Anda di halaman 1dari 10

Pokok Bahasan : Sekitar Kebudayaan

A. Permasalahan :
Terdapat tiga permasalahan yang saling kait-mengkait yang sedang dihadapi oleh bangsa
Indonesia akhir-akhir ini, yakni :

1). Fakta bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri dari suku-suku bangsa,
dengan latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan ini tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan, oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi ikatan-ikatan
primordial (kesukuan dan kedaerahan).

2). Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.


Perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, perubahan sikap anggota
masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan juga telah menimbulkan mobilitas sosial,
yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok- kelompok masyarakat.
Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat.

3). Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa
pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari
luar.
Khususnya dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing yang sangat intens,
penyebarannya berlangsung sangat cepat dengan jangkauan yang luas; sehingga terjadilah
perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai
masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.

1. adapun faktor tersebut adalah kurang terbentuknya karakter bangsa. Dalam suatu Negara,
sangat diperlukan rasa memiliki Negara oleh para penduduknya, jika karakter demikian
tidak ada dalam masyarakat maka akan dengan mudahnya sentimen primordial menyebar
luas dan sulit untuk dihilangkan, karena tidak ada kesadaran untuk membuat Negara
semakin lebih baik melalui pemilihan pemimpin yang tepat (yang tidak harus
mengedepankan perasaan kesukaan yang berlebihan pada etnis, agamanya).

ada beberapa cara untuk mengurangi kentalnya sentimen primordial dalam


masyarakat, misalnya melalui pendidikan formal. Perlu ditanamkan nilai-nilai
Kebhinekaan dan persatuan dalam menghadapi masyarakat yang majemuk sejak dini
melalui pendidikan di sekolah, walaupun pada kenyataannya hal ini akan menjadi agak
sulit karena pada umumnya sentimen primordial telah ditanamkan sejak dini dari
pendidikan dalam keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak


terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah anggota masyarakat
terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang
diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok- kelompok masyarakat.
Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat
dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita
sebagai bangsa. Pembangunan kadang kala digunakan dalam pengertian yang sempit
hanya sebagai industralisasi atau pemodernan. Bagaimanapun dalam makna yang luas
pembangunan merupakan suatu proses dalam meningkatkan derajat manusia dalam
sebuah masyarakat tertentu. Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan nilai
kehidupan semua masyarakat dalam segala bidang.

3. Ketika teknologi semakin maju akan memunculkan masalah terhadap kebudayaan-


kebudayaan daerah yang ada di bangsa ini. Kebudayaan daerah akan semakin mengikis
sebab masyarakatnya itu sendiri yang melupakan atau tidak mengembangkan budaya
yang ada. Bisa saja kebudayaan yang mengandalkan kearifan dan simbol-simbol budaya
digantikan oleh teknologi komunikasi informasi sehingga membentuk manusia yang
serba ketergantungan.
Pengaruh lain dari perkembangan teknologi yang cukup pesat ini dikhawatirkan
berdampak buruk terhadap perilaku kehidupan bermasyarakat. Hal ini dikarenakan,
perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar
masyarakat Indonesia, kemajuan teknologi secara sadar ataupun tidak telah banyak
mengubah pola kehidupan masyarakat. Perubahan dan perkembangan teknologi
komunikasi memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan masyarakat, baik dampak
positif atau dampak negatif.

Kehadiran dan berkembangnya teknologi komunikasi memudahkan akses belajar


dan mendekatkan dengan sumber-sumber informasi, tetapi perkembangan teknologi
komunikasi juga memiliki dampak negatif yang mempunyai ruang luas mendekatkan
seseorang dengan sumber-sumber yang justru berdampak kurang baik.

Sedangkan dampak komunikasi lebih mengarah kepada perubahan pada individu


atau sistem sosial akibat dari penerimaan atau penolakan sebuah inovasi. Menurut Rogers
dan Parker memperhatikan beberapa dampak teknologi komunikasi “, antara lain :
 Terjadinya monopoli dalam pengelolaan penyediaan dan pemanfaatan informasi
 Tidak meratanya distribusi informasi
 Terjadinya polusi informasi
 Terjadinay infasi terhadap privacy
 Timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta.

Pengaruh negatif yang ditimbul dari kemajuan Teknologi Informasi dan


Komunikasi ditengah masyarakat pada sebagian kalangan remaja terjadi kemerosotan
moral. Efek tersebut di antaranya adalah lunturnya budaya nusantara yang dikenal santun
dengan sikap toleran, gotong royong dan nilai luhur lainnya telah mengaburkan nilai-nilai
budaya timur yang sebenarnya. Pergaulan bebas di kalangan remaja dan anak usia
sekolah yang disiarkan media komunikasi informasi dan lain sebaginya
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan
lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika
masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada.
Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam
hubungan interaksi manusia di dalam masyarakatnya. Dalam masyarakat maju,
perubahan kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan (discovery) dalam bentuk
ciptaan baru (inovation) dan melalui proses difusi.

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan dimensi


ruang dan waktu. Perubahan itu bisa dalam arti sempit, luas, cepat atau lambat.
Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan proses terus-menerus untuk
menuju masyarakat maju atau berkembang, pada perubahan sosial maupun perubahan
kebudayaan.

Faktor Yang Mempengaruhi Diterima Atau Tidaknya Suatu Unsur Kebudayaan


Baru, Diantaranya :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut
2. Pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh
nilai-nilai agama
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan
yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut
5. Apabila unsur baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah
dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/5._[Materi]_Bab_04_kebudayaan_dan_masyarak
at_.pdf

Orientasi Nilai Budaya


Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu
masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama
lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan
berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang
diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan
waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat
pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud
konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para
individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan
manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5)
hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal
itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan kebudayaan,
namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas
selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk
menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik – titik kelemahan
dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama
antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada
diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk
mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya yang
menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk
mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga
untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai budaya
yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.

B. Hakikat Hidup
a. Hidup itu buruk.
b. Hidup itu baik.
c. Hidup bisa buruk bisa baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikhtiar agar hidup bisa
menjadi baik.
d. Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
Hakikat atau tujuan hidup saya :
Hidup itu bisa baik bisa buruk, tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan itu sendiri.
Nasib kita memang sudah ditentukan oleh Allah, tapi bukan kah ada nasib yang bisa kita rubah
dengan cara berikhitiar? Itu yang menjadi pegangan saya. saya yakin kalo kita berusaha dengan
sungguh-sungguh nasib kita pasti bisa berubah. Membahas tentang nasib dan kehidupan, saya
disini ingin sedikit menceritakan atau membagikan tujuan atau hakikat hidup saya. Tujuan hidup
saya terbilang mainstream atau umum, apalagi tujuan hidup saya sebagai seorang anak yang
ingin membahagiakan orang tua saya disisa hidup mereka. Mainstream bukan? Karena saya rasa
itu tujuan hidup atau lebih tepatnya keinginan semua anak dimuka bumi ini. Saya ingin mereka
melihat saya sukses sesuai keinginan mereka. Tujuan hidup yang paling saya ingin kabulkan
dalam waktu dekat ini adalah saya ingin mendapat ipk minimal 3,00 disemester ini sesuai
keinginan ayah saya. Karena saya ingin menembus rasa kecewa mereka terhadap saya karena
saya tidak berhasil masuk ke kampus impian saya sesuai dengan janji saya kepada mereka.
Tujuan hidup saya yang lainnya juga bisa dibilang mainstream yaitu saya ingin menjadi hamba
yang benar-benar taat kepada agama saya. Kenapa hal itu menjadi salah satu tujuan hidup saya?
Ya karena bukan kah memang tujuan hidup kita di dunia ini? Karena kehidupan itu bukan hanya
di dunia saja bukan? Masih ada kehidupan lainnya yang akan kita tuju. Jadi saya ingin
menyiapkan kehidupan selanjutnya dari sekarang, supaya dikehidupan selanjutnya saya
mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Tujuan hidup saya yang lainnya tidak
akan saya ceritakan disini, biarkan itu jadi rahasia pribadi saya.
C. Hakikat Karya
a. Karya itu untuk menafkahi hidup.
Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk bertahan
dalam kehidupan (survival). Dan saya termasuk dalam beberapa orang tersebut. Saya setuju
bahwa kerja merupakan salah satu cara untuk menafkahi hidup. Meskipun sebenarnya rezeki kita
sudah diatur oleh Yang Maha Esa. Tapi kalau kita hanya diam diri tidak bekerja, rezeki itu tidak
akan datang kepada kita. Dengan bekerja juga selain mendapat rezeki, bonusnya kita juga dapat
kehormatan jika ditempat kerja kita sudah mendapat jabatan yang disegani. Jadi intinya, menurut
saya kerja atau karya itu untuk menafkahi hidup, kehormatan hanya sebagai bonus. Karena
kehormatan selalu tidak dapat menolong kita dalam bertahan hidup.
b. Karya itu untuk kehormatan.
Ada juga yang berpendapat bahwa bekerja itu untuk mendapatkan pangkat, jabatan, bahkan ada
yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan harta yang dicari, namun status sosial
yang dimiliki setiap individu.

D. Persepsi Manusia Terhadap Waktu


a. Berorientasi hanya kepada masa kini
“Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena
seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk
hari-harinya.”
Membahas masa kini, pandangan saya mengenai masa sekarang adalah saya harus menjalani
masa ini dengan sangat maksimal sesuai dengan isi teori di atas. Meskipun ungkapan saya itu
hanya kata-kata saja. Karena dikehidupan nyata saya tidak seambisius itu, saya menjalani hidup
saya saat ini dengan santai saja. Padahal kalo melihat dari tujuan hidup saya harusnya saya
bekerja keras untuk mewujudkan itu bukan? Tapi memang harapan itu kadang tidak sesuai
dengan kenyataannya. Hidup memang seperti itu. Jadi ya jalani saja hidup kita didunia ini
dengan sesantai dan sebahagia mungkin. Tapi jangan terlalu santai, karena ingat kita punya
tujuan hidup yang harus kita capai.

b. Orientasi masa lalu


“Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa
yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.”
Membahas mengenai masa lalu, sebenarnya sih saya bukan termasuk orang yang terlalu
memikirkan masa lalu. Saya menganggap bahwa masa lalu hanya bagian dari hidup saya yang
tidak perlu saya pikirkan dan sesali. Masa lalu saya jadikan sebagai pembelajaran dalam
menghadapi berbagai masalah dimasa sekarang maupun masa depan supaya saya tidak
mengulangi kesalahan saya di masa lalu.

c. Orientasi masa depan


“Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan yang lainnya, pikirannya
terbentang jauh ke depan dan mempunyai pemikiran yang lebih matang mengenai langkah-
langkah yang harus dilakukannya.”
Saya sangat suka dengan teori di atas. Manusia itu memang seharusnya berorientasi ke masa
depan. Kenapa harus berorientasi ke depan? Supaya di masa depan kita tidak mengalami
penyesalan dalam kehidupan kita dimasa depan dan supaya kehidupan kita juga tertata rapih dan
sesuai dengan keinginan kita, meskipun tidak akan 100% sesuai dengan keinginan kita.

E. Pandangan Manusia Terhadap Alam


a. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
Masalah ini menyangkut kepercayaan bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.
b. Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
Ada kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam
c. Manusia berusaha menguasai alam
Ada juga yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia.

F. Hubungan Manusia Terhadap Manusia Lain


a. Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya.
Manusia itu makhluk sosial, sebagai makhluk sosial memang sudah menjadi suatu kodratnya
untuk hidup berdampingan (interaksi) bersama orang lain atau masyarakat karena manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Itulah yang mendorong manusia untuk menjadi
makhluk sosial. Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia
memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat
manusia adalah selalu ingin berhubungan dan ketergantungan dengan manusia lain. Contohnya
dikehidupan saya menjadi mahasiswi, saya sangat bergantung pada teman-teman sekelas saya
terutama teman perempuan, saya memerlukan mereka untuk sekedar curhat masalah pribadi,
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen dan masih banyak lagi.
b. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk
memerintah dan memimpin
Dalam kehidupan organisasi pasti terdapat rasa ketergantungan terhadap tokoh-tokoh yang
memimpin organisasi tersebut. Karena dalam kehidupan organisasi itu pasti kita dipimpin oleh
seorang pemimpin, tugas seorang pemimpin adalah mengatur dan memerintah supaya organisasi
tersebut berjalan dengan sehat. Apa jadinya apabila disuatu organisasi tidak ada seorang
pemimpin? Pasti organisasi itu tidak akan berjalan lancar.
c. Individualism, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai
kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini
memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima
masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.
Terdapat lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia
(kerangka Kluckhohn) :
1. Hakikat hidup
2. Hakikat karya
3. Persepsi manusia tentang waktu
4. Pandangan terhadap alam
5. Hubungan manusia dengan alam

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu
ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar
dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

Anda mungkin juga menyukai