dua lautan luas, Samudera
Pasifik dan Samudera Antlatik).

Bagi Mahan, lautan merupakan suatu jalan raya (a great high way). Dalam dunia
perdagangan modern ini, lokasi maritim yang cocok menawarkan keuntungan baik secara politik
maupun ekonomi. Sebaliknya, lokasi yang terjepit oleh benua amat merugikan bagi
perkembangan suatu Negara. Bagi Mahan, imperium Rusia mewujudkan contoh Negara
berlokasi daratan yang memiliki kekuatan dan kelemahan. Kondisi geografis ini mengekang
kebebasan keluarganya dalam hidup berpolotik. Komunikasi yang tak lancer karena jarak yang
amat jauh. Letak Rusia seakan-akan terkunci dipedalaman benua itu memungkinkan berhasilnya
suatu Negara maritim yang kuat untuk menghancurkannya secara politik dan militer. Karena
itulah, maka usaha Rusia melepaskan diri dari belenggunya yang alami itu menimbulkan
ketegangan politik bagi Negara-negara yang mengelilinginya.

Sebaliknya Negara Inggris serba diuntungkan dengan posisi geografisnya yang maritim,
meski kawasannya sempit Inggris mampu dari abad kea bad mengembangkan dirinya menjadi
suatu Worlwide Empire, dengan armada dagang dan armada perang yang amat kuat. England
Rules The Waves, itulah moto Negara ini juga disebut sebagai The Land When the sun never sets.
Inggris merupakan satu-satunya Europan Powers yang wujudnya Insular Country, karena itulah
Inggris tak dapat ditaklukan musuh baik dalam sejarah perang Napoleon, PD I, dan PD II.
Perniagaan laut antlantikpun lokasinya sangat menguntungkan Inggris karena semua kapal harus
berlayar lewat English Channel, oleh karena itu, Inggris dapat memblokade perdagangan di
lautun di seluruh kawasan Eropa Utara dan Eropa Barat. Selain itu Inggrs juga menguasai titik-
titik strategis diseluruh rute perdagangan dunia, seperti di Selat Gipraltar, terusan Suez, Cape of
Goodhope, Singapore, Hongkong, Selat Magellan, dan Samudera Pasifik.

Hanya Amerika Serikatlah yang mampu menandingi Inggris. Amerika Serikat tidak memiliki
jajahan yang berarti secara ekonomis. Amerika Serikat lokasinya diampit oleh Samudera
Atlantik dan Pasfik yang menjadi Super Power yang semakin kuat.

B. Determinan Negara Penguasa Laut Menurut Teori Alfret T Mahan

Berdasarkan penelitiannya atas sejarah pelayaran Inggris, Mahan menemukan 6 faktor yang
menentukan berhasilnya suatu Negara menjadi seas power :
1. Lokasi Geografis dari Suatu Negara
Terdapat dua aspek yaitu, yang pertama berhadapan dengan banyak lautan, komunikasi antar
bagiannya berjalan baik dan musuh sulit unutk menaklukannya. Yang kedua,lokasinya
berupa kepulauan didepan suatu benua atau daratan.
2. Tata letak alami Negara yang bersangkutan
Negara kepulauan yang pantai-pantainya mudah dicapai dari pedalaman pualu-pulaunya,
menjadikan penduduk Negara tersebut berhubungan baik dengan Negara luar. Pelabuhan-
pelabuhan alamnya sangat menguntungkan bagi perdagangan dan juga angkatan lautnya,
namun bisa juga merugikan Negara tersebut dalam masa peperangan.
3. Cakupan wilayah
Hubungan antara panjangnya garis pantai dengan sulit atau mudahnya wilayah Negara
tersebut dipertahankan dimasa perang.
4. Banyaknya penduduk
Makin banyak jumlah penduduk,makin cukup tersedia Negara untuk dijadikan tentara darat
maupun laut.
5. Watak nasional (kepribadian nasional)
Kecintaan tanah air, kebanggaan atas kebesaran ejarah masa lampau akan menentukan kaut
lemahnya Negara.
6. Politik kenegaraan
Berkaitan dengan kebijakan pemerintah intern Negara (wilayah), memanfaatkan kepadatan
penduduk dan sikap terhadap Negara tetangga.
Menurut  Mahan setidaknya ada enam unsur yang dapat menentukan perkembangan
suatu negara, yaitu kondisi geografi, bentuk tanah dan pantainya, luas wilayah, jumlah
penduduk, karakter penduduk, dan sifat pemerintahannya.

C. Penerapan teori Alfred Thayer mahan


A strong navy was vital to the success of a nation, and control of the sea was vital for the
projection of force on land and overseas. (Alfred Thayer Mahan)

Gagasannya adalah “Wawasan Bahari” (kekuatan di lautan) yang menyatakan : Barang


siapa yang menguasai lautan akan menguasai “perdagangan”, serta barang siapa yang menguasai
perdagangan akan menguasai “kekayaan dunia” sehingga akhirnya menguasai dunia. Ada
perbedaan besar antara Negara Kepulauan dan Negara Maritim. Doktrin Negara Kepualauan
memiliki cara pandang bahwa negara terdiri dari rangkaian pulau dan daratan yang terpisah oleh
lautan. Sementara doktrin Negara Maritim memiliki cara pandang bahwa negara terdiri dari
wilayah lautan yang menghubungkan pulau-pulau di dalamnya. Cara mempertahankan
kedaulatan juga berbeda dalam strategi militernya. Negara Kepulauan mengandalkan Angkatan
Darat sebagai first line defence, sedangkan Negara Maritim mengandalkan Angkatan Laut yang
memiliki kekuatan antiblokade di wilayah sendiri maupun blokade laut di wilayah perairan
musuh. Guna mewujudkan kedaulatan maritim nasional sebagai kekuatan, konsekuensinya
bangsa kita harus memperkuat pertahanan TNI AD dan AU, agar menjadi kekuatan laut terbesar di
Asia Tenggara, seperti di masa Bung Karno yang bisa menjamin kedaulatan NKRI.

a) Pertahanan Militer Negara Maritim

Dari aspek strategi militer, Negara Kepulauan masih mengandalkan AD seperti halnya
continental strategy-nya Napoleon Bonaparte. Sedangkan Negara Maritim mengandalkan AL,
seperti maritime strategy Inggris ketika menghadapi continental strategy Napoleon. Aplikasinya
secara modern , serangan bermula dari laut, disusul serangan udara, dan didukung oleh serangan
darat. Sehingga AL harus kuat, dipayungi oleh superioritas AU dan didukung AD yang siap
menunggu musuh. Secara tradisional jumlah postur AD umumnya memang lebih besar dari
angkatan lainnya, karena membentuk AD jauh lebih mudah. Sementara untuk AL dan AU
terpaut dengan alutsista yang mahal, Negara Maritim, memang tidak dikenal sistem Kodam,
yang intinya adalah daerah kekuasaan militer AD dengan aksesoris dua angkatan lainnya sebagai
pendukung.

Dalam paradigma baru, organisasi tempur sebenarnya lebih pada pasukan campuran dari
ketiga unsur tersebut dan dimpimpin oleh Panglima Komando Gabungan untuk wilayah
komando pertahanan tertentu. Jadi bukan masalah jumlah postur, namun bagaimana cara
menggunakan ketiga angkatan dalam sebuah sistem pertahanan terpadu. Kalau perubahan
fundamental lewat lompatan paradigmatis berupa restorasi budaya di mana doktrin Negara
Maritim sebagai ciri perubahannya, maka diharapkan akan menjadi jaminan sustainbilitas NKRI
ke masa depan. Pertahanan maritim (maritime defence), juga disebut sebagai keamanan maritim
(maritime security), untuk menjamin kedaulatan Negara Maritim amat strategis. Ini karena laut
berperan penting dalam sistem pertahanan negara, malah merupakan elemen utamanya.
Sehingga, bila terjadi perang, negara bisa memenangkannya melalui matra lautnya.

Teori Alfred Thayer Mahan, ahli strategi maritim yang tertera di awal paparan ini,
terbukti benar pada Perang Dunia I. Mahan menekankan kekuatan laut sebagai fakta
penting di balik keberhasilan Inggris. Meski sebelumnya teori Mahan tidak dapat menjelaskan
keberhasilan kerajaan daratan seperti Bismarck, Jerman. Namun karena blokade AL, kekaisaran
Jerman pada akhirnya juga runtuh. Di era persenjataan nuklir, peran laut semakin sentral. Kini
senjata nuklir ditempatkan di kapal selam dan bisa diluncurkan menuju sasarannya di darat.
Sebelumnya energi nuklir terbatas digunakan untuk tenaga utama penggerak kapal induk dan
kapal selam. Peluncuran senjata nuklir biasanya dilaksanakan dari daratan atau dari launcher
statis. Era nuklir juga telah menjadikan laut sebagai "reaktor nuklir bergerak".

Karena posisi strategisnya sebagai interface dari dua samudera besar, Pasifik dan Hindia,
bagi Indonesia isu nuklir tadi berarti laut yang menjadi yurisdiksi kita, paling tidak di empat alur
laut kepulauan Indonesia (ALKI), sangat rawan masalah nuklir. Terutama dari kapal-kapal selam
bertenanga nuklir Armada Ketujuh AS, yang bergerak dari dan ke pangkalan di Yokosuka,
Jepang. Kerawanan nuklir bisa juga muncul dari kapal-kapal selam bertenaga nuklir milik Rusia
atau negara-negara lain.

b) Lemahnya Strategi Maritim

Merujuk pendapat Alfred Thayer Mahan dalam karyanya The Influence of Sea Power Upon
History 1660-1783 . tentang kemajuan Inggris yang bertumpu pada kekuatan kemaritiman dan
kelautan, seharusnya kita bisa belajar bagaimana bangsa Indonesia dapat maju dengan landasan
pijak (foot hold) seperti halnya Inggris dengan adagium: Britanica rules the waves. Pakar strategi
maritim Inggris Dr Geoffrey Till dalam Sea Power: A Guide to the Twenty First Century
menyatakan ada empat komponen dasar menuju terciptanya sea power.

Pertama, masyarakat yang memiliki preferensi terhadap laut (maritime community). Kedua,
sumberdaya maritim (sumberdaya laut, infrstruktur, perkapalan). Ketiga, posisi geografis.
Keempat, political will pemerintah. Ternyata kita hanya memiliki potensi pada sumberdaya
maritim dan posisi geografis. Kita belum memiliki maritime community yang andal dan political
will pemerintah yang berorientasi kemaritiman. Keempat komponen itu merupakan prasyarat
bagi terciptanya pelabuhan-pelabuhan laut yang dinamis dalam sistem perdagangan
internasional, armada perkapalan nasional, dan AL yang kuat. Pelabuhan, armada perkapalan
niaga, dan AL akan membentuk sea power suatu bangsa. Kejayaan sea power suatu bangsa
berkorelasi langsung dengan kejayaan bangsa itu sendiri. Untuk menuju terciptanya sea power,
dibutuhkan tiga hal penting, yaitu: kesadaran maritim, preferensi publik, dan kepentingan
nasional.

Menurut Doktrin Eka sasana Jaya, TNI-AL sejatinya adalah blue-water vany. Menurut
doktrin yang diformulasikan pada 17 Agustus 1965 itu, kapal perang TNI-AL dapat digelar
untuk menjamin keselamatan niaga Indonesia saat berlayar di mana pun, baik di laut teritorial
maupun di laut lepas. Namun sejak ditetapkannya Doktrin Catur Karma EkaKarma 1988 dan
Doktrin Sad Dwi Bhakti 1994, maka Doktrin Eka Jaya tidak digunakan lagi. Dengan perubahan
doktirn tersebut, secara perlahan tapi pasti, jati diri TNI-AL menjadi tak jelas: Apakah blue-
water navy, green-water navy, atau brown-water navy. Artinya memang strategi maritim kita
masih lemah,

Pada awal perkembangan teknologi,menyatakan bahwa siapa yang menguasai medan


strategis, menguasai wilayah yang lebih luas, siapa yang menguasai daerah Eropa dan Balkan
(heart land), dialah yang menguasai dunia. Selanjutnya dengan kemajuan teknologi kelautan,
siapa yang menguasai lautan, dialah yang menguasai duni ( teori alfret T mahan ). Ini terbukti
dengan perlombaan seru antara negara adidaya untuk kemajuan AU-nya, sehingga doktrin
perangnya pun berubah dengan mengedepankan serangan udara strategis. Dengan pesatnya
teknologi kedirgantaraan, siapa yang menguasai udara dengan ketinggian 50.000 mil atau lebih,
dialah yang menguasai dunia. Terlebih lagi bila menguasai lunar libration points (L4 dan L5),
yakni tempat di mana gaya gravitasi bulan dan bumi sama besarnya.

Di era 1990-an sejak perkembangan teknologi informasi (IT) semakin pesat, maka siapa yang
menguasai informasim dialah yang menguasai dunia. Inilah yang mendorong negara adidaya
berlomba menguasai medan peperangan baru, yaitu perang informasi, terutama dengan
memanfaatkan media massa dan jaringan informasi global. Kejatuan Haiti dan Uni Soviet tak
terlepas dari perang informasi global tersebut. Dengan pergeseran konsep perumusan strategi,
konsekuensinya adalah mengubah manajemen, terutama cara kerja organisasi, skala organisasi,
dan integrasi system. Dari sisi cara kerja, organisasi militer memerlukan personel yang cerdas
untuk mengawaki teknologi yang canggih. Konsekuensinya personel militer harus mengenyam
pendidikan lebih tinggi dibanding pebisnis. Jadi dalam peperangan saat ini tentara tak sekadar
bisa menarik pelatuk, tetapi juga harus mempunyai kemampuan IT yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni. 1991. Dasar-dasar geografi politik. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

http://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Thayer_Mahan diakses pada 22 februari 2014

http://kabar.com-kedaulatan-maritim-nasional-sebagai-kekuatan- diakses pada 22 februari 2014

http://fhukum-.org/artikel/hukum-tata-negara/143-teori-universal-geopolitik.html

Anda mungkin juga menyukai