Anda di halaman 1dari 26

Manajemen Cairan

&
Transfusi Darah
Disusun oleh :
Sinta Agustina (119810048)

Pembimbing :
dr. Aris Sunaryo, Sp.An.,M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF ANESTESI RSUD WALED KABUPATEN CIREBON JAWA BARAT
Evaluasi Volume Intravaskular
Volume intravaskular dapat diperkirakan menggunakan riwayat pasien pemeriksaan fisik, dan
analisis laboratorium.

Riwayat Pasien :
- Apakah pasien mengalami muntah dan diare berkepanjangan,
- Apakah pasien memiliki riwayat akan penanganan penyedotan/ pembersihan
lambung,
- Apakah pasien mengalami kehilangan darah yang signifikan atau keluarnya cairan
dari luka,
- Apakah pasien pernah mendapatkan terapi cairan dan pemberian darah intravena,
- Dan apakah pasien belum lama ini pernah menjalani cuci darah (jika pasien
diketahui mengalami gangguan gagal ginjal).
Pemeriksaan Fisik :
Preoperatif
- Turgor kulit abnormal
- Dehidrasi selaput lendir
- Denyut nadi perifer
- Peningkatan denyut jantung istirahat dan penurunan tekanan darah
- Denyut jantung ortostatik dan perubahan tekanan darah dari posisi terlentang ke posisi duduk atau
berdiri
- Dan penurunan laju aliran urin
Intraoperatif
- Denyut nadi yang kuat
- Respon tekanan darah ke tekanan ventilasi yang positif dan vasodilatasi atau efek inotropik negatif dari
anestesi.
Evaluasi Laboratorium :
- Peningkatan hematokrit
- BJ Urine > 1.010
- Osmolalitas urin > 450 mOsm/L
- pH darah arteri asidosis metabolik
- Konsentrasi natrium urin < 10 mEq/L
- Hypernatremia
Tabel 51-1. Tanda-tanda kehilangan cairan (hipovolemia)
Hilangnya cairan (persentasi berdasarkan berat badan)
Tanda-tanda
5% 10% 15%

Membrane mukosa Kering Sangat kering Kering sekali

Sensorium Normal Letargik Diperoleh

Perubahan ortostatik Ada Jelas

Denyut jantung Meningkat >15x/m

Tekanan darah Menurun >10mmHg

Produksi urin Sedikit berkurang Kurang Sangat kurang

Nadi Normal/meningkat Meningkat >100x/m Meningkat 120x/m

Tekanan darah Normal Sedikit menurun Menurun


Cairan Intravena
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau kombinasi keduanya.

Kristaloid :
- Larutan ion (garam) dalam air dengan atau tanpa glukosa
- Cairan resusitasi awal pada pasien dengan syok hemoragik dan septik, pada pasien luka
bakar, pada pasien dengan cedera kepala (untuk mempertahankan tekanan perfusi otak), dan
pada pasien yang menjalani plasmaferesis dan reseksi hati.
- Waktu paruh di intravaskular 20-30 menit
- Mengembalikan defisit volume intravaskular 3-4 L dari koloid.
- Maintenance type solution dan replacement type solution
Koloid :
- Mengandung zat dengan berat molekul tinggi seperti protein atau polimer glukosa besar
- Waktu paruh 3-6 jam
- Resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan intravaskular yang parah (misalnya, syok
hemoragik) sampai ada transfusi darah.
- Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana kehilangan protein dalam
jumlah besar seperti luka bakar.
- Pada pasien luka bakar, koloid diberikan jika luka bakar >30% dari luas permukaan tubuh atau jika
3-4 L larutan kristaloid telah diberikan lebih dari 18-24 jam setelah trauma.
Terapi Cairan Perioperatif
Terapi cairan perioperatif meliputi penggantian defisit cairan sebelum operasi,
kehilangan cairan normal (kebutuhan cairan pemeliharaan), dan kehilangan darah
selama operasi.
Ketentuan Terapi Cairan Pemeliharaan Normal
Kekurangan intake oral, cairan, dan defisit elektrolit dapat dengan cepat terjadi sebagai
hasil dari pembentukan urin yang berkelanjutan, sekresi gastrointestinal, keringat, dan kehilangan
cairan yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru.
Tabel 51-3. Estimasi ketentuan terapi cairan pemeliharaan
Berat badan Kebutuhan cairan pengganti

10 kg 4 ml/kg/jam

10-20 kg Tambah 2 ml/kg/jam

>20 kg Tambah 1 ml/kg/jam


Defisit Cairan Preoperasi

▪ Pasien yang akan dioperasi setelah lebih dari semalam tanpa intake cairan akan mengalami
defisit cairan preoperasi sesuai dengan lamanya puasa. Defisit cairan dapat diperkirakan dengan
mengalikan kebutuhan cairan pemeliharaan normal dengan lamanya waktu puasa.
▪ Kehilangan cairan yang abnormal secara frekuentif berkontribusi pada defisit cairan preoperatif.
Perdarahan preoperatif, muntah, diuresis, dan diare sering berperan dalam defisit cairan
preoperatif. Kehilangan cairan yang tak diketahui dari sekuestrasi cairan oleh karena trauma atau
jaringan yang terinfeksi atau asites dapat juga berarti penting.
▪ Idealnya, semua defisit sebaiknya digantikan ketika masa preoperatif pada semua pasien. Cairan
yang digunakan sebaiknya disamakan dengan komposisi cairan yang hilang.
Kehilangan Cairan Selama Pembedahan

Kehilangan darah :
Metode yang paling sering digunakan untuk memperkirakan kehilangan darah :
- Jumlah darah pada tabung suction
- Kassa 4x4 : 10 ml
- Laparatomy pads (lap) : 100-150 ml
Kehilangan cairan lain :
- Luas area yang terbuka
- Jaringan traumatik, terinflamasi, atau terinfeksi (oleh sebab terbakar, luka
ekstensif, diseksi pembedahan, atau peritonitis)
Penggantian Cairan Intraoperatif
Terapi cairan intraoperatif sebaiknya meliputi pemberian cairan dasar dan penggantian
residu defisit preoperatif sebagaimana kehilangan cairan intraoperatif (darah, redistribusi cairan, dan
evaporasi). Untuk prosedur yang menyebabkan kehilangan darah dan perpindahan cairan yang
minimal, larutan rumatan dapat digunakan. Untuk semua prosedur, cairan atau larutan Ringer Laktat
digunakan secara umum sebagai rumatan.
-Goal-Directed Fluid Therapy (Terapi Cairan Berarahkan Tujuan)
Konsep GDFT saat ini memiliki banyak ragam/ variasi, tetapi secara umum semuanya
mengasumsikan bahwa tidaklah perlu untuk melakukan terapi pemberian cairan pemeliharaan, namun akan
lebih baik untuk menggunakan variabel-variabel hemodinamik, seperti contohnya volume strok, curah
jantung, indeks jantung, dan rerata tekanan darah arteri untuk menentukan respon volume dan untuk
memandu pemberian cairan dengan bolus.
Peranan yang tepat yang dimiliki oleh GDFT di dalam penanganan perioperatif saat ini masihlah
menjadi subjek penelitian yang intensif.
- Penggantian kehilangan darah
Idealnya, kehilangan darah seharusnya digantikan dengan larutan kristaloid atau koloid
untuk menjaga volume intravaskuler (normovolemia), bahaya anemia lebih banyak dibandingkan
resiko transfusi. Oleh sebab itu, kehilangan darah lebih lanjut digantikan dengan transfusi sel darah
merah untuk menjaga konsentrasi hemoglobin (hematokrit) pada kadarnya.

Tujuan transfusi dapat ditentukan preoperatif dari hematokrit dan perkiraan volume darah.
Pasien dengan hematokrit normal sebaiknya ditransfusi hanya apabila terjadi kehilangan darah yang
lebih dari 10-20% dari volume darah.
Tabel 51-5. Volume darah rata-rata

Usia Volume Darah


Neonatus

-Prematur 95 ml/kg

-Full-term 85 ml/kg

Bayi 80 ml/kg
Dewasa
-Laki-laki 75 ml/kg
-Perempuan 65 ml/kg
-Mengganti Kerugian Redistributif & Penguapan
Karena kehilangan redistributif dan penguapan terutama terkait dengan ukuran luka dan luasnya
pembedahan dan manipulasi bedah, prosedur dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat trauma jaringan.
Kehilangan cairan tambahan ini dapat diganti sesuai dengan Tabel 51–6 , berdasarkan apakah trauma
jaringan minimal, sedang, atau berat.
Tabel 51-6. Redistribusi dan kehilangan cairan bedah yang menguap

Derajat Trauma Jaringan Ekstra cairan yang dibutuhkan

Minimal (misalnya herniorafi) 0-2 ml/kg

Sedang (misalnya 2-4 ml/kg


kolesistektomi)
Berat (misalnya reseksi usus) 4-8 ml/kg
Transfusi Darah
Tujuan dari tranfusi adalah untuk mencukupkan perfusi O2 ke jaringan perifer
Sistem ABO
Sistem Rh

Rhesus atau faktor rhesus


adalah kadar protein khusus (Antigen
D) yang berada di permukaan sel
darah merah.
Sistem rhesus digunakan
untuk melihat apakah memiliki
antigen faktor Rh pada permukaan
sel darah merah.
Uji Kompatibilitas
1. Deteksi Antigen (Ag) golongan darah ABO dan Rhesus
Antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi terhadap antigen yang ditransfusikan (asing),
mengaktifkan komplemen, dan menghasilkan hemolisis intravaskular. Sel darah merah pasien diuji
dengan serum yang diketahui memiliki antibodi terhadap A dan melawan B untuk menentukan
golongan darah.

2. Tes pretransfusi : Cross matching test reaksi silang Mayor dan Minor
Crossmatch memiliki tiga fungsi:
❑ Mengkonfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit),
❑ Mendeteksi antibody pada golongan darah yang lain, dan
❑ Mendeteksi antibodi dengan titer rendah atau supaya tidak terjadi aglutinasi dengan mudah. Hal
yang dua terakhir membutuhkan waktu minimal 45 menit.

3. Deteksi antibodi (Ab) Coomb’s test (Test Anti Globulin)


Mendeteksi adanya antibodi dalam serum yang biasanya dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-
ABO.
Transfusi Dalam Keadaan Darurat
❑ Ketika pasien dalam kondisi genting, kebutuhan transfusi dilakukan sebelum penyelesaian
crossmatch, deteksi dini, dan identifikasi darah dilakukan.
❑ Jika jenis darah pasien sudah diketahui, maka dilakukan crossmatch kurang dari 5 menit,
untuk mengkonfirmasi kompatibilitas ABO.
❑ Jika jenis darah penerima belum diketahui dan transfusi harus dilakukan sebelum penentuan
golongan darah, golongan darah O Rh negatif (donor universal) dapat digunakan.
Packed Red Cell
✓ Transfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat
mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan bank darah.

✓ Packed Red Blood Cell ideal untuk pasien yang memerlukan sel
darah merah tetapi tidak penggantian volume ( misalnya, pasien
anemia dengan congestive heart failure).

✓ Tabung transfusi harus mengandung filter 170 μm untuk menjebak


gumpalan. Darah untuk transfusi intraoperatif harus dipanaskan
hingga 37 ° C selama infus, terutama ketika lebih dari 2 hingga 3
unit akan ditransfusikan.
Fresh Frozen Plasma
❑Isi :
-Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma,
termasuk semua faktor pembekuan
-Berisi kadar faktor pembekuan stabil, albumin dan
immunoglobulin
❑Masing- Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor pembekuan 2-
3% pada orang dewasa
❑Diindikasikan bagi pasien liver disease, warfarin overdose
❑Seperti butir-butir darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37°C sebelum
transfusi.
Platelet
❑ Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan thrombocytopenia atau
dysfunctional platelets dengan perdarahan.

❑ Profilaxis Transfusi trombosit dapat diberikan pada pasien dengan hitung


trombosit 10,000-20,000 x 109 /L olch karena resiko perdarahan spontan.

❑ Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109 /L dihubungkan dengan peningkatan


perdarahan selama pembedahan.

❑ Pasien dengan thrombocytopenia yang mengalami pembedahan atau prosedur


invasive harus diberikan profilaxis transfusi trombosit sebelum operasi, hitung
trombosit harus meningkat diatas 100,000 x 109 /L.
Komplikasi Transfusi Darah
Transfusi Darah Masif
Transfusi darah masif umumnya didefinisikan sebagai kebutuhan transfusi satu sampai dua kali volume darah
pasien. Pada kebanyakan pasien dewasa, equivalent dengan 10-20 unit.

➢ Koagulopati Penyebab utama perdarahan setelah transfusi


darah masif adalah dilutional thrombocytopenia.
➢ Keracunan Sitrat Kalsium berikatan dengan bahan pengawet sitrat secara
teoritis dapat menjadi penting setelah transfusi darah
dalam jumlah besar.
➢ Hipotermi hipotermia akan menghambat resusitasi jantung.
➢ Keseimbangan asam basa Yang terbanyak dari kelainan asam basa setelah tranfusi darah
massif adalah alkalosis metabolic postoperatif.
➢ Konsentrasi Kalium Serum Hyperkalemia dapat berkembang dengan mengabaikan umur
darah ketika transfusi melebihi 100 mL/min.
Strategi Alternatif Untuk Penanganan Kehilangan Darah Selama Pembedahan

❑ Transfusi Autologous
-Pasien yang mengalami prosedur pembedahan elektif dengan suatu
kemungkinan tinggi untuk transfusi dapat mendonorkan darah mereka sendiri
untuk digunakan selama operasi.
-Darah ini dapat dikumpulkan mulai 4-5 minggu sebelum operasi.
-Pasien diperbolehkan untuk mendonorkan satu kantong darah sepanjang
hematokrit kurang lebih 34% atau hemoglobin sekitar 11 g/dl.
Strategi Alternatif Untuk Penanganan Kehilangan Darah Selama Pembedahan

❑ Penyimpanan darah & pemberian cairan melalui infus berulang


-Teknik ini umumnya digunakan pada bedah jantung, vascular dan bedah
tulang. Darah di aspirasi intraoperatif bersama-sama dengan suatu pencegah
pembekuan darah
( heparin).
-Untuk digunakan secara efektif, teknik ini memerlukan kehilangan darah
lebih besar dari 1000-1500 mL.
Strategi Alternatif Untuk Penanganan Kehilangan Darah Selama Pembedahan

❑ Donor (Transfusi langsung)

-Pasien dapat meminta donor darah dari anggota keluarga atau teman yang

mengandung ABO kompatibilitas.

-Kebanyakan bank darah tidak menyarankan hal ini dan umumnya

memerlukan donor kurang lebih 7 hari sebelum operasi untuk memproses

darah dan mengkonfirmasikan kompatibilitas.


Thank You

Anda mungkin juga menyukai