Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Alat transportasi seperti sepeda motor sudah kita kenal sejak dulu.
Sepeda motor merupakan salah satu mode transportasi dengan jumlah
populasi terbesar di Indonesia. Kendaraan ini dibuat menyesuaikan
dengan gaya hidup modern saat ini. Tercata dari data BPS (Badan Pusat
Statistik), semua jenis unit kendaraan bermotor mencapai 146.858.759
unit per 2018. Dari jumlah tersebut, sebanyak 120.101.047 unit
merupakan sepeda motor pada tahun 2018. (CNBC, 2019)

Sementara, pada mobil penumpang pada 2018 tercatat sebanyak


16.440.987 unit. Pada tahun 2018, menurut Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa ada
pertambahan jumlah mobil sebanyak 1.043.017 unit. Jumlah tersebut
sudah termasuk kendaraan komersial seperti truk dan bus. Dan pada
tahun 2019, tercatat jumlah wholesales sebanyak 1.030.126 unit. Dan
pada tahun 2020, Gaikindo memprediksi penjualan mobil sebanyak 5%.
(CNBC, 2019). Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH MIGAS)
memprediksi, bahwa pada tahun 2018, jumlah bahan bakar minyal yang
terpakai ada sebanyak 75 juta kl (kilo liter). Merupakan jumlah yang
banyak dengan semakin menipisnya minyak bumi dan pencemaran
polusi yang dihasilkan.

BPH MIGAS mencatat, bahwa selama mengadakan Posko


Nasional ESDM dalam menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1440H (21
Mei-17 Juni 2019). Tercatat pemakaian BBM mencapai 2,87 juta kilo
liter dengan rerata harian sebanyak 102,56 kl perhari. Konsumsi BBm
pun meningkat 9,29% dari tahun sebelumnya selama Posko Nasional
ESDM. Ini menyebabkan konsumsi BBM harian meningkat 2,5 %.
(BPH Migas, 2019)

Bagaimana dengan perkembangan bioetanol di Indonesia?


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sudah

1
merilis Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 yang di
dalamnya menyebutkan bahwa penggunaan bioetanol E5
diwajibkan pada 2020 dengan formulasi 5% etanol dan 95% bensin
dan meningkat ke E20 pada 2025. Namun pada perjalanannya, sulit
sekali mewujudkan penggunaan bioethanol pada kendaraan lalu
dikomersilkan. Dikarenakan, ongkos produksi ethanol yang cukup
tinggi dan terbatasnya bahan baku produksi, menyebabkan
terhambatnya terwujudnya cita-cita tersebut. Dibeberapa negara
seperti di Brazil, sudah mewajibkan penggunakan bahan bakar
ethanol dengan campuran bensin.
Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) adalah cairan yang tidak
berwarna, bersifat biodegradable—mudah terurai, rendah toksisitas
dan menyebabkan sedikit polusi lingkungan jika tumpah. Etanol
jika terbakar akan menghasilkan karbon dioksida dan air. Ini yang
menyebabkan penggunaan bahan bakar etanol lebih ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan bensin. Etanol juga memiliki
tingkat toksinitas yang rendah jika terjadi tumpah ke lingkungan.
Etanol juga memiliki oktan yang tinggi, sehingga dapat membuat
pembakaran lebih sempurna. Dapat juga digunakan sebagai zat
aditif menggantikan timbal.
Dengan mencampur etanol dengan bensin kita juga bisa
mengoksidasi campuran bahan bakar sehingga membakar lebih
banyak, lebih efektif, dan mengurangi emisi yang mencemari
lingkingan. Campuran bahan bakar etanol banyak dijual di Amerika
Serikat. Campuran yang paling umum adalah etanol 10 persen dan
bensin 90 persen (E10). Mesin kendaraan tidak memerlukan
modifikasi untuk beroperasi dengan E10, dan garansi kendaraan
juga tak akan terpengaruh oleh penggunaan etanol. Hanya
kendaraan bahan bakar fleksibel yang bisa beroperasi hingga kadar
etanol 85 persen dan campuran bensin 15 persen (E85).
Gasoline merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM
yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan
pengapian. Di Indonesia terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis
bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu
jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon
Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu, Premium (RON 88) Pertamax
(RON 92), Pertamax Plus (RON 95). (Sumber : Pertamina.com)
Untuk itu, maka diadakan penelitian ilmiah mengenai Analisa
Uji Performa dan Konsumsi Bahan Bakar pada Mesin 4-
Langkah 113cc Menggunakan Bahan Bakar Campuran
Premium dan Ethanol. Sehingga, mendapatkan hasil formula
bahan bakar yang tepat dan seimbang antara menghasilkan performa
yang cukup namun irit bahan bakar.
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penambahan


etanol pada bahan bakar premium terhadap prestasi Mesin 4-
Langkah 113cc yang. Adapun parameter prestasi yang menjadi
pokok analisa dalam penelitian ini, meliputi
1. Daya efektif atau Brake Horse Power (BHP), mengukur daya
yang dikeluarkan oleh mesin ketika menggunakan bahan bakar
campuran Premium-Ethanol, kemudian dijadikan pembanding
diantara berbagai macam jenis campuran.

2. Torsi, mengukur torsi pada berbagai macam campuran Premium-


Ethanol.

3. SFC (Specific Fuel Consumption), mengukur konsumsi bahan


bakar spesifik yang dapat di capai mesin ketika menggunakan
bahan bakar.
1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis :

Mengetahui pengaruh subtitusi ethanol pada bensin jenis Premium


terhadap performa Mesin 4-Langkah 113cc.
2. Bagi akademik :
Dapat dijadikan bahan referensi atau pembanding untuk
mengevaluasi hasil penelitian serupa mengenai pengaruh
penambahan etanol pada BBM jenis Premium terhadap performa
mesin bensin.
3. Bagi masyarakat :

 Penelitian ini bermanfaat agar masyarakat menggunakan


bahan bakar alternatif dan ikut berpartisipasi dalam
menghemat bahan bakar minyak.
 Memberikan referensi bagi masyarakat terkait gasohol
jika langsung diaplikasikan terhadap kendaraan yang ada
di Indonesia.
1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan etanol sebagai campuran bahan bakar,
penggunaannya belum umum di Indonesia.
2. Menjaga kontinuitas penyediaan sumber energi secara
berkesinambungan.

3. Pengaruh penggunaan campuran premium dengan etanol sebagai


bahan bakar pada mesin bensin 4 langkah perlu untuk diketahui.
4. Penggunaan bahan bakar minyak yang semakin meningkat.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Mengingat penelitian ini banyak menyangkut disiplin ilmu lain,


maka dalam penulisan tugas akhir ini permasalahannya dibatasi pada
:
1. Penelitian dilakukan pada mesin Yamaha Mio J dengan pengabut
bahan bakar injeksi.
2. Menghitung parameter-parameter prestasi mesin, yaitu : Daya
efektif, pemakaian bahan bakar spesifik, efisiensi kehematan
bahan bakar, efisiensi penambahan daya.
3. Penelitian dilakukan dengan 3 variasi putaran yang berbeda :
4000rpm, 5000 rpm, 6000 rpm.
4. Bahan bakar yang digunakan hanya 1 jenis, yaitu Premium
(bensin) dengan campuran etanol berkomposisi : 10%, 15%,
20%, 25%, 30%.
5. Pencampuran bahan bakar dilakukan secara fisik berdasarkan
volume.

6. Tidak ada menganalisis reaksi kimia yang terjadi.

7. Senyawa alkohol yang dipakai adalah etanol 99% (anhydrous/fuel


grade)

1.6 Sistematika penulisan

1. BAB I Pendahuluan, menjelaskan tentang Latar Belakang


dilaksanakannya penelitian, tujuan dari penelitian, manfaat
penelitian ketika selesai, rumusan masalah yang akan di bahas,
dan ruang lingkup dalam penelitian.
2. BAB II Tinjauan Pustaka, menjelaskan teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3. BAB III Metodologi Penelitian, menjelaskan metode
pengambilan data yang akan di pakai pada penelitian ini.

4. BAB IV Pembahasan, menjelaskan analisa data yang didapat


berikut dengan hasil pengolahan datanya yang di tampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gasoline (American English), atau Petrol (British English),


adalah cairan yang mudah terbakar yang diturunkan dari minyak bumi
yang digunakan terutama sebagai bahan bakar di sebagian besar mesin
pembakaran internal percikan api. Ini sebagian besar terdiri dari
senyawa organik yang diperoleh dengan distilasi fraksi minyak bumi,
ditingkatkan dengan berbagai aditif. Rata-rata, 42-US-galon (160 liter)
barel minyak mentah menghasilkan sekitar 19 galon AS (72 liter)
bensin (di antara produk-produk olahan lainnya) setelah diproses dalam
kilang minyak, meskipun ini bervariasi berdasarkan pada minyak
mentah pengujian kadar logam.
Karakteristik campuran bensin tertentu untuk menghindari
penyalaan terlalu dini (yang menyebabkan ketukan dan mengurangi
efisiensi dalam mesin bolak-balik) diukur dengan peringkat oktannya
yang diproduksi di beberapa kelas. Timah tetraethyl dan senyawa
timbal lainnya tidak lagi digunakan di sebagian besar wilayah untuk
meningkatkan peringkat oktan (masih digunakan dalam penerbangan
dan balap mobil). Bahan kimia lain sering ditambahkan ke bensin
untuk meningkatkan stabilitas kimia dan karakteristik kinerja,
mengontrol sifat korosif dan menyediakan pembersihan sistem bahan
bakar. Bensin dapat mengandung bahan kimia yang mengandung
oksigen seperti etanol, MTBE atau ETBE untuk meningkatkan
pembakaran.
Bensin yang digunakan dalam mesin pembakaran internal dapat
memiliki efek signifikan pada lingkungan lokal, dan juga merupakan
penyumbang emisi karbon dioksida manusia global. Bensin juga dapat
mempengaruhi ke lingkungan tanpa polusi, baik sebagai cairan maupun
uap, dari kebocoran dan penanganan selama produksi, transportasi, dan
pengiriman (mis., Dari tangki penyimpanan, dari tumpahan, dll.).
Sebagai contoh upaya untuk mengendalikan kebocoran seperti itu,
banyak tangki penyimpanan bawah tanah diharuskan memiliki langkah-
langkah luas untuk mendeteksi dan mencegah kebocoran tersebut.
Bensin mengandung benzena dan karsinogen lainnya yang dikenal.
(Sumber : Wikipedia.org)

Pengujian performa adalah pengujian yang menguji mesin untuk


mencari nilai daya dan torsi. Berikut ini merupakan penelitian yang
sudah dilakukan dan menjadi acuan yaitu sebagai berikut :

2.1 Penelitian tentang uji performa

Ada beberapa jurnal yang menjadi rujukan penulis untuk


melakukan penelitian ini. Dalam penelitiannya, penggunaan
gasohol E20 dapat meningkatkan Fuel Consumption sebesar <
2% dari penggunaan bensin biasa, meskipun ada sedikit
pengurangan terhadap tenaga. Gasohol dengan kadar E10 lebih
unggul dalam hal performa mesin. Hasil ini didapat dengan
menggunakan 3 fase eksperimen. Yaitu, fase analitis, fase
pengujian mesin dengan kondisi laboratorium dan fase on-road
atau pengujian pada kendaraan dan penggunaannya (Juan E.
Tibaquirá, dkk, 2018). Adapun penelitian yang mengatakan
bahwa, penggunaan gasohol hanya akan meningkatkan
performa mesin. Dalam hal konsumsi bahan bakar spesifik atau
Specific Fuel Consumption, gasohol memiliki SFC yang lebih
besar dibandingkan dengan bensin biasa atau produk Premium.
Pada penelitian tersebut, alat yang digunakan adalah
Dynamometer jenis on engine (Y.J Lewrissa, 2017). Akan
tetapi, jika yang dipakai hanya etanolnya saja, maka akan
meningkatkan prestasi mesin sebesar 0,45 HP pada putaran
6000rpm. Nilai SFC meningkat hanya sedikit, yaitu sebesar
0,009 kg/HP-h pada putaran 6000 rpm (Ilmi Abdullah,dkk,
2015). Penggunaan bahan bakar ethanol-gasoline dapat
digunakan pada mesin standar tanpa harus dimodifikasi dan
hasilnya memuaskan. Hasil BSFC (Brake Specific Fuel
Consumption) pada bahan bakar Ethanol-gasoline mencata hasil
yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahan bakar gasoline
biasa. Akan tetapi, jika dikomparasikan antar campuran bahan
bakar tersebut, jenis E30 (30% ethanol) memiliki konsumsi
bahan bakar yang lebih besar jika dibandingkan jenis E25
(ethanol). Efisiensi panas rem juga meningkat seiring dengan
meningkatnya campuran etanol pada bensin. Tercatat efisiensi
panas rem pada bahan bakar jenis E25, E30, dan E35 meningkat
2,32%, 10,93%, dan 19,92% jika dibandingkan dengan bensin
atau gasoline. Emisi CO dan HC juga turun secara drastis.
Dikarenakan penggunaan etanol sebagai aditif pada bensin,
menyebabkan pembakaran lebih sempurna dan etanol
mengandung karbon lebih sedikit jika dibandingkan dengan
bensin. (Hamza Afser Delvi, Mohammed Faheem, Sher Afghan
Khan, Kiran Kumar M, Mohammed Kareemullah, 2019)
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa
penggunaan gasohol dapat meningkatkan SFC dan sedikit
prestasi mesin. Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi sistem
pengabutan bahan bakar yang bertugas mencampurkan bahan
bakar dengan udara. Jika tidak tepat, maka akan menjadi lebih
boros atau performa mesin yang tidak maksimal. Dan dari segi
emisi, gasohol dapat menurunkan emisi HC dan CO dengan
sangat signifikan jika dibandingkan dengan bensin biasa.
Dikarenakan, etanol sebagai zat aditif pengganti timbal
memiliki oktan yang lebih tinggi yang menyebabkan
pembakaran menjadi lebih sempurna. Dan mengandung lebih
sedikit karbon (C) jika dibandingkan dengan bensin biasa.

2.2 Karakteristik Ethanol

Etanol atau etil alkohol adalah zat yang mudah terbakar,


mudah menguap dan tidak berwarna. Etanol merupakan
senyawa yang terbentuk dari dua zat penyusun. Yaitu, etena
(C2H4) dan air (H2O). Etanol juga digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti handrub, penstreril alat medis, sebagai
campuran minuman beralkohol, bahan bakar, dan lain
sebagainya.
Etanol ialah senyawa alkohol dengan dua rantai karbon
(C2) dan satu gugus hidroksil (OH). Rumus kimia etanol ialah
C2H5OH atau yang sering juga ditulis dengan C2H6O atau
CH3CH2OH. Gugus -OH adalah gugus fungsi yakni bagian
yang menentukan sifat alkohol.
Reaksi kimia pun cenderung terjadi pada gugus fungsi,
hanya saja kecuali beberapa reaksi misalnya reaksi pembakaran.
Rantai alkil, R, dalam hal ini C2H5-, memiliki sifat kurang
reaktif. Sifat kimia etanol, diantaranya reaksi pembakaran,
reaksi dengan logam alkali dan asam karboksilat.

Gambar 2.1 Rumus kimia ethanol (Sumber : dosenpendidikan.co.id)

Sifat fisik kimia ethanol :


Tabel 2.1 Sifat fisik kimia (Sumber : dosenpendidikan.co.id)

No Karakteristik Etanol Premium


1. Bentuk Fisik Cair Cair
2. Warna Tak berwarna Kuning
3. Bau Khas Alkohol Dapat

dipasarkan
4. Titik didih > 760°C 215°C

(168,80 °F)
5. Titik beku -113,840 °C -

(-172,90 °F)
6. Massa Jenis 789 - 806 715 - 780

(kg/m3)
7. Kelarutan larut dalam

air dingin

Reaksi pembakaran

CH3CH2OH + O2 >>> CO2 + H2O

Reaksi pembakaran etanol yang sempurna akan menghasilkan


air dan karbon dioksida. Etanol yang terbakar memiliki lidah
api yang berwarna biru dan aroma yang tidak menyengat.
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(ΔHr = −1409
kJ/mol)
Penggunaan Etanol :

 Pelarut

 Campuran minuman (intoxicant)


 Sintesa bahan kimia lain

 Antiseptik topical
Etanol dapat digunakan sebagai pembunuh
bakteri atau penstreril. Biasanya, etanol yang
digunakan untuk antiseptik adalah yang 70-85%.
 Penggunaan Alkohol untuk Bahan Bakar.
Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar sudah marak
dilakukan di beberapa negara. Seperti contohnya diBrazil,
penggunaan bahan bakar E10 (etanol 10%) sudah wajib
dilakukan disana. Bahkan tersedia bahan bakar dengan kode
E85 (85% etanol) atau flex-fuel.

Identifikasi Bahaya

Bentuk Fisik : Cairan

Warna : Takberwarna

Tinjauan keadaan darurat :

 Mudah terbakar

 Menyebabkan iritasi mata

 Menyebabkan iritasi saluran pernapasan

 Jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan perasaan


muak

 Hindarkan dari kulit dan pakaian, jangan menghirup


uapnya, wadah harus tertutup, gunakan ventilasi yang
cukup, cuci tangan setelah menangani bahan.
Dampak kesehatan :

 Mata :Menyebabkan iritasi

 Kulit :Menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap


dalam jumlah banyak
 Pernapasan :Menyebabkan iritasi saluran pernapasan

 Pencemaran :Jika tertelan menyebabkan defresi,


kantuk,
menunjukkan gejala-gejala keracunan.

2.3 Batas kadar ethanol pada berbagai macam kegunaannya

Penggunaan etanol pada kehidupan sehari-hari bermacam-


macam kegunaannya. Seperti untuk membuat minuman beralkohol,
hand sanitizer, zat aditif bahan bakar, dalam kegiatan medis dan
lainnya. Adapun dalam penggunaannya, harus ditetapkan batas
kadarnya dalam penggunaannya. Dikarenakan etanol memiliki
tingkat toksinitas yang tinggi jika dikonsumsi dalam kadar yang
tinggi. Berikut adalah penggunaan dan batasan penggunaannya :

No Penggunaan Batas kadar etanol Sumber

1 Minuman beralkohol Golongan A : 5% Badan

Golongan B : 5-20% Pengawas


Obat-obatan
Golongan C : 20-55%
dan Makanan
RI (BPOM
RI)

2 Sebagai zat aditif 99,5% v/v (Setelah SNI


pembuatan gasohol didenaturasi dengan 7390:2012
denatonium benzoat)

94% v/v (Setelah


didenaturasi dengan
hidrokarbon)

3 Handrub Ethanol 96% World Heatlh


Organization
(WHO)

2.4 Gasohol
Gasohol adalah singkatan dari gasoline-alkohol, merupakan
bahan bakar campuran antara bensin dan alkohol. Biasanya,
alkohol yang digunakan pada bahan bakar ini adalah jenis
etanol kering atau anhidrat. Etanol anhidrat adalah jenis etanol
yang memiliki kandungan air minimal 1% atau hampir tidak
ada kandungan air. Bahan bakar ini sudah menjadi bahan
bakar wajib di beberapa negara seperti Brazil. Biasanya,
penamaan bahan bakar jenis ini menggunakan kombinasi huruf
dan angka. Contoh “E10”, “E” menunjukkan etanol, “10”
menunjukkan persentase etanol yang masuk menjadi campuran
aditif dari bensin.
Gambar 2.2 Macam-macam jenis gasohol yang sudah
ada (Sumber : id.wikipedia.org)
2.5 Campuran Homogen dan Heterogen
Campuran Homogen adalah campuran antara zat kimia yang
hasil campurannya sudah tidak terlihat lagi perbedaannya
atau terlihat seragam. Baik dari warna, massa jenis, dan
viskositasnya. Contoh campuran homogen adalah sebagai
berikut :
1. Air merupakan contoh dari campuran homogen. Air
mengandung mineral terlarut dan gas, tetapi ini
dilarutkan seluruhnya oleh air. Air keran dan air hujan
yang mana keduanya adalah homogen, meskipun
keduanya mungkin memiliki berbagai tingkat mineral
terlarut dan gas.
2. Deterjen juga merupakan campuran homogen dari
berbagai sabun dan bahan kimia yang menjaga agar
pakaian tetap wangi dan bersih.
3. Botol cuka merupukan campuran homogen yang di
buat oleh manusia. Banyak orang yang
menggunakannya untuk campuran bahan saat
memasak, dan juga bisa digunakan sebagai produk
pembersih.
4. Obat kumur merupakan contoh campuran homogen.
Obat kumur pada umumnya mengandung persentase
alkohol dan diserta dengan berbagai bahan kimia yang
berbeda yang ditujukan untuk menjaga gigi dan gusi
bersih dan agar menjaga agar nafas segar.
5. Udara yang selama ini kita hirup merupakan campuran
homogen oksigen, argon, nitrogen, dan karbon
dioksida, bersama dengan beberapa unsur yang lain
dalam jumlah yang lebih kecil. Selai itu, lapisan
atmosfer bumi mempunyai kepadatan yang berbeda,
masing-masing lapisan udara merupakan campuran
homogen.
6. Parfum yang sering kita gunakan merupakan
campuran homogen sempurna dari bahan kimia dan
pewarna.

Gambar 2.3 Parfum adalah contoh campuran


homogen, ketika berbagai senyawa kimia di
campurkan, maka tidak ada lagi perbedaan warna
atau konsentrasi yang terlihat. (Sumber :
rumahparfum.com)
Ciri-ciri campuran homogen bermacam-macam, antara lain :
1. Wujudnya berupa cair, padat, gas, dan sebagainya.
2. Campuran Tidak dapat dipisahkan dengan
menggunakan cara yang biasa, Karena hanya bisa
dipisahkan dengan cara yang lebih sulit, yakni dengan
menggunakan cara distilasi.
3. Tidak dapat dibedakan partikel satu dengan yang lainnya
4. terdapat perbandingan yang sama pada zat yang tercampur
5. Tingkat Konsentrasinya sama
6. Warna yang sama rata
7. Terdapat rasa yang sama
Campuran Heterogen adalah suatu campuran zat kimia yang ketika
dicampurkan, materi penyusunnya dengan jelas terlihat secara kasat
mata. Pada campuran heterogen ini juga, baik massa jenis, viskositas,
dan warna tidak bersatu.

Campuran heterogen memiliki ciri-ciri, yaitu

1) ukuran partikel yang bercampur lebih besar dari molekul;

2) pencampuran partikelnya tidak merata;

3) larutan akan mengendap (partikel zat pelarut dan terlarutnya


berpisah) jika didiamkan;

4) keruh dan tidak tembus cahaya.

Contoh Campuran Heterogen

Antara campuran minyak dan air, kita dapat melihat yang mana
bagian minyak dan yang mana bagian air dengan indera matakita.

Perhatikan pula susu yang sering kita konsumsi, terdiri dari atas
berbagai macam zat seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin C
dan E, dan mineral.

Perbedaan campuran homogen dan heterogen:

 Campuran heterogen merupakan campuran yang komponen-


komponennya masih dapat terlihat terpisah secara kasat mata.

 Campuran homogen merupakan campuran serba sama, komponen -


komponennya sudah tidak dapat dipisahkan secara kasat mata.
Campuran homogen disebut juga dengan larutan.

2.6 Flashpoint dan fire point

Flashpoint atau titik nyala api adalah suhu terendah dimana


bahan bakar ketika bercampur dengan udara dan terkena percikan
api lalu mati kembali. Sangat penting untuk bahan bakar mempunyai
spesifikasi titik nyala api ini, terutama untuk mengetahui apakah
bahan bakar tersebut ketika diaplikasikan akan membuat gejala
knocking atau tidak.
Berbeda dengan fire point, firepoint adalah suhu terendah
suatu bahan bakar dimana bahan bakar tersebut akan terbakar secara
terus menerus ketika disulut oleh api. Firepoint dalam spesifikasi
bahan bakar digunakan untuk mengetahui efisiensi suatu bahan
bakar ketika diaplikasikan pada mesin karena akan mempengaruhi
SFC (Specific Fuel Consumption) suatu bahan bakar.

Pada laporan penelitian ini, menjelaskan tentang


penggunaan gasohol pada suatu mesin. Gasohol, bensin premium
dan etanol memiliki fire point dan flash point sebagai berikut :

No Jenis BBM Firepoint Flashpoint (oC) Sumber


(oC)

1 Premium - -43 Pertamina SDS

2 Ethanol - 12 PT Smart-Lab Indonesia


Gulf SDS Gasoline E10,
3 E10 29 -43
(Kheiralla, A. F., &
Tola, E. (2017). A d v
ancesinBiore
se a r c h
Performance of
ethanol-gasoline
blends of up to E35 )
4 E15 29,1 - (Kheiralla, A. F., & Tola, E.
(2017). A d v a n c e s i n B i
o r e s e a r c h Performance
of ethanol-gasoline blends of
up to E35 )

5 E20 30 29,2 (Kheiralla, A. F., & Tola, E.


(2017). A d v a n c e s i n B i
o r e s e a r c h Performance
of ethanol-gasoline blends of
up to E35 )

6 E25 32 30 (Kheiralla, A. F., & Tola, E.


(2017). A d v a n c e s i n B i
No Jenis BBM Firepoint Flashpoint (oC) Sumber
(oC)
o r e s e a r c h Performance
of ethanol-gasoline blends of
up to E35 )

7 E30 30,2 29,2 (Kheiralla, A. F., & Tola, E.


(2017). A d v a n c e s i n B i
o r e s e a r c h Performance
of ethanol-gasoline blends of
up to E35 )

2.7 Motor Bakar

` Mesin pembakaran dalam adalah mesin bakar yang


mengubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi
mekanik, biasanya tersedia pada poros keluaran berputar. Energi
kimia bahan bakar pertama- tama dikonversi menjadi energi termal
dengan cara pembakaran atau oksidasi dengan udara di dalam
mesin. Energi panas ini memunculkan suhu dan tekanan gas di
dalam mesin, dan gas tekanan tinggi kemudian mengembang
melawan mekanisme mekanis mesin. Perluasan ini adalah
dikonversi oleh hubungan mekanis mesin ke poros engkol
berputar, yaitu output dari mesin. Crankshaft, pada gilirannya,
terhubung ke transmisi dan atau power train untuk mengirimkan
energi mekanik yang berputar ke final yang diinginkan
menggunakan. Untuk mesin, ini akan sering menjadi pendorong
kendaraan (mis., Mobil, truk, lokomotif, kapal laut, atau pesawat
terbang).
Sebagian besar mesin pembakaran internal adalah mesin
bolak- balik yang memiliki piston yang membalas bolak-balik
dalam silinder secara internal di dalam mesin. Jenis IC (Internal
Combustion) lainnya mesin juga ada dalam jumlah yang jauh
lebih sedikit, yang penting adalah putaran mesin.
Mesin reciprocating dapat memiliki satu silinder atau
banyak, hingga 20 atau lebih. Silinder itu dapat diatur dalam
berbagai konfigurasi geometris. Kisaran ukuran mulai dari
mesin pesawat model kecil dengan output daya sekitar 100 watt
mesin stasioner multicylinder besar yang menghasilkan ribuan
kilowatt per silinder.

2.8 Model Alat Uji Performa Mesin

Dynamometer adalah sebuah alat untuk mengukur gaya


dan percepatan suatu kendaraan. Dynamometer juga digunakan
untuk mengukur prestasi sebuah mesin. Prestasi yang dimaksud
adalaha performa mesin tersebut.
Para teknisi mobil balap dan motor balap sudah tidak
asing dengan alat ini, karena alat ini sangat penting untuk
mengetahui kecepatan pada kendaraan yang mereka uji untuk
mendapatkan torsi dan kekuatan tenaga kuda (Horse Power)
agar sang pembalap dapat memacu kendaraan mereka dengan
cepat dan stabil.
Dynamometer memiliki dua jenis untuk melakukan pengujian, antara
lain :

 Dynamometer mesin ( engine dyno)

Gambar 2.3 Dynamometer on engine test (Sumber :


testindo.com)
Pada dynamometer jenis ini, hanya mesin saja yang dipasang
ke alat ini. Dynamometer mengukur performa mesin melalui
putaran pada PTO (Power Take Off) atau poros utama pada
mesin.
 Dynamometer rangka ( chasiss dyno)

Dinamometer jenis ini, biasanya digunakan untuk


mengukur performa suatu kendaraan. Keadaan mesin
sudah terpasang pada sasis kendaraan, dan alat ini
mengukur performa melalui putaran ban pada
kendaraan.

Gambar 2.4 Dynamometer on wheel test (Sumber :


testindo.com)

Dalam melakukan pengujian dynamometer perlu untuk


mempersiapkan alat – alat agar proses pengujian berjalan
maksimal dan aman, berikut alat untuk pengujian :
1) Penunjuk Skala

Skala merupakan alat untuk menunjukan angka atau hasil dari


suatu pengukuran pada mesin, skala mempunyai dua macam
yaitu, gram (g) dan newton (N).

2) Komputer

Perangkat komputer ini digunakan untuk mengukur atau


menganalisa kecepatan yang telah dilakukan pengujian pada
kendaraan bermotor atau mobil.
3) Roller dyno

Roller dyno berfungsi untuk mengetahui kecepatan pada


kendaraan dengan adanya alat ini pengujian dilakukan tanpa
harus melepaskan mesin dari rangkanya.
4) Kipas angin

Pemberian kipas angin pada pengujian penting untuk


dilakukan, selain cairan pendingin yang ada di mesin pemberian
kipas dapat membantu suhu mesin agar tetap stabil, pengujian
pada dyno test akan dilakukan hingga putaran atas sehingga
suhu mesin akan naik dengan cepat.
Pengujian menggunakan dynamometer biasanya hanya
tersedia di bengkel besar, bengkel modifikasi, dan pabrik.
Setelah melakukan pengujian pada kendaraan menggunakan
dynamometer diharapkan pemilik kendaraan bisa mengetahui
kapasitas maksimal dari performa mesin, sehingga jika terjadi
gangguan atau masalah pada kendaraan bisa langsung ditangani.
 Prony Brake

Gambar 2.5 Pengujian dengan metode Prony Brake


(Sumber : L, Keating, Eugene, Applied Combustion Second
Edition, 2007)
Prony brake adalah sistem pengukuran yang paling
sederhana dan paling murah. Drum rem melekat pada mesin,
dan pita gesekan dilapisi dengan asbes ini kemudian digunakan
untuk memuat mesin. Torsi penahan konstan dikembangkan
untuk diberikan tekanan pita gesekan. Beban engine dapat
diubah dengan memvariasikan tekanan pita. Meluncur resistensi
antara liner rem dan drum rem menghilangkan tenaga mesin
sebagai panas. Perubahan yang terlalu parah atau terlalu cepat
pada pengereman mekanis ini dapat menyebabkan hilangnya
kecepatan mesin atau bahkan menyebabkan mesin berhenti.
Jenis dinamometer ini sulit Pertahankan pada beban konstan
selama periode pengujian yang panjang karena panas yang
dihasilkan oleh pemuatan gesekan. Pendinginan rem diperlukan
dan disediakan oleh air. Jika air naik lapisan rem drum, dapat
mempengaruhi kinerja rem dan pengukuran mesin berikutnya.
Secara umum, karakteristik dinamometer rem prony membatasi
penggunaannya untuk menguji kecil, mesin berkecepatan
rendah. Rumus yang dapat digunakan pada pengujian Prony
brake :
Rumus daya mesin (kW) :

(2.1)

Keterangan :
P = daya mesin (kW)
W = Beban (N)
L = Lengan (m)
Nd = Putaran mesin (rpm)
α = Konstanta daya (1000)
Rumus torsi mesin (Nm) :
τ = WL (2.2)
2.9 Specific Fuel Consumption (SFC)

Dalam pengujian mesin, konsumsi bahan bakar dapat diukur dari


rasio laju alir massa bahan bakar. Dan untuk mengukur parameter
konsumsi bahan bakar yang digunakan secara spesifik, maka laju alir
bahan bakar harus dibagi dengan daya yang dikeluarkan oleh mesin. Hal
itu, dapat mengukur seberapa efisien mesin ketika menggunakan bahan
bakar tersebut terhadap daya yang dikeluarkan :

............................................................................................(2.3)
Nilai SFC yang rendah adalah nilai yang diinginkan. Untuk mesin SI
(Spark Ignition) nilai yang ideal untuk BSFC (Brake Specific Fuel
Consumption) adalah 75 = 270 g/kW.h = 0,47 lbm/hp.h.
Untuk mesin CI (Compression Ignition), nilai BSFC (Brake Specific
Fuel Consumption) terbaik yang bisa dicapai dan pada mesin
berukuran besar dapat dicapai sebesar
55 .

Ukuran tersebut adalah ukuran untuk efisiensi mesin, yang nanti akan di

sebut sebagai efisiensi konversi. Karena melibatkan nilai kalor pada


mesin:

............................................................................................(2.4)

Jika laju alir massa bahan bakar adalah bahan bakar yang masuk per
siklus, maka rumusnya menjadi :

............................................................................................(2.5)

2.10 AFR/FAR (Air Fuel Ratio/Fuel Air Ratio)

Dalam pengujian mesin, rasio laju alir massa udara dan laju alir alir
massa bahan bakar biasanya diukur. Rasio ini berguna untuk
menyesuaikan kondisi mesin saat beroperasi. :

............................................................................................(2.6)

Atau

............................................................................................(2.7)

Pada kondisi normal, biasanya mesin SI yang menggunakan bensin


memiliki nilai rasio sebesar 12 ≤ A/F ≤ 18 (0,056 ≤ F/A ≤ 0,083),
dan untuk mesin CI memiliki nilai rasio sebesar 18 ≤ A/F ≤ 70
(0,014 ≤ F/A ≤ 0,056).
2.11 Perbedaan Dua Dan Empat Stroke

Jelas, perbedaan dalam menghitung BMEP untuk mesin 2- dan 4-


tak hanyalah faktor 2, karena fakta bahwa silinder 2-tak menyala sekali
per revoulsi sedangkan mesin 4-tak hanya sekali dalam dua putaran.
Persamaan dapat disederhanakan lebih lanjut dengan memasukkan faktor
PPR dalam konstanta 75,4 dan menghilangkan PPR dari persamaan,
sehingga membuat konstanta untuk mesin 4-tak 2 x 75,4 = 150,8. Yang
menghasilkan persamaan yang ditunjukkan di bagian atas artikel ini,
yang menggunakan perpindahan mesin penuh dan torsi yang diukur.
BMEP = (4-Langkah) ...........................................................(2.8)

BMEP = (2-Langkah) ...........................................................(2.9)

2.12 Metode turbulensi pencampuran bahan bakar

Dalam pengertian yang paling umum, sebuah turbulen bereaksi


sistem adalah sistem di mana setiap bagian dari sistem mengalami
turbulensi gerakan. Turbulensi dapat dihasilkan oleh energi yang
dihasilkan dalam reaksi: misalnya, dapat menghasilkan bouyancy
karena eksotermisitas yang kuat, atau mungkin disebabkan oleh faktor
eksternal masukan energi seperti pencampur mekanis. Oleh karena itu,
apapun sistem reaksi dimana salah satu komponennya adalah fluida (gas
atau liquid) berada di bawah payung judul simposium ini volume dan
makalah review ini. Satu dapat daftar, sebagai berikut, satu
kemungkinan klasifikasi sistem reaktif di mana pencampuran turbulen
mungkin memainkan peran penting.
1. gas
2. cairan yang dapat bercampur
3. cairan bercampur
4. cairan terdispersi dalam gas
5. padatan terdispersi dalam gas
6. padatan terdispersi dalam cairan
Dari sudut pandang praktis, yang paling berguna parameter tunggal
untuk menggambarkan peran turbulensi pada reaksi kimia adalah
rasio skala waktu [(Toor, 1969, lihat juga Bab. Ill), karakteristik
skala waktu dari skema kinetik ke skala waktu ô karakteristik
campuran turbulen. Dalam reaksi satu langkah yang tidak dapat
diubah, kebalikannya dari konstanta laju reaksi dalam hubungannya
dengan konsentrasi karakteristik dapat mewakili bahan kimia
tersebut waktu reaksi; sedangkan, waktu untuk peluruhan fluktuasi
dari bidang skalar di turbulensi mungkin mewakili waktu
pencampuran secara memadai.
2.13 Metode pengujian SNI 8051-2014
Standar Nasional Indonesia (SNI) Metode uji unjuk kerja motor
bakar cetus api berpendingin udara ukuran kecil untuk kegunaan
umum ini merupakan standar baru. Standar ini disusun dengan
pertimbangan kebutuhan perlindungan konsumen, penyesuaian
dengan teknologi yang ada, menjamin kepastian mutu di dalam
perdagangan terhadap produk yang selalu berkembang. Standar ini
disusun oleh Panitia Teknis 21-01, Permesinan dan produk
permesinan, telah dibahas dalam rapat teknis dan telah
dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 5 Desember 2013 yang
dihadiri oleh wakil-wakil dari produsen, konsumen, lembaga
penelitian dan instansi pemerintah terkait.
2.14.1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metode uji unjuk kerja motor bakar
cetus api berpendingin udara ukuran kecil yang selanjutnya
disebut motor bakar, untuk pertanian dan enjinering, dan
penggerak umum peralatan darat lainnya.
2.14.2 Istilah dan definisi
Dalam standar ini dipergunakan beberapa istilah yang
diambil dari JIS B 0108, JIS B 0109, dan JIS B 0110.
2.14.3 Persiapan Uji
Berikut ini persiapan yang diperlukan bagi motor bakar uji,
bahan bakar, minyak pelumas dan peralatan ukur.
1. contoh motor bakar, diambil di pabrik.
a) Komponen motor bakar, harus dicatat pada tabel yang
terlihat pada berikut ini.

Gambar 2.6 persiapan peralatan uji (Sumber : Dokumen


SNI 8051-2014)
b) Susunan motor bakar, seluruh komponen motor bakar
harus disusun seperti yang disarankan oleh pabrikan dan
dicatat pada tabel seperti yang terlihat pada lampiran
berikut.

Gambar 2.7 Akurasi pengukuran (Sumber : SNI 8051-


2014)
2. Peralatan tambahan, peralatan tambahan yang harus
dipasang sesuai dengan jenis pengujian yang akan
dilakukan seperti yang terlihat pada gambar 2.6, dan dicatat
pada tabel hasil uji seperti yang terlihat pada gambar 2.8..

Gambar 2.8 waktu uji dan jumlah pengulangan


pengukuran (Sumber : Dokumen SNI 8051-2014)
Peralatan tambahan sedapat mungkin dipasang sesuai
dengan yang disarankan oleh pabrikan. Selanjutnya,
peralatan tambahan yang hanya diperlukan untuk operasi
peralatan yang menggunakan motor bakar penggerak ini
harus dilepaskan dari motor bakar pada saat pengujian.
Namun jika hal ini tidak memungkinkan, maka daya yang
diserap oleh peralatan tambahan tersebut pada kondisi
operasi tanpa beban harus ditambahkan pada daya rem
terukur pada kondisi atmosfer standar.
2.14.4 Parameter pengujian
Parameter pengukuran dan Pencatatan, item yang harus
diukur selama pengujian adalah seperti tertulis di bawah ini.
Data tersebut harus dicatat pada format seperti yang terlihat
pada gambar 2.8.
1. Pengukuran sebelum dan setelah pengujian, tekanan
udara, suhu udara dan kelembaban udara sebelum dan
setelah pengujian harus dicatat. Kondisi cuaca sebelum
dan setelah pengujian juga harus dicatat.
2. Parameter yang harus diukur selama pengujian
berlangsung, untuk setiap pengujian,
parameter berikut ini harus dicatat:
a. Beban dinamometer
b. Putaran poros
c. Konsumsi bahan bakar
d. suhu ring busi
e. Tekanan minyak pelumas (jika tidak ada bisa
diabaikan)
f. suhu udara masuk
g. suhu bahan bakar
h. suhu gas buang (jika diperlukan)
i. Temperatur minyak pelumas (jika perlu)
Selanjutnya warna gas buang, knocking, miss fire,
kondisi putaran mesin, getaran, suara dan kondisi
kebocoran gas dan kebocoran minyak pelumas harus
diamati dan dicatat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen


terhadap motor SI (Spark Ignition) yang akan diuji, dapat di
jelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Metode Eksperimen

Suatu metode untuk menguji performa pada motor SI


yang akan di uji dengan bahan bakar campuran ethanol
dan solar Pengujian yang dilakukan antara lain :

1. Pengujian performa dari motor bakar SI (Spark


Ignition) berupa torsi,daya dan SFC pada putaran yang
variabel yaitu:
a) 4000 rpm
b) 4500 rpm
c) 5000 rpm
d) 5500 rpm
e) 6000 rpm
2. Pengujian dilakukan dengan campuran BBM
Pertalite dan bahan ethanol E10, E15, E20, E25, E30.
3. Menggunakan standar pengujian yang
diadopsi dari SNI 8051:2014, dengan beberapa
perubahan yang menyesuaikan.
4. Menggunakan konsep dinamometer
mekanis/prony brake.

Gambar 3.1 Bagan konsep dinamometer


3.2 Diagram alir
3.2.1 pengujian performa dan SFC bahan bakar

Mulai

Literatur
Masukkan BBM pada
tangki yang digunakan.

Uji performa bahan Menghitung SFC


(Specific Fuel
Consumption)

Tuang bahan bakar


kedalam tangki.
Isi gelas ukur dengan bahan bakar
sebanyak 1 Liter. Lalu di alirkan bahan
bakar ke dalam tangki dengan selang
yang sudah diukur diameternya. Hitung
dengan stopwatch hingga selama BBM
mengalir sampai habis. Untuk mengukur
laju aliran massa bahan bakar.

Menghidupkan mesin pada Menghidupkan mesin


putaran 4000rpm, 500rpm, dan pada kondisi Stasioner,
6000rpm. 4000rpm, 5000rpm, dan
6000rpm.

Hitung waktu pengurangan


volumenya saat mesin sedang Ukur pengurangan volume
dihidupkan. bahan bakarnya.
Analisa data hasil pengujian

Kesimpulan

Selesai

3.2.2 Diagram alir pembuatan bahan bakar

Mulai

Literatur

Mencampurkan ethanol
dan premium (Gasoline)
sesuai dengan persentase
campurannya. (E-10, E-
15, E-20, E-25, E-30)
dengan putaran
300rpmselama 5 menit.

Pengujian massa jenis

Hasil
Ya

Kesimpulan

Selesai

3.3 Alat dan Bahan

Alat :

1. Mesin Yamaha Mio J dengan spesifikasi :

Tabel 3.3 Spesifikasi Yamaha Mio J

Spesifikasi Data

Tipe mesin 4-Tak, 2 Valve SOHC, Pendingin


kipas

Silinder Cylinder tunggal/mendatar

Diameter x langkah 50,0 x 57,9 mm

Perbandingan kompresi 9,3 : 1

Daya 7,75 PS (5,7 kW) / 5,000 rpm

Torsi 8,5 N.m (0,80 kgf-m) / 5,000 rpm

Starter Electric Starter dan Kick Starter

Sistem pelumasan Basah

Tipe kopling Kering, Kopling Sentrifual


Automatic Type

Tipe transmisi V-belt Otomatis

Sistem pembakaran Fuel Injection (FI M-Jet) System


Gambar 3.3 Mesin Yamaha Mio J (Sumber :
Dokumentasi)

2. Rem tipe disk

Gambar 3.4 Rem tipe drum (Sumber : teknik-


otomotif.com)
Rem disk atau rem cakram adalah perangkat rem yang
sudah banyak digunakan di zaman sekarang. Carakerja rem
ini adalah dengan cara menjepit disk dengan jepitan dari
sepatu rem.

3. Tachometer gun.

Gambar 3.5 Tachometer gun (Sumber : tokopedia.com)

Takometer atau kadang kita sebut RPM adalah sebuah


alat untuk mengukur putaran mesin, khususnya jumlah
putaran yang dilakukan oleh sebuah poros dalam satu satuan
waktu dan sering digunakan pada peralatan kendaraan
bermotor. Biasanya memiliki layar yang menunjukkan
kecepatan perputaran per menitnya.
4. Gelas Ukur

Gambar 3.6 Gelas Ukur (Sumber : Dokumentasi


pribadi)

Gelas ukur adalah alat ukur volume zat cair. Alat ini
digunakan untuk mencampurkan bahan bakar terlebih dahulu
secara v/v (volume per volume) sebelum akhirnya diaduk
menggunakan mesin pengaduk.

5. Load cell

Gambar 3.7 Load cell (Sumber :Dokumentasi pribadi)

Load cell adalah sebuah alat uji perangkat listrik yang


dapat mengubah suatu energi menjadi energi lainnya yang
biasa digunakan untuk mengubah suatu gaya menjadi sinyal
listrik.

Alat ini digunakan untuk menghitung gaya pengereman


ketika rem digunakan untuk menghentikan putaran mesin.
Hasil yang tertera pada load cell, akan diolah menjadi daya
dan torsi mesin tersebut.

6. Stopwatch

Gambar 3.8 Stopwatch

Aplikasi stopwtach berguna untuk menghitung waktu laju


aliran bahan bakar ketika pengujian SFC berlangsung.

Bahan :

1. Bensin jenis Premium RON 88.

2. Ethanol 99%

3. Kampas rem.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1.Mencari daya dan
torsi

1. Isi jenis campuran bensin dan etanol yang akan diriset. (E-
10, E- 15, E-20, E-25, E-30)
2. Hidupkan mesin selama 5 menit dengan kondisi
stasioner, agar pembakaran sempurna.
3. Naikkan putaran mesin (4000 rpm, 4500, 5000 rpm,
5500 rpm, 6000 rpm) tahan throttle pada putaran
tersebut.
4. Lalu beri beban pada mesin menggunakan rem hingga
mesin tersebut berhenti bekerja.
5. Lihat angka beban yang dihasilkan pada load cell.

6. Hitung torsi dan daya yang dihasilkan.

7. Ulangi dari 1-6 ketika akan mengganti BBM yang akan diriset.

3.4.2. Menghitung SFC (Specific


Fuel Consumption)

1. Isi BBM dengan volume 1 liter pada gelas ukur.

2. Menghidupkan mesin, atur RPM yang diinginkan.

3. Mesin dihidupkan, tunggu hingga ada


pengurangan volume atau massa bahan bakar
BBM yang signifikan. Hitung waktu
pengurangannya dengan stopwatch.
4. Hitung SFC dari data yang didapat.

3.5 Metode Blend

Sampel gasohol di buat dengan cara mencampur bahan bakar jenis


Premium dan Etanol yang memiliki kadar 99% (anhydrous ethanol).
Proses pencampuran menggunakan mesin pengaduk dengan kecepatan
300rpm. Berbagai variasi campuran bahan bakar antara lain E10, E15,
E20, E25, dan E30. Proses pencampuran dilakukan dengan cara
pengadukan bahan bakar di putaran 300 rpm dengan waktu 5 menit.

Semakin cepat putaran yang di gunakan, maka semakin sedikit


waktu yang dibutuhkan. Dengan perhitungan :

Kecepatan putaran pengaduk bisa disesuaikan dengan waktu yang


di butuhkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengambilan data


Hasil dari pengujian bahan bakar. Metode pengujian disesuaikan dengan
metode yang ada di bab 3 tentang metodologi penelitian.
4.1.1 Massa Jenis
Massa jenis bahan bakar diukur sebanyak 3 kali menggunakan konsep
. Berikut hasil yang didapat dari pengukuran tersebut :

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran massa jenis bahan bakar (Sumber :
Dokumentasi pribadi)
Massa jenis bahan bakar
Jenis bahan bakar
Pengukura E10 E15 E20 E25 E30 Etha Gasoline
n ke ( ( ( ( ( nol RON 88
) ) ) ) ) ( (Premium
) )
( )
1 721 741 739 738 751 783 715
2 725 736 737 746 755 788 714
3 719 7 35 740 744 753 794 714
Rata-rata 721, 737,3 738,6 742,6 753 788, 714
6 3
Kandungan 10% 16,5% 21,23% 26,2% 32,1% 99% 0%
ethanol

37
4.1.2 Hasil pengujian performa pada load cell.
Pengujian performa dilakukan dengan cara mengoperasikan mesin dan
mengatur putaran mesin sesuai variable yang ingin diambil. Kemudian
melakukan pengereman hingga mesin berhenti beroperasi.
Tabel 4.3 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E0
(Premium).
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 3,105 3,110
3,105
3,120

2 4500 3,100 3,125


3,005
3,270

3 5000 3,200 3,300


3,260
3,540

4 5500 3,390 3,31


3,260
3,290

5 6000 3,580 3,365


3,310
3,205

Tabel 4.3 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E10.
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 3,105 3,110
3,105
3,120

2 4500 3,100 3,125


3,005
3,270

38
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
3 5000 3,200 3,300
3,260
3,540

4 5500 3,390 3,31


3,260
3,290

5 6000 3,580 3,365


3,310
3,205

Tabel 4.4 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E15.
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 3,110 3,04
3,110
2,910

2 4500 3,215 3,256


2,995
3,560

3 5000 3,410 3,350


3,230
3,410

4 5500 3,440 3,403


3,390
3,380

5 6000 3,420 3,366


3,310
3,370

Tabel 4.5 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E20.
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 3,190 3,071

39
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
2,925
3,100

2 4500 3,040 3,055


3,020
3,105

3 5000 2,940 3,065


3,155
3,100

4 5500 2,870 2,960


2,975
3,035

5 6000 3,070 3,010


2,825
3,135

Tabel 4.6 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E25.
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 2,955 2,976
3,020
2,955

2 4500 2,870 2,770


2,800
2,640

3 5000 2,560 2,573


2,700
2,460

4 5500 2,900 2,898


2,955
2,840

5 6000 3,040 2,985


2,875

40
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
3,040

Tabel 4.7 Angka pada load cell menggunakan bahan bakar E30.
No Putaran mesin (rpm) Hasil pada load Rata-rata (kg)
meter (kg)
1 4000 3,110 2,775
2,605
2,610

2 4500 2,945 2,811


2,870
2,620

3 5000 3,220 3,158


2,925
3,330

4 5500 3,190 3,255


3,270
3,305

5 6000 3,395 3,201


3,120
3,090

4.2 Analisis data.


4.2.1 Perhitungan gaya pada tuas rem.

Gambar 4.1 Keterangan pada tuas rem. (Sumber : Dokumentasi


pribadi)

41
Diketahui:
f1 = gaya pengereman pada handle (N)
f2 = gaya pendorong pada batang 2 (N)
a = 0,065 m
b = 0,0232 m
w = beban yang dihasilkan oleh load cell(kg)
g = faktor konversi(9,8 m/s2)
X = jarak (meter)
Contoh Analisa F1 dan F2 di 4000 rpm dengan bahan bakar E10 :
F1 = w x g.........................................................(4.1)

M = f1 x X
M = 30,478 x 0,065 = 1,98 Nm….........................(4.2)
F2 =........................................................................(4.3)

42
F2 = = 85,34 N
Tabel 4.8 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E0 (Sumber ;
Dokumentasi Pribadi)

Beban load cell


RPM (e0) F1 (N) M F2 (N)
4000 2.948 28.8904 1.877876 80.94293
4500 2.92 28.616 1.86004 80.17414
5000 3.09 30.282 1.96833 84.84181
5500 3.136 30.7328 1.997632 86.10483
6000 2.78 27.244 1.77086 76.33017

43
Tabel 4.9 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E10

Beban load cell


RPM (e10) F1 (N) M F2 (N)
4000 3.11 30.478 1.98107 85.39095
4500 3.125 30.625 1.990625 85.8028
5000 3.3 32.34 2.1021 90.60776
5500 3.39 33.222 2.15943 93.07888
6000 3.365 32.977 2.143505 92.39246

Tabel 4.10 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E15.

Beban load cell


RPM (e15) F1 (N) M F2 (N)
4000 3.04 29.792 1.93648 83.46897
4500 3.256 31.9088 2.074072 89.39966
5000 3.35 32.83 2.13395 91.9806
5500 3.403 33.3494 2.167711 93.43582
T 6000 3.366 32.9868 2.144142 92.41991

Tabel 4.10 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E20.

Beban load cell


RPM (e20) F1 (N) M F2 (N)
4000 3.071 30.0958 1.956227 84.32013
4500 3.055 29.939 1.946035 83.88082
5000 3.065 30.037 1.952405 84.15539
5500 2.96 29.008 1.88552 81.27241
6000 3.01 29.498 1.91737 82.64526

Tabel 4.10 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E25

Beban load cell


RPM (e25) F1 (N) M F2 (N)
4000 2.976 29.1648 1.895712 81.71172
4500 2.77 27.146 1.76449 76.0556
5000 2.573 25.2154 1.639001 70.64659
5500 2.898 28.4004 1.846026 79.57009
6000 2.985 29.253 1.901445 81.95884
Tabel 4.10 Hasil F1 dan F2 menggunakan bahan bakar E30

Beban load cell


RPM (e30) F1 (N) M F2 (N)
4000 2.775 27.195 1.767675 76.19289
4500 2.811 27.5478 1.790607 77.18134
5000 3.158 30.9484 2.011646 86.70888
5500 3.255 31.899 2.073435 89.3722
6000 3.201 31.3698 2.039037 87.88953

4.2.2 Perhitungan tekanan maksimal pada hidrolik rem.

Gambar 4.2 gambar skematik pada sistem rem hidrolik (Sumber :


Dokumentasi pribadi)
F2 = gaya pendorong pada batang 2 (N)
F2’ = gayadorong pada piston master rem (N)
F3 = gaya pengereman pada pendorong piston kampas rem (N)
d1 = diameter piston pada master rem (9,51 mm)
d2 = diameter piston pada kampas rem (21.8 mm)
Fk = gaya pada pegas master rem
D = diameter gulungan kawat (11,72 mm)
D = diameter tebal kawat (1,1 mm)
n = jumlah gulungan (11)
G = modulus geser baja ( 80000 N/m2)
k = konstanta pegas
∆x = perubahan panjang pada pegas
p = tekanan pada hidrolik

Analisa tekanan hidrolik pada 4000 rpm menggunakan bahan bakar E10 :
C=

Fk = k x ∆x ...(4.4)
Fk = 0,000827 N/m x 0,0107 m = 0,00000884 N
F2’ = F2 – Fk ...(4.5)
F2’ = 85,34 N – 0,00000884 N = 85,34 N
P = f/A= f2'/A1 …(4.6)
P = 85,34 N / 3,14 x 0,00951 m x 0,00951 m = 85,34 N /
0,000284 = 300.492,957 N/m2
Tabel 4.11 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E0.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


80.94293103 80.94292 285110.68
80.17413793 80.17413 282402.71
84.84181034 84.8418 298843.96
86.10482759 86.10482 303292.77
76.33017241 76.33016 268862.85

Tabel 4.12 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E10.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


85.39094828 85.39094 300778.23
85.80280172 85.80279 302228.93
90.60775862 90.60775 319153.75
93.07887931 93.07887 327857.94
92.3924569 92.39245 325440.11
Tabel 4.13 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E15.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


83.46896552 83.46896 294008.3
89.39965517 89.39965 314898.37
91.98060345 91.98059 323989.41
93.43581897 93.43581 329115.22
92.41991379 92.4199 325536.83

Tabel 4.14 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E20.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


84.32012931 84.32012 297006.41
83.88081897 83.88081 295459
84.15538793 84.15538 296426.13
81.27241379 81.2724 286271.24
82.64525862 82.64525 291106.9

Tabel 4.15 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E25.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


76.19288793 76.19288 268379.29
77.18133621 77.18133 271860.96
86.70887931 86.70887 305420.47
89.37219828 89.37219 314801.65
87.88952586 87.88952 309579.14

Tabel 4.16 Nilai P dan F2’ pada bahan bakar E30.

F2 (N) F2' (N) P (N/m^2)


80.94293103 80.94292 285110.68
80.17413793 80.17413 282402.71
84.84181034 84.8418 298843.96
86.10482759 86.10482 303292.77
76.33017241 76.33016 268862.85
4.2.3 Perhitungan Gaya Maksimal Pada Ped Rem

Gambar 4.3 Hidrolik


Diketahui:
f2’= Gaya pendorong pada piston master rem (N)
f3= Gaya pengereman pada pendorong piston kampas rem (N)
d1= Diameter piston pada master rem (9,51 mm)
d2 = Diameter piston pada kampas rem (21,8 mm)
p = Tekanan pada hidrolik

a. Bahan bakar E10.


 Analisa gaya maksimal pada rem saat 4000 rpm.
F3 = p x A2 …(4.7)
F3 = 300.492,957 N/m2 x (3,14 x 0,02182) = 448,412 N

Tabel 4.17 Nilai F3 pada bahan bakar E0.

P (N/m^2) F3 (N)
285110.6805 424.8149139
282402.709 420.7800364
298843.9644 445.277507
303292.7747 451.9062343
268862.8516 400.6056489

Tabel 4.18 Nilai F3 pada bahan bakar E10.

P (N/m^2) F3 (N)
300778.2298 448.1595624
P (N/m^2) F3 (N)
302228.9288 450.3211039
319153.7505 475.5390883
327857.9446 488.5083374
325440.1129 484.9057682

Tabel 4.19 Nilai F3 pada bahan bakar E15.

P (N/m^2) F3 (N)
294008.3011 438.0723686
314898.3668 469.1985665
323989.4139 482.7442267
329115.2171 490.3816734
325536.8262 485.049871

Tabel 4.20 Nilai F3 pada bahan bakar E20.

P (N/m^2) F3 (N)
297006.4124 442.5395544
295459.0001 440.2339101
296426.1328 441.6749378
286271.2397 426.5441472
291106.9031 433.7492856

Tabel 4.21 Nilai F3 pada bahan bakar E25.

P (N/m^2) F3 (N)
268379.2853 399.8851351
271860.9629 405.0728347
305420.4666 455.0764952
314801.6535 469.0544638
309579.1371 461.2729143

Tabel 4.22 Nilai F3 pada bahan bakar E30.

P (N/m^2) F3 (N)
285110.6805 424.8149139
282402.709 420.7800364
P (N/m^2) F3 (N)
298843.9644 445.277507
303292.7747 451.9062343
268862.8516 400.6056489

4.2.4 Perhitungan Torsi

Gambar 4.5 Torsi


Diketahui:
f3 = gaya pengereman pada pendorong piston kampas rem (N)
µ’ = 0,20 (Properties of materials for brake lining)
∅ = 38°
r1 = 0,09975 m
r2 = 0,07755 m
r1 = 1,5 r2
k = 1,021
Analisa:
rm = (r1+r2)/2 …(4.9)
rm = (0,09975+0,07755)/2 =0,08865 m
Analisa torsi pada 4000 rpm.
T = f3 x µ’ x k x rm …(4.10)
T = 448,412 N x 0,20 x 1,021 x 0,08865 m = 8,117 Nm
Tabel 4.23 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E0.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 424.8149139 7.531968
4500 420.7800364 7.46043
5000 445.277507 7.89477
5500 451.9062343 8.012298
6000 400.6056489 7.102738

Tabel 4.24 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E10.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 448.1595624 7.945869
4500 450.3211039 7.984193
5000 475.5390883 8.431308
5500 488.5083374 8.661253
6000 484.9057682 8.597379

Tabel 4.25 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E15.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 438.0723686 7.767023
4500 469.1985665 8.318891
5000 482.7442267 8.559055
5500 490.3816734 8.694467
6000 485.049871 8.599934

Tabel 4.26 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E20.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 442.5395544 7.846226
4500 440.2339101 7.805347
5000 441.6749378 7.830897
5500 426.5441472 7.562628
6000 433.7492856 7.690375
Tabel 4.27 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E25.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 399.8851351 7.089963
4500 405.0728347 7.181941
5000 455.0764952 8.068506
5500 469.0544638 8.316336
6000 461.2729143 8.178369

Tabel 4.28 Nilai torsi mesin menggunakan bahan bakar E30.

RPM F3 (N) T (Nm)


4000 424.8149139 7.531968
4500 420.7800364 7.46043
5000 445.277507 7.89477
5500 451.9062343 8.012298
6000 400.6056489 7.102738

4.2.5 Perhitungan Daya


Analisa :

Keterangan :
P = Daya rem, (kW atau PS)
L = Panjang lengan dynamometer (m)
W = beban yang dikontrol oleh dynamometer
Nd = kecepatan putaran poros mesin (rpm)
= factor konversi
Tabel 4.29 Daya mesin menggunakan bahan bakar E0.

RPM Torsi Daya


4000 7.69014 3.217554
4500 7.617099 3.585369
5000 8.06056 4.215673
5500 8.180556 4.706274
6000 7.251896 4.55129

Tabel 4.30 Daya mesin menggunakan bahan bakar E10.

RPM Torsi Daya


4000 8.112732 3.394367
4500 8.151861 3.837081
5000 8.608366 4.502175
5500 8.843139 5.087458
6000 8.777924 5.509025

Tabel 4.31 Daya mesin menggunakan bahan bakar E15.

RPM Torsi Daya


4000 7.930131 3.317967
4500 8.493587 3.997932
5000 8.738795 4.57039
5500 8.877051 5.106967
6000 8.780533 5.510662

Tabel 4.32 Daya mesin menggunakan bahan bakar E20.

RPM Torsi Daya


4000 8.010997 3.351801
4500 7.96926 3.75113
5000 7.995345 4.181566
5500 7.721443 4.442146
6000 7.851873 4.927835
Tabel 4.33 Daya mesin menggunakan bahan bakar E25.

RPM Torsi Daya


4000 7.238853 3.028736
4500 7.332762 3.451531
5000 8.237945 4.308445
5500 8.490979 4.88486
6000 8.350115 5.240532

Tabel 4.34 Daya mesin menggunakan bahan bakar E30.

RPM Torsi Daya


4000 7.69014 3.217554
4500 7.617099 3.585369
5000 8.06056 4.215673
5500 8.180556 4.706274
6000 7.251896 4.55129

4.3 Analisa performa menggunakan grafik.

Grafik daya dan torsi terhadap putaran


mesin BBM E0
9
8.5
8
7.5
7
Daya dan torsi

6.5
6 Daya (hp)
5.5 Torsi (Nm)
5
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000

Gambar 4.6 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin menggunakan BBM E0.
Grafik torsi dan daya terhadap putaran
mesin menggunakan BBM E10
9
8.5
8
7.5
7
Daya dan Torsi

6.5
6 Daya
5.5 Torsi
5
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000
Gambar 4.7 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin
menggunakan BBM E10.

Grafik torsi dan daya terhadap putaran


mesin menggunakan BBM E15
9
8.5
8
Daya (kW) dan Torsi (Nm)

7.5
7
6.5
6 Daya
5.5 Torsi
5
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000

Gambar 4.8 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin


menggunakan BBM E15.
Grafik torsi dan daya terhadap putaran
mesin menggunakan BBM E20
9
8.5
8
7.5
Daya dan Torsi

7
6.5
6 Daya (kW)
5.5
Torsi (Nm)
5
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000

Gambar 4.9 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin


menggunakan BBM E20.

Grafik torsi dan daya terhadap putaran


mesin menggunakan BBM E25
9
8.5
8
7.5
7
Daya dan Torsi

6.5
6 Daya (kW)
5.5 Torsi (Nm)
5
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000
Gambar 4.10 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin menggunakan BBM
E25.
Grafik torsi dan daya terhadap putaran
mesin menggunakan BBM E30
8.5
8
7.5
7
Daya dan Torsi

6.5
6
Daya (kW)
5.5
5 Torsi (Nm)
4.5
4
3.5
3
4000 4500 5000 5500 6000
Gambar 4.11 Grafik daya dan torsi terhadap putaran mesin menggunakan BBM
E30.

Dari grafik tersebut, dapat dinyatakan bahwa performa bahan bakar


terbaik diantara 6 bahan bakar tersebut adalah bahan bakar jenis E15.
Dikarenakan memiliki grafik daya dan torsi paling konsisten terus naik jika
dibandingkan dengan yang lainnya.
Hal ini dikarenakan kompresi mesin yang digunakan adalah 9,3:1 yang
menurut Pertamina, kompresi tersebut sangat cocok jika menggunakan
bahan bakar dengan nilai RON 90. Jika dihitung, nilai RON dari E15 adalah
(88 x 85/100) + (108 x 15/100) = 91, maka ini adalah nilai RON yang sangat
tepat jika diaplikasikan dengan mesin uji. Berbeda dengan bahan bakar
diatasnya, E20, E25 dan E30 memiliki nilai RON 92-94. Ini menyebabkan
bahan bakar tersebut tidak cocok dengan kompresi mesin yang dimiliki
sehingga, pada langkah kompresi, bahan bakar akan mengalami gejala telat
terbakar atau “brebet” sehingga mengurangi tenaga yang dihasilkan.
4.4 Analisa Specific Fuel Consumption.
Specific fuel consumption (SFC) adalah konsumsi bahan bakar spesifik
yang memiliki satuan berat bahan bakar per waktu daya.
Rumus SFC :

Keterangan ;
= Laju aliran massa
P = Daya mesin.

Contoh perhitungan ;

SFC = 88.7630659

Tabel 4.35 SFC pada bahan bakar E0.

RPM Waktu per 10 ml/7.14 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
3.151375589
4000 0.025 88.7630659
3.511624423
4500 0.024 82.97612841
4.128964814
5000 0.023 73.63824876
4.609474772
5500 0.039 38.90061078
4.457678466
6000 0.0185 84.79924817

Tabel 4.36 SFC pada bahan bakar E10.

RPM Waktu per 10 ml/7.216 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
3.324551607
4000 0.024 88.57812069
3.758159726
4500 0.0425 44.24932175
4.409574103
5000 0.036 44.52168949
4.982818749
5500 0.024 59.09958766
5.39571523
6000 0.02 65.49252973

Tabel 4.36 SFC pada bahan bakar E15.

RPM Waktu per 10 ml/7.373 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
3.249722463
4000 0.034 65.35717957
3.915701798
4500 0.033 55.88495962
4.476385838
5000 0.032 50.412821
5.001926905
5500 0.022 65.62336105
5.397318712
6000 0.018 74.33064866

Tabel 4.36 SFC pada bahan bakar E20.

RPM Waktu per 10 ml/7.386 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
3.282861084
4000 0.036 61.21087035
3.67397694
4500 0.024 82.04193474
4.095558947
5000 0.027 65.41940895
4.350779733
5500 0.022 75.57771956
4.826479245
6000 0.019 78.88592408

Tabel 4.36 SFC pada bahan bakar E25

RPM Waktu per 10 ml/7.426 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
2.966440705
4000 0.0411 59.65566744
3.380539798
4500 0.022 97.79585971
4.219828774
5000 0.025 68.94366475
4.784387895
5500 0.022 69.10033281
5.13274424
6000 0.0184 77.01259464

Tabel 4.36 SFC pada bahan bakar E30

RPM Waktu per 10 ml/7.53 gr (jam) Daya (kW) Hasil SFC (gr/kW.h)
53.43120357
4000 0.0438 3.217554476
58.33895863
4500 0.036 3.585368536
94.01008626
5000 0.019 4.215673075
63.99967713
5500 0.025 4.706273742
88.4746571
6000 0.0187 4.551289714

4.5Grafik Specific Fuel Consumption

Hasil SFC (gr/kW.h)


E0 terhadap Daya (kW)
100
80
60
40
20 Hasil SFC (gr/kW.h)

Gambar 4.12 Grafik SFC menggunakan BBM E0.


Hasil SFC (gr/kW.h)
E10 terhadap Daya (kW)
80
70
60
50
40
30
20 Hasil SFC (gr/kW.h)
10
0

Gambar 4.13 Grafik SFC menggunakan BBM E10.

Hasil SFC (gr/kW.h)


E15 terhadap Daya (kW)
80
70
60
50
40
30
20 Hasil SFC (gr/kW.h)
10
0

Gambar 4.14 Grafik SFC menggunakan BBM E15.


Hasil SFC (gr/kW.h) E20 terhadap Daya
(kW)
90
80
70
60
50
40
30 Hasil SFC (gr/kW.h)
20
10
0

Gambar 4.15 Grafik SFC menggunakan BBM E20.

Hasil SFC E25 (gr/kW.h) terhadap Daya


(kW)
120
100
80
60
40
Hasil SFC (gr/kW.h)
20
0

Gambar 4.16 Grafik SFC menggunakan BBM E25.


Hasil SFC (gr/kW.h) E30 terhadap Daya
(kW)
100
80
60
40
20 Hasil SFC (gr/kW.h)

Gambar 4.17 Grafik SFC menggunakan BBM E30.

4.6 Analisa SFC bahan bakar.


Pada grafik diatas, semua bahan bakar memiliki pembacaan grafik
yang sama. Semakin besar putaran mesin, maka semakin besar juga SFC yang
dihasilkan. SFC terbesar yang dihasilkan ada pada bahan bakar E25 dengan
SFC sebesar 97.79585971 gr/kW.h. Dikarenakan pada bahan bakar E25, pada
putaran mesin 4500 rpm, mesin menghasilkan daya yang kecil dibandingkan
dengan bahan bakar yang dihabiskan. Sehingga menjadi lebih boros. SFC
terkecil yang dihasilkan adalah pada bahan bakar E10 pada putaran mesin
4500 rpm menghasilkan SFC sebesar 44.24932175 gr/kW.h. Ini dikarenakan
daya yang dihasilkan lebih besar jika kita bandingkan dengan bahan bakar
yang dihabiskan. Daya yang dihasilkan yaitu sebesar, 3,83 kW dengan waktu
yang dihabiskan dalam 10 ml/7,216 gr adalah selama 0,0425 jam.

Anda mungkin juga menyukai